Anda di halaman 1dari 9

Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No.

2: 29-37

Analisis kualitas fisika kimia air di areal budidaya ikan Danau Tondano Provinsi
Sulawesi Utara

(Analysis of physical-chemical quality of waters at aquaculture area in Lake Tondano, North


Sulawesi Province)

Richard Maniagasi, Sipriana S. Tumembouw, Yoppy Mundeng.

ABSTRACT
The objective of this research was to analyse the physical-chemical quality of waters at
aquaculture area in Lake Tondano North Sulawesi. Water quality was measured in situ and in
laboratotium. In situ measurement included temperature, pH, and turbidity, while in
laboratory, water quality measured included dissolved oxygen, nitrogen, phosphate. It was
found that water temperature ranged from 25 - 27 o C, turbidity 0.20 - 4,0 m, and dissolved
oxygen 5 – 8 mg/L, 5 - 9, Nitrogen 0,0334 - 0,0697 mg/ L, phosphate 0 - 0,0219 mg/ L. It
was concluded that water quality around Paleloan Village was appropriate for aquaculture
activity.

Keywords: water quality, aquaculture, Paleloan Village

PENDAHULUAN karena itu untuk menghasilkan kualitas air


yang baik maka perlu ada kegiatan
Pengendalian kondisi lingkungan monitoring yang rutin. Kebutuhan kualitas
budidaya agar tetap stabil dan optimal bagi air tiap spesies berbeda bahkan dalam
organisme perairan termasuk ikan sebagai setiap tahap perubahan dalam satu siklus
hewan budidaya menjadi sangat perlu hidup dalam satu spesies. Sehingga
dilakukan. Sehingga secara khusus kondisi air media harus diuji terlebih
pengolahan dan air sebagai tempat dahulu sebelum membuat keputusan dan
budidaya perlu dilakukan. mengambil tindakan selanutnya. Oleh
Air yang digunakan untuk keperluan karena itu setiap pembudidayaan harus
budidaya perikanan tidak sekedar air memahami hal-hal penting yang perlu
(H2O), karena air mengandung banyak mendapat perhatian ketika akan dan
ion. Ion-ion unsur yang kemudian sedang melakukan budidaya.
menentukan apakah lingkungan tersebut Permintaan produk perikanan untuk
cocok untuk kegiatan budidaya. memenuhi gizi manusia semakin
Jadi kualitas air yang baik adalah air yang meningkat, sementara tingat ketersediaan
cocok untuk kegiatan budidaya, dimana potensi sumber daya ikan diprediksi terus
jenis komoditas bisa hidup dan tumbuh berkurang dengan peningkatankonsumsi.
dengan normal. Ketersediaan air yang baik Salah satu cara yang bisa menjawab
sangat penting di dalam budidaya tuntutan kebutuhan gizi dan protein
perikanan, air yang bagus memiliki hewani adalah dengan budidaya ikan.
karakteristik lingkungan spesifik untuk Dalam usaha pengembangan budidaya,
mikroorganisme yang dibudidayakan. danau merupakan salah satu sumberdaya
Kualitas air tidak terbatas pada alam yang bisa dimanfaatkan (Zonnelved,
karakteristik air, tetapi lebih dinamis yang 1991).
merupakan hasil dari proses faktor-faktor Danau adalah wilayah yang digenangi
lingkungan dan proses biologi. Oleh badan air sepanjang tahun yang terbentuk

