Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Pembuatan suatu sediaan tablet
dipengaruhi oleh granul yang menyusunnya. Kerusakan pada tablet sering
menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat oleh konsumen. Hal ini menyebabkan
sebelum sampai ke pemasaran, granul dan tablet yang diproduksi dalam industri
farmasi harus dilakukan evaluasi terlebih dahulu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Sediaan Solida. Tugas ini disusun dengan mempelajari materi tentang
“Evaluasi Sediaan Tablet” dimana materi ini akan menjadi pembelajaran untuk
mengetahui cara mengevaluasi suatu sediaan tablet agar menjadi sediaan yang
baik dan stabil baik ketika di produksi hingga sampai ke konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa tujuan dilakukannya evaluasi granul dan tablet?
- Bagaimana cara melakukan evaluasi granul meliputi uji kelembaban, sifat
alir, keseragaman ukuran partikel, bobot jenis, dan kadar zat aktif setra dan
evaluasi sediaan tablet meliputi uji organoleptis, kesegaraman ukuran,
kekerasan, friabilitas/friksibilitas, keseragaman sediaan, keseragaman
bobot, dan kandungan, serta higroskopisitas ?

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui tujuan dilakukannya evaluasi granul dan tablet serta
mengetahui cara melakukan evaluasi sediaan tablet.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Granul

Granul merupakan gumpalan partikel-partikel yang lebih kecil umumnya


berbentuk tidak merata dan seperti partikel tunggal yang lebih besar. Granulasi
adalah proses pembesaran ukuran partikel individual atau campuran serbuk untuk
menghasilkan campuran obat dan eksipien dalam bentuk granul yang lebih besar
dan lebih kuat daripada ukuran awal, sedangkan partikel awal masih dapat
diidentifikasi.Tujuan suatu sediaan yang diolah menjadi granul antara lain:
a. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.
b. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free
flowing).
c. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.
d. Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis,
kemampuan dikempa.
e. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability).
(Lachman L., 2008)
2.2 Evaluasi Granul
a. Kadar Air
Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah atau
berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan dihitung
sebagai persen berat dari bahan basah à menggambarkan penyusutan pada saat
pengeringan à loss on drying (LOD). (terutama dalam proses granulasi bawah)
%LOD = x 100
Pengukuran lain untuk menyatakan kelembaban dalam zat padat ialah berdasarkan
berat kering yaitu, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering disebut
kandungan lembap (moisture content, MC)(Lachman,1984).

2
b. Kecepatan Alir (Metode Flodex)
Metode ini didasarkan pada kemampuan serbuk untuk jatuh secara bebas
melalui lubang berdiameter tertentu. Dengan demikian, indeks sifat alir
(flowability index) dinyatakan sebagai diameter (millimeter) terkecil yang dapat
dilalui serbuk secara bebas pada pengulangan tiga kali secara berurutan
(Lachman,1984).
c. Sudut Diam
Sudut diam dapat ditentukan dengan menggunakan peralatan sederhana
yaitu menuangkan sampel melalui corong kemudian mengukur sudut yang
terbentuk. Jadi sudut diam adalah sudut yang terbentuk oleh serbuk pada
permukaan horizontal. Biasanya sudut diamyang dibentuk oleh serbuk farmasetik
berkisar antara 20o-40o, dan secara umum serbuk semakin rendah sudut diam
maka serbuk semakin baik sifat alirnya (free flowing) (Lachman,1984).
d. Kompresibilitas
BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik.
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan ( diketuk 500x).
Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index (Lachman,1984).
e. Porositas
Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat
memiliki nilai porositas yang tetap yaitu diantara 37-40%, sedangkan yang
berbentuk kubus memiliki nilai porositas yang lebih tinggi yaitu 46%.
Porositas atau keadaan yang berongga-rongga ini dapat digunakan untuk
menjelaskan tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan
perbandingan nilai volume antara partikel dengan volume total (Lachman,1984).

3
2.3 Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan.
Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu
dengan cara memberi tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan
metode cetak, yaitu dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM., 1995).
Tablet adalah sediaan farmasi yang padat, berbentuk bundar pipih atau cembung
rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar dipasaran bila dibandingkan dengan
bentuk-bentuk obat lainnya. Ini disebabkan karena bentuk “tablet” ini adalah
bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan
pemakainnya. Untuk pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga
diperlukan zat tambahan/zat pembantu, misalnya talk, amilum, magnesium,
stearat dsb (Widjajanti, 1989).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya tabung pipih, permukaannya rata atau cembung,
mengandung obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Obat tunggal atau campuran
beberapa jenis obat, diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika
perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dengan cara
kering atau basah tergantung dari sifat obatnya (Jas, 2007).

