Anda di halaman 1dari 59

Karya Tulis Ilmiah

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Di

Oleh :

Kelompok : 4 (Empat)

Nama:

1. Hurriatud Darraini
2. Ramadhani
3. Maize Nurazlina
4. Riska Hanifa
5. Ahyar Mahmuda
6. Muhammad Ramadhan
7. Rasya Fatur Al-Munir

Kelas : XI MIA 5 (Lima)

SMA N 1 SIGLI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Pertama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT. yang

Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah

membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah

kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai

keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat

diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang

telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna

dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan

kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan

kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki

keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari

pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut

sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang.

Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan

dengan hasil yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang

dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini
dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin

sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih

terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan

penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Kami juga

mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas

makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang

dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.

Penulis

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :

Seluruh pembaca dan masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa

dan kecerdasan bangsa.


DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan……………………………………………………………..

…….1

Kata

Pengantar………………………………………………………………………….2

Halaman Persembahan………………………………………………………….…..

…..3

Daftar

Isi………………………………………………………………………………..3

Abstraksi……………………………………………………………………………

…….4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah…………………………………………………………..4

1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….

……………………….4
1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…….

……….5

1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..

…………………….5

1.5 Metode Penelitian………….

……………………………………………………… 5

1.6 Hipotesa…………………….………………………………………………….

….5

1.7 Manfaat…………….

………………………………………………………………6

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………

…….6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………….………………………………………………

…….8

3.2 Sumber Data…………………………………………………………… ….

…….8

3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………

………….8
3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………… .

……….8

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………… .

…………..9

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada

Makanan………………………9

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks

………………….10

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks

dan formalin di

Indonesia………………………………………………………………12

BAB V PENUTUP……………………………………………..

………………….. .13

BAB VI DAFTAR PUSTAKA……………………… …………………………

….14

ABSTRAKS
Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian

penggunaan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana

kedua bahan tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan.

Dan jika penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan

berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih

lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah

yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.

Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak

memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama

kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai

makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan

formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah

semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak

faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan

dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang

terlibat langsung.

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan

manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain

dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat

makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga

bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak

boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.

Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah

satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai

membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan.

Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba

membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal

yang sangat penting.


1.2 Pembatasan Masalah

Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik

kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang

digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil

serta kayu lapis.

Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya,

tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di

mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan

manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi

sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.

Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail

mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia

tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan.

Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada

pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal

ini dan mencegah terjadi lagi.

1.3 Perumusan Masalah


1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks

atau formalin pada pangan yang diproduksinya?

2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin

pada proses pembuatannya?

3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks

atau formalin?

4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?

5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan

ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin.

Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan

formalin pada proses pembuatannya.

Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk

pangan.

Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan

boraks pada makanan.


1.5 Metode Penulisan

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan

angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana

angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada

makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa

1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan

untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi

serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.

2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada

proses pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.

3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah

berbagai gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-

organ yang berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus

menerus dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.


4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks

dan formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan

pemerintah kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga

sekarang kita masih sering melihat orang-orang yang keracunan atau terkena

penyakit lainnya, disebabkan memakan makanan yang mengandung boraks atau

formalin.

1.7 Manfaat

Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin

sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.

Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk

pangan.

Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari

penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.

Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan

formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.

BAB II
LANDASAN TEORI

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri

nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks

biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi

boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet

dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan

asam borat didalamnya.

Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya,

larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal

sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot

hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau

digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.

Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.

a. Tanda dan gejala akut :

Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)

b. Tanda dan gejala kronis

- Nafsu makan menurun

- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh

- Anemia, rambut rontok dan kanker.

Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai

desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri

tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut

dalam air maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan

adalah sebagai berikut.

a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan ,

sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-

paru.

b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit

terbakar

c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan

mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan

d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare,

sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit

membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.

Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai

dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet
makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan

diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari

keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap

menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada

umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan

pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah

didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak

berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan

senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa

yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam

pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk,

ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi

manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi

racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat

mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan

dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang

mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi

makanan yang menggunakan formalin dan boraks.

- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari

kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.


- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan

empuk, teksturnya bagus dan renyah.

- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna

merah tua

dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.

- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari

3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas

formalin.

- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat

celcius), berbau

-menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud

dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang

ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami

dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan

data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga

diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.2 Sumber data

Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami

ambil sampel adalah 40 siswa

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah

koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah

koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang

sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.

3.4 Teknik Analisis Data


Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama

memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh

dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami

mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket

berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai

dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan

yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami

menuangkannya dalam karya tulis ini.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak

penggunaan boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang

mengandung boraks dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil

angket sebelumnya.

4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin


Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa

itu boraks dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti

apa itu boraks dan formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.

Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu

boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti.

Jika dimasukkan dalam persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui

boraks dan formalin, sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang

boraks dan formalin.

Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan

formalin harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua

mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat

menggunakannya secara benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga

dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks

dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari

masyarakat.

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan


Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa

jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan

responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada

makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada

makanan adalah 18 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang

sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam

presentasi adalah sebagai berikut :

1. Jawaban A : 45%

2. Jawaban B : 5%

3. Jawaban C :50%

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden

masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh

tersebut.

Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila

dikonsumsi tubuh kita?

a. Formalin

Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan.

Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan

menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan

kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala

lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :

• Jika terhirup

Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit

kepala, kanker paru-paru.

• Jika terkena kulit

Kemerahan, gatal, kulit terbakar

• Jika terkena mata

Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan

• Jika tertelan

Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung,

kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit

membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

b. Boraks

Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan

penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :

• Tanda dan gejala akut :

Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)

• Tanda dan gejala kronis


- Nafsu makan menurun

- Gangguan pencernaan

- Gangguan SSP : bingung dan bodoh

- Anemia, rambut rontok dan kanker.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi

manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi

racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa

besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh

karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks.

Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan formalin.

Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks

Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah

responden yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling

sering diberi formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak

6 orang, dan 1 orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan

yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka konsumsi,
jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10 orang

memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.

Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan

bahwa tahu dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau

boraks. Tahu dan bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun

boraks, namun bukan mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun

boraks. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia

tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati

peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah

menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan

berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.

Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak

menjawab bahwa mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal,

menurut kebanyakan dari mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya

mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih tetap sering

mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling

sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena

siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius pasti tidak

memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak

takut untuk mengonsumsinya.

Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan.

Walaupun berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan


Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada

ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan

jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita

makan, terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun

formalin.

Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa

makanan yang diberi boraks maupun formalin:

A. Mi basah

Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai

dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari

pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin.

Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan

boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.

B. Tahu

Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan

kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada

karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara
cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan

kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan

berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin

tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan

bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga

akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin

C. Bakso

Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius).

Teksturnya juga sangat kenyal

D. Ikan segar

Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit

dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius).

Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna

daging ikan putih bersih.

E. Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar

kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih

mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat

daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih

dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia

Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan

sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas

dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan

formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.

Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan

melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah

diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit

creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan

permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam

pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang

diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992

untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan

Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan

POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak
melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih

menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam

melakukan razia.

Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat

pertanyaan : “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam

pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab

upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah

sudah lumayan, dan terakhir 19 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama

sekali.

Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih

kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah

masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang

serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang

serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya

lebih gencar dalam menangani masalah ini.

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:

a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara

pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu

boraks dan formalin.

b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak

penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada

yang mengetahui secara pasti.

c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi

sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada

tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran

boraks dan formalin.

d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah

penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini

terjadi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan

beberapa saran sebagai berikut:


Ø Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan

formalin, pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai

fungsinya.

Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas,

seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu

dan membuat undang-undang mengenai boraks dan formalin.

Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila

sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.

Ø Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan

penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan

kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan

boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara

sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang

pembeliannya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Di

S
U

Oleh :

Kelompok : 4 (Empat)

Nama:

1. Hurriatud Darraini

2. Ramadhani

3. Maize Nurazlina

4. Riska Hanifa

5. Ahyar Mahmuda

6. Muhammad Ramadhan

7. Rasya Fatur Al-Munir

Kelas : XI MIA 5 (Lima)


SMA N 1 SIGLI

TAHUN AJARAN 2019/2020

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha

Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami

juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu

kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai

sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam

berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat

sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak

semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami

melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di

mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan

juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang

budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu

loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga

semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil

yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang

dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini

dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin

sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih
terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan

penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Kami juga

mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas

makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang

dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.