29
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

secara alami karena gerakan kulit bumi yang dibudidayakan di suatu perairan.
sehingga bentuk dan ukurannya bervariasi. Melihat begitu pentingnya peranan kualitas
Danau saat ini bisa digunakan sebagai air maka perlu dilakukan penelitian
tempat rekreasi, sumber pembangkit terhadap parameter kualitas air sehingga
tenaga listrik (PLTA), sumber utama dijadikan indikator kelayakan suatu
pengairan bagi usaha pertanian dan juga perairan untuk dijadikan tempat usaha
sebagai tempat pembudidaya ikan budidaya ikan.
(Walandow,1997).
Masyarakat di sekitar Danau Tondano BAHAN DAN METODE
memanfaatkan air danau sebagai tempat
usaha budidaya ikan dengan sistem Penelitian ini menggunakan dua
keramba jaring tancap dan sistem keramba metode pengukuran yaitu pengukuran
jaring apung. Menurut Nastiti dkk (2001), sampel di lapangan (in situ) dan analisis
perkembangan unit keramba jaring apung sampel di laboratorium. Parameter
dan keramba jaring tancap pada areal kualitas air yang diukur langsung di
budidaya yang kurang terkendali lapangan meliputi suhu, derajat keasaman
menimbulkan dampak negatif terhadap (pH),dan kecerahan. Parameter kualitas air
linkungan perairan. Masalah yang timbul yang dianalisis di labiratorium meliputi
adalah pencemaran lingkungan yang oksigen terlarut (DO), kekeruhan, nitrogen
disebabkan oleh berbagai kegiatan (N2) dan fosfat (PO4). Oksigen terlarut
disekitar perairan maupun dari usaha (DO) dianalisis di Laboratorium Badan
budidaya itu sendiri. Dari usaha budidaya Penelitian dan Pengembangan Industri
contohnya pakan yang diberikan tidak Balai Riset dan Standarisasi Industri
dikonsumsi dengan baik oleh ikan. Sisa Manado. Untuk kekeruhan, nitrogen () dan
pakan yang tidak habis dimakan akan fosfat (PO4) dianalisis Dinas Kesehatan
mengendap di dasar perairan kemudian Propinsi SULUT.
terjadi proses dekomposisi oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
mikroorganisme. Dalam proses
Suhu
dekomposisi dibutuhkan oksigen dalam
Berdasarkan hasil pengukuran
jumlah yang besar. Bila suplai oksigen
dilapangan diketahui bahwa keberadaan
tidak cukup, kondisi anaerob pada dasar
suhu air danau cukup bervariasi yaitu
danau tidak dapat dihindari. Kondisi
sekitar 25 hingga 28 o C. Pada dasarnya
anaerob ini bisa menghasilkan subtansi-
bahwa dengan adanya variasi suhu yang
subtansi beracun seperti amoniak, nitrit
cukup besar dapat memberikan dampak
dan sulfur. Secara tidak langsung sudah
atau pengaruh yang cukup besar pula
merubah sifat-sifat fisik dan kimia dari
terhadap berbagai aktifitas metabolisme
perairan. Lingkungan hidup yang tidak
dari organisme yang mendiami suatu
memenuhi syarat akan berakibat buruk
perairan. Menurut Boyd dalam Karu
bagi ikan yang dibudidayakan misalnya
(2000) bahwa variasi suhu suhu
kematian ikan dan adanya penyakit yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
menyerang ikan peliharaan. Tentunya hal
antara lain tingkat intensitas cahaya yang
ini sangat berpengaruh buruk bagi petani
tiba di permukaan perairan, keadaan cuaca,
ikan.
awan dan proses pengadukan.
Dalam usaha budidaya ikan, sangat
Hasil pengukuran suhu pada stasiun
penting mempelajari kondisi kualitas air
pengamatan I, II dan III dapat ditampilkan
karena parameter kualitas air merupakan
dalam bentuk histogram seperti yang
faktor pembatas terhadap jenis biota air
tampak pada Gambar 1.

