Dokumen - Tips - Laporan Akhir Praktikum Dry Syrup Amoxicillin
Dokumen - Tips - Laporan Akhir Praktikum Dry Syrup Amoxicillin
KELOMPOK: 3
KELAS: A
DOSEN PEMBIMBING:
SEPTEMBER, 2014
KATA PENGANTAR
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Heru Prabowo Hadi, S.Farm.,Apt selaku pembimbing mata kuliah
Farmasetika Sediaan Liquida.
2. Orang tua yang telah mendoakan dan memotivasi, serta
3. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu-satu.
Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang membangun sebagai pedoman
dalam melangkah kearah yang lebih baik lagi. Akhirnya, hanya ini yang dapat kami
sampaikan, kurang lebih kami mohon maaf.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang memiliki rasa dan bau sedap, mengandung
selain obat juga zat tambahan gula, atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi dan zat
pengawet serta digunakan untuk obat dalam (Farmakope Indonesia III). Sirup kering adalah
suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut
dibuat padat umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air,
seperti ampisilin, amoksisilin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air
membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis,
pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna. Sirup kering adalah sediaan
berbentuk suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini adalah sediaan yang mengandung
campuran kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan
pengaroma yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus larut, tidak
boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi
kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi sering
disebut mixture gojog (mixturae agitandae). Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam
pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 1997).
Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical, suspensi tetes
telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk
menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin
keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
(Depkes RI, 1995).
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang homogen,
dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah diabsorbsi, mempunyai rasa
manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-
anak, membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam
sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih
besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel, 2008).
2.1 Tujuan
STUDY PRAFORMULASI
Amoxicillin adalah antibiotic spektrum luas, turunan penicillin, yang digunakan pada
pengobatan infeksi saluran nafas, saluran empedu, dan saluran seni, gastroenteris, ,meningitis
dan infeksi karena salmonella thypi. Aktif secara invitro melawan Enterococcus foecalis,
Helicobacter pylori, dan Samonella spp. Tapi kurang aktif melawan Shigella spp.
Amoxicillin di inaktivasi oleh enzim β-laktamase. (Martindale: 202)
2. Farmakokinetik
Amoksisilin tahan terhadap asam lambung. Absorbsi : secara oral lebih cepat dan
komplit daripada ampicillin pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan.
Distribusi: luas kejaringan dan cairan tubuh. Dapat melewati plasenta, sedikit melalui ASI.
Dimetabolisme menjadi peniciloic acid yang di ekskresikan melalui urin. Ekskresi :pada
dosis oral amoksisilin di ekskresikan unchanged dalam urin selama 6 jam oleh filtrasi
glomerulus dan sekresi tubular. Penggunaan probenesid dapat menurunkan sekresi
amoksisilin. (Martindale : 203)
3. Dosis
Neonate under 7 days 30 mg/kg (max. 62.5 mg) twice daily; dose doubled in severe
infection
Neonate 7–28 days 30 mg/kg (max. 62.5 mg) 3 times daily; dose doubled in severe
infection
Child 1 month–1 year 62.5 mg 3 times daily; dose doubled in severe infection
Child 1–5 years 125 mg 3 times daily; dose doubled in severe infection
Child 5–18 years 250 mg 3 times daily; dose doubled in severe infection
(BNF for Children 2009: 313)
4. Jumlah Per-Kemasan
RANCANGAN FORMULA
log k = 0,6783
Untuk t90:
t90 = 0,16tahun
= 1,87bulan
Dibutuhkan
digunakan digunakan digunakan
suspending
Pengawet Pemanis flavour
agent
Sukrosa +
Melon
Saccharin
Gol:
-Polisakarida: Gom, Alginat
- Semi sintetis: CMC-Na
- Tanah Liat: Bentonit
- Sintesik: Karbomer
- Protein : Gelatin
3.4 Rancangan bahan aktif yang terpilih : Amoxicillin Trihydrate
Sediaan diharapkan memiliki pH 5,0. Dapar yang kami pilih adalah dapar sitrat.