2.4 Evaluasi Tablet


Evaluasi tablet bertujuan untuk menjaga mutu tablet tetap sama, dilakukan
uji-uji sebagai berikut:
a. Organoleptik
Mengamati bentuk, bau, dan rasa secara visual.
b. Uji keseragaman bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini
ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-

4
tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat
yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. (Soekemi, A. R.,
1987).
c. Uji kekerasan
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan, pengepakan
dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam
satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang
digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur
berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet
umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk
menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).
d. Uji keregasan
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet. Cara
lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya.
Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk
menguji keregasan tablet digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet
dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann
tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau 100
kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-
mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus
lebih kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).
e. Uji waktu hancur
Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem pencernaan, maka
tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat kecairan tubuh. Waktu hancur
adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil.
Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan
tablet hancur didalam air atau cairan lambung (Ansel, H.C., 1989).
f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah
tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut
tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik

5
dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan
cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope
Indonesia (Depkes RI, 1995).

6
BAB III
ISI

3.1 Evaluasi Granul


3.1.1 Uji Kelembaban / Kandungan Air
Uji kelembaban dilakukan untuk menetapkan kadar air dalam kandungan
massa serbuk atau granul melalui proses pemanasan. Alat yang digunakan adalah
moisture analytica balance. Uji ini dilakukan dengan cara menimbang 5 atau 10
gram ssampel, lalu dimasukkan kedalam alat tersebut dan kemudian dilakukan
pengujian sesuai protab yang ditetapkan oleh pabrikan alat uji yang digunakan.
Hasil dinyatakan memenuhi syara jika kadar air yang terkandung pada granul
yaitu 1-3 % (Depkes RI, 1995)

3.1.2 Uji Sifat Alir


Uji sifat alir dilakukan untuk mengetahui granul yang dibuat mempunyai
sifat alir yang baik, karena sifat alir granul akan sangat berpengaruh pada daya alir
granul saat proses pengempaan. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran partikel, kondisi permukaan, kelembaban dan penambahan bahan pelicin.
Sedangkan waktu alir merupaan faktor penting dalam pembuatan tablet. aliran
massa tablet yang baik dapat menjamin bobot tablet yang dihasilkan (Lieberman,
1994). Sudut baring digunakan untuk menentukan sifat alir, dimana semakin datar
kerucut artinya sudut kemiringan semakin kecil maka sifat aliran serbuk/granul
semakin baik. Menurut British Pharmacopedia Edisi IV, suatu granul memiliki
sudur baring yang sangat baik jika kurang dari 30° maka granul mengalir bebas
dikatakan granul memiliki sifat alir yang baik. Penetapan pengggolongan sifat alir
serbuk berdasarkan kecepatan alirnya dapat ditentukan dari bobot (gram) serbuk
yang keluar dari alat uji per satuan waku (detik). Sifat laju alir serbuk (gram/detik)
dapat dilihat dari tabel (Voight, 1994).

7
3.1.3 Uji Keseragaman Ukuran Partikel
Uji keseragaman ukuran partikel dilakukan untuk Memastikan keseragaman
ukuran granul sehingga kandungan dari tiap granul seragam. Uji ini dilakukan
menggunakan alat granulometer. Prinsipnya adalah Granul dilewati melalui
susunan pengayak dalam berbagai ukuran yang disusun bertingkat satu sama lain
dengan pengayak berukuran paling halus diletakkan paling bawah. Granul yang
tertinggal dimasing-masing mesh dihitung persentasenya serta ukuran
diameternya (Liebermann and Lachman, 1986). Bila diperoleh sampel (>40%)
pada ayakan #6 maka metode granulasi/formulasi yang dilakukan tidak baik sebab
lebih banyak yang berbentuk fines/serbuk. Ukuran partikel yang baik terdapat
pada hasil ayakan #3-4 , sehingga presentase sebaran yang paling banyak
hendaknya pada rentang ini (>40%).

