Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara menyeluruh dapat
dijelaskan bahwa setiap pekerja berhak memperoleh pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja terlepas dari status sektor ekonomi
formal atau informal, besar kecilnya perusahaan, dan jenis pekerjaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, K3 saat ini sangat dibutuhkan oleh
hampir semua pekerjaan dari aspek sektor industri formal dan informal.
Perkembangan dan pertumbuhan kedua sektor industri tersebut selalu
diiringi dengan masalah besar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Salah satu aktivitas pekerjaan yang mempunysi bahaya K3 adalah kegiatan
menyelam yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa
menggunakan peralatan, untuk mencapai tujuan tertentu.
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran
berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan
meskipun sudah dilakukan usaha untuk menghindarinya. Hal ini
memunculkan perhatian dunia melalui organisasi internasional antara lain
ILO (International Labour Organization), IMO (International Maritime
Organization) dan FAO (Food and Agriculture Organization). Dalam
konferensi STCW-F (Standards of Training, Certification and
Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel) (1995) yang membahas
mengenai hal keselamatan dan kesehatan kerja pada kapal perikanan
berukuran kecil (panjang kapal < 24 m), untuk menyelaraskan peraturan
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja pada kapal perikanan merupakan
kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dari pengelolaan perikanan.
Kecelakaan kerja yang terjadi di kapal meliputi Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di kalangan awak belum
terekam dengan baik.
Kurangnya kesadaran dan kurang memadainya kualitas serta
keterampilan pekerja sehingga banyak awak kapal yang meremehkan

1
tentang risiko bekerja, seperti tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia atau terlatih untuk itu (misalnya, sertifikasi basic
safety training for fisheries), sehingga perangkat keselamatan merupakan
salah satu penyebab kecelakaan kerja di kapal. Perangkat keselamatan
adalah peralatan yang mempunyai konstruksi atau bahan yang mempunyai
spesifikasi dapat membantu melindungi, mencegah dan menghentikan
kecelakaan kerja di atas kapal. Keberadaan perangkat keselamatan pada
kapal perikanan didasarkan ukuran kapal terutama berkaitan dengan
jumlah, ukuran, dan kesesuaian perangkat tersebut. Keberadaan dan
penggunaan perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai dengan standar
dapat memperkecil risiko kecelakaan dini maupun kecelakaan yang telah
terjadi, sehingga dapat terhindar dari akibat fatal yang tidak diinginkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud Alat Pelindung Diri (APD)?
2. Apa peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di kapal?
3. Apa peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada nelayan?
4. Apa peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada penyelam?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kelautan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui definisi Alat Pelindung Diri (APD).
b. Untuk mengetahui peralatan keselamatan di kapal.
c. Untuk mengetahui peralatan keselamatan pada nelayan.
d. Untuk mengetahui peralatan keselamatan pada penyelam.

2
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui definisi peralatan keselamatan atau APD, serta untuk
mengetahui peralatan keselamatan apa saja yang digunakan di kapal pada
nelayan, dan penyelam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
APD didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya (hazard) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi,
elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam Undang-Undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 1970 tertulis tentang keharusan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan usaha pencegahan terjadinya
kecelakaan yang diantaranya dengan menyediakan APD. Pemakaian APD
meruakan alternatif terkhir dari upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,
sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain
harus dilalui terlebih dahulu dengan melakukan upaya optimal agar bahaya
atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak diminimalisir.
APD merupakan suatu alat yang diperlukan untuk melindungi
seseorang dari potensi bahaya fisik maupun kesehatan yang tidak dapat
dihilangkan melalui pengendalian teknik/engineering control maupun
pengendalian administratif/administrative control. Pengendalian teknik
adalah menghilangkan potensi bahaya yang berhubungan dengan mesin
atau melalui proses desain. Sedangkan pengendalian administratif
merupakan teknik manajemen, seperti mengatur waktu kerja pada
pekerjaan yang dapat mengakibatkan para pekerja dapat terpapar melebihi
batas aman, sehingga pekerja hanya akan terpapar bahaya dengan
ketentuan diwawah nilai ambang batas atau dapat dikatakan aman.
Walaupun untuk meyakinkan pekerja untuk memakai APD sangat sulit
namun kemungkinan kecelakaan adalah rendah tetapi hal tersebut adalah
konsekuensi yang berat.

