Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA KIMIA

JUDUL PERCOBAAN :
PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON
DALAM SUASANA ASAM

Nama : SantiNurAini
NRP : 1413100048
Tanggal Praktikum : 28 April 2015
Nama Asisten : Mas Mattius
Tanggal Pengumpulan : 12 Mei 2015
Kelompok : 9B

LABORATORIUM FUNDAMENTAL KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2015
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan laju reaksi iodinasi
aseton

II.TEORI DASAR

2.1 Laju Reaksi


Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Laju rekasi
kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk
terhadap waktu. Laju rekasi tidak tetap, melainkan berubah terus menerus seiring dengan
perubahan konsentrasi (Chang,2006)

Gambar 2.1 Grafik Laju Reaksi antara Waktu dengan Konsentrasi Produk dan Reaktan

(Atkins, 2010)

2.2 Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi


Katalis adalah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia, tetapi pada akhir
reaksi tidak mempengaruhi produk yang terbentuk. Katalis tidak muncul dalam persamaan
kimia. Sifat dari katalis adalah katalis tidak bereaksi secara permanen, katalis tidak
mempengaruhi hasil akhir reaksi, katalis bekerja pada suhu optimum. Katalis
memumngkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih
rendah akibat perubahan yang dipicu oleh atalis terhadap pereaksi. Katalis menyediakan
suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi(Chang, 2006).

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama, yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan rektan yang
akan dikatalisnya. Katalis homogen adalah katalis yang memiliki fase yang sama dengan
reaktan yang akan dikatalisnya.
Berikut ini adalah skema umum reaksi katalitik :

A + C → AC ………………………………………………………………………….(1)

B + AC → AB + C ……………………………………………………………………(2)

C adalah katalis, meskipun katalis C termakan pada tahap reaksi 1, namun selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhan menjadi :

A + B + C → AB + C ……………………………………………………………………(3)

Katalis homogen terdiri dari katalis asam dan basa, contohnya HCl, H2SO4, NaOH,
KOH. Katalis ini umumnya digunakan pada skala laboratorium, karena sulit diakukan secara
komersil, operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suh dan tekanan, sehingga peralatan
lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis (Engel, Dkk,2013).

2.3 Hukum Laju


Hukum Laju adalah hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi yang dapat diperoleh
dari data eksperimen. Hukum laju diperoleh secara eksperimen dan tidak bergantung pada
stokiometri. Hukum laju dapat dinyatakan sebagai :
Dalam suatu reaksi A → B, laju reaksinya adalah :

𝑉 = 𝑘[A]X ……………………………………………………………...(4)
Dalam suatu reaksi A + B → C, laju reaksinya adalah :

𝑉 = 𝑘[A]X [B]Y ……………………………………………………………(5)


dimana :

𝑘 = tetapan Laju Reaksi

x , y = orde reaksi (Petrucci, 1987)

2.4 Orde Reaksi


Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen
itu dalam hokum laju.Orde reaksi tidak dapat dituliskan dari persamaan reaksi, melainkan
harus data eksperimen. Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi
kimia yaitu:

 Reaksi Orde nol


Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi lau reaksi. Persamaan
laju reaksi yang berorde 0 yaitu v = k [A]0(Syukri,1999).
V

[A]
Gambar 2.2 Grafik laju reaksi Orde 0 V = k [A]0

(Petrucci, 1987)

 Reaksi Orde satu


Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadapsalah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi tersebut. Jika konsentrasi pereaksi
tersebut dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau tiga kalinya. Persamaan
laju reaksi yaitu v = k [A] (Syukri,1999). V

[A]
Gambar 2.3 Grafik laju reaksi orde 1V = k [A]1

(Petrucci,1987)

 Reaksi Orde dua


Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentasi zat itu
dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar
(Syukri,1999).
V

[A]
Gambar 2.4 Grafik laju reaksi Orde 2V = k [A]2

(Petrucci, 1987)

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan yang digunakan meliputi tabung reaksi, pipet ukur , pipet tetes, kuvet, gelas
beker dan stop watch.
Sedangkan bahan yang digunakan meliputi larutan aseton 3 M, larutan HCl baku 1 M,
larutan I2 dalam KI 0,1 M.
3.2 Prosedur Percobaan