30
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

SUHU
27.5
27
26.5
26
SUHU (0C)

25.5
Stasiun I
25
Stasiun II
24.5
Stasiun III
24
23.5

Waktu

Gambar 1. Histogram suhu pada tiga stasiun pengamatan berbeda

Secara umum diketahui suhu yang pertumbuhan ikan. Menurut Kordi dan
diperoleh pada hasil pengamatan terhadap Tancung (2005), suhu mempengaruhi
3 stasiun yang berbeda sekitar suhu 26o C, aktivitas metabolisme organisme, oleh
walaupun dijumpai pula pada saat tertentu karena penyebaran organisme di perairan
suhu terendah sekitar 25 o C dan suhu tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.
tertinggi yakni pada siang hari dapat Memperhatikan range suhu yang
mencapai sekitar 27 o C. Tinggi rendahnya diperoleh pada tiga stasiun pengamatan
suhu suatu perairan sangat ditentukan oleh yang berbeda di desa Paleloan seperti
beberapa faktor antara lain ketinggian sangat baik untuk menunjang usaha
suatu daerah, curah hujan yang tinggi, dan budidaya perikanan air tawar. Hal ini
intensitas cahaya matahari yang menembus selaras dengan pernyataan dalam Kordi
suatu perairan. (2010), bahwa suhu yang cocok untuk
Menurut Anonimous (2001a), air yang kegiatan budidaya biota air antara 23
dangkal dan memiliki daya tembus cahaya hingga 32 o C.
matahari yang tinggi dapat meningkatkan
suhu perairan. Dengan demikian berarti
suhu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas air.
Pada dasarnya suhu sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan

31
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

Kecerahan (m) sekitar 0,20 hingga 4,0 m. mengenai hasil


pengukuran kecerahan pada stasiun
Berdasarkan hasil pengukuran pengamatan I, II dan III dapat ditampilkan
dilapangan diketahui bahwa keberadaan dalam bentuk histogram seperti yang
nilai kecerahan air danau khususnya di tampak pada Gambar 2.
desa Paleloan cukup bervariasi yaitu

KECERAHAN
4.5
4
3.5
3
Kecerahan (M)

2.5
2 Stasiun I
1.5 Stasiun II
1 Stasiun III
0.5
0

Waktu

Gambar 2. Histogram kecerahan pada 3 stasiun pengamatan berbeda

Memperhatikan nilai kecerahan dari hasil terlibat cahaya yang melalui lapisan sekitar
pengamatan di desa Paleloan untuk tiga satu meter, jatuh agak lurus pada
stasiun pengamatan yang berbeda permukaan air. Kemampuan cahaya
diperoleh nilai terendah sekitar 1/5 m dan matahari untuk menembus sampai ke dasar
terjauh sekitar 4 m. Pada umumnya perairan dipengaruhi oleh kekeruhan suatu
diketahui nilai kecerahan pada pagi hari perairan. Dengan mengetahui nilai
dan siang hari didominasi sekitar 2 m kecerahan suatu perairan, berarti dapat
walaupun dijumpai pula sekitar 4 m. mengetahui pula sampai dimana masih ada
Untuk malam hari nilai kecerahan kemungkinan terjadi proses asimilasi
dominan dipoeroleh sekitar 1/5 m. dalam perairan. Berkaitan dengan keadaan
Perbedaan nilai yang cukup signifikan nilai kecerahan yang diamati dapat
antara pagi hari/ siang hari dan malam hari dikatakan bahwa memiliki nilai kecerahan
sangat ditentukan oleh intensitas cahaya yang agak tinggi. Tingginya nilai
matahari yang menembus pada suatu kecerahan karena berada diatas nilai
perairan. kecerahan 25 cm. Menurut Kordi dan
Menurut Kordi dan Tancung (2005), Tancung (2005), semua plankton jadi
kecerahan adalah sebagian cahaya yang berbahaya kalau nilai kecerahan suatu
diteruskan ke dalam air dan dinyatakan perairan kurang dari 25 cm kedalaman
dengan persen (%), dari beberapa panjang piringan secchi. Kecerahan yang baik bagi
gelombang di daerah spektrum yang usaha budidaya budidaya ikan dan biota

32
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

lainnya berkisar 30 – 40 cm. Bila nilai oksigen terlarut pada air danau
kecerahan sudah mencapai kedalaman khususnya di desa Paleloan cukup
kurang dari 25 cm, berarti akan terjadi bervariasi yaitu sekitar 5 hingga 8. Hasil
penurunan oksigen terlarut secara dratis. pengukuran oksigen terlarut pada stasiun
pengamatan I, II dan III dapat ditampilkan
dalam bentuk histogram seperti yang
Oksigen Terlarut tampak pada Gambar 3.
Berdasarkan hasil pengukuran
dilapangan diketahui bahwa keberadaan