4
Dalam pemilihan APD harus memperhatikan hal - hal seperti berikut:
1. Harus sesuai dengan tipe/jenis pekerjaan
2. Mampu memberikan perlindungan bagi pengguna
3. Tidak menimbulkan bahaya keselamatan dan keseatan tambahan
4. Mudah untuk digunakan dan bentuknya harus menarik
5. Memberi kenyamanan bagi pengguna
6. Harus dapat dipakai secara fleksibel
7. Harus memenuhi ketentuan yang ada
8. Tidak mudah rusak
9. Harganya murah dan suku cadangnya tersedia
10. Tidak mengganggu gerak bagi pengguna.

Macam-macam APD ialah sebagai berikut.

1. Alat pelindung kepala/safety helmet


2. Alat pelindung mata/goggles/safety glasses
3. Alat pelindung muka/face shield/face mask
4. Alat pelindung telinga/earmuffs/earplug
5. Alat pelindung pernapasan/respirator
6. Alat pelindung tangan/gloves
7. Alat pelindung kaki/safety shoes
8. Alat pelindung badan/apron
9. Alat pelindung pada ketinggian/safety harness

B. Peralatan Keselamatan Pada Kapal


Adapun peralatan keselamatan pada kapal, yaitu sebagai berikut:
1. Alat-alat keselamatan kerja, yaitu:
a. Topi keselamatan (Safety Helmet)
b. Kaca mata yang terbuat dari karet
c. Sarung tangan kain
d. Sepatu keselamatan (safety shoes)/sepatu boot
e. Jaring keselamatan.

5
2. Peralatan pelampung, seperti:
a. Sekoci penyelamat (life boat)
Alat Keselamatan Diatas Kapal yang pertama Sekoci
penyelamat (life boat). Gunanya untuk menyelamatkan sekian
banyak orang dalam keadaan bahaya. Sekoci berupa perahu kecil
yang berada di kanan dan kiri kapal atau tepatnya di deck sekoci.
Pada kapal barang rata rata ada dua buah sekoci, sedangkan pada
kapal penumpang atau pesiar sesuai dengan besar atau kecilnya
kapal tersebut. Sekoci umumnya berjumlah 12 buah. Sekoci –
sekoci tersebut terbuat dari logam,kayu atau serat fiber. Di dalam
sekoci rata-rata telah sedia perlengkapan keselamatan jiwa seperti
makanan, minuman, obat – obatan dan sarana bantu untuk mencari
bantuan ke kapal lain.
b. Pelampung Penolong Bentuk Cincin (Ring Life Buoys)
Pelampung Penolong Bentuk Cincin (Ring Life Buoys) gunanya
untuk mengapungkan orang diatas air. Life buoys ini berbentuk
seperti ban mobil. Pelampung ini akan dilempar ke laut apabila ada
satu orang penumpang yang jatuh ke laut. Pelampung ini harus
mempunyai warna yang mencolok agar mudah dikenali.
c. Jaket Penolong (Life Jackets)
Life jacket (Jaket penolong) berbentuk seperti pakaian. Jaket
penolong ini dimanfaatkan penumpang untuk mengapung di laut
saat terjadi kondisi darurat. Jaket penolong juga harus mempunyai
warna yang mencolok supaya mudah di lihat. Jaket ini harus
dilengkapi dengan peluit yang dikaitkan pada tali untuk menarik
perhatian penolong.
d. Rakit Penolong Tiup (Inflatable Liferaft)
Rakit penolong terdiri dari dua tipe, pertama adalah rakit kaku
dan yang kedua adalah rakit tiup. Tipe yang kedua ini dipakai
jikalau tidak berhasil menurunkan sekoci. Rakit penolong harus
dilengkapi dengan penutup yang berfungsi untuk melindungi