Aseton 3 M HCl 1 M KI 0,1 M

dicampurkan dengan variasi tertentu

- dicampurkan dengan volume tertentu dan dimulai stopwatch


pertama
- diaduk
Campuran di
dalam kuvet

- dimasukkan kuvet ke dalam Spektrofotometer UV-Vis (waktu


pencampuran larutan hingga dimasukkan ke spektrofotometer 
1 menit

Campuran di dalam
spektrofotometer
Uv-Vis

- diukur absorbansi pertama dan dimulai stopwatch kedua


- dicatat absorbansinya tiap detik ke 0, 60, 90, dan 120
- dilakukan percobaan yang sama untuk setiap variasi volume
masing-masing reaktan yang diberikan

Data Absorbansi

IV. PEMBAHASAN

Percobaan ini berjudul laju reaksi iodinasi aseton dalam suasana asam. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan persamaan laju reaksi iodinasi aseton. Prinsip dari percobaan
adalah kinetika kimia, laju reaksi dan spektrofotometer UV-Vis. Reaksi ini dilakukan dengan
menambahkan iodin pada aseton. Reaksi iodinasi aseton ini berjalan sangat lambat, oleh
karena itu diperlukan penambahan katalis asam untuk mempercepat terjadinya reaksi. Ketika
larutan iodin direaksikan dengan aseton, dengan adanya asam, maka warna kuning dari iodin
perlahan-lahan memudar seiring dengan dikonsumsinya iodin tersebut untuk bereaksi dengan
aseton. Laju reaksi pada percobaan ini diikuti dengan mengamati penurunan intensitas warna
kuning dari iodin dalam larutan pada waktu tertentu

Pada percobaan ini dikaji reaksi iodinasi aseton yang dikatalisa oleh HCl. Laju reaksi
diukur dengan mengamati laju perubahan konsentrasi iodin dengan spektrofotometer.
Absorbansi larutan diusahakan antara 0,7-0,2 pada panjang gelombang yang sesuai. Oleh
karena itu perlu dilakukan variasi konsentrasi awal setiap pereaksi. Percobaan ini dilakukan
dengan menggunakan variasi volume untuk masing-masing zat, yaitu Aseton (2,5 ml,5 ml,
7,5 ml,dan 10 ml) untuk run 1-4, HCl (2,5 ml,5 ml, 7,5 ml, dan 10 ml) untuk run 5-8,dan
Iodin (2,5 ml,5 ml, 7,5 ml,dan 10 ml) untuk run 9-12. Data percobaan yang didapat berupa
absorbansi tiap 0’, 60’, 90’ dan 120’. Data yang didapat kemudian diplot ke dalam grafik
hubungan absorbansi terhadap waktu, dimana sumbu x sebagai fungsi waktu dan sumbu y
sebagai fungsi absorbansi. Sehingga akan didapatkan 12 grafik. Dari grafik tersebut akan
didapat persamaan garisnya y = mx + c, dimana m (slope) merupakan laju reaksi. Kemudian
untuk mencari orde reaksi tiap zat terlebih dahulu mencari konsentrasi terkoreksi [M’]
[M]mula x Volume ambil
dengan menggunakan rumus [𝑀′ ] = . Setelah didapatkan hasil
Volume total
konsentrasi terkoreksi kemudian diplot kedalam grafik hubungan antara In V (laju reaksi)
sebagai sumbu x dengan In [M’] sebagai sumbu y. Didapat persamaan garisnya y = mx + c,
dimana m (slope) merupakan orde reaksi. Dari hasil perhitungan dan grafik yg didapat tiap
zatnya, orde reaksi untuk Aseton adalah 2, HCl 1, dan Iodin 0. Orde reaksi yang didapat
digunakan untuk menghitung konstanta laju reaksi tiap runnya dengan menggunakan rumus
V
K = [Aseton′]x x [HCl′]y x [I′]z , K yg didapat tiap runnya kemudian dirata-rata sehingga dari hasil
perhitungan nilai K diperoleh sebesar 0,0009. Sehingga persamaan laju reaksinya menjadi :
V = 0,0009 x [Aseton]2 x [HCl]1

Penambahan Aseton dan Iodin berfungsi sebagai reaktan yang akan mengalami reaksi
membentuk sebuah produk. Larutan HCl berfungsi sebagai katalis yang berfungsi
mempercepat terjadinya reaksi.

