Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

PENENTUAN ORDE REAKSI IODINASI ASETON


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktikum Kimia Fisik
Dosen Pengampu : Dr. Fitri Khoerunnisa, M.Si.
Dr. Galuh Yuliani, M.si., Ph.D.

Tanggal Percobaan: selasa, 30 Maret 2021

disusun oleh :
Diah Indriati (1902673)
rekan kerja :
Afviva Nissa (1909678)
Arrizal Abdul Aziz (1906235)
Salsabila Yaafi S (1900277)
Kelompok 6

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
PENENTUAN ORDE REAKSI IODINASI ASETON

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan hukum laju iodinasi Aseton berdasarkan data pengukuran absorbansi
larutan
2. Menghubungkan data laju iodinasi Aseton dengan mekanisme reaksi

B. Dasar Teori
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Laju
rekasi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul
produk terhadap waktu. Laju rekasi tidak tetap, melainkan berubah terus menerus seiring
dengan perubahan konsentrasi.
(Chang,2006)

gambar 1. Grafik Laju Reaksi antara Waktu dengan Konsentrasi Produk dan Reaktan
(Atkins, 2010)
Katalis adalah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia, tetapi pada akhir
reaksi tidak mempengaruhi produk yang terbentuk. Katalis tidak muncul dalam persamaan
kimia. Sifat dari katalis adalah katalis tidak bereaksi secara permanen, katalis
tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi, katalis bekerja pada suhu optimum.
Katalis memumngkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada
suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicu oleh atalis terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
(Chang, 2006)
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama, yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan rektan
yang akan dikatalisnya. Katalis homogen adalah katalis yang memiliki fase yang sama
dengan reaktan yang akan dikatalisnya.
Berikut ini adalah skema umum reaksi katalitik:
A + C → AC .....................................................................................................................(1)
B + AC → AB + C ............................................................................................................(2)
C adalah katalis, meskipun katalis C termakan pada tahap reaksi 1, namun selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhan menjadi:
A + B + C → AB + C ........................................................................................................(3)
Katalis homogen terdiri dari katalis asam dan basa, contohnya HCl, H2SO4, NaOH,
KOH. Katalis ini umumnya digunakan pada skala laboratorium, karena sulit diakukan
secara komersil, operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga
peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis.
(Engel, Dkk,2013)
Hukum Laju adalah hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi yang dapat
diperoleh dari data eksperimen. Hukum laju diperoleh secara eksperimen dan tidak
bergantung pada stokiometri. Hukum laju dapat dinyatakan sebagai:
Dalam suatu reaksi A → B, laju reaksinya adalah:
𝑉 = 𝑘[𝐴]𝑥
Dalam suatu reaksi A + B → C, laju reaksinya adalah:
𝑉 = 𝑘[𝐴]𝑥 [𝐵]𝑦
dimana: k = tetapan Laju Reaksi
x dan y = orde reaksi
(Petrucci, 1987)
Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi
komponen itu dalam hukum laju. Orde reaksi tidak dapat dituliskan dari persamaan reaksi,
melainkan harus data eksperimen. Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam
persamaan reaksi kimia yaitu:
• Reaksi orde nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi lau reaksi.
Persamaan laju reaksi yang berorde 0 yaitu 𝑉 = 𝑘[𝐴]0 .
(Syukri,1999)

Gambar 2. Grafik laju reaksi Orde 0


(Petrucci, 1987)
• Reaksi orde satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi tersebut. Jika konsentrasi pereaksi
tersebut dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau tiga kalinya.
Persamaan laju reaksi yaitu 𝑉 = 𝑘[𝐴].
(Syukri,1999)

Gambar 2. Grafik laju reaksi orde 1


(Petrucci,1987)
• Reaksi orde dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentasi zat
itudilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih
besar. Persamaan laju reaksi yaitu 𝑉 = 𝑘[𝐴]2 .
(Syukri,1999)