7
Oksigen Terlarut (ppm)

4 Stasiun I
Stasiun II
3
Stasiun III
2

0
pagi

pagi

pagi

pagi

pagi

pagi

pagi

pagi

pagi
siang

siang

siang

siang

siang

siang

siang

siang

siang
malam

malam

malam

malam

malam

malam

malam

malam

malam

Waktu

Gambar 3. Histogram oksigen terlarut pada 3 stasiun pengamatan berbeda


Memperhatikan nilai oksigen terlarut waktu pagi atau fajar, konsentrasi oksigen
dari hasil pengamatan di desa Paleloan terlarut rendah dan semakin tinggi pada
untuk tiga stasiun pengamatan yang siang atau sore hari. Biota air
berbeda diperoleh nilai terendah sekitar membutuhkan oksigen guna pembakaran
5,06 dan tertinggi sekitar 8,25 ppm. Nilai bahan bakaranya (makanan) untuk
oksigen terlarut terendah 5,06 merupakan menghasilkan aktifitas, seperti aktifitas
hasil pengamatan pada pagi hari dan nilai berenang, pertumbuhan, reptoduksi, dan
oksigen terlarut tertinggi 8,25 adalah hasil sebaliknya. Oleh karena itu ketersediaan
pengamatan pada malam hari. Tinggi oksigen bagi biota air menentukan
rendahnya nilai oksigen terlarut erat lingkaran aktifitasnya, konversi pakan,
hubungannya dengan pergerakan air pada demikian juga laju pertumbuhan
suatu perairan. Oksigen terlarut dalam bergantung pada oksigen. Kekurangan
suatu perairan merupakan faktor pembatas oksigen dalam air dapat menggangu
bagi organisme akuatik dalam melakukan kehidupan biota air, termasuk kepesatan
aktifitas. Keadaan ini selaras pernyataan pertumbuhannya. Konsentrasi oksigen
Kordi dan Tancung (2005), bahwa pada yang baik dalam usaha budidaya perairan

33
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

adalah antara 5 – 7 ppm (Kordi dan Berdasarkan hasil pengukuran


Tancung, 1997). dilapangan diketahui bahwa keberadaan
Keberadaan nilai oksigen terlarut pada nilai oksigen terlarut pada air danau
tiga stasiun pengamatan di desa Paleloan khususnya di desa Paleloan cukup
memberikan gambaran bahwa keadaan ini bervariasi yaitu sekitar 5 hingga 9. Hasil
berada pada batas range konsentrasi yang pengukuran oksigen terlarut pada stasiun
baik. Dengan kata lain usaha budidaya pengamatan I, II dan III dapat ditampilkan
ikan dapat dilakukan karena ditunjang oleh dalam bentuk histogram seperti yang
nilai oksigen terlarut suatu perairan. tampak pada Gambar 3.