6
penumpang. Warna rakit ini rata-rata mencolok, seperti warna
jingga agar mudah terlihat.Sekarang ini rakit yang dikembangkan
berbentuk seperti kapsul dengan kapasitas besar dan dilengkapi tali
pembuka yang panjang. Penggunaannya dengan cara dilemparkan
ke laut kemudian ditarik talinya. Sesudah tali ditarik, rakit akan
secara otomatis menggembung. Di dalamnya terdapat perlengkapan
keselamatan jiwa seperti makanan, minuman, dan obat – obatan.
Kapasitas rakit dapat mengangkut hingga 25 orang.
e. Pelempar Tali Penolong (Line Throwing Apparatus)
Alat Keselamatan Diatas Kapal berikutnya Roket pelempar tali
(line throwing appliances). Gunanya yang adalah alat penghubung
pertama antara survivor dengan penolong yang mempermudah
proses pendekatan, bisa juga dipakai untuk kepentingan lainnya.
Alat pelempar tali ini harus bisa melempar tali paling dekat sejauh
230 meter.
f. Survival suit dan Immersion suit
Gunanya sebagai pelindung dan mencegah suhu tubuh turun
akibat dinginnya air laut.
g. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid)
Gunanya juga sebagai pelindung tubuh, mengurangi hilangnya
panas badan.
h. Isyarat Asap (Pyrotechnis)
Isyarat api berfungsi sebagai isyarat tanda bahaya bilamana
survivor melihat ada kapal penolong. Isyarat ini hanya dapat dilihat
oleh mata pada siang hari dengan menggunakan asap apung
(bouyant smoke signal). Pada malam hari dapat digunakan obor
tangan (red hand flare) atau obor parasut (parachute signal)

7
3. Peralatan navigasi, seperti:
a. Lampu Navigasi / Navigation light
Lampu navigasi dipasang dikapal sesuai dengan peraturan
Colreg (Collision Regulation 1972) dan dinyalakan pada cuaca
gelap untuk mengetahui arah kapal, jenis kapal dan besar kapal.
b. Kompas magnet / Magnetic compass
Kompas magnet merupakan kompas utama sebagai alat untuk
penentu arah kapal, kompas dipasang di anjungan kapal atau di
geladak kompas diatas anjungan. Kompas magnet harus selalu
dikoreksi, karena kemungkinanpengaruh logam sekitar magnet.
Untuk kepentingan pembacaan dimalam hari, rumah kompas
dilengkapi lampu penerangan. Untuk kapal ukuran tertentu,
dipasang Gyro compass sebagai kompas tambahan.
c. Peralatan Navigasi lainnya / Other Safety Navigation
1) Lampu isyarat siang hari / daylight signalling lampdigunakan
untuk pemberian isyarat morse pada siang hari, lampu ini juga
disebut Aldist lamp. Tenaga lampu ini menggunakan arus DC.
2) Bel / forecastle bell, digunakan sebagai peringatan keadaan
bahaya atau digunakan sebagai tanda pergantian waktu jaga di
anjungan .
3) Suling kapal/suling kabut/ship whistle/fog horn digunakan
untuk isyarat bunyi pada saat kabut.
4) Bola jangkar dan kerucut / Black ball and black diamond
shape, digunakan untuk tanda bahwa kapal pada posisi lego
jangkar (kerucut untuk kapal ikan).
d. Perlengkapan Radio / Radio Equipment
Sesuai dengan peraturan SOLAS 1974 seluruh kapal harus
dilengkapi dengan perlengkapan Radio, yaitu radio telephony
(untuk kapal dibawah 300 grt) sedangkan untuk kapal GRT 300
keatas harus dilengkapi dengan sistim radio GMDSS (Global
Marine Distres Signal System) dengan peralatan terdiri dari:

8
1) Radio telephony lengkap dengan sistem antena yang dapat
menerima dan memancarkan freq. 2182 kHz, dan memiliki
sumber tenaga baterai.
2) VHF radiotelephone, merupakan perlengkapan radio type
tetap
3) Two wayVHF radiotelephone, merupakan perlengkapan radio
type genggamtahan cuaca/air.
e. Peralatan pendeteksi kedalaman laut/ Echo sounder
Merupakan peralatan electronic untuk mengetahui dan
mengukur kedalaman laut antara lunas kapal dengan dasar laut,
peralatan ini sangat dibutuhkan apabila kapal berlayar diperairan
dangkal atau perairan yang mempunyai pasang surut yang tinggi.
Peralatan ini dipasang dianjungan kapal, penunjukan dapat berupa
grafik atau berupa angka digital.
f. GPS (Global Positioning System)
Merupakan peralatan electronik untuk mengetahui dan
menentukan posisi kapal berdasarkan derajat lintang dan bujurnya,
sehingga dengan mudah kapal dapat diketahui posisinya secara
tepat apabila diplot pada peta. Alat ini bekerja dengan bantuan
satelit. GPS juga dapat melihat dan mengikuti jejak pelayaran kapal
secara tepat. GPS juga dapat dilengkapi dengan peralatan speed
log, pengukur kecepatan berlayar kapal.
g. Radar Kapal / Ships radar
Radar kapal adalah merupakan alat elektronik untuk
mendeteksi adanya obyek disekitar kapal dalam radius sesuai
jangkauan radar 5 mil, 10, 20 bahkan 100 mil. Unit radar terbagi
dua bagian yang terdiri dari unit monitor yang terpasang dan dapat
dibaca diruang anjungan, unit kedua adalah scanner merupakan
peralatanyang dapat berputar dan terletak diatas ruang anjungan
atau terpasang pada salah satu tiang kapal. Monitor radar beragam,
ada yang menampilkan warna hijau dan pada saat ini monitor radar

9
sudah banyak yang berwarna. Pada monitor radar terdapat beberapa
fasilitas yang sangat berguna, seperti fasilitas plotting, tracking
ataupun untuk menangkap signal khusus.
h. Engine telegraph, telepon internal dan sistem pengeras suara
Engine Telegraph adalah alat khusus untuk berkomunikasi
antara anjungan dan ruang mesin, alat ini untuk memberi isyarat
secara visual kebutuhan operasi menjalankan kecepatan mesin
induk, misalnya perintah start engine, slow engine, full speed
ataupun stop engine. Engine telegraph bekerja paralel antara
anjungan dan kamar mesin, alat ini dilengkapi bagian yang
menunjukkan konfirmasi pelaksanaan perintah yang dapat dibaca
di anjungan dan kamar mesin, alat ini juga dilengkapi alarm apabila
terjadi kesalahan respon. Engine telegraph dipersyaratkan untuk
kapal-kapal yang memiliki notasi sesuai klasifikasi, sebelum
adanya engine telegraph bahkan sekarang masih digunakan adalah
sistemvoice tube, suatu tabung untuk meneriakan perintah antara
anjungan dan kamar mesin.
Telepon Internal adalah alat untuk berkomunikasi dua arah
antara anjungan dan ruang-ruang dikapal atau alat komunikasi antar
ruangan. Untuk komunikasi antar anjungan dengan kamar mesin
dipasang telepon khusus. Telepon ini harus dipasang di ruang
anjungan kamar kapten, kkm dan perwira dek, ruang salon, ruang
kontrol kamar mesin, ruang mesin, dapur, ruang steering gear dan
ruang lain yang penting.
4. Dokumen
Dokumen untuk keselamatan sangat penting keberadaannya
dikapal, yang dipersyaratkan antara lain:
a. Fire control plan, yaitu gambar atau denah yang menunjukkan
letak, posisi, jenis, dan jumlah alat keselamatan dan pemadam
kebakaran dikapal.

10
b. Muster list and emergency procedure, yaitu daftar tugas awak
kapal untuk keadaan darurat.
c. Nautical publication, terdiri dari buku atau terbitan termasuk peta
laut, yang menjelaskan secara lengkap arah berlayar, daftar rambu
suar, daftar pasang surut dan informasi lain yang diperlukan.
d. International code of signal yang berisi isyarat internasional
termasuk call sign di kapal.
5. Peralatan Pemadam Kebakaran
a. Pemadam Kebakaran (fire extingusher)
b. Selang Pemadam (fire hose)
c. Pompa Pemadam
d. Hidran
e. Nozzele

C. Peralatan Keselamatan pada Nelayan


Adapun peralatan keselamatan kerja pada nelayan, yaitu:
1. Life jacket
Semua anggota awak harus mengenakan PFD atau life jacket yang
disetujui saat bekerja di dek kapal penangkap ikan atau di kapal pesiar
seine, karena resiko tenggelam dapat terjadi sewaktu-waktu. Adapun
perangkat pengapung harus menjadi perangkat yang tepat untuk
pekerjaan tersebut, harus sesuai dan nyaman untuk dikenakan, beikut
beberapa persyaratannya, yaitu:
a. PFD atau life jacket harus memberikan daya apung minimum 69
Newtons (15,5 pound). Perangkat dengan tingkat daya apung 69
newtons (15,5) pound dirancang untuk membuat kepala orang
sadar berada di atas air .
b. Jika bekerja sendiri maka harus menggunakan PFD self righting
atau life jacket dengan minimal 93 Newtons (2 Pon) daya apung.
Perangkat ini dirancang untuk memberikan dukungan yang cukup

11
bagi kepala, leher, dan dada untuk mengubah orang yang tidak
sadar menghadap ke atas air (Self- righting).
c. Seseorang harus mudah dikenli jika jatuh ke laut perangkat flotasi
harus dilengkapi bahan retro reflektif putih atau perak yang
dipasang di permukaan yang biasanya berada di atas permukaan
air, ini adalah paktik yang baik untuk mengenakan pita reflektif
pada pakaian juga.
d. Jika life jacket tidak secara inheren mengapung, maka harus secara
otomatis ditiup dan harus memiliki system inflasi manual.
Perangkat tiup manual saja tidak dapat diterima.
e. Pakai perangkat flotasi otomatis yang terlepas dari pakaian anda,
jangan tambah kanapa pun pada floatasi yang mungkin
mencegahnya menggembung saat dibutuhkan.
2. Immersion suits
Setelan perendaman dirancang untuk menyelamatkan hidup
nelayan jika terpaksa meninggalkan kapal dalam keadaan darurat
tanpa perlindungan, nelayan bias tenggelam dalam beberapa menit
dari keterkejutan memasuki air dingin. Setelah setelan perendaman
yang disetujui sesuai, ini akan membuat nelayan tetap terjaga dan
menjaga agar tubuh tetap panas di dalam jas dan air dingin. Pastikan
setelan perendaman terjaga dengan baik. Periksa apakah segel dan
jaitan tidak rusak dan ritsleting berfungsi dengan benar. Tanggung
jawab pekerja adalah untuk:
a. Periksa apakah setelan pecelupan memenuhi persyaratan.
b. Dimana setelan perendaman disimpan dan bagaimana memakainya.
c. Berlatih memakai jas dan berlatih berpartisipasi dalam latihan
darurat.
d. Periksa secara teratur setelan untuk memastikannya sesuai dengan
benar dan dalam kondisi kerja yang baik.
e. Laporkan kerusakan pada ketua kapal.
f. Pastikan memakai setelan pencelupan untuk meninggalkan kapal.