Gambar 2.4 Grafik laju reaksi Orde 2


(Petrucci, 1987)
Reaksi antara aseton dan iod dalam larutan air sebagai berikut:
𝐶𝐻3 − 𝐶𝑂 − 𝐶𝐻3 + 3𝐼2 → 𝐶𝐻3 − 𝐶𝑂 − 𝐶𝐼3 + 3𝐻𝐼
Berjalan lambat tanpa katalis. Dalam suasana asam reaksi ini berlangsung dengan cepat
dan hukum laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑑𝐼2
− = 𝑘[𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛]𝑎 [𝐼2 ]𝑏 [𝐻 + ]𝑐
𝑑𝑡
dengan menggunakan aseton dalam asam dalam jumlah berlebih, persamaan reaksinya
dapat diubah menjadi:
𝑑𝐼2
− = 𝑘𝑐𝑎 [𝐼2 ]𝑏
𝑑𝑡
dengan k’ = k [aseton]a[H+]c. Reaksi ini dapat dimonitor dengan cara menentukan
konsentrasi I2 sebagai fungsi waktu. Dari data ini, ditentukan nilai b, yaitu orde terhadap
iod. Orde reaksi terhadap aseton dan terhadap asam dapat ditentukan dengan cara
mengubah konsentrasi awal kedua zat tersebut.
(Taba, 2012)

C. Alat dan Bahan


• Alat
- Spektrofotometer UV-Vis 1 set
- pipet volumetric 10 mL 1 buah
- tabung reaksi 2 buah
- stopwatch 1 buah
- pipet tetes 1 buah
- hot plate 1 set
- gelas kimia 250 mL 1 buah
- statif dan klem 1 set
- thermometer 1 buah
• Bahan
- aseton 32 mL
- iodin 34 mL
- HCl 32 mL
- aquades secukupnya
• Spesifikasi Bahan

No Nama Bahan Spesifikasi


Sifat Fisika Sifat Kimia
Berwujud cairan, tidak
berwarna, tidak berbau, Tidak mudah terbakar, stabil
titik didih 100oC, titik dalam kondisi normal,
Aquadest
leleh 0oC, densitas 0.998 incompatible dengan bahan
[H2O]
g/mL, massa molekul 18 natrium logam
1
0 g/mol
0 0
Bahaya Penanggulangan
Menghasilkan produk Kondisi yang harus
penguraian yang dihindari: Temperatur yang
berbahaya (Hidrogen, dan sangat tinggi atau rendah.
Oksigen)
Sifat Fisika Sifat Kimia
Tidak diklasifikasikan
Berwujud cairan, tidak sebagai bahan mudah
Aseton berwarna, berbau seperti meledak namun dapat

[(CH3)2CO] buah, titik lebur -95.4OC, membentuk campuran


titik didih 56.2OC, densitas mudah meledak dengan
3 0.79 g/cm3, viskositas 0.32 udara, peka terhadap cahaya
1 0
mPa.s pada 20OC. berat dan air, membentuk produk
molekul: 58.08 g/mol penguraian berbahaya
2
(karbon monoksida)
Bahaya Penanggulangan
Cairan dan uap amat Jauhkan dari
mudah menyala. panas/percikan/api terbuka
Menyebabkan iritasi mata /permukaan yang panas.
yang serius. Dapat JIKA TERKENA MATA:
menyebabkan mengantuk Bilas dengan seksama
dan pusing. Pendedahan dengan air untuk beberapa
berulang-kali dapat menit. Simpan di tempat
menyebabkan kulit kering berventilasi baik. Jaga
atau pecah-pecah wadah tertutup kedap/rapat.
Asam Klorida Sifat Fisika Sifat Kimia
[HCl] Berwujud cairan, tidak

0 berwarna, dan berbau Reaktif terhadap logam,


3 2 pedih, titik didih 83oC, stabil dalam suhu ruang
titik leleh -66oC
Bahaya Penanggulangan
3 Jika terkontaminasi lepaskan
Korosif terhadap logam,
semua pakaian yang
menyebabkan kulit
terkontaminasi dan bilas
terbakar yang parah, iritasi
dengan air selama 15 menit
saluran pernapasan,
jika teriritasi, simpan pada
kerusakan mata,
wadah non-logam dan
keracunan pada ikan
tertutup rapat
Sifat Fisika Sifat Kimia
Berwujud padatan,
berwarna ungu kehitaman, Stabil dalam suhu ruang,
berbau khas iodine, titik namun dapat tersublimasi,
Iodin didih 184oC, titik leleh menghasilkan produk
[I2] 113oC, massa molekul dekomposisi berbahaya; HI.
0 253.81 g/mol
3 0
4 Bahaya Penanggulangan
Simpan dalam wadah yang
sejuk dan kering dalam botol
Menyebabkan iritasi mata tertutup. Jika terkena
dan kulit bahkan hingga mata/kulit: bilas dengan
terasa terbakar, cukup air selama 15 menit,
cari pertolongan medis bila
diperlukan.
Fisher Scientific. (2007). Material Safety Data Sheet Iodine. [Online] Tersedia pada
www.fscimage.fishersci.com [Diakses pada 3 April 2021]
Labchem, Inc. (2020). Water Safety Data Sheet. [Online] Tersedia pada
www.labchem.com [Diakses pada 3 April 2021]
PT-Smartlab.Indonesia. (2017). Lembar Data Keselamatan Bahan – Hydrochloric
acid. [Online] Tersedia pada www.smartlab.co.id [Diakses pada 3
April 2021]
PT.Smart-Lab Indonesia. (2017). Lembar Data Keselamatan Bahan. [Online] Tersedia
pada www.smartlab.co.id [Diakses pada 3 April 2021]
D. Langkah Kerja dan Pengamatan

Langkah Kerja Pengamatan

Konsentrasi sebelum pengenceran:


Air, HCl, Aseton
Aseton = 4 M
▪ Dimasukkan ke dalam tabung A
HCl = 0,99 M
(setiap percobaan digunakan
Iodin = 5,02 x 10-3 M
masing-masing volume yang
berbeda, namun dengan total
Air: cairan tidak berwarna
volume yang sama)
Aseton: cairan tidak berwarna
Air, HCl, Aseton dalam tabung A HCl: cairan tidak berwarna
Iodin: cairan berwarna coklat kemerahan

Larutan Iodin

▪ Dimasukkan ke dalam tabung B Campuran Air+HCl+Aseton: cairan tidak


(setiap percobaan digunakan berwarna
volume yang berbeda) Campuran Air+HCl+Aseton+Iodin:

Larutan Iodin dalam tabung B cairan berwarna coklat kemerahan


Campuran Air+HCl+Aseton+Iodin ketika
absorbansinya nol: cairan tidak berwarna

Tabung A dan B

▪ Dimasukkan ke dalam penangas


air
▪ Isi tabung A dan B dicampurkan
▪ Dinyalakan stopwatch
Suhu penangas air = 20,8oC
Air + HCl + Aseton +Iodin

▪ Dipipetkan ke dalam kuvet


▪ Kuvet dimasukkan ke dalam alat
sprectrofotometer
▪ Dihentikan stopwatch ketika
absorbansi mendekati nol
▪ Dicatat waktu yang diperlukan
hingga absorbansi mendekati nol
▪ Percobaan diulangi untuk setiap
variasi volume masing-masing
larutan yang digunakan

Hasil

E. Data Pengamatan
konsentrasi awal Aseton = 4 𝑀
konsentrasi awal HCl = 0,990 𝑀
konsentrasi awal Iodin = 5,02 × 10−3 𝑀

F. Perhitungan
1. konsentrasi awal
2 𝑚𝐿
Aseton a. 𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2 𝑀2 = 4 𝑀. 8 𝑚𝐿
2 𝑚𝐿
= 1𝑀 𝑀2 = 0,990 𝑀. 8 𝑚𝐿 a. 𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
2 𝑚𝐿
b. 𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2 𝑀2 = 5,02 × 10−3 𝑀. 8 𝑚𝐿
= 0,25 𝑀
4 𝑚𝐿
𝑀2 = 4 𝑀. 8 𝑚𝐿 b. 𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
= 0,001 𝑀
4 𝑚𝐿
= 2𝑀 𝑀2 = 0,990 𝑀. 8 𝑚𝐿
b. 𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
= 0,50 𝑀 4 𝑚𝐿
HCl 𝑀2 = 5,02 × 10−3 𝑀. 8 𝑚𝐿
a. 𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
Iodin = 0,003 𝑀

