Anda di halaman 1dari 15

Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu Di Kabupaten Enrekang

Aziz Yasril
G111 14502
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar, Sulawesi Selatan, 90245
Email: azizyasril@gmail.com

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


SEMESTER IV

ABSTRAK

Kabupaten Enrekang memilik luas wilayah sebesar 1.786,01 km. Kabupaten


Enrekang terdari dari 12 Kecamatan dan secara keseluruhan terbagi lagi dalam
satuan wilayah yang kecil yaitu terdiri atas 129 wilayah desa/kelurahan. Potensi
perkembangan ekonomi tiap kecamatan belum maksimal dengan kurangnya tenaga
kerja dan kurangnya keterampilan yang dapat mengolah kawasan pertanian terpadu.
Untuk ke depannya, komoditi perkebuan, hortikultra dan peternakan tiap kecamatan
dapat dikembangkan di berbagai wilayah. Dalam perencanaan wilayah dan tata
ruang perlu adanya keterkaitan antar wilayah Kecamatan Enrekang agar hasil
produksi lebih meningkat. Dengan kesimpulan bahwa dapat meningkatkan devisa
wilayah tersebut serta memanfaatkan lahan yang berpotensi untuk pengembangan
wilayah menuju pertanian yang berkelanjutan (sustainable).

Kata kunci : Potensi, Perencanaan wilayah, Pertanian Terpadu.

I. PENDAHULUAN
Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam Provinsi
Sulawesi Selatanyang secara astronomis terletak pada 3° 14’ 36” -3° 50’ 00” LS dan
119° 40’53” -120° 06’ 33” BTdan berada pada ketinggian 442 m dpl,dengan luas
wilayah sebesar 1.786,01 km².Kabupaten Enrekang berbatasan dengan Tana Toraja
disebelah utara,disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Sidrap,
disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidrap dan disebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Pinrang.
Pemerintah Kabupaten Enrekang, Sulawesi-Selatan kini terus
mensosialisasikan pentingnya masyarakat tani beralih ke pertanian dengan sistem
organik, sebagai salah satu upaya mengembalikan unsur hara dan kesuburan
tanah.”Kualitas tanah tiap tahun semakin menurun akibat penggunaan pupuk kimia,
dan untuk mengatasinya perlu diterapkan pertanian yang ramah terhadap tanah, yaitu
pertanian organik. Upaya untuk menggalakkan pertanian organik terus dilakukan di
Kabupaten Enrekang. Seringnya terjadi kelangkaan pada pupuk kimia, seperti Urea,
penggunaan zat kimia secara terus menerus juga dikhawatirkan akan berdampak pada
kualitas unsur hara dalam tanah akan semakin berkurung. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan komoditas pertanian dan perkebunan yang menjadi salah satu
klaster yang dikembangkan.
Sebab dalam konsep pengembangan klaster termasuk holtikultura perlu
diperhatikan dari hulu ke hilir tidak hanya dari sisi produksi, tapi juga melihat tata
niaga hasil komoditi di Kabupaten Enrekang.” Kabupaten Enrekang, sebagai pusat
penjualan dan transaksi berbagai jenis komoditi, sehingga ada regulasi terhadap
produk yang dihasilkan, dan pemasaran mudah termasuk untuk target pasar hasil
penerapan system pertanian organik. Menurutnya, salah satu persoalan yang
menghambat pertanian organik adalah faktor pemasaran. “Banyak petani yang ragu
menerapkan pertanian organik karena khawatir pemasarannya yang masih sulit,
karenanya memang perlu pusat pemasaran komoditi pertanian seperti terminal
Agrobisnis.

Untuk menata suatu wilayah/ruang dan mengembangkan suatu kawasan


pertanian terpadu di Kabupaten Enrekang, maka dilakukan pendekatan dengan
mencari informasi mengenai gambaran umum wilayah, profil perekonomian wilayah
dan peluang pengembangan kawasan pertanian terpadu di Kabupaten Enrekang,
sehingga diketahui potensi wilayah tersebut dalam pengembangan kawasan pertanian.