Derajat Keasaman
10
9
8
7
6
5
Ph

Stsiun I
4
3 Stsiun II
2 Stsiun III
1
0

Waktu

Gambar 6. Histogram derajat keasaman pada 3 stasiun pengamatan berbeda

pH lama dioperasikan cenderung memiliki pH


pH hasil pengamatan di desa Paleloan yang alkalis yaitu pH yang tinggi.
untuk tiga stasiun pengamatan yang Rendahnya pH suatu perairan disebabkan
berbeda diperoleh nilai terendah sekitar karena kandungan asam sulfat yang
5,70 dan tertinggi sekitar 9,30. Nilai terkandung pada perairan cukup tinggi.
derajat keasaman untuk 5,70 merupakan Sebaliknya untuk tingginya pH suatu
hasil pengamatan pada pagi hari dan nilai perairan dapat disebabkan oleh tingginya
9,30 adalah hasil pengamatan pada pagi kapur yang masuk ke perairan tersebut.
hari juga. Walaupun hasil pengamatan Disamping itu dalam Anonimous
tersebut dilakukan pada waktu yang (2001b), pH yang rendah mengidikasikan
berbeda. (Gambar 4) bahwa keadaan perairan yang asam
sedangkan pH yang tinggi mengidikasikan
Menurut Kordi dan Tancung (2005), keadaan perairan yang basa.
perairan dengan usaha budidaya yang telah
Nilai pH pada banyak perairan alami atau pH air menunjukkan aktivitas ion
berkisar 4 sampai 9. Derajat keasaman hidrogen dalam larutan tersebut dan

34
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

dinyatakan sebagai konsentrasi ion Hasil pengukuran kadar nitrgen dan


hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu phosfat pada stasiun pengamatan I, II dan
tertentu. III dapat ditampilkan dalam bentuk
histogram seperti yang tampak pada
Gambar 5a.

Amoniak (NH3) dan Phosfat (PO4)


(mg/ L)
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
Nitrogen
0.03
0.02 Phospat
0.01
0
I II III
Stasiun

0.04
0.03
0.02
Nitrogen
0.01
Phospat
0
I II III
Stasiun

Gambar 5a. Histogram kandungan nitogen dan phosfat pada 3 stasiun pengamatan berbeda
Hasil pengukuran kadar nitrogen dan histogram seperti yang tampak pada
phosfat pada stasiun pengamatan I, II dan Gambar 5b.
III dapat ditampilkan dalam bentuk

0.06
0.05
0.04
0.03
Nitrogen
0.02
Phospat
0.01
0
I II III
Stasiun

35
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
Nitrogen
0.015
0.01 Phospat
0.005
0
I II III
Stasiun

Gambar 5b. Histogram kandungan nitogen dan phosfat pada 3 stasiun pengamatan
berbeda
Berdasarkan hasil pengamatan Menurut Kordi (2010), tingginya
diperoleh bahwa kadar amonik terendah kadar amoniak suatu perairan erat
pada tiga stasiun yang berbeda yaitu kaitannya dengan tinggi suhu dan kadar
0,0340 mg/ L, dan yang tertinggi adalah derajat keasaman yang dikandungnya.
0,0697 mg/ L. Kadar phosfat terendah Tingginya kadar amoniak suatu perairan
adalah 0,0036 mg/ L dan tertinggi adalah karena terjadi pemupukan kotoran biota
0,0219mg/ L. Untuk hasil pengamatan 3 budidaya dan hasil kegiatan jasad renik di
Juli 2013 diperoleh bahwa kadar amonik dalam pembusukkan bahan – bahan
terendah pada tiga stasiun yang berbeda organik yang kaya akan nitogen atau
yaitu 0,0334mg/ L dan yang tertinggi protein.
adalah 0,0506mg/ L. Kadar phosfat
ternedah dan tertinggi adalah 0 mg/ L. Secara umum bahwa kadar phosfat
Memperhatikan hasil penelitian yang yang diperoleh pada tiga stasiun berbeda
dilakukan oleh Tumembouw (1999), kadar berada pada ambang batas yang
amoniak yang diperoleh berkisar 0,01 dikehendaki. Menurut Goldman dan
hingga 0,5 mg/ L. Demikian juga untuk Horne (1983), bahwa batas kandungan
baku mutu air menurut PP. RI No. 82 phosfat pada suatu perairan berkisar antara
Tahun 2001 bagi perikanan, kadar atau 0 – 0,15 mg/ L. Disamping itu dalam baku
kandungan amoniak bebas untuk ikan yang mutu air menurut PP. RI No. 82 tahun
peka adalah < 0,02 mg/ L. Dengan 2001 bahwa kandungan phosfat adalah 1
demikian bila dibandingkan dengan hasil mg/ L.
pengamatan yang diperoleh berarti bahwa Apabila kandungan phosfat melebihi batas
kadar amoniak memiliki nilai diatas nilai kebutuhan oganisme nabati, maka perairan
kepekaan bagi ikan. Disamping itu akan menjadi amat subur (eutrofikasi).
tingginya kadar amoniak suatu perairan
diduga adanya buangan limbah domestik KESIMPULAN
dari penduduk sekitarnya. Sisa-sisa Berdasarkan hasil pengamatan dan
metabolisme atau kotoran ikan semakin pembahasan yang telah dilakukan maka
banyak yang mengendap di dasar perairan pentingnya menarik beberapa kesimpulan
tersebut sehingga terjadi kecenderungan yaitu :
tingginya kadar amoniak. Keadaan ini erat
hubungannya dengan Boyd (1990), bahwa (1) Parameter fisik yaitu suhu perairan
amoniak dalam air berasal dari kotoran berkisar 25 hingga 27 o C,
organisme. kecerahan 1,5 hingga 4 m. dan
parameter kimia untuk oksigen