Penulis

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :

Seluruh pembaca dan masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa

dan kecerdasan bangsa.

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan……………………………………………………………..

…….1

Kata

Pengantar………………………………………………………………………….2

Halaman Persembahan………………………………………………………….…..

…..3

Daftar

Isi………………………………………………………………………………..3

Abstraksi……………………………………………………………………………

…….4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah…………………………………………………………..4

1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….

……………………….4

1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…….

……….5

1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..

…………………….5
1.5 Metode Penelitian………….

……………………………………………………… 5

1.6 Hipotesa…………………….………………………………………………….

….5

1.7 Manfaat…………….

………………………………………………………………6

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………

…….6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………….………………………………………………

…….8

3.2 Sumber Data…………………………………………………………… ….

…….8

3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………

………….8

3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………… .

……….8

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………… .

…………..9
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada

Makanan………………………9

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks

………………….10

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks

dan formalin di

Indonesia………………………………………………………………12

BAB V PENUTUP……………………………………………..

………………….. .13

BAB VI DAFTAR PUSTAKA……………………… …………………………

….14

ABSTRAKS

Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian

penggunaan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana

kedua bahan tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan.

Dan jika penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan

berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih
lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah

yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.

Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak

memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama

kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai

makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan

formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah

semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak

faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan

dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang

terlibat langsung.

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan

manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain

dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat

makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga

bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak

boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.

Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah

satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai

membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan.

Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba

membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal

yang sangat penting.

1.2 Pembatasan Masalah


Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik

kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang

digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil

serta kayu lapis.

Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya,

tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di

mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan

manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi

sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.

Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail

mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia

tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan.

Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada

pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal

ini dan mencegah terjadi lagi.

1.3 Perumusan Masalah

1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks

atau formalin pada pangan yang diproduksinya?


2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin

pada proses pembuatannya?

3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks

atau formalin?

4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?

5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan

ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin.

Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan

formalin pada proses pembuatannya.

Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk

pangan.

Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan

boraks pada makanan.

1.5 Metode Penulisan


Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan

angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana

angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada

makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa

1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan

untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi

serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.

2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada

proses pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.

3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah

berbagai gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-

organ yang berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus

menerus dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.

4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks

dan formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan

pemerintah kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga
sekarang kita masih sering melihat orang-orang yang keracunan atau terkena

penyakit lainnya, disebabkan memakan makanan yang mengandung boraks atau

formalin.

1.7 Manfaat

Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau

formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.

Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk

pangan.

Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan

dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.

Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan

formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai

industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan


keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut

dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan

sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks

berasal dari kandungan asam borat didalamnya.

Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika.

Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan

dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur,

semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau

digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.

Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.

a. Tanda dan gejala akut :

Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)

b. Tanda dan gejala kronis

o Nafsu makan menurun

o Gangguan pencernaan

o Gangguan SSP : bingung dan bodoh

o Anemia, rambut rontok dan kanker.

Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai

desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri

tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut
dalam air maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan

adalah sebagai berikut.

a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan ,

sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-

paru.

b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit

terbakar

c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan

mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan

d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare,

sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit

membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.

Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai

dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet

makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan

diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari

keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap

menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada

umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan

pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah
didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak

berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan

senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa

yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam

pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk,

ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi

manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi

racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat

mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan

dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang

mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi

makanan yang menggunakan formalin dan boraks.

- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari

kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.

- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan

empuk, teksturnya bagus dan renyah.

- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna

merah tua

dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.

- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas

formalin.

- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat

celcius), berbau

-menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud

dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang

ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami

dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan

data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga

diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.
3.2 Sumber data

Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami

ambil sampel adalah 40 siswa

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah

koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah

koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang

sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.

3.4 Teknik Analisis Data

Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama

memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh

dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami

mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket

berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai

dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan
yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami

menuangkannya dalam karya tulis ini.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak

penggunaan boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang

mengandung boraks dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil

angket sebelumnya.

4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin

Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara

pasti apa itu boraks dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui

begitu pasti apa itu boraks dan formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang

dibagikan.

Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa

itu boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti.

Jika dimasukkan dalam persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui


boraks dan formalin, sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang

boraks dan formalin.

Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks

dan formalin harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua

mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat

menggunakannya secara benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga

dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks

dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari

masyarakat.

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan

Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil

bahwa jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama

dengan responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin

pada makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin

pada makanan adalah 18 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang

sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam

presentasi adalah sebagai berikut :

1. Jawaban A : 45%

2. Jawaban B : 5%

3. Jawaban C :50%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar

responden masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin

bagi tubuh tersebut.

Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila

dikonsumsi tubuh kita?

a. Formalin

Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan.

Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan

menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan

kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala

lainnya.

Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :

• Jika terhirup

Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas

pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.

• Jika terkena kulit

Kemerahan, gatal, kulit terbakar

• Jika terkena mata

Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur,

kebutaan
• Jika tertelan

Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung,

kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit

membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

b. Boraks

Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan

penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :

• Tanda dan gejala akut :

Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf

Pusat)

• Tanda dan gejala kronis

o Nafsu makan menurun

o Gangguan pencernaan

o Gangguan SSP : bingung dan bodoh

o Anemia, rambut rontok dan kanker.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya

bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi

racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa

besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh

karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks.
Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan formalin.

Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks

Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan,

jumlah responden yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang

paling sering diberi formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan

sebanyak 6 orang, dan 1 orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-

makanan yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka

konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10

orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.

Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius

beranggapan bahwa tahu dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi

formalin atau boraks. Tahu dan bakso memang cukup dikenal sering diberi

formalin maupun boraks, namun bukan mereka makanan yang paling sering diberi

formalin maupun boraks. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan

Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada ikan dan hasil

laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel.

Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso

berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.

Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak

menjawab bahwa mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal,

menurut kebanyakan dari mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya
mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih tetap sering

mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling

sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena

siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius pasti tidak

memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak

takut untuk mengonsumsinya.

Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan.

Walaupun berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada

ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan

jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita

makan, terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun

formalin.

Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa

makanan yang diberi boraks maupun formalin:

A. Mi basah

Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak

sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15

hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau

formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal.

Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih

kenyal.
B. Tahu

Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa

dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu

waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan

secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras

dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan

berbahaya, bisa formalin maupun boraks.

Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari

pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu

lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak

padat. Bau agak mengengat, bau formalin

C. Bakso

Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius).

Teksturnya juga sangat kenyal.

D. Ikan segar

Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan

sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat

Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan

warna daging ikan putih bersih.


E. Ikan asin

Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian

luar kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih

mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat

daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih

dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia

Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali

dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas

dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan

formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.

Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu

dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa

langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen merek

white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan manisan plum;

mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang

digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan

makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU

No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya

yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para

pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan.

Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas
bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini

masih kurang gencar dalam melakukan razia.

Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat

pertanyaan : “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam

pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab

upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah

sudah lumayan, dan terakhir 19 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama

sekali.

Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah

masih kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya

pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang

pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah

masalah yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah

seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.


BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:

a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara

pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui

apa itu boraks dan formalin.

b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak

penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian

ada yang mengetahui secara pasti.

c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering

menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian

BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering

menjadi sasaran boraks dan formalin.

d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah

penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal

ini terjadi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan

beberapa saran sebagai berikut:


a. Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan

formalin, pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan

sesuai fungsinya.

b. Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan

tegas, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah

tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks dan formalin.

c. Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya

bila sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.

d. Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan

penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan

kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan

boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara

sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang

pembeliannya.
DAFTAR PUSTAKA

Meitasi, Anggun. 2010. Karya Tulis Mengenal Politektik Kelapa Sawit Citra

Widya Edukasi Cibitung-Bekasi. Purbalingga: SMA N 1 Purbalingga.

Nuryadi, Ambyah. 2008. Skripsi Aplikasi Game Virtual Orkestra Saron

Menggunakan Makromedia Flash 8. Universitas PGRI Yogyakarta.

Sunarti, dkk. 2009. Bahasa Indonesia Ilmiah. Yogyakarta. Universitas PGRI

Yogyakarta.

http://www.depkes.go.id

http://www.disnakkeswan-lampung.go.idh

Anda mungkin juga menyukai