2. laju reaksi
[𝐼2 ]0 0,001 𝑀
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = = 3,72 𝑚𝑖𝑛 = 0,016129 𝑀/𝑠
∆𝑡

percobaan ke- [𝒂𝒔𝒆𝒕𝒐𝒏] [𝑯𝑪𝒍] [𝒊𝒐𝒅𝒊𝒏]𝟎 laju reaksi


1 1𝑀 0,25 𝑀 0,001 𝑀 0,016129
2 1𝑀 0,25 𝑀 0,001 𝑀 0,016216
3 1𝑀 0,25 𝑀 0,001 𝑀 0,015707
4 2𝑀 0,25 𝑀 0,001 𝑀 0,035928
5 2𝑀 0,25 𝑀 0,001 𝑀 0,034682
6 2𝑀 0,25 𝑀 0,001 𝑀 0,033333
7 1𝑀 0,50 𝑀 0,001 𝑀 0,033333
8 1𝑀 0,50 𝑀 0,001 𝑀 0,034286
9 1𝑀 0,50 𝑀 0,001 𝑀 0,032967
10 1𝑀 0,25 𝑀 0,003 𝑀 0,024096
11 1𝑀 0,25 𝑀 0,003 𝑀 0,026354
12 1𝑀 0,25 𝑀 0,003 𝑀 0,025788
13 1𝑀 0,25 𝑀 0,003 𝑀 0,025281

3. orde reaksi
percobaan 3 dan 4
𝑧
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 3 [𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 ] 𝑥 [𝐻𝐶𝑙 ] 𝑦 [𝐼 ]
= ([𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛𝑘𝑒−3]) ([𝐻𝐶𝑙𝑘𝑒−3]) ([𝐼2𝑘𝑒−3 ])
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 4 𝑘𝑒−4 𝑘𝑒−4 2 𝑘𝑒−4

a. Orde terhadap aseton (percobaan 3 dan 4)


𝑥 𝑦 𝑧
𝑟𝑎𝑡𝑒4 𝑘 [𝐶3 𝐻6 𝑂] [𝐼2 ] [𝐻 + ]
= ( ) ( ) ( +)
𝑟𝑎𝑡𝑒3 𝑘 [𝐶3 𝐻6 𝑂] [𝐼2 ] [𝐻 ]
𝑦
0,013 𝑥 10−3 𝑀/𝑠 𝑘 2 𝑀 𝑥 2,51 𝑥 10−3 0,2475 𝑀 𝑧
= ( ) ( ) ( )
0,005 𝑥 10−3 𝑀/𝑠 𝑘 1 𝑀 1,255 𝑥 10−3 0,2475 𝑀
2,6 = (2)𝑥
𝑥 = 1,38
𝑥≈1
b. Orde terhadap iodine (percobaan 1 dan 10)
𝑥 𝑦 𝑧
𝑟𝑎𝑡𝑒10 𝑘 [𝐶3 𝐻6 𝑂] [𝐼2 ] [𝐻 + ]
= ( ) ( ) ( +)
𝑟𝑎𝑡𝑒1 𝑘 [𝐶3 𝐻6 𝑂] [𝐼2 ] [𝐻 ]
𝑦
0,006 𝑥 10−3 𝑀/𝑠 𝑘 1 𝑀 𝑥 1,255 𝑥 10−3 0,2475 𝑀 𝑧
= ( ) ( ) ( )
0,006 𝑥 10−3 𝑀/𝑠 𝑘 1 𝑀 1,255 𝑥 10−3 0,2475 𝑀
1 = (2)𝑥
𝑥=0
c. Orde terhadap H+ (percobaan 2 dan 7)
𝑥 𝑦 𝑧
𝑟𝑎𝑡𝑒7 𝑘 [𝐶3 𝐻6 𝑂] [𝐼2 ] [𝐻 + ]
= ( ) ( ) ( +)
𝑟𝑎𝑡𝑒2 𝑘 [𝐶3 𝐻6 𝑂] [𝐼2 ] [𝐻 ]
𝑦
0,012 𝑥 10−3 𝑀/𝑠 𝑘 1 𝑀 𝑥 1,255 𝑥 10−3 0,495 𝑀 𝑧
= ( ) ( ) ( )
0,006 𝑥 10−3 𝑀/𝑠 𝑘 1 𝑀 1,255 𝑥 10−3 0,2475 𝑀
2 = (2)𝑥
𝑥=1
Hukum Laju :
𝑟 = 𝑘[𝐶3 𝐻6 𝑂][𝐻 + ]

G. Pembahasan dan Analisis Data

Praktikum pada percobaan ini berjudul “Penentuan Orde Reaksi Iodinasi Aseton”
dengan tujuan Menentukan hukum laju iodinasi Aseton berdasarkan data pengukuran
absorbansi larutan dan Menghubungkan data laju iodinasi Aseton dengan mekanisme
reaksi.