Berikut adalah data pKa:
pKa1 = 3,128
pKa2 = 4,761
pKa3 = 6,396
pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling mendekati pH larutan yang
diinginkan dengan C6H8O7 sebagai asam dan C6H5Na3O7 sebagai garam.
pKa = 4,671
Ka = 10-4,761
=
1,73 x 10-5
0,02 = 0,2338 C
C = 0,0375
C = [garam] + [Asam]
= 1,73 X [0,0137 M]
= 0,0237 M
[C6H8O7. H2O]
= 0,1727 g
[C6H5Na3O7.2H2O]
= 0,4182 g
Formula 1
= 7,5 ml
1 – 5 th = BB = 7,85 – 14,3 g
Pemakaian sehari = 5 ml x 3
= 15 ml
= 0,015 g – 0,039 g
= 7,5 ml
= 0,039 – 0,071 g
Pemakaian sehari = 5 ml x 3
= 15 ml
Formula 2
= 0,15g – 0,039 g
= 7,5 ml
= 0,039 – 0,071 g
Pemakaian sehari = 5 ml x 3
= 15 ml
Formula 1
1. Kalibrasi botol 60 ml
2. imbang masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya (Amoxicillin, Xantagum,
Tween, Sukrosa, Saccharin-Na, Na Sitrat, Asamsitrat, Na Benzoat )
3. Siapkan mortir, masukkan Sukrosa + Saccahrin Na.
4. Gerus ad homogen, sisihkan
5. MasukkanAsam sitrat+Na-sitratgerus ad homogen
6. (5) + amoxicillin + xantagum, gerus ad homogen
7. (6) + campuran sukrosa dan saccharin Na, gerus ad homogen
8. Campur tween dan flavour
9. Teteskan sedikit demi sedikit campuaran (8) kecampuran no (7)
10. Gerus ad homogen dan kalis
11. Ayak (10) dengan ayakan no. 12
12. Oven pada suhu ≤ 30ºC
13. (12) masukkan dalam kemasan botol.
14. Sertakan etiket dan brosur di kemasan sekunder.
Formula 2
1. Kalibrasi botol 60 ML.
2. Timbang masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya (Amoxicillin, PVP,
CMC-Na, Tween, Sukrosa, Saccharin-Na, Na Sitrat, Asamsitrat, Na Benzoat)
3. Siapkan mortir, masukkan Sukrosa + Saccahrin-Na.
4. Gerus ad homogen, sisihkan
5. MasukkanAsam sitrat + Na-sitratgerus ad homogen
6. (5) + amoxicillin + CMC-Na, PVP, gerus ad homogen
7. (6) + campuran sukrosa dan saccharin-Na, gerus ad homogen
8. Campur tween dan flavour.
9. Teteskan sedikit demi sedikit campuaran (8) kecampuran no (7)
10. Gerus ad homogen dan kalis
11. Ayak (10) denganayakan no.12
12. Oven pada suhu ≤ 30ºC
13. (12) masukkan dalam kemasan botol.
14. Sertakan etiket danbrosur di kemasan sekunder.
BAB IV
RANCANGAN EVALUASI
Sebelum Rekonstruksi :
1. Penentuan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
1- pH meter dikalibrasi dengan dapar standart yang pH nya sama dengan pH sampel
2- Bersihkan elektroda dengan aquadest dankeringkan.
3- Celupkan elektroda kedalam larutan sampel
4- Tekan tombol call
5- Tunggu sampai angka pada pH berhenti, catat pH nya.
2. Berat Jenis
Alat : Piknometer, timbangan analitik
Prosedur :
1- Bersihkan piknometer
2- Catat volume yang tertera pada alat (v)
3- Timbang piknometer kosong tepat pada suhu yang tertera pada alat
4- Masukkan aquadest ad tanda, timbang tepat pada suhu yang di tentukan.
5- Buang aquadestnya, masukkan sampel kepiknometer ad tanda
6- Timbang tepat pada suhu yang ditentukan alat. Catat bobotnya
7- Replikasi 3 kali
8- Hitung massa sampel (m)
9- Hitung BJ sampel dengan rumus:
BJ = m / v
3. Viskositas
Alat : Viskometer VT.O4 E
Prosedur :
1- Masukkan larutan percobaan kedalam cawan
2- Masukkan rotar secara perlahan
3- Nyalakan alat
4- Baca jarum penunjuk, dimana jarum berhenti sejenak.