3.1.4 Uji Bobot jenis / Densitas Kemampatan


Evaluasi uji bobot jenis/ densitas kemampatan bertujuan untuk melihat
keseragaman ukuran granul sehingga dapat menjamin aliran granul dan juga
keseragaman kandungan granul. Evaluasi ini dilakukan dengan lima cara yaitu
dari BJ sejati, BJ nyata, dan BJ mampat, perbandingan Haussner, kadar
pemampatan, dan persen kompresibilitas.
Bobot jenis sejati yaitu bobot jenis sesungguhnya dari sampel yang akan
dihitung. Digunakan pelarut paraffin liquid, karena akan mengusir rongga udara
yang terbentuk antar partikel granul/ serbuk. Bobot jenis sejati diukur dengan
menggunakan piknometer. Bobot jenis nyata (tampak) dari sampel yaitu bobot
(gram) per volume (mL) sampel uji yang terbentuk ketika dimasukkan ke dalam
gelas ukur dari Tapped Density Tester tanpa ada pemampatan atau pengetukan.
Hal ini memberikan pengertian bahwa bobot nyata adalah bobot per volume
(sampel + rongga udara). Bobot mampat yaitu bobot (gram) per volume (mL)
sampel uji yang telah dimampatkan oleh bantuan mekanik berupa pengetukan
gelas ukur dari Tapped Density Tester. Hal ini memberikan pengertian bahwa
bobot jenis mampat adalah bobot per volume (sampel - rongga udara).

8
Perbedaan dari BJ sejati dengan BJ mampat yaitu BJ mampat hanya mengisi
ruang kosong dari rongga udara yang terbentuk antar partikel melalui pergeseran
partikel berdasarkan penempatan ulang sesuai bentuk morfologi partikelnya,
sehingga tidak sepenuhnya dapat mengusir udara dan pada bagian bawah akan
lebih padat daripada bagian atas. Sedangkan BJ sejati, seluruh rongga udara terisi
oleh parafin liquid sehingga udara yang terjebak diantara partikel pun akan terusir
dan keluar berupa gelembung udara.
Angka Haussner diperoleh dengan membagi BJ mampat dan BJ nyata.
Semakin tinggi faktor Haussner, maka semakin buruk sifat aliran granul. Menurut
Voight (1994:158) granul memenuhi syarat angka Haussner apabila ≈ 1. Kadar
pemampatan diperoleh dari volume nyata dikurangi dengan volume mampat
dibagi dengan volume nyata dikalikan 100%, Menurut Voight (1994:158), granul
memenuhi syarat kadar pemampatan apabila ≤ 20%.
Persen kompresibilitas diperoleh dari hasil perbandingan selisih antara BJ
mampat dan BJ nyata dibagi dengan BJ mampat dikalikan 100 %. Sifat alir serbuk
yang sangat baik memiliki nilai persen kompresibilitas 5-15%, sifat alir serbuk
yang baik memiliki nilai persen kompresibilitas 16-25%, dan sifat alir serbuk
sangat buruk memiliki nilai persen kompresibilitas ≥ 26% (Siregar, 2010).

3.1.5 Uji Kadar zat aktif

Uji kadar zat aktif dilakukan untuk mengetahui kadar zat aktif sehingga bisa
menjamin keakuratan dosis pada sediaan akhirnya. Pengujian ini dilakukan sesuai
dengan monografi zat aktif dalam formula. Alat yang digunakan untuk
menentukan kadar zat aktif yaitu spektrofotometri UV- Vis, kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT), dan titrasi asam basa.

3.2 Evaluasi Tablet


3.2.1 Uji Organoleptis
Uji Organoleptis dilakukan untuk mengetahui sifat fisik sediaan meliputi
bentuk, warna, bau, dan rasa. Uji organoleptis ini bisa dilakukan dengan uji
higroskopis. Sifat organoleptik suatu tablet dapat dipengaruhi oleh berbagai

9
faktor, misalnya proses pencampuran atau pembuatan massa cetak, di mana jika
pengadukan atau pencampuran kurang baik, tablet akan terlihat tidak homogen.
Selain itu, kebersihan mesin cetak juga dapat mempengaruhi organoleptik tablet,
misalnya penggunaan oli pada mesin cetak dapat membuat oli mengenai tablet
(terlihat berbintik-bintik) sehingga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan
bahkan berpengaruh kepada kesehatan pasien. Bintik- bintik pada tablet juga
dapat disebabkan oleh pencampuran warna yang tidak homogen ataupun karena
adanya kotoran yang mengkontaminasi massa cetak.

3.2.2 Uji Keseragaman ukuran


Uji keseragaman ukuran dibutuhkan untuk mengukur diameter dan
ketebalan tablet. Diameter yang terlalu besar atau tablet yang terlalu tebal akan
menyulitkan pasien untuk mengonsumnsinya. Berdasarkan FI edisi III, untuk
tablet tak bersalut diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurangdari 1 1/3
kali tebal tablet.
Ketebalan berhubungan dengan kekerasan sediaan padat (tablet), selain
percetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran
massa cetak atau pada pengisi granul ke dalam die oleh karena itu perlu dilakukan
pengujian. Pada pengujian keseragaman ukuran alat yang digunakan ialah jangka
sorong. Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 tablet
kemudia Ukur diameter dan tebal masing-masing tablet dengan menggunakan
jangka sorong. Hasil pengukuran masing-masing tablet dicatat.

