Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

maktabahabiyahya.wordpress.com

TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam


TIMBANGAN ULAMA

14-17 menit

TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA[1]

oleh: abu ubaidah al-atsari

Bagi setsagian
kalangan yang berkecimpung dalam dunia tafsir, tentu
tidak asing lagi dengan kitab-kitab tafsir ash-Shabuni
semisal Mukhtashar Ibnu Jarir, Mukhtashar Ibnu Katsir,
dan Shafwah Tafasir. Ironisnya, kitab-kitab ini masih
banyak beredar di toko-toko buku, bahkan tak sedikit
sebagian kalangan menjadikannya sebagai referensi
dalam pengajaran maupun tulisan; mereka tidak tahu
ternyata buku-buku tersebut menyimpan racun di
dalamnya.

Ulasan berikut mencoba mernberikan wawasan dan

1 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

bukti-bukti otentik secara ringkas akan hal itu. Kita


berdo’a kepada Alloh agar menampakkan kebenaran
kepada kita dan memberikan kekuatan kepada kita
untuk mengamalkannya, dan menampakkan kebatilan
kepada kita serta memberikan kekuatan untuk
menjauhinya. Atniin.

Para Ulama Mengkritik Muhammad Ali ash-Shabuni

Sebagai pembelaan ulama terhadap ilmu syar’i, maka


bantahan dan kritikan mereka terhadap Syaikh
Muhammad Ali ash-Shabuni mengalir sangat deras, baik
berupa tulisan maupun lisan. Di antara barisan yang
paling tersohor adalah Samahatusy Syaikh Abdul Aziz
bin Baz, al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani,
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman al-Jibrin, Syaikh Muhammad bin Isma’il al-
Anshari, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syaikh
Muhammad bin Jamil Zainu, Syaikh Abdurrazzaq Afifi,
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad, Syaikh Abu Bakr al-
Jazairi, dan masih banyak lagi lainnya; mereka semua
telah mengoreksi kitab-kitab tafsir ash-Shabuni, ternyata
di dalamnya sarat dengan penyimpangan dan kesalahan
yang amat parah!!

Apabila anda membaca bantahan-bantahan tersebut,


niscaya anda akan heran bagaimana seorang seperti
ash-Shabuni memiliki beberapa sifat tercela, di
antaranya tidak memiliki amanat ilmiah, jahil, rusak
aqidahnya dalam masalah tauhid asma’ wa shifat, sufi
tulen, fanatik madzhab, berbohong atas ulama semisal
Imam Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir dengan kedok
ringkasan!!

Tidak Amanat Ilmiah

2 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

Ibnu Qayyim berkata dalam Raudhah Muhibbin (hal. 473):


“Saya mendengar seorang pernah berkata kepada
syaikhuna (Ibnu Taimiyyah): Apabila seorang berkhianat
dalam menilai mata uang dirham, maka Alloh
menghilangkan pengetahuannya tentang dirham’ Syaikh
lalu mengatakan: ‘Demikian juga seorang yang
berkhianat terhadap Alloh dan Rasul-Nya dalam masalah
ilmu'”

Banyak sekali contoh bukti bahwa Muhammad Ali ash-


Shabuni tidak amanat dalam penulisaimya. Di antaranya:

1. Ketika menafsirkan surat Shad [38]: 75

‫ﻴﺲ َﻣﺎ َﻣ َﻨ َﻌ َﻚ �ان َﺗ ْﺴ ُﺠ َﺪ ِﻟ َﻤﺎ َﺧﻠَ ْﻘ ُﺖ‬ َ ‫َﻗ‬


ُ ‫ﺎل َﻳﺎ �ا ْﺑ ِﻠ‬
‫ِﺑ َﻴ َﺪ �ي‬

Alloh berfirman: “Hai Iblis, apakah yang menghalangimu


sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua
tangan-Ku.”

Dia (ash-Shobuni) mengganti lafazh (yadayya) “dengan


kedua tangan-Ku” sebagaimana dalam teks asli ucapan
Ibnu Jarir dengan lafazh (bi dzaatiy) “dengan dzat-Ku”.
Apa tujuannya?! Tujuannya agar tidak menetapkan sifat
tersebut bagi Alloh. Dia berkata dalam Shafwah Tafasir
(3/65): “Rabbnya berfirman kepadanya: Apakah yang
mencegahmu dan menghalangimu untuk bersujud
kepada makhluk yang Aku ciptakan dengan dzat-Ku
tanpa perantara ayah dan ibu?!'”