II. INVENTARISASI WILAYAH

2.1 Kondisi fisik

2.1.1 Geografis
̊
Kabupaten Enrekang secara geografis terletak antara 3̊ 14’36’’- 3̊̊̊ 50’00”
Lintang Selatan dan antara 199̊ 40’53” - 120̊ 6’33” Bujur Timur. Letak geografis
Kabupaten Enrekang berada di jantung jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta
batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Batas wilayah Kabupaten
Enrekang adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Toraja


b. Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidrap
d. Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
Secara keseluruhan Kabupaten Enrekang memiliki Wilayah seluas
1.786,01 km². Jika dibandingkan luas wilayah Sulawesi Selatan, maka luas wilayah
Kabupaten Enrekang sebesar 2,83 %. Kabupaten Enrekang terbagi menjadi 12
kecamatan dan secara keseluruhan terbagi lagi dalam satuan wilayah yang kecil yaitu
terdiri atas 129 wilayah desa/kelurahan.
Tabel 1. Luas derah menurut Kecamatan di Kabupaten Enrekang Tahun 2010

Nama Luas Area Persentase Terhadap


No. Kecamatan (km²) Luas Enrekang (%)

1. Maiwa 392,87 22,00


2. Bungin 236,84 13,26
3. Enrekang 291,19 16,30
4. Cendana 91.01 5,10
5. Baraka 159,15 8,91
6. Buntu Batu 126,65 7,09
7. Anggeraja 125,34 7,02
8. Malua 40,36 2,26
9. Alla 34,66 1,94
10. Curio 178,51 9,99
11. Masalle 68,35 3,83
12. Baroko 41,08 2,30
Kabupaten Enrekang 1,786,01 100
Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2010, BPS Enrekang
Berdasarkan tabel 3.1, terlihat bahwa kecamatan Maiwa memiliki daerah terluas
yakni sebesar 392,87 km² (22%) sedangkan yang terkecil; adalah kecamatan Alla
sebesar 34,88 km² (1,94%).

2.1.2 Topografi

Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang pada umumnya mempunyai wilayah Topografi


yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 -
3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan
Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96%
dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%. Musim yang
terjadi di Kabupaten Enrekang ini hampir sama dengan musim yang ada di daerah lain yang
ada di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musim kemarau dimana musim
hujan terjadi pada bulan November - Juli sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan
Agustus - Oktober.
Selama setengah dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan wilayah administrasi
pemerintahan baik pada tingkat kecamatan maupun level desa/kelurahan. Pada Tahun
1995 di Kabupaten Enrekang hanya terdapat 54 desa/kelurahan yang tersebar pada 5
kecamatan. Dengan adanya perubahan situasi dan kondisi wilayah, maka pemekaran
desa/kelurahan sudah menjadi keharusan. Maka pada tahun 1997, jumlah
desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Enrekang telah bertambah dari 78
desa/kelurahan kondisi tahun 1996, menjadi 108 desa/kelurahan. Demikian halnya
pada tingkat kecamatan, yang semula hanya 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan. Pada
pertengahan tahun 2003 terjadi pemekaran sehingga bertambah lagi sebanyak 3 desa
menjadi 111 desa/kelurahan. Kemudian pada akhir tahun 2006 terjadi pemekaran
desa dan kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 112 desa/kelurahan. Terakhir pada
tahun 2008 mekar kembali menjadi 12 kecamatan dan 129 desa/kelurahan. Dari 12
Kecamatan tersebut, kecamatan terluas adalah Kecamatan Maiwa yaitu 392,87 km2
atau 22 persen dari luas Kabupaten Enrekang , sedangkan kecamatan yang
mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Alla yaitu 34,66 km2 atau 1,94 persen
dari luas Kabupaten Enrekang.
Pegunungan Latimojong yang memanjang dari arah utara ke Selatan rata-rata
ketinggian sekitar 3000 meter di atas permukaan laut, memagari kabupaten enrekang
di sebelah timur sedang di sebelah barat membentang sungai Saddang yang berada
dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai Kabupaten Sidrap.

Ditinjau dari kerangka pengembangan wilayah maupun secara geografis


Kabupaten Enrekang juga dapat dibagi kedalam dua kawasan yaitu Kawasan Barat
Enrekang (KBE) dan Kawasan Timur Enrekang (KTE). KBE meliputi Kecamatan
Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Enrekang dan Kecamatan Cendana,
sedangkan KTE meliputi Kecamatan Curio, Kecamatan Malua, Kecamatan Baraka,
Kecamatan Bungin dan Kecamatan Maiwa. Luas KBE kurang lebih 659,03 Km 2
atau 36,90% dari Luas Kabupaten Enrekang sedangkan luas KTE kurang lebih
1.126,98 Km2 atau 63,10% dari, Luas wilayah Kabupaten Enrekang.
Dilihat dari aktifitas perekonomian, tampak ada perbedaan signifikan antara
kedua wilayah tersebut. Pada umumnya aktifitas perdagangan dan industri berada
pada wilayah KBE. Selain itu industri jasa seperti transportasi, telekomunikasi, hotel,
restoran, perbankan, perdagangan industri pengotahan hash pertanian berpotensi
dikembangkan di wilayah tersebut. Sedangkan KTE yang selama ini dianggap relatif
tertinggal bila dilihat dari ketersedian sarana dan prasarana sosial ekonomi, sangat
memadai dari segi potensi SDA, sehingga amat potensial untuk pengembangan
pertanian dalam arti yang luas yaitu pertanian tanaman pangan/ hortikultura,
perkebunan dan pengembangan hutan rakyat.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukakan peluang¬peluang yang mungkin
dapat dimanfaatkan diantaranya adalah :
Pemekaran dari lima kecamatan menjadi sembilan kecamatan di Kabupaten
Enrekang menyebabkan akses penduduk terhadap pelayanan pemerintahan lebih
mudah dicapai. Kondisi ini dipermudah oleh semakin dekatnya pusat pemerintahan
kecamatan dari desa-desa bawahannya. Selain itu jumlah penduduk beserta
aktifitasnya yang akan ditangani . setiap wilayah kecamatan semakin berkurang.
Pemekaran ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas
pelaksanaan roda pemerintahan sehingga akan memberikan efek positif terhadap
akselerasi pembangunan di setiap wilayah.
Kawasan Timur Enrekang yang memiliki wilayah yang luas dengan berbagai
potensinya memberi peluang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan
hortikultura serta tanaman perkebunan dan kehutanan. Adanya keterbatasan akses
KTE terhadap Kawasan Barat Enrekang mengindikasikan perlunya kebijakan atau
langkah langkah strategis yang memungkinkan kedua wilayah tersebut dapat
bersinergi untuk menuju pencapaian visi dan misi daerah. Keberagaman kondisi
georafis pada setiap wilayah menyebabkan adanya variasi komoditas unggulan yang
memberi petuang untuk dikembangkan pada setiap wilayah.

2.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang untuk tahun 2008 adalah sebanyak
188.070 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Dengan kepadatan penduduk mencapai
105 jiwa/km².
Tabel 2. Penduduk menurut jenis kelamin dan kepadatn penduduk menurut
Kecamatan di Kabupaten Enrekang Tahun 2010

Nama Laki- Perempuan Jumlah Kepadatan


No.
Kecamatan Laki Total Penduduk
1. Maiwa 11.655 11.657 23.312 59,3
2. Bungin 2.284 2.098 4.382 18,5
3. Enrekang 14.928 14.929 29.857 102,5
4. Cendana 4.269 4.420 8.689 95,5
5. Baraka 10.495 10.287 20.782 130,6
6. Buntu Batu 6.097 5.896 11.933 94,7
7. Anggeraja 11.866 11.850 23.716 189,2
8. Malua 4.275 4.322 8.597 213,0
9. Alla 10.107 10.046 20.153 581,4
10. Curio 7.248 7.094 14.342 80,3
11. Masalle 6.145 5.953 12.098 177,0
12. Baroko 5.184p 4.965 10.149 247,1
Kabupaten Enrekang 94.553 93.517 188.070 105.3
Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2010 BPS Enrekang

Berdasarkan tabel 3.2, Kecamatan Enrekang memiliki jumlah penduduk yang


paling banyak jika di bandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebesar 29.857
jiwa. Hal ini dimungkinkan karena kecamatan ini berada di ibu kota Kabupaten
dengan penduduk yang heterogen. Adapun kecamatan dengan penduduk yang paling
sedikit yaitu kecamatan Bungin dengan jumlah penduduk sebesar 4.382 jiwa dan
merupakan kecamatan yang baru dimekarkan.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi (atas dasar harga konstan 1999) Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 1999 – 2003

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang 2003.


Salah satu cara untuk dapat mengetahui kemajuan perekonomian suatu
daerah adalah dengan mencermati nilai dan pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Berikut disajikan tabel pertumbuhan ekonomi kabupaten Enrekang
menurut sektor ekonomi tahun 1999 – 2002.
PDRB kabupaten Enrekang pada tahun 2003 ditinjau dari segi strukturnya,
menunjukkan bahwa perekonomian di daerah ini masih bercorak agraris. Hal ini dapat
dilihat dari kontribusi sektor pertanian di daerah ini terhadap total PDRB kabupaten
Enrekang yang cukup dominan yaitu sekitar 43,22 % pada tahun 1997, sekitar 47,97 %
tahun 1998, sekitar 50,53 % pada tahun 1999, sekitar 49,69 pada tahun 2000, sekitar
48,48 % pada tanun 2001, sekitar 48,09 % pada tahun 2002 dan 47,64 % pada tahun
2003.
Pertumbuhan kontribusi PDRB kabupaten Enrekang terhadap PDRB Propinsi
Sulawesi Selatan dua tahun terakhir mengalami peningkatan dari Rp.526.491,63
milyar (1,44%) pada tahun 2002 menjadi Rp. 587.356,48 milyar (1,46%) pada tahun
2003 dengan rata-rata 1,47% dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Nilai kontribusi
sebesar Rp. 587.356,48 milyar (1,46%), menempatkan kabupaten Enrekang pada
urutan 17 dari 21 kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan di atas kontribusi empat
kabupaten lainnya secara berturut-turut yaitu kabupaten Bantaeng, Palopo, Majene
dan nilai terendah adalah kabupaten Selayar. Sedangkan tiga terbesar adalah
Kotamadya Makassar, disusul kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Bone

2.2 Potensi Ekonomi


1. Potensi Sektor Pertanian dan Perkebunan
Potensi pertanian dan perkebunan masih sangat mendominasi perkembangan
pembangunan ekonomi Kabupaten Enrekang dengan konstribusi utama sub sektor
tanaman pangan seperti padi, sayur mayur dan buah-buahan, serta sektor perkebunan
seperti kopi, dan kakao.
2. Potensi Pertambangan dan Energi
Sesuai dengan data geologi pertambangan, Kabupaten Enrekang memiliki potensi
endapan bahan tambang galian berupa emas dan perak, minyak bumi dan batu bara.
Disamping sumber daya mineral strategis dan vital, Kabupaten Enrekang juga
memiliki potensi sumber bahan galian golongan C yang melimpah.
3. Potensi sumberdaya Air
Sumber daya air yang dimiliki Kabupaten Enrekang cukup potensial dimanfaatkan
untuk irigasi. Hal ini ditandai dengan terdapatnya 4 sungai besar, Aliran sungai ini
tersebut, disamping digunakan untuk kepentingan sektor pertanian, khususnya untuk
persawahan/irigasi, juga untuk keperluan lainnya seperti penyediaan air bersih bagi
warga masyarakat yang ada disekitarnya serta untuk pemanfaatan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Potensi sumber daya air di Kabupaten Enrekang
dipengaruhi oleh keadaan curah hujan yang hampir merata disetiap tahun dengan
curah hujan rata-rata 1.410 mm/tahun dan 137 hari hujan.
4. Potensi Perikanan dan Peternakan
Potensi peternakan di Kabupaten Enrekang pada dasarnya memiliki prospek
pengembangan yang potensial. Prospek pengembangan sub sektor peternakan
meliputi ternak besar sapi, kuda, kerbau, kambing dan ternak kecil meliputi ayam ras
dan ayam buras, ayam broiler serta itik. Populasi sapi pada tahun 2009 terdiri dari ;
sapi potong sebanyak 30.168 ekor terjadi peningkatan sebanyak 4476 ekor dibanding
tahun 2008 yang lalu; sapi perah sebanyak 1.508 ekor. Populasi kerbau pada tahun
2009 mencapai 2,641 ekor. Populasi kuda yang sempat terdata sampai tahun 2009
mencapai 981 ekor. Populasi kambing pada tahun 2009 mencapai 34.941 ekor.
Untuk ternak kecil, prospek pengembangan pada ayam kampung (buras) dan
ayam ras. Populasi ayam buras di Kabupaten Enrekang pada tahun 2009 sebanyak
131.941 ekor, ayam ras sebanyak 181.335 ekor. Jumlah produksi perikanan di
Kabupaten Enrekang, termasuk budidaya ikan sawah, kolam dan penangkaran di
sungai, secara keseluruhan mencapai kurang lebih 137,67 ton/tahun dengan luas areal
kurang lebih 808 ha pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 meningkat mencapai
kurang lebih 330 Ton/ tahun dengan luas areal kurang lebih 837 Ha.

III. Perencanaan Tata Ruang Dan Wilayah

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Enrekang


Gambar 2. Penataan Ruang Wilayah Kawasan Pertanian Terpadu

Gambar 3. Peta Kemampuan dan Kelerengan


Berdasarkan geografis Kabupaten Enrekang terletak pada Kabupaten
̊
Enrekang secara geografis terletak antara 3̊ 14’36’’- 3̊̊̊ 50’00” Lintang Selatan dan
antara 199̊ 40’53” - 120̊ 6’33” Bujur Timur. Di tinjau dari aspek ketinggian wilayah,
Kabupaten Enrekang rata –rata ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak
mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi
oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang
sedangkan yang datar hanya 15,04%.

Berdasarkan kondisi fisik wilayah Kabupaten Enrekang kemiringan tanahnya sekitar


0-2 %, 5-10% hingga 40 %. Permasalahan yang dihadapi petani di daerah Enrekang
ini diantaranya produktivitas pertanaman yang rendah yang disebabkan karena tingkat
keterampilan masyarakat yang masih rendah, utamanya dalam hal penggunaan lahan
yang belum optimal sehingga dalam mengoptimalkan lahan tersebut masih
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk mencapai produksi yang lebih
tinggi. Kebutuhan akan tenaga kerja ini menjadi bagian dari permasalahan yang di
hadapi oleh para petani perkebuan, maupun peternakan di Kabupaten Enrekang.
Banyak lahan yang masih kosong dan belum optimal dalam pengelolaanya karena
disebabkan kurangnya tenaga kerja yang mengelola lahan tersebut menjadi lahan
yang produktif dan bisa menghasilkan tanaman secara maksimal. Permasalahan
ketenagakerjaan ini sangat mempengaruhi jumlah poduksi pertanaman di Kabupaten
Enrekang. Permasalahan lain yang dihadapi adalah sarana dan prasarana perhubungan
yang belum dapat menjangkau semua daerah sentra produksi sehingga sangat
mempengaruhi usaha pemasaran hasil perkebunan masyarakat sekaligus
mempengaruhi tingkat harga yang diterima oleh petani.
Dengan adanya pembagian wilayah diharapkan usaha – usaha tiap daerah
memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara kontinyu dan dapat melakukan
suatu keterkaitan antar kecamatan khusunya di Kabupaten Enrekang.

IV.KESIMPULAN

Di tinjau dari aspek geografis Kabupaten Enrekang mempunyai potensi yang


besar untuk melakukan pengembangan kawasan pertanian terpadu. Banyaknya lahan
lahan yang tidak digunakan maka pemanfaatan lahan dapat digunakan dalam hal
meningkatkan produksi dan meningkatkan hasil peternakan salah satu upaya untuk
mendorong agar masyarakat tidak berdomisili ke ibu kota. Untuk itu dalam
meningkatkan devisa wilayah tersebut, serta memanfaatkan lahan yang berpotensi
untuk pengembangan wilayah menuju pertanian yang berkelanjutan (sustainable).
DAFTAR PUSTAKA

Hasbiullah, Analisis Pengaruh Tenaga Kerja Dan Luas Lahan Terhadap Produksi
Kopi Di Kabupaten Enrekang. Jurusan Ilmu Ekonomi,UIN.

Sirojuzilam. 2007. Perencanaan Tata Ruang Dan Perencanaan Wilayah, Vol.2, No.3.
FE dan SPs USU

BPS. 2010. Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistika.
Enrekang
PETA SULAWESI SELATAN
Peta Kabupaten Enrekang
PETA PERENCANAAN WILAYAH
DAFTAR PUSTAKA

Hasbiullah, Analisis Pengaruh Tenaga Kerja Dan Luas Lahan Terhadap Produksi
Kopi Di Kabupaten Enrekang. Jurusan Ilmu Ekonomi,UIN.

Sirojuzilam. 2007. Perencanaan Tata Ruang Dan Perencanaan Wilayah, Vol.2, No.3.
FE dan SPs USU

BPS. 2010. Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistika.
Enrekang

Anda mungkin juga menyukai