Dalam persamaan laju reaksi terdapat variabel orde reaksi. Orde reaksi merupakan
jumlah pangkat konsentrasi dari zat yang bereaksi (reaktan). Orde reaksi dapat berupa
bilangan bulat positif kecil, namun dalam beberapa hal dapat berupa bilangan pecahan atau
nol. Pada umumnya, reaksi kimia memiliki orde reaksi berupa bilangan bulat positif. Nilai
orde reaksi tidak dapat ditentukan dari harga koefisien reaksi, melainkan berdasarkan
percobaan. Orde suatu reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi setiap zat yang
bereaksi.

Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin besar pula,
dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil pula.
Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang
dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam
persamaan laju reaksi dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi
kimia pada prinsipnya menetukan pengaruh seberapa besar perubahaan konsentrasi laju
reaksi terhadap konsentrasi pereaksi.

Pada praktikum ini dilakukan percobaan sebanyak 13 kali pengulangan dengan


viariasi komposisi yang berbeda. Variasi pertama komposisi 2 mL aseton, 2 mL HCl, 2
mL air, dan 2 mL I2; Variasi kedua komposisi 4 mL aseton, 2 mL HCl, dan 2 mL I2; Variasi
ketiga komposisi 2 mL aseton, 4 mL HCl, dan 2 mL I2; Variasi keempat komposisi 2 mL
aseton, 2 mL HCl, dan 4 mL I2. Suhu yang digunakan untuk seluruh percobaan sebesar
20,8oC.

Konsentrasi awal aseton yang digunakan 4 M, HCl 0,990 M, dan iodin 5,02 x 10-3
M. berdasarkan variasi yang telah disebutkan sebelumnya terdapat pengenceran pada
ketiga komponen tersebut, konsentrasi aseton yang digunakan yaitu 1 M dan 2 M, untuk
HCl yang digunakan sebesar 0,25 M dan 0,50 M, dan yang terakhir iodin yang digunakan
yaitu 0,001 M dan 0,003 M. perhitungan laju reaksi digunakan aplikasi excel untuk
[𝐼2 ]0
memudahkan perhitungannya dengan rumus 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = . Dilakukan perhitungan
∆𝑡

untuk mencari orde x, y, dan z sebagaimana tertera dalam sub judul perhitungan diperoleh
nilai x sebesar 1, niali y sebesar 0, dan yang terakhir z sebesar 1. Maka diperoleh persamaan
akhir laju reaksinya sebesar 𝑟 = 𝑘[𝐶3 𝐻6 𝑂][𝐻 + ].

H. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W F., Julio de Paula. (2010). Physical Chemistry ninth edition. NewYork: W. H
Freeman and Company.

Chang, Raymond. (2006). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

Petrucci, Ralph. (1987). Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.

Syukri. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung: ITB Press

Thomas Engel. (2013). Physical chemistry. Kanada: Pearson education inc.


Taba, P., Kasim, A.H., Zakir, M., dan Fauziah, S. (2012). Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Makassar: Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dandan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

LAMPIRAN

Prelab
1. turunkan persamaan 5.2 dari hukum Lambert-Beer

2. diketahui data laju awal suatu reaksi pada beberapa variasi konsentrasi reaktan
[𝑨]𝟎
𝑴 5,0 8,2 17 30
𝟏𝟎−𝟑
𝑳𝒂𝒋𝒖 𝒂𝒘𝒂𝒍
𝑴/𝒔 3,6 9,6 41 130
𝟏𝟎−𝟕
tentukan orde reaksi terhadap A dan tetapan lajunya!
jawab
𝑟 = 𝑘[𝐴]0
log 𝑟 = log 𝑘 + 𝑛 . log[𝐴]
log 𝑟 = 𝑛 . log[𝐴] + log 𝑘

laju awal (r) [𝐴]0 log r log [𝐴]0

0,00000036 0,005 -6,4437 -2,30103


0,00000096 0,0082 - -2,08618615
6,01773
0,0000041 0,017 - -1,76955108
5,38722
0,000013 0,03 - -1,52287875
4,88606

Anda mungkin juga menyukai