3.2.3 Uji Kekerasan


Kekerasan tablet adalah suatu parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, tekanan dan
kemungkinan terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan/pengepakan,
pengangkutan dan penyimpanan. Alat yang digunakan pada pengujian ialah
hardness tester, faktor yang dapat mempengaruhi kekerasan tablet antara lain
metoda granulasi, tekanan kompresi, kekrasan granul, serta macam, dan jumlah
bahan pengikat yang akan digunakan. Tablet yang baik mempunyai kekerasan

10
antara 4-8 kg (Parrott, 1971). Sedangkan menurut Fonner et al. (1981) kekerasan
minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Tablet yang
pembuatannya melalui tahap granulasi kekarasan dipengaruhi oleh ikatan yang
terjadi antara partikel setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins, 1977).
Kekuatan peregangan tablet, menurut Rudnic dan Kottke (1996) dapat dihitung
lewat kekuatan tablet, yaitu jika beban yang diperlukan untuk menghancurkan
tablet telah dapat ditentukan. Apabila penentuan kekerasan tablet menggunakan
arah diameter tablet maka kekuatan peregangan tablet dapat dihitung melaui
rumus :

Dimana:
𝜎𝑑 = kekuatan peregangan tablet
H = Ketebalan Tablet
Sedangkan bila penentuan kekrasan dari tebalnya tablet, rumus :

3𝐹𝑓 𝐷
𝜎𝑓 =
4𝐷𝐻 2

Dimana:

𝜎𝑑 = kekuatan peregangan tablet


Ff = kekuatan yang diperlukan untuk menghancurkan tablet
D = diameter tablet
D1 = jarak antara puncak tablet
H = ketebalan tablet
Pengujian dilakukan dengan mengambil 5 tablet sebagai sampel.lalu
dilakukan uji satu per satu dengan cara menempatkan tablet secara vertikal pada
ujung alat Hardness Tester, selanjutnya putar spiral pada alat, hingga tablet pecah
secara sempurna.

11
3.2.4 Uji Friabilitas/Friksibilitas
Uji keregasan tablet (Friabilitas) merupakan uji ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan
penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji
kerapuhan (friability tester).Tablet dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak
lebih dari 0,8% (Lachman, dkk, 1994). Uji keregasan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi (pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet.
Keregasan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih
terdapat pada tablet.
Friabilitas dukur dengan friabiator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang
hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator, alat diputar selama
waktu tertentu. pada proses pengukuran friabilator, alat diputar dengan kecepatan
25 putaran permenit dan waktu yang dgunakan adalah 4 menit, jadi ada 100
putaran .dan bobot yang hilangtidak boleh lebih dari 0,8 % (Lachaman L.,1994
:655 & USP 28,2005 : 2745). Uji ini dilakukan dengan cara mengambil sebanyak
20 tablet lalu dibersihkan, kemudian ditimbang (W1 gram), lalu dimasukkan ke
dalam alat friability tester untuk diuji. Alat diset dengan kecepatan putaran 25 rpm
selama 4 menit.Tablet dikeluarkan, lalu bersihkan dan ditimbang kembali (W2
𝑤1−𝑤2
gram). Dihitung % kerapuhan tablet: % Kerapuhan tablet = x 100 %
𝑤1

Friksibilitas merupakan pengujian terhadap kekerasan tablet dimana


parameter yang diukur atau diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan antar
tablet selama waktu tertentu (Lachman,L.,1994Uji Keseragaman Sediaan.

3.2.5 Uji Keseragaman Sediaan


Uji keseragaman sediaan terdiri dari uji keragaman bobot dan uji
keseragaman kandungan. Uji keragaman bobot bertujuan untuk memastikan bobot
tablet yang dibuat memenuhi persyaratan. Alat yang digunakan adalah neraca
analitik. Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, masing-masing ditimbang
kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet (Depkes RI, 1995).

12
Persyaratannya adalah Tidak boleh ada 2 tablet yang masing – masing
menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 pun tablet
menyimpang lebih lebih besar dari yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1995).