2. Ketika menafsirkan surat Yunus [10]: 3

3 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

ّ ‫َذ ِﻟﻜُ ُﻢ‬


َ‫اﻟﻠ ُﻪ رَ �ﺑﻜُ ْﻢ َﻓﺎﻋْ ُﺒ ُﺪو ُه �ا َﻓﻼَ َﺗ َﺬﻛ�ﺮُ ون‬

(Dzat) yang demikian itulah Alloh, Tuhan kamu, maka


sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak dapat
mengambil pelajaran?!

Dia berkata dalam Mukhtashar ath-Thabari 1/573: “Inilah


Rabb kalian maka ikhlaskanlah ibadah kepada-Nya dan
esakanlah Dia dalam rububiyyah.” Padahal teks asli
ucapan Imam ath-Thabari: “Beribadahlah kepada Rabb
kalian yang ini sifat-Nya dan ikhlaskanlah ibadah
kepada-Nya dalam rububiyyah dan uluhiyyah.”

Perubahan ini merupakan pengkhianatan ilmiah dari dua


segi:

Pertama: Dia membuang ucapan ath-Thabari “yang ini


sifat-Nya” sedangkan awal ayat ini adalah:

‫ض ِﻓﻲ‬َ ْ‫ﻻر‬
� ‫ات َوا‬
ِ ‫ﺎو‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ ّ ‫�ا �ن رَ �ﺑﻜُ ُﻢ‬
� ‫اﻟﻠ ُﻪ �اﻟ ِﺬي َﺧﻠَ َﻖ‬
‫ﻻﻣْ ﺮَ َﻣﺎ‬ ْ ‫ﺎم ُﺛ �ﻢ‬
� ‫اﺳ َﺘﻮَ ى ﻋَ ﻠَﻰ ْاﻟ َﻌﺮْ ِش ُﻳ َﺪ �ﺑﺮُ ا‬ ٍ ‫ِﺳ �ﺘ ِﺔ �ا �ﻳ‬
‫ﻴﻊ �اﻻ� ِﻣﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ �ا ْذ ِﻧ ِﻪ‬ َ
ٍ ‫ِﻣﻦ ﺷ ِﻔ‬
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Alloh Yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia
naik/tinggi di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan.
Tiada seorang pun yang akan memberi syafa’at kecuali
sesudah ada izin-Nya.

Dengan demikian, anda tahu rahasia di balik


pembuangan kata tersebut, yaitu lari dari menetapkan
sifat istiwa’ (tinggi) bagi Alloh.

4 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

Kedua: Dia membuang lafazh uluhiyyah, sebab orang-


orang Asya’irah tidak setuju dengan Ahli Sunnah dalam
pembagian tauhid menjadi tauhid rububiyyah, tauhid
uluhiyyah, dan tauhid asma’ wa shifat.

3. Ketika menafsirkan surat al-Qalam [68]: 42

‫ﻮد َﻓ َﻼ‬ � ‫ﺎق َو ُﻳ ْﺪﻋَ ْﻮنَ �اﻟَﻰ‬


ِ ‫اﻟﺴ ُﺠ‬ ُ
ٍ ‫َﻳ ْﻮمَ ُﻳﻜْ َﺸﻒ ﻋَ ﻦ َﺳ‬
ُ ‫َﻳ ْﺴ َﺘ ِﻄ‬
َ‫ﻴﻌﻮن‬

Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk


bersujud, maka mereka tidak kuasa.

Dalam Shafwah Tafasir (3/430) ketika menafsirkan ayat


ini, ash-Shabuni membawakan hadits yang dia potong
sebelumnya:

Setiap mu’min dan mu’minah sujud kepada Alloh, dan


tinggal orangyang sujud di dunia karena pamer, dia ingin
sujud tetapi punggungnya menjadi seperti satu kayu.

Awal hadits ini yang dipotong oleh ash-Shabuni adalah


sebagai berikut:

Rabb kita menyingkap betis-Nya, lalu setiap mu’min dan


mu’minah bersujud kepada-Nya.