12
3. Pelindung kepala, mata dan wajah
Terdapat banyak bahaya dikepala, mata, dan wajah saat awak di
kapal penangkap ikan komersial, Olehnya peralatan pelindung diri
dapat melindungi nelayan dari cedera. Berikut langkah untuk
menggunakan alat pelindung diri pada kapal penangkap ikan:
a. Tutup kepala yang aman (hard hat) harus dipakai saat bekerja di
bawah peralatan bergerak atau benda yang bias jatuh misalnya saat
bongkar dan menumpuk jaring.
b. Gunakan helm tali dagu saat bekerja di ketinggian lebih dari 3
meter (10) kaki dan dalam cuaca buruk
c. Pakailah pelindung mata yang sesuai untuk pekerjaan misalnya,
kacamata pengaman perisai samping atau kacamata saat
menggiling, bekerja dengan benda longgar atau runcing atau saat
terkena ubur-ubur. Saat bekerja dengan produk berbahaya, periksa
lembar data keselamatan bahan atau label produk untu kmengetahui
apakah perlindngan mata dan wajah di perlukan.
d. Pertimbagkan kacamata atau pengaman atau kacamata hitam untuk
mengurangi cahaya matahari.
e. Pakailah topi (topi baseball, topi keras atau headwear bertepi
lainnya) untuk melindungi mata dan wajah dari sinar matahari
bahkan pada hari-hari yang mendung.
4. Pelindung tangan
Terdapat banyak bahan yang dapat melukai tangan saat nelayan
berada di kapal penangkap ikan komersil salah satunya pada bagian
tangan yang dapat terkena luka atau cedera selama beraktivitas.
Penggunaan sarung tangan saat menangani tali merupakan salah satu
tindakan perlindungan diri bagi nelayan. Tali kawat mungkin rusak
karena terhambat, yang dapat menyebabkan kulit terbakar, saat
penanganan ikan nelayan harus memakai sarung tangan yang cukup
untuk melindungi tangan pilih sarung tangan yang tepat untuk
pekerjaan tersebut. Pakailah sarung tangan karet berkualitas baik

13
untuk perlindungan terhadap kelembaban, duri ikan, dingin, dan saat
menangani jarring. Pakailah sarung tangan di bawah sarung tangan
karet untuk kenyamanan. Pertimbangkan untuk memakai sarung
tangan dan/ atau lengan pelindung bila ada kemungkinan kulit rusak
akibat peralatan, perlengkapan atau ikan. Misalnya kenakan sarung
tangan dan / atau lengan saat :
a. Penanganan kait atau ikan.
b. Memotong Umpan.
c. Hosing down deck.
d. Seining, selamadasi pantai, untuk mencegah luka dari teritip.
5. Alas kaki
Menggunakan alas kaki yang sesuai dapat membantu mencegah
cedera di tempat kerja, kenakan alas kaki tahan air dan non-slip seperti
sepatu karet dengan sol isap jika permukaan dek licin. Gunakan bahan
karet gelang di sekitar bagian atas sepatu bot bagian bawah
perlengkapan huja, ini membantu untuk menahan air, mengeratkan
pakaian longgar ketubuh dan mencegah hujan untuk membatasi
pergerakan kaki. Untuk seining selama berada di pantai kenakan
sepatu bot untuk mencegah tergelincir pada rumput laut dan batu licin.
6. Perlindungan Pendengaran
Suara keras sering terjadi pada kapal nelayan komersial. Paparan
kebisingan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran. Persyaratan dan rekomendasi berikut dapat membantu
nelayan untuk melindungi pendengaran. Nelayan harus memakai
pelindung pendengaran seperti penutup telinga atau penyumbat telinga
jika akan terkena suara keras untuk waktu yang lama. Ada penutup
telinga dan penyumbat telinga yang dirancang untuk memungkinkan
mendengar peralatan dan orang orang sambil mengurangi kebisingan,
awak harus memakai pelindung pendengaran saat bekerja di ruang
mesin.

14
D. Peralatan Keselamatan pada Penyelam
Peralatan keselamatan pada penyelam:
1. Mask
Mask/ face mask adalah peralatan selam yang menutupi sebagian
wajah terutama mata dan hidung.
2. Snorkel
Snorkel merupakan alat survival penting yang digunakan oleh
seorang Skin maupun Scuba Diver sebab berfungsi membantu
penyelam bernafas di permukaan air tanpa mengangkat kepalanya.
3. Fins
Fin yang diindonesiakan dengan istilah “sirip selam” atau “kaki katak”
diciptakan untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan piranti
penggerak.
4. Wetsuits
Pakaian pelindung penyelam yang mempunyai gelembung-
gelembung busa berudara. Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat
dalam berbagai ukuran ketebalan bahan.
5. Weightbelt
Weight belt atau sabuk beban diperlukan guna mengatur daya
apung penyelam.
6. Buoyancyvest
Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang
penyelam. Fungsi dari peralatan tersebut adalah untuk memberikan
daya apung agar dapat beristirahat atau menyangga penyelam yang
mengalami keadaan darurat.

Disamping alat-alat tersebut diatas biasanya masih ditambah lagi


dengan peralatan keamanan tambahan, yang diperlukan untuk menambah
dan mempertinggi tingkat keamanan dan keselamatan seorang penyelam
antara lain :

15
1. Pisau,berfungsi untuk membantu melepaskan seorang penyelam jika
terjerat tali atau jaring, juga sebagai piranti pengungkit, palu dan lain-
lain.
2. Sarung tangan, di setiap penyelaman pada lokasi manapun sebaiknya
seorang penyelam menggunakan sarung tangan. Tangan penyelam
akan menjadi lembut jikalau terendam dalam air dan apabila tergores
sangat sulit untuk menghentikan pendarahan.
3. Tas Selam, untuk menyimpan piranti selam agar tidak tercecer, serta
melindungi peralatan dari panas matahari.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. APD merupakan suatu alat yang diperlukan untuk melindungi
seseorang dari potensi bahaya fisik maupun kesehatan yang tidak dapat
dihilangkan melalui pengendalian teknik/engineering control maupun
pengendalian administratif/administrative control.
2. Peralatan keselamatan pada kapal dapat berupa alat-alat kerja, peralatan
pelampung, peralatan pelampung, dokumen dan peralatan pemadam
kebakaran.
3. Peralatan keselamatan pada nelayan dapat berupa life jacket, immersion
suits, perlindungan kepala mata dan wajah, perlindungan tangan, alas
kaki dan perlindungan perndengaran.
4. Peralatan keselamatan pada penyelam yaitu mask, snorkel, Fins, weit
suits, weight belt, dan Buoyancy vest. Adapun peralatan tambahan
seperti pisau, sarung tangan, dan tas selam.

B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan masukan berupa
kritik ataupun saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini agar
ke depannya penulis dapat menyempurnakan isi makalah dalam hal
penulisan makalahnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
Dharwirawan, Dimas & Rabina Modjo. 2015. Identifikasi Bahaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Penangkapan Ikan Nelayan
Muroami. Hal 185-192.

Santara, G & Fis Purwangka. 2014. Peralatan Keselamatan Kerja Pada


Perahu Slerek Di Ppn Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali.
Jurnal Iptek. Vol 1 No.1, hal 53-68.

Kalu, Yohanis, dkk. 2017. Studi Tentang Kesehatan Dan Keselamatan


Kerja Di Atas Kapal Pole And Line Yang Berpangkalan Di
Aertembaga Bitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap
vol 2(6).

Sugarda, asri., dkk. 2014. Analisa Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung


Diri (APD) Terhadap Allowance Proses Kerja Pemotongan Kayu
(Studi Kasus : PT. PAL Indonesia). JATI Undip Vol IX (3).

Saleh, Lalu Muhammad. 2018. Keselamatan & Kesehatan Kerja Kelautan.


Yogyakarta: Budi Utama.

18

Anda mungkin juga menyukai