4. Waktu Rekonstitusi
1- Kalibrasi botol 60 ml
2- Timbang sampel sejumlah dalam 1 formula sediaan.
3- Masukkan sampel kedalam botol yang telah dikalibrasi, tambahkan air ad tanda
kalibrasi.
4- Nyalakan stopwatch bersamaan dengan mengocok campuran
5- Hentikan stopwatch ketika campuran sudah homogen.
6- Catat waktu rekonstitusinya.
5. Laju Sedimentasi
7- Timbang sampel sejumlah dalam 1 formula sediaan setelah dikonversi pada 100
ml.
8- Masukkan kedalam gelas ukur 100 ml, tambahkan air ad 100 ml
9- Amati laju endapnya selama 2 jam dengan interval waktu (5, 15, 30, 45, 60, 75,
90, 120). Catat volume endapannya.
10- Amati volume endapan setiap hari selama 1 minggu.
BAB V
5.1 Hasil
EVALUASI HASIL
EVALUASI
1. pH sebelum penyimpanan 5, 13
2. pH setelah penyimpanan 5,04
3. BJ 1,07 g/ml
Bobot Picno kosong = 32,93 g
Bobot picno + aquades = 57,59 g
Bobot Picno + larutan uji 1 = 59,26 g bobot larutan uji 1 = 26,33 g
+ larutan uji 2 = 59,60 g bobot larutan uji 2 = 26,67 g
+ larutan uji 3 = 59,31 g bobot larutan uji 3 = 26,38 g
Rata-rata bobot sampel = 79,38/ 3 = 26,46 g
Volume picnometer= 24.842 ml
BJ = Bobot Larutan Uji / volume picnometer
= 26, 46 g / 24,842 ml
= 1,065 g/ml
5.2 Pembahasan
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sakarosa, kecuali dinyatakan lain, kadar
sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (Depkes RI, 1979).
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan,
sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut
dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoksisilin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah
ditambah air membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan
pensuspensi. Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna (Depkes
RI,1995).
Pada praktikum kali ini kami menggunakan bahan aktif amoxicilin, yaitu suatu
antibiotik yang memiliki spektrum luas namun sukar larut dalam air sehingga dibuat dalam
bentuk sediaan dry syrup atau sirup kering. Pembuatannya menggunakan penambahan
berbagai bahan lain, diantaranya kombinasi pvp dan CMC-Na sebagai suspending agent,
digunakannya bahan tersebut karena setelah dibandingkan dengan penggunaan kombinasi
xantagum dan pvp ternyata pada hasil sediaannya viskositas kombinasi pvp dan CMC-Na
lebih bagus dan sesuai.
Amoxicilin merupakan bahan obat yang memiliki rasa pahit sedangkan sediaan dry
syrup ini ditujukan untuk digunakan oleh pasien anak-anak berusia 1-10 tahun sehingga
digunakan bahan tambahan berupa kombinasi sukrosa dan saccharin-Na sebagai pemanis dan
perasa dan pengaroma melon untuk menutupi rasa pahit dan bau tidak enak dari bahan aktif.
Sediaan ini juga akan dibuat pada rentang pH 5 ini disesuaikan dengan rentang pH stabil dari
bahan aktif yaitu 3,5-5,5 sehingga digunakan dapar sitrat untuk menjaga kestabilan pH pada
sediaan. Alasan dipilihnya dapar sitrat yaitu kombinasi Natrium sitrat asam sitrat yaitu
keduanya mempunyai kelarutan yang mudah larut dalam air dan nilai pka dari dapar sitrat
juga dekat dengan nilai pH yang kami inginkan sehingga sesuai untuk sediaan yang dibuat.
Pada pembuatan sediaan dry syrup ini langkah pertama yang kami lakukan yaitu
mengkalibrasi botol 60 ml. Kemudian timbang masing-masing bahan yang diperlukan, lalu
masukkan sukrosa dan saccharin-na kedalam mortir gerus ad halus dan homogen lalu
sisihkan. Masukkan amoxicilin, pvp,CMC-Na dan dapar kedalam mortir, aduk ad homogen
kemudian tambahkan campuran sukrosa dan saccharin-na, aduk ad homogen, sisihkan.