Pemotongan ini pernah ditanyakan langsung oleh


Syaikh Jamil Zainu kepada ash-Shabuni ketika bertemu
di Masjid Haram Makkah, ternyata jawabnya dengan
enteng: “Semua ahli tafsir mentakwil”, yakni tidak
mengambil tekstual ayat dan hadits, lalu katanya pula:
“Hadits yang saya inginkan, itulah yang saya
cantumkan!!”

5 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

Sungguh perbuatan seperti ini adalah pengkhianatan


terhadap tafsir aslinya, apalagi dia telah berjanji di awal
kitab Mukhtasharnya: “Kitab ringkasan tafsir Imam ath-
Thabari yang sekarang ada di hadapan pembaca
budiman ini adalah Tafsir ath-Thabari sendiri, bahkan
hampir semuanya adalah ucapan dia seratus persen.”

Katanya lagi: “Kami tidak membuat sesuatu yang baru,


kami meringkasnya dari tafsir beliau, dan menukilnya
dengan amanat dan jeli.” Namun, manakah amanat dan
kejelian yang dia lakukan?!! Ataukah hal itu dia lakukan
karena mengikuti arus hawa nafsunya dalam mengubah
sifat-sifat Alloh?!!

Penyimpangan Dalam Aqidah

Hal yang paling berbahaya dalam kitab tafsir ash-


Shabuni adalah penafsirannya yang menyimpang
terhadap ayat-ayat sifat, apalagi dia membuat opini
bahwa tulisannya tersebut adalah aqidah Imam Ibnu
Jarir ath-Thabari dan Ibnu Katsir yang dikenal sebagai
ulama salaf, padahal kewajiban bagi seorang yang
meringkas kitab ulama adalah tidak menyelisihi maksud
penulis pertama.

Oleh karenanya, dengan tegas kami mengumumkan


bahwa kitab ringkasan Tafsir Ibnu Jarir dan Tafsir Ibnu
Katsir oleh ash-Shabuni ini adalah sebuah bentuk
kezhaliman terhadap kedua ulama tersebut, dan
penisbatannya kepada Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir adalah
penisbatan yang tidak dapat dipercaya, hanya sekedar
omong kosong belaka. Berikut beberapa bukti dan
contoh penyimpangannya:

1. Dalam Shafwah Tafasir 1/213 ketika menafsirkan


surat Ali Imran [3]: 77

6 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

َ ‫ﻨﻈﺮُ �اﻟَ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َﻳ ْﻮمَ ْاﻟ ِﻘ َﻴ‬


‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ّ ‫َوﻻَ ُﻳﻜ َ �ﻠﻤُ ُﻬ ُﻢ‬
ُ ‫اﻟﻠ ُﻪ َوﻻَ َﻳ‬

Alloh tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak


akan melihat kepada mereka pada hari kiamat.

Dia berkata: “Ini adalah kata kiasan dari kemarahan-Nya.


Dan juga kata kiasan untuk merendahkan mereka
sebagaimana dikatakan az-Zamakhsari.”

Ucapan dan penafsiran ini menunjukkan


pengingkarannya terhadap sifat kalam (bicara) dan
melihat bagi Alloh. Sesungguhnya pembicaraan dan
penglihatan Alloh kepada orang-orang beriman di hari
kiamat akan menambah kebahagiaan dan kelezafan
nikmat mereka. Sebaliknya hal itu akan menambah siksa
bagi orang-orang kafir.

2. Dalam Shafwah Tafasir 1/162 ketika menafsirkan


surat al-Baqarah [2]: 255

ُ ‫َو ُﻫﻮَ ْاﻟ َﻌ ِﻠ �ﻲ ْاﻟ َﻌ ِﻈ‬


‫ﻴﻢ‬

Dan Dia (Alloh) Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dia berkata: “Yakni ketinggian dalam kedudukan dan


kekuasan.”

Penafsiran ini kurang, suatu hal yang mengisyaratkan


bahwa dia mengingkari sifat ketinggian Alloh, karena
Alloh tinggi dalam sifat-Nya dan juga tinggi dalam dzat-
Nya, sebagaimana hal ini dipaparkan secara panjang
lebar dalam kitab-kitab aqidah[2].