36
Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2: 29-37

terlarut 5 hingga 8, derajat Karu, E. 2000. Telaah Kondisi Kualitas


keasaman atau pH sekitar 5 hingga Air di Perairan Sangihe Talaud
9, kadar nitrogen atau NH4 0,0334 (Teluk Lapango, Nagha dan
hingga 0,0697 mg/ L, kadar Tahuna) suatu Studi in Situ.
phosfat atau PO4 0 hingga Skripsi Fakultas Perikanan dan
0,0219mg/ L. Ilmu Kelautan UNSRAT, Manado.
(2) Secara umum keberadaan kualitas 57 hal
air fisik; suhu dan kecerahan
maupun kualitas kimia ; oksigen Kordi, M. G dan Tancung A. B., 2005.
terlarut, derajat keasaman, nitrogen Pengelolaan Kualitas air.
atau NH4 dan phosfat atau PO4 Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 208
masih berada pada kondisi yang hal.
relatif baik.
Kordi, M. G, 2010. Budi daya Ikan
(3) Pada dasarnya perairan danau
Bandeng Untuk Umpan. Penerbit
Tondano yakni sekitar desa
Akademia, Jakarta 2010. Hal 111.
Paleloan masih dapat di gunakan
usaha budidaya ikan air tawar. Nastiti A. S., Nuroriah S., S. E.
Purnamaningtyas., 2001. Dampak
Budidaya Ikan Dalam Jaring
DAFTAR PUSTAKA Apung Terhadap Peningkatan
Unsur N dan P di perairan
Anonimous , 2001a. Peraturan Waduk Saguling, Cirata dan
Pemerintah Republik Indonesia Jatiluhur. Jurnal Penelitian
Nomor 82 tahun 2001 tentang Perikanan. Hal 22-30.
Pengelolaan Kualitas
Tumembouw, S. S., 1999. Analisis Fisiko-
Anonimous, 2001b. Indetifikasi Desa Kimia Di Perairan Danau
Sampel Perikanan Di Sulawesi Tondano (Desa Kakas) Sekitar
Utara. Kerja Sama FPIK Tempat Pembudidayaan Ikan
UNSRAT dan Dinas Perikanan dan Dengan Sistem Jaring Apung.
Kelautan Pemerintah SULUT. Rencana Kerja Penelitian.
Manado. 76 hal Universitas Sam Ratulangi.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Boyd. C. E., 1979. Water Quality in Kelautan. Manado. 21 hal.
Warmwater Fish. Aurburn
university Agricultural Walandow, L. O. W. 1997. Beberapa
Experimental Station. Albama. 395 Parameter Fisika, Kimia dan
p., 1990. Water Quality In Pond Biologi Danau Linou. Skripsi.
For Aquakultur. Elsevier Sci. Pub. FPIK. Unsrat. Manado. 37 hal.
Co. Amsterdam. 482 hal.
Zonnelved, N. E. A. 1991. Prinsip prinsip
Budidaya Ikan. Gramedia.
Jakarta. 318 hal.

37

Anda mungkin juga menyukai