TUGAS
1. Selain dengan spektrofotometer, laju reaksi iodinasi aseton dapat diikuti dengan cara
titrasi volumetri. Terangkan cara tersebut !
2. Terangkan sistem reaksi katalisa asam atau basa secara umum.
3. Reaksi iodinasi aseton termasuk reaksi substitusi nukleofilik atau elektrofilik. Terangkan
mekanismenya!
JAWAB :
1. Analisa titrasi asam basa atau volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar
komponen dari zat uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi diketahui)
yang ditambahkan kedalam larutan zat uji hingga komponen yang akan di tetapkan
bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain:
1. Orde reaksi untuk Aseton adalah 2, sedangkan orde reaksi untuk HCl adalah 1, dan
orde reaksi untuk I adalah 0
2. Konstanta laju percobaan ini adalah 0,0009
3. Persamaan laju pada percobaan ini adalah :
V= 0,0009 x [Aseton]2 x [HCl]1

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W F., Julio de Paula. (2010).“Physical Chemistry ninth edition”.
New York :W. H Freeman and Company
Chang,Raymond.(2006). “Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid 2”. Jakarta :
Erlangga
Petrucci, Ralph. (1987).”Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern”. Jakarta :
Erlangga
Syukri.1999. “Kimia Dasar 2”.Bandung : ITB Press

Thomas Engel. Dkk.(2013). “Physical chemistry”. Kanada : Pearson education inc.


(763-765 george woodbury physical chemistry 1997 cole publishing
company usa)
LAMPIRAN
A. Analisa Data
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Percobaan Iodinasi Aseton

Run Volume (ml) Absorbansi pada t (s)


Aseton HCl I 0 60 90 120
1 2.5 10 10 1.807 1.783 1.776 1.746
2 5 10 10 2.74 2.637 2.568 2.513
3 7.5 10 10 2.409 2.25 2.176 2.099
4 10 10 10 2.049 1.905 1.829 1.751
5 10 2.5 10 3.639 3.541 3.529 3.508
6 10 5 10 1.616 1.559 1.529 1.5
7 10 7.5 10 1.417 1.349 1.323 1.276
8 10 10 10 2.116 1.941 1.856 1.769
9 10 10 2.5 0.331 0.221 0.16 0.1
10 10 10 5 0.665 0.569 0.517 0.469
11 10 10 7.5 1.566 1.405 1.323 1.23
12 10 10 10 2.097 1.958 1.886 1.809

B. Grafik
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel 1, diplotkan ke dalam grafik
untuk tiap run sehingga diperoleh 12 grafik hubungan absorbansi terhadap waktu, adapun
grafiknya sebagai berikut :

1.82

1.81
y = -0.0005x + 1.8099
Absorbansi

1.8 R² = 0.9278

1.79

1.78

1.77

1.76

1.75

1.74 Waktu (s)


0 50 100 150

Grafik 1. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 1


2.8

2.75
y = -0.0019x + 2.7432

Absorbansi
2.7
R² = 0.9968
2.65

2.6

2.55

2.5 Waktu (s)


0 50 100 150

Grafik 2. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 2

2.45
2.4
y = -0.0026x + 2.4077
2.35 R² = 0.9998
Absorbansi

2.3
2.25
2.2
2.15
2.1
2.05 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 3. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 3

2.1
2.05 y = -0.0025x + 2.0508
R² = 0.9996
2
Absorbansi

1.95
1.9
1.85
1.8
1.75
1.7 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 4. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 4


3.66
3.64
3.62 y = -0.0011x + 3.6281
R² = 0.9305

Absorbansi
3.6
3.58
3.56
3.54
3.52
3.5
3.48 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 5. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 5

1.64
1.62
1.6 y = -0.0010x + 1.6163
Absorbansi

R² = 0.9999
1.58
1.56
1.54
1.52
1.5
1.48 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 6. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 6

1.44
1.42
y = -0.0011x + 1.4185
1.4
R² = 0.9917
Absorbansi

1.38
1.36
1.34
1.32
1.3
1.28
1.26 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 7. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 7