3. Masih dalam Shafwah Tafasir 3/335 ketika

7 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

menafsirkan al-Mujadilah [58]: 1

� ‫َﻗ ْﺪ َﺳ ِﻤ َﻊ‬
‫اﻟﻠ ُﻪ‬

Sesungguhnya Alloh telah mendengar.

Dia berkata: “Makna mendengar yaitu mengabulkan


do’anya, bukan hanya mengetahui saja.”

Penafsiran ini juga amat jauh sekali, dia melakukan hal


tersebut karena tidak ingin menetapkan sifat mendengar
bagi Alloh, padahal banyak sekali dalil-dalil yang
menetapkan sifat tersebut.

4. Dalam banyak tempat di kitabnya Shafwah Tafasir


1/(207, 293, 476), 21(9, 22, 77, 118), 3/108 dia selalu lari
dari tauhid uluhiyyah.

Misalkan, dia mengganti lafazh “tauhid ubudiyyah”


dengan “tauhid rububiyyah”, mengartikan Laa Ilaha
Illalloh dengan “Tiada Tuhan selain Alloh” padahal yang
benar: “Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi kecuali hanya
Alloh semata” … dan sebagainya dari kata-kata yang
menunjukkan ketidaksetujuannya dengan pembagian
ulama salaf bahwa tauhid menjadi tiga macam: Tauhid
Rububiyyah, Tauhid ibadah, Tauhid Asma’ wa Shifat[3].

Kejahilan Dalam Hadits[4]

Tentang bidang yang satu ini, maka hal itu sangat


nampak nyata dalam kitab-kitabnya. Dalam kitab
Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir saja, banyak sekali dia
menampakkan kejahilannya tersebut.

1. Perlu diketahui bahwa ada dua metode yang ditempuh

8 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika mentakhrij


hadits-hadits di luar Shahih Bukhari-Muslim:

Pertama: Mencantumkan hadits dengan sanad para ahli


hadits yang meriwayatkannya, baik dia penulis sunan,
musnad, maupun tafsir.

Kedua: Mencantumkan hadits beserta keterangan ulama


yang meriwayatkannya tanpa menyebutkan sanadnya.

Pada dua metode di atas, terkadang beliau memberikan


komentar tentang kedudukan hadits dan ini merupakan
salah satu keistimewaan tafsirnya dan terkadang beliau
diam tidak berkomentar, lebih-lebih pada metode
pertama; tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa hadits-
hadits tersebut adalah shahih. Oleh karenanya,
merupakan kesalahan Syaikh ash-Shabuni tatkala
menilai bahwa hadits-hadits yang tidak diberi komentar
oleh Ibnu Katsir berarti shahih, ketika dia
mencantumkan dalam Mukhtasharnya dan pada
pembukaannya hal. 9 dia mengatakan bahwa dia (Ibnu
Katsir, red.) hanya menampilkan hadits-hadits yang
shahih saja dan membuang hadits-hadits yang lemah
dan riwayat-riwayat israiliyyat!! Semua ini hanyalah
kebohongan semata.

2. Di lembar pertama kitabnya Mukhtashar Ibnu Katsir


dan Shafwah Tafasir dicantumkan empat hadits dengan
takhrij yang dusta lalu tertulis nama orang yang berinfaq
untuk mencetak kitabnya tersebut. Hadits-hadits
tersebut adalah:

a.  “Umatku yang paling mulia adalah pengemban al-


Qur’an.” Tirmidzi
Padahal hadits ini tidak diriwayatkan Tirmidzi, yang
benar riwayat Thabrani.

9 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

b.  “Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam al-


Qur’an maka baginya kebaikan…” Bukhari
Padahal Bukhari tidak meriwayatkan, yang benar riwayat
Tirmidzi.

c. “Bacalah   al-Qur’an   karena   dia kelak di hari kiamat


akan memberi  syafa’at  bagi  pembacanya.” Bukhari.

Padahal Bukhari tidak meriwayatkan, yang benar riwayat


Muslim saja.

d. “Aku tinggalkan bagi kalian sesuatu apabila kalian


berpegang teguh dengannya, niscaya kalian tidak akan
tersesat…” Muttafaq ‘alaihi
Kesalahan yang fatal, yang benar riwayat Malik dalam al-
Muwaththa’.