Penyimpangan bobot rata – rata (%)


Bobot rata – rata
A B

≤ 25 mg 15 % 30 %

26 – 150 mg 10 % 20 %

151 – 300 mg 7,5 % 15 %

≥ 300 mg 5% 10 %

Sedangkan uji keseragaman sediaan bertujuan untuk Memastikan setiap


tablet mengandung zat akttif yang diprasyaratkan. Uji dilakukan berdasarkan
ketentuan pada monografi zat aktif. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, persyaratan keseragaman kandungan dipenuhi jika :
- jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang
ditetapkan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada
etiket dan
- simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Jika ada 1 satuan terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang
tertera pada etiket dan atau jika simpangan baku relative lebih besar dari 6,0%
dilakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika :
- tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak dalam rentang 75,0% hingga
125,0% dari yang tertera pada etiket dan
- simpangan baku relative dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Dep.
Kes. RI, 1995).

13
3.2.6 Uji Waktu Hancur

Semua obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi oleh saluran pencernaan,


maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam caira tubuh untuk
dilarutkan. Daya hancur penting untuk tablet yang diabsorpsi dalam saluran cerna.
Dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi luas untuk
berkerja lokal dalam tubuh. Waktu hancur dipengaruhi oleh bahan penghancur
dan banyaknya bahan pengkat yang digunakan dalam formulasi obat. Oleh karena
itu tablet yang baik memiliki waktu hancur yang sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan dan dan dapat memberikan efek terapi yang cepat.
Cara pengujian waktu hancur tablet dilakukan dengan mengambil beberapa
tablet dimasukkan dalam tabung. Kemudian cakram dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung. Setelah itu tabung dimasukkan dalam erlenmeyer yang
berisi aquadest bersuhu 37°C ± 2°C. suhu ini di akumulasi sebgai suhu tubuh
manusia. Setelah itu alat (desintegrator) dinyalakan. Data hasil pengujian waktu
hancur tablet dicatat. Waktu yang diperboleh untuk menghancurkan tablet tidak
bersalut salut enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979).

3.2.7 Uji Higroskopisitas

Suatu sediaan tablet harus stabil secara fisik selama masa penyimpanan.
Dikatakan stabil apabila tidak menunjukkan perubahan-perubahan pada tablet.
salah satu uji yang dilakukkan adalah uji higroskopis. Dimana uji ini dilakukkan
untuk mengetahui kemapuan obat untuk menyerap udara atau kelembaban selama
waktu penyimpanan dan dalam waktu tertentu. Pengamatan yang dilakukan
dilihat dari perubahan organoleptis seperti bobot,bentuk dan juga warna tablet.
apabila bobot, bentuk dan juga warna tablet berubah setelah waktu penyimpanan
tertentu maka dinyatakan tablet tidak stabil secara fisik.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Evaluasi sediaan tablet dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan tablet


yang telah dibuat memenuhi persyaratan dan memiliki mutu yang baik. Evaluasi
sediaan tablet meliputi evaluasi granul dan tablet. Evaluasi granul terdiri dari Uji
kelembaban/kandungan air menggunakan alat moisture analytical balance, Uji
sidat alir menggunakan alat flow tester, Uji keseragaman ukuran partikel
menggunakan alat granulometer, Uji bobot jenis/densitas kemampatan
menggunakan alat tappeddensity tester, san Uji kadar zat aktif yang dilakukan
sesuai monografi zat aktifnya. Evaluasi tablet terdiri darai Uji organoleptis, Uji
keseragaman ukuran menggunakan alat micrometer scale, Uji kekerasan
menggunakan alat hardness tester, Uji friabilitas/friksibilitas menggunakan alat
friability and abrasion tester, Uji keseragaman sediaan, Uji waktu hancur
menggunakan alat desintegration tester, dan Uji higroskopisitas dengan
menggunakan alat desikator.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ansel C Howard. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI:
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI:
Jakarta.
Fonner, D. E., Anderson, N. R., and Banker, G. S. (1981). Granulation Tablet
Characteristic in Pharmaceutical Dosage Form. Tablet, Vol II,
Lieberman, H. A., and Lachman L., (Editor), Marcel Dekker Inc: New
york.
Lachman, L. Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi III. UI Press:
Jakarta.
Lachman, L. H. A Lieberman, dan J.L Kanig. (2008) Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi Ketiga. UI Press: Jakarta.

Parrott, E.L. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,


3th. Burgess Publishing Company: Minneapolis.
Rawlins, E.A. (1977). Bentley's Textbook of Pharmaceutics, 8 th ed., Casell &
Collin. Macmillan Publ.Ltd: New York.
Rhoihana, D. (2008). Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol
Produk Generik dan Produk Dagang. Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Surakarta
Rudnic E. M., and Kottke M. K. (1996). Tablet Dosage Form, In Modern
Pharmaceutics, 3nd. Marcel Dekker: New York.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar
Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Universitas
Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai