Nengah Sumirta, dkk-1 PDF
Nengah Sumirta, dkk-1 PDF
Abstract : The Relaxation of Breath In Control Against Angry Clients With Violent
Behavior. The purpose of this research is to know the effect of relaxation techniques
of breath In Control Against Angry clients with violent behavior. This type of
research Pre Experimental design, This research using One Group Pre Test - Post
Test Design, sampling technique used is the Total Sampling with a large sample of 34
people. The results showed that the ability to control anger in patients with violent
behavior before it is given a treat is the most at low levels i.e. 29 people (85%) and
after given a treat at the level being that as many as 24 people (71%). Test results
Wilcoxon Sign Rank Test with p value = 0.000 & of 0.01 means that there is a very
significance influence on relaxation therapy breath in response to control angry
clients with violent behavior in space of Bratasena Bali Province Mental Hospital in
2013.
Perilaku kekerasan yang ditunjukkan kekerasan di masa lalu adanya stres masa
pasien gangguan jiwa sering dijumpai di kini, intoksikasi obat dan alkohol, gejala
praktik keperawatan jiwa. Perilaku abstinensi dari alkohol dan hipnotik sedative
kekerasan merupakan keadaan dimana (Kaplan & Sadock, 1998).
seseorang melakukan tindakan yang Perilaku kekerasan sering dijumpai pada
membahayakan secara fisik, baik kepada diri pasien Skizofrenia. Menurut Maramis
sendiri, maupun orang lain (Stuart, 2007). (2005), Skizofrenia adalah gangguan jiwa
Hal tersebut dilakukan untuk psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya
mengungkapkan perasaan kesal atau marah perasaan afektif atau respon emosional.
yang tidak konstruktif (Stuart, 2007). Faktor Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan
yang meningkatkan kemungkinan adanya yang salah), halusinasi (persepsi tanpa ada
perilaku kekerasan (amuk) yaitu agitasi, rangsang panca indra) dan perilaku
psikosis, riwayat adanya tindakan-tindakan kekerasan (agitasi). Skizofrenia merupakan
salah satu bentuk gangguan jiwa berat akibat maupun emosional (Smeltzer & Bare, 2002).
gangguan fungsi otak yang terjadi karena Teknik relaksasi juga dapat mengatur emosi
ketidakseimbangan pada dopamine yaitu dan menjaga keseimbangan emosi, sehingga
salah satu sel kimia dalam otak (Hawari, emosi marah tidak berlebihan dan tidak
2003). Perilaku kekerasan/amuk dapat terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi
disebabkan karena frustrasi, takut, (Goleman, 1997). Penelitian oleh Zelianti
manipulasi atau intimidasi. Perilaku (2011) tentang pengaruh teknik relaksasi
kekerasan merupakan hasil konflik napas dalam terhadap tingkat emosi klien
emosional yang belum dapat diselesaikan. perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa
Studi pendahuluan yang dilakukan Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang,
selama sebulan (bulan Oktober 2012), kasus menyatakan ada pengaruh yang signifikan
klien dengan perilaku kekerasan yang antara teknik relaksasi napas dalam terhadap
dirawat di ruang Bratasena RSJ Propinsi tingkat emosi klien perilaku kekerasan
Bali sebanyak 34 kasus. Hal tersebut dengan nilai p = 0,000. Relaksasi napas
menunjukkan bahwa klien dengan perilaku dalam dipercaya dapat menurunkan
kekerasan merupakan masalah yang perlu ketegangan dan memberikan ketenangan.
ditangani secara komprehensif. Teknik yang Relaksasi napas dalam merangsang tubuh
dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku untuk melepaskan opioid endogen yaitu
kekerasan diantaranya adalah teknik endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya
relaksasi, alasannya adalah jika melakukan hormon endorphin dapat memperkuat daya
kegiatan dalam kondisi dan situasi yang tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda,
relaks, maka hasil dan prosesnya akan melawan penuaan, menurunkan agresifitas
optimal. Relaksasi merupakan upaya untuk dalam hubungan antar manusia,
mengendurkan ketegangan jasmaniah, yang meningkatkan semangat, daya tahan, dan
pada akhirnya mengendurkan ketegangan kreativitas (Smeltzer & Bare, 2002).
jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi adalah Berdasarkan uraian tersebut, tujuan dari
bersifat respiratoris yaitu dengan mengatur penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
aktivitas bernafas. Latihan relaksasi teknik relaksasi nafas dalam terhadap
pernafasan dilakukan dengan mengatur pengendalian marah klien dengan perilaku
mekanisme pernafasan baik tempo atau kekerasan.
irama dan intensitas yang lebih lambat dan
dalam. Keteraturan dalam bernapas, METODE
menyebabkan sikap mental dan badan yang Penelitian ini termasuk Penelitian Pra
relaks sehingga menyebabkan otot lentur Eksperimen, yang bertujuan untuk
dan dapat menerima situasi yang mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas
merangsang luapan emosi tanpa dalam terhadap pengendalian marah klien
membuatnya kaku (Wiramihardja, 2007). dengan perilaku kekerasan, rancangan
Kustanti dan Widodo (2008) penelitian one group pre test dan post test
menyatakan bahwa ada pengaruh teknik disgn. Penelitian ini mengungkapkan
relaksasi terhadap perubahan status mental hubungan sebab akibat dengan melibatkan
klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa satu kelompok subyek. Jumlah sampel yang
Daerah Surakarta dengan ρ value = 0,000. digunakan adalah 34 responden dengan
Hasil penelitian tersebut membuktikan kriteria inklusi pasien perilaku kekerasan,
bahwa teknik relaksasi efektif untuk pasien yang mudah marah, dan pasien yang
menurunkan keluhan fisik yang dialami oleh sudah kooperatif. Perlakuan diberikan
klien perilaku kekerasan. Relaksasi napas selama tiga kali selama tiga hari, setiap
dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli, perlakuan diberikan selama 15 menit.
memelihara pertukaran gas, mencegah Sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan
atelektasi paru, memberikan perasaan tes untuk mengukur tingkat pengendalian
tenang, mengurangi stress baik stress fisik marah klien. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam marah klien dengan perilaku kekerasan
terhadap pengendalian marah klien dengan terbanyak adalah pada tingkat rendah
perilaku kekerasan, digunakan nilai ρ = 0,05 sebanyak 29 orang (85%)
(5%).
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian Marah Klien
Karakteristik subjek penelitian menurut Perilaku Kekerasan Setelah
umur dan pendidikan disajikan dalam tabel 1 Diberikan Teknik Relaksasi
dan 2. nafas Dalam (Post Test)
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur Tingkat Pengendalian
f %
Perilaku Kekerasan
Umur (tahun) f % Rendah (<56) 0 0
21-35 13 38 Sedang (56-75) 24 71
36-45 18 53 Tinggi (76-100) 10 29
46-55 3 9 Total 34 100
Total 34 100
Dari tabel 4 terlihat bahwa setelah
Dari tabel 1 terlihat bahwa responden dilakukan perlakuan tingkat pengendalian
sebagian besar berada dalam rentang umur marah klien dengan perilaku kekerasan
36-45 tahun sebanyak 18 orang (53%) terbanyak pada tingkat sedang yaitu 24
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden responden (71%).
Berdasarkan Pendidikan Tabel 5. Analisis Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap
Pendidikan f % Pengendalian Marah Klien
SD 9 26 Perilaku Kekerasan
SMP 15 44
SMA 10 30 Sesudah
Jumlah p value
Sebelum Perlakukan
Total 34 100 sig
Perlakuan Sedang Tinggi
(2-tailed)
f % f % f %
Dari tabel 2 terlihat bahwa tingkat Rendah 24 70 5 15 29 85
pendidikan responden terbanyak adalah Sedang 0 0 5 15 5 15 0,000
SMP sebesar 15 orang (44%) Total 24 70 10 30 34 100