Terlepas apakah itu tulisan ash-Shabuni sendiri ataukah


orang yang berinfaq tadi, tapi yang jelas itu tertulis di
kitabnya. Anggaplah itu bukan tulisannya sendiri, tetapi
kerelaannya untuk dicantumkan di kitabnya
menunjukkan persetujuannya.

Aneh dan lucunya, dia malah mencela dan merendahkan


Syaikh al-Albani, ahli hadits abad ini, di mana dia berkata
tentang Syaikh al-Albani dalam kitabnya Kasyful Iftiraat
(hal. 70); “Dia bukanlah apa-apa di hadapan para ahli
bidang ini, dia memiliki keanehan-keanehan dalam
masalah penshahihan dan kritik hadits yang membuat
kening berkeringat karenanya.”

Alangkah bagusnya komentar Syaikh Bakr bin Abdullah


Abu Zaid menanggapi ucapan di atas: “Ini merupakan
kejahilan yang sangat dalam dan pelecehan yang
keterlaluan, karena kehebatan ilmu al-Albani dan
perjuangannya dalam membela Sunnah dan aqidah

10 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

Salaf sangat populer dalam hati para ahli ilmu. Tidak ada
yang mengingkari hal itu kecuali musuh yang jahil. Saya
tidak mau memperpanjang bahasan, saya serahkan
hukumnya pada saudara pembaca.” (at-Tahdzir min
Mukhtasharat ash-Shabuni fi Tafsir hal. 41)

Demikianlah penjelasan ringkas tentang kitab-kitab ash-


Shabuni, sehingga menjadi perhatian bagi kita bersama.
Kita memohon kepada Alloh agar memberi hidayah
kepada dia dan kepada kita semua. Amiin.

sumber: majalah al-Furqon, edisi 9 tahun V/ Robi’uts


Tsani 1427 H [Mei’06], hal. 49-52

sumber gambar: http://tokobukumenarakudus.com


/index.php?route=product/product&product_id=130

[1] Disarikan dari at-Tahdzir min Mukhtasharat ash-


Shabunifi Tafsir oleh Syaikh DR. Bakr bin Abdullah Abu
Zaid dan Tanbihat Haammah ‘ala
Kitab Shafwah Tafasir oleh Syaikh Muhammad bin Jamil
Zainu.

[2] Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata:


“Ketinggian Alloh ada dua macam:

Pertama: Ketinggian sifat. Hal ini disepakati oleh seluruh


orang yang menisbatkan dirinya kepada Islam, termasuk
Jahmiyyah dan sejenisnya.

Kedua: Ketinggian dzat. Hal ini diingkari oleh mayoritas


orang yang menisbatkan kepada Islam seperti
Jahmiyyah dan sebagian Asya’irah, karena para peneliti
di kalangan mereka menetapkan ketinggian Dzat Alloh.
Dan ketinggian tidaklah kontradiktif dengan
kebersamaan Alloh bersama makhluk-Nya dengan ilmu,

11 of 12 01/12/19 18.49
TAFSIR ASH-SHOBUNI Dalam TIMBANGAN ULAMA about:reader?url=https://maktabahabiyahya.w...

pendengaran, dan pengetahuan-Nya, karena tidak ada


sesuatu pun yang serupa dengan Alloh.” (al-Qaulul Mufid
‘ala Kitab Tauhid 1/308)

[3] Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Pembagian ini oleh


ulama salaf diisyaratkan oleh Ibnu Mandah, Ibnu Jarir
ath-Thabari dan selainnya, dikuatkan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah dan Ibnul Qayyim, demikian pula az-Zabidi
dalam Taajul Arus dan guru kami asy-Syinqithi dalam
Adhwaul Bayan, semoga Alloh merahmati semuanya.
Pembagian ini diambil dari nash-nash syar’i secara
sempurna. Hal ini sama halnya dengan pembagian
setiap ahli bidang agama, seperti para ahli nahwu yang
membagi kalam Arab menjadi tiga: isim, fi’il, dan huruf.
Dan tidak ada seorang Arab pun yang mencela ahli
nahwu dengan pembagian tersebut. Demikian pula
pembagian-pembagian lainnya.” (at-Tahdzir min
Mukhtasharat ash-Shabuni fi Tafsir hal.30)

[4] Lihat Muqaddimah Silsilah Ahadits ash-Shahihah juz 4


oleh al-Albani.

12 of 12 01/12/19 18.49

Anda mungkin juga menyukai