2. M. Azwar
XI MIPA 2
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana
kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan
juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga
karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih
baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang
dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat
mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai
pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan
tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-
bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Kami juga mengharapkan kinerja
yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas makanan yang
merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang dihasilkan dari
Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.
Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Siswa Siswi SMA N 1 Batang dan seluruh pembaca serta masyarakat Indonesia yang
menginginkan kemajuan bangsa dan kecerdasan bangsa.
PRAKATA
Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian
penggunaan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua
bahan tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika
penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai
penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal
ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha
diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak
memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus
pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti
ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi
kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan
dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan
penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini
harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… 1
Halaman Persembahan……………………………………………………...…. 2
Prakata…………………………………………………………………………. 3
Daftar Isi………………………………………………………………......…… 4
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 5
1.6 Hipotesa…………………....………………………………………………. 6
1.7 Manfaat…………....……………………………………………………….. 6
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………..… 7
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………… 10
indonesia……………………………………………………………………. 12
BAB V PENUTUP……………………………………………..………………. 14
PENDAHULUAN
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan
salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai
membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan.
Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba
membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal
yang sangat penting.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail
mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu
pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan
tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan
mencegah terjadi lagi.
Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau
formalin pada pangan yang diproduksinya?
Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada
proses pembuatannya?
Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks
atau formalin?
Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini
supaya dapat dibasmi secara tuntas?
Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan
angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 30 lembar. Di mana
angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada
makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.
1.6 Hipotesa
2. Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses
pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.
3. Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah
berbagai gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ
yang berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus
dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.
1.7 Manfaat
Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin
sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.
Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk
pangan.
LANDASAN TEORI
Tanda dan gejala akut :Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan
Syaraf Pusat)
- Gangguan pencernaan
Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar
bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit
terbakar.
Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata,
pandangan kabur, bahkan kebutaan.
Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare,
sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan
sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai
pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah
diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap
menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada
umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan
pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah
didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak
berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan
senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang
bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam
pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk,
ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.
Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari
kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,
teksturnya bagus dan renyah.
Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah
tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3
hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin.
Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius),
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA N 1 Batang, yang kira-kira
kami ambil sampel adalah 30 siswa.
Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini
adalah dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah
koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah
koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang
sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.
3.4 Teknik Analisis Data
Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-
tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah
diperoleh dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami
mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan
jumlah responden yang memilih.
PEMBAHASAN
Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti
apa itu boraks dan formalin adalah 24 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti
apa itu boraks dan formalin adalah 6 orang, dari total 30 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa
itu boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti.
Jika dimasukkan dalam persen maka 80 % responden menyatakan mengetahui
boraks dan formalin, sedangkan 20 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang
boraks dan formalin.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan
formalin harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui
secara pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara
benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan
boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan
makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari masyarakat.
Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil
bahwa jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan
responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada
makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada
makanan adalah 13 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 15 orang sedangkan
yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah
sebagai berikut :
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden
masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh
tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi
tubuh kita?
1. Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya
jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan
beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada
akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Ø Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit
kepala, kanker paru-paru.
Ø Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan
hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan
kematian.
2. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan
penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
Ø Tanda dan gejala akut : Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP
(Susunan Syaraf Pusat)
- Gangguan pencernaan
Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak
menjawab bahwa mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal,
menurut kebanyakan dari mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya
mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih tetap sering
mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling sering
mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena siswa SMA
N 1 Batang percaya bahwa para pedagang di Batang pasti tidak memberikan
formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak takut untuk
mengonsumsinya.
Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan.
Walaupun berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada
ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah
yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan,
terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun formalin.
Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa
makanan yang diberi boraks maupun formalin:
1. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua
hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu
lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket
dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada
pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
2. Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan
kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada
karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara
cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan
kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan
berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak
akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau
keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
3. Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius).
Teksturnya juga sangat kenyal.
4. Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit
dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius).
Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging
ikan putih bersih.
5. Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering
tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air.
Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin
yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu
kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.
Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih
kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah
masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang
serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius,
karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih
gencar dalam menangani masalah ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara
pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu
boraks dan formalin.
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak
penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada
yang mengetahui secara pasti.
c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi
sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada
tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks
dan formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah
penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini
terjadi.
5.2 Saran
Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila
sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.google.co.id
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id
http://id.wikipedia.org
http://www.gizi.net