2.15
2.1
y = -0.0029x + 2.1155
2.05
R² = 1.0000

Absorbansi
2
1.95
1.9
1.85
1.8
1.75 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 8. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 8

0.35

0.3 y = -0.0019x + 0.3329


R² = 0.9993
0.25
Absorbansi

0.2

0.15

0.1

0.05

0 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 9. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 9

0.7
y = -0.0016x + 0.6656
0.6 R² = 0.9998

0.5
Absorbansi

0.4

0.3

0.2

0.1

0 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 10. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 10


1.8
1.6 y = -0.0028x + 1.5687
R² = 0.9990
1.4
1.2

Absorbansi
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 11. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 11

2.15
2.1
2.05 y = -0.0024x + 2.0989
Absorbansi

2 R² = 0.9995

1.95
1.9
1.85
1.8
1.75 Waktu (s)
0 50 100 150

Grafik 12. Grafik hubungan Absorbansi terhadap waktu Run 12

Dari persamaan grafik yang diperoleh pada grafik diatas didapatkan laju reaksi untuk
masing-masing run sebagai berikut :
Tabel 2. Tabel hasil laju reaksi tiap run

Volume (ml)
Run V
Aseton HCl I
1 2.5 10 10 0.0005
2 5 10 10 0.0019
3 7.5 10 10 0.0026
4 10 10 10 0.0025
5 10 2.5 10 0.001
6 10 5 10 0.0011
7 10 7.5 10 0.0011
8 10 10 10 0.0029
9 10 10 2.5 0.0019
10 10 10 5 0.0016
11 10 10 7.5 0.0028
12 10 10 10 0.0024
C. Perhitungan
1. Perhitungan untuk mencari konsentrasi terkoreksi [M’]:
Diketahui : [Aseton] = 3 M
[HCl] = 1 M
[I2] = 0,1 M
Ditanya : [Aseton’] , [HCl’], [I2’] = …. ?
Jawab :
Untuk mencari konsentrasi terkoreksi menggunakan rumus dibawah ini:
[M]mula x Volume ambil
[M’] : Volume total
 Konsentrasi terkoreksi Aseton [Aseton’] tiap run :
Run 1: Run 2:
3M x 2,5 ml 3M x 5 ml
[Aseton’] = [Aseton’] =
22,5ml 25ml

= 0,3333 M = 0,6000 M
Run 3: Run 4:
3M x 7,5 ml 3M x 10 ml
[Aseton’] = [Aseton’] =
27,5ml 30 ml

= 0,8182 M = 1,0000 M
Run 5 dan 9 (volume sama): Run 6 dan 10 (volume sama):
3M x 10 ml 3M x 10 ml
[Aseton’] = [Aseton’] =
22,5ml 25ml

= 1,3333 M = 1,2000 M
Run 7 dan 11(volume sama): Run 8 dan 12 (volume sama):
3M x 10 ml 3M x 10 ml
[Aseton’] = [Aseton’] =
27,5ml 30 ml

= 1,0909 M = 1,0000 M
Tabel 2. Tabel hasil perhitungan [Aseton’]

Run [Aseton'] In [Aseton'] V In V


1 0.3333 -1.0986 0.0005 -7.6009
2 0.6000 -0.5108 0.0019 -6.2659
3 0.8182 -0.2007 0.0026 -5.95224
4 1.0000 0.0000 0.0025 -5.99146
5 1.3333 0.2877 0.001 -6.90776
6 1.2000 0.1823 0.0011 -6.81245
7 1.0909 0.0870 0.0011 -6.81245
8 1.0000 0.0000 0.0029 -5.84304
9 1.3333 0.2877 0.0019 -6.2659
10 1.2000 0.1823 0.0016 -6.43775
11 1.0909 0.0870 0.0028 -5.87814
12 1.0000 0.0000 0.0024 -6.03229
Dari data tabel 2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara In [Aseton’] dengan In V
untuk mencari orde reaksi [Aseton’], sehingga didapatkan grafik dibawah ini :

0 In [Aseton']
-1.2000 -1.0000 -0.8000 -0.6000 -0.4000 -0.2000 -10.0000

-2
-3
-4

y = 1.5467x - 5.7527 -5
R² = 0.9074 -6
-7
-8
In V
Grafik 13. Grafik hubungan antara In [Aseton’] dengan In V

Dari slope grafik di atas didapatkan orde reaksi untuk [Aseton’] adalah 1,54 atau
dibulatkan menjadi 2.
 Konsentrasi terkoreksi HCl [HCl’] tiap run :
Run 1 dan 9 (volume sama): Run 2 dan 10 (volume sama):
1 M x 10 ml 1 M x 10 ml
[HCl’] = [HCl’] =
22,5ml 25ml

= 0,4444 M = 0,4000 M
Run 3 dan 11 (volume sama): Run 4, 8 dan 12 (volume sama) :
1 M x 10 ml 1 M x 10 ml
[HCl’] = [HCl’] =
27,5ml 30 ml

= 0,3636 M = 0.3333 M
Run 5: Run 6:
1 M x 2,5 ml 1 M x 5 ml
[HCl’] = [HCl’] =
22,5ml 25ml

= 0,1111 M = 0,2000 M
Run 7:
1 M x 7,5 ml
[HCl’] = 27,5ml

= 0,2727 M
Tabel 3. Tabel hasil perhitungan [HCl’]

Run [HCl'] In [HCl'] V In V


1 0.4444 -0.8109 0.0005 -7.6009
2 0.4000 -0.9163 0.0019 -6.2659
3 0.3636 -1.0116 0.0026 -5.9522
4 0.3333 -1.0986 0.0025 -5.9915
5 0.1111 -2.1972 0.001 -6.9078
6 0.2000 -1.6094 0.0011 -6.8124
7 0.2727 -1.2993 0.0011 -6.8124
8 0.3333 -1.0986 0.0029 -5.8430
9 0.4444 -0.8109 0.0019 -6.2659
10 0.4000 -0.9163 0.0016 -6.4378
11 0.3636 -1.0116 0.0028 -5.8781
12 0.3333 -1.0986 0.0024 -6.0323

Dari data tabel 3 diplotkan kedalam grafik hubungan antara In [HCl’] dengan In V
untuk mencari orde reaksi [HCl’], sehingga didapatkan grafik dibawah ini :

0.0000 In [HCl']
-2.5000 -2.0000 -1.5000 -1.0000 -0.5000
-1.00000.0000
-2.0000
-3.0000
-4.0000
-5.0000
y = 0.7260x - 5.4678
R² = 0.4793 -6.0000
-7.0000
-8.0000
In V
Grafik 14. Grafik hubungan antara In [HCl’] dengan In V

Dari slope grafik di atas didapatkan orde reaksi untuk [HCl’] adalah 0,72 atau
dibulatkan menjadi 1.
 Konsentrasi terkoreksi KI [Kl’] tiap run :
Run 1 dan 5 (volume sama): Run 2 dan 6 (volume sama):
0,1 M x 10 ml 0,1 M x 10 ml
[Kl’] = [Kl’] =
22,5ml 25ml

= 0,0444 M = 0,0400 M

Run 3 dan 7 (volume sama): Run 4,8, dan 12 (volume sama):


0,1 M x 10 ml 0,1 M x 10 ml
[Kl’] = [Kl’] =
27,5ml 30 ml

= 0,0364 M = 0.0333 M

Run 9: Run 10:


0,1 M x 2,5 ml 0,1 M x 5 ml
[Kl’] = = 0,0111 M [Kl’] = = 0,0200 M
22,5ml 25ml
Run 11 :
0,1 M x 7,5 ml
[Kl’] = 27,5ml

= 0,0200 M
Tabel 4. Tabel hasil perhitungan [KI’]

Run [I'] In [I'] V In V


1 0.0444 -3.1135 0.0005 -7.6009
2 0.0400 -3.2189 0.0019 -6.2659
3 0.0364 -3.3142 0.0026 -5.9522
4 0.0333 -3.4012 0.0025 -5.9915
5 0.0444 -3.1135 0.001 -6.9078
6 0.0400 -3.2189 0.0011 -6.8124
7 0.0364 -3.3142 0.0011 -6.8124
8 0.0333 -3.4012 0.0029 -5.8430
9 0.0111 -4.4998 0.0019 -6.2659
10 0.0200 -3.9120 0.0016 -6.4378
11 0.0273 -3.6019 0.0028 -5.8781
12 0.0333 -3.4012 0.0024 -6.0323

Dari data tabel 4 diplotkan kedalam grafik hubungan antara In [Kl’] dengan In V
untuk mencari orde reaksi [Kl’], sehingga didapatkan grafik dibawah ini :

-5.8000 In [l']
y = 0.3097x
-5.0000 - 4.9600
-4.0000 -3.0000 -2.0000 -1.0000 0.0000
R² = 0.3593 -5.9000

-6.0000

-6.1000

-6.2000

-6.3000

-6.4000

-6.5000
In V
Grafik 15. Grafik hubungan antara In [Kl’] dengan In V

Dari slope grafik di atas didapatkan orde reaksi untuk [Kl’] adalah 0,30 atau
dibulatkan menjadi 0.

2. Perhitungan untuk mencari nilai K


Diketahui : orde reaksi [Aseton’] = 2
orde reaksi [HCl’] =1
orde reaksi [I’] = 0
Ditanya : K= …?
Jawab :
Unruk mencari nilai K digunakan rumus dibawah ini :
V
K=
[Aseton ] x [HCl′ ]y x [I′ ]z
′ x

 Run 1 : Run 9 :
0.0005 0.0019
K= K=
[0.3333]2 x [0.4444]1 x [0.0444]0 [1.3333]2 x [0.4444]1 x [0.0111]0

= 0.0020 = 0.0005

 Run 2 : Run 10 :
0.0019 0.0016
K= K=
[0.6000]2 x [0.4000]1 x [0.0400]0 [1.2000]2 x [0.4000]1 x [0.0200]0

= 0.0021 = 0.0004

 Run 3 : Run 11 :
0.0026 0.0028
K= K=
[0.8182] x [0.3636]1 x [0.0364]0
2 [1.0909]2 x [0.3636]1 x [0.0273]0

= 0.0014 = 0.0009

 Run 4 : Run 12 :

0.0025 0.0024
K= K=
[1.0000]2 x [0.3333]1 x [0.0333]0 [1.0000]2 x [0.3333]1 x [0.0333]0

= 0.0008 = 0.0008

 Run 5 :
0.001
K=
[1.3333]2 x [0.1111]1 x [0.0444]0

= 0.0001

 Run 6 :

0.0011
K=
[1.2000]2 x [0.2000]1 x [0.0400]0

= 0.0002

 Run 7

0.0011
K=
[1.0909]2 x [0.2727]1 x [0.0364]0

= 0.0003

 Run 8 :
0.0029
K= = 0.0010
[1.0000]2 x [0.3333]1 x [0.0333]0
Tabel 6. Tabel hasil perhitungan Konstanta Laju (K)

Run V (m/s) [Aseton']2 [HCl']1 [I']0 K


1 0.0005 0.1111 0.4444 1.0000 0.0020
2 0.0019 0.3600 0.4 1.0000 0.0021
3 0.0026 0.6694 0.3636 1.0000 0.0014
4 0.0025 1.0000 0.3333 1.0000 0.0008
5 0.001 1.7778 0.1111 1.0000 0.0001
6 0.0011 1.4400 0.2 1.0000 0.0002
7 0.0011 1.1901 0.2727 1.0000 0.0003
8 0.0029 1.0000 0.3333 1.0000 0.0010
9 0.0019 1.7778 0.4444 1.0000 0.0005
10 0.0016 1.4400 0.4 1.0000 0.0004
11 0.0028 1.1901 0.3636 1.0000 0.0009
12 0.0024 1.0000 0.3333 1.0000 0.0008
K rata-rata 0.0009
Dari hasil perhitungan, didapat konstanta laju reaksinya adalah 0,0009. Sehingga
persamaan laju reaksi untuk percobaan ini adalah :
V = 0,0009 x [Aseton]2 x [HCl]1

NILAI PERCOBAAN :

Tes Kerja Laporan


Pendahuluan Praktikum Nilai Akhir
(0-100) (0-100) (0-100)

Praktikan,
Mengetahui
Asisten,

SantiNurAini
Matius
1413100048

Nama : Nama :
NRP :

Anda mungkin juga menyukai