Masukkan tween kedalam cawan porselen dan tambahkan perasa dan pewarna secukupnya,
aduk ad homogen. Tambahkan setetes demi setetes campuran tween kedalam campuran
serbuk amoxicilin, aduk ad terbentuk massa granul yang baik. Ayak granul dengan ayakan
no. mesh 12 lalu keringkan pada suhu ≤ 30ºC. Setelah didapatkan MC yang sesuai.
Setelah didapatkan granul kering yang baik kemudian dilakukan uji evaluasi pada
beberapa aspek dan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pada uji organoleptis didapatkan hasil bahwa warna sediaan hijau muda, rasa
manis dan aroma melon. Hal ini sudah sesuai dengan spesifikasi sediaan pada saat
pra-formulasi, serta sediaan kami juga sesuai untuk dipasarkan pada konsumen/
pasien anak-anak.
2. Pada uji pH didapatkan hasil yaitu pH dari sediaan sebelum penyimpanan sebesar
5,13. Berdasarkan teori, amoxicilin memiliki rentang pH antara 3,5-5,5 maka
sediaan kami telah memenuhi spesifikasi uji pH. Namun, pada pH tersebut
aktivitas Na benzoat sebagai pengawet menurun dikarenakan Na benzoat aktif
pada pH dibawa 2-5. Setelah dilakukan penyimpanan selama 1 minggu pH dari
sediaan menurun menjadi 5,04. Hal ini bisa diakibatkan oleh kerja dari dapar sitrat
yang digunakan untuk menstabilkan sediaan menjadi pH 5.
3. Pada uji BJ didapatkan hasil yaitu sebesar 1,07. Hal ini telah sesuai dengan teori
yaitu karena pelarut yang digunakan adalah air yang mana memiliki BJ 1 maka
ketika sediaan telah ditambah air dan kemudian di ukur hasilnya menunjukkan
angka 1.
4. Pada uji viskositas didapatkan hasil yaitu viskositasnya sebesar 3,0. Pada nilai
viskositas tersebut sediaan dapat dituang dengan mudah.
5. Pada uji kec.alir dan sudut istirahat didapatkan hasil yaitu kec.alir granul sebesar
2,63 dan sudut istirahatnya sebesar 25,64. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
granul tersebut untuk mengalir sehingga ketika granul tersebut dilakukan
pengemasan pada botol dalam skala besar, kita dapat memperkirakan kecepatan
dari mesin yang digunakan dan berat granul dalam masing-masing botol akan
seragam sehingga dosis yang didapat pun akan seragam pula.
6. Pada uji MC didapatkan hasil yaitu MCnya sebesar 1,03. Hal ini sesuai dengan
spesifikasi MC dari bahan aktif yaitu pada rentang 1-2 sehingga sediaan kami
lolos pada uji MC.
7. Pada uji waktu rekonstruksi didapatkan hasil bahwa sediaan dapat di homogenkan
dalam waktu 9,31 detik. Hal ini berkaitan dengan kemudahan pasien dalam
menghomogenkan sediaan ketika mereka akan mengkonsumsinya. Berdasarkan
hasil ini maka sediaan kami telah lolos uji rekonstruksi karena dalam waktu
singkat (9,31 detik) sediaan telah homogen.
8. Pada uji laju sedimentasi didapatka hasil bahwa pada hari ke- endapan yang
terbentuk sebanyak 46 ml dan ketika di rekonstitusi, sediaan homogen dalam
waktu 7,8 detik.
Berdasarkan hasil evaluasi diatas sediaan dry syrup kelompok kami telah lolos pada
semua uji evaluasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Amoxicilin dibuat dalam sediaan dry syrup karena pada amoxicilin memiliki
cincin β-laktam yang mudah rusak oleh adanya air dan penyimpanan dalam
waktu lama.
2. Berdasarkan hasil uji evaluasi yang dilakukan, disimpulkan bahwa sediaan yang
dibuat sesuai dengan spesfikasi yang diinginkan.
6.2 Saran
1. Pada praktikum selanjutnya hendaknya praktikan lebih teliti dalam setiap proses
pembuatan formula.