Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2017, Vol. 7, No. 2, 88-102 , ISSN: 2087-1708

Penggunaan Kata “Jancuk” Sebagai Ekspresi Budaya dalam Perilaku


Komunikasi Arek di Kampung Kota Surabaya

Sugeng Sriyanto 1 dan Akhmad Fauzie 2


(1)
Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
(2)
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah, Surabaya

Abstract: The term “jancuk” is part of the dialect of Surabaya people. For Surabaya
people known as “Arek Suroboyo” who lives in the neighborhood of kampung kota
(the urban village), “jancuk” is the most common word that is used as an expressive
language in daily life. However for some people, the word “jancuk” has a negative
connotation. This ethnographic study explore how “jancuk” is used and understood
by people living in kampung Surabaya who use it as daily communication. Data
collected using in-depth interviews and analyzed using three stages of analysis
technique suggested by Miles and Huberman: reduction, display, and verification. The
result shows that the use of “jancuk” is the common expression in communication
which is used because the influence of the social character and the strong
internalization of “Arek” culture. “Arek” culture is characterized by its spontaneous,
open, and egalitarian values. The use of “jancuk” emphasizes the form of interaction
or pragmatic language functions rather than its semantic meaning. In general, the
word “jancuk” is used by people who live in urban villages in Surabaya to express
their emotion both positive and negative sides. While “jancuk” can be used to express
anger, most participants used in friendship circle. People who use the word tend to be
viewed as friendly and sociable.
Key words: “Jancuk”, communication behavior, arek culture, urban villagers

Abstrak: Bagi Arek Suroboyo yang tinggal di lingkungan kampung, kata “jancuk”
digunakan sebagai sebagai bentuk ekspresi dalam kehidupan sehari-hari. Peneltian
etnografi ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana kata “jancuk” dimaknai oleh
orang-orang yang menggunakannnya yang tinggal di kampung Surabaya. Data
dikumpulkan melalui wawancara secara mendalam dan dianalisis menggunakan teknik
reduksi, display, dan verifikasi yang disarankan Miles and Huberman. Hasil analisis
menunjukkan penggunaan kata jancuk dalam perilaku komunikasi merupakan
ekspresi yang dipengaruhi oleh karakter dan kuatnya internalisasi budaya “Arek”.
Budaya “Arek” ditandai oleh spontanitas, keterbukaan, dan egalitarianisme.
Penggunaan kata jancuk lebih menekankan pada bentuk fungsi interaksi atau
prakmatik bahasa dari pada makna semantiknya. Kata ini sering diucapkan oleh orang
kampung Surabaya untuk mengekspresikan emosi positif maupun negatif. Menjadi
negatif ketika kata ini digunakan sebagai ekspresi kemarahan yang ditujukan pada
orang lain. Pada sisi positif dalam sebuah interaksi persahabatan, orang yang
menggunakan kata ini dianggap memiliki karakteristik sebagai orang yang ramah dan
suka bergaul.
Kata Kunci: “Jancuk”, perilaku komunikasi, budaya Arek, komunitas kampung

Korespondensi terkait artikel ini dapat ditujukan kepada Akhmad Fauzie via email: akhfa14@gmail.com.

88
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

Budaya arek merupakan satu dari dewasa, semuanya dapat disebut dengan
sepuluh culture area (wilayah kebudayaan) arek (Mawardi, 2007:23).
yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara geografis, budaya arek
Dalam pemahamannya, Akhudiat menje- terletak dan berkembang di bagian timur
laskan, arek berasal dari kata lare atau aliran Kali Brantas, meliputi Surabaya,
anak-anak. Boedhimoertono (2003:57) Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, dan
menyatakan, kata arek memiliki arti yang Malang. Sedangkan Kediri dan Blitar
luas, tidak hanya digunakan sebagai dibatasi oleh Pare ke timur memiliki
panggilan untuk anak kecil. Lebih dari itu, khazanah budaya arek (Jawa Pos, Selasa,
kata arek juga digunakan untuk memanggil 30 Oktober 2007: 32). Perjalanan dan
orang yang sudah mencapai tahapan perkembangan budaya arek tidak bersifat
dewasa dalam tahapan perkembangan. otomatis dan mekanistik. Wilayah Malang
Sedangkan menurut Supriyanto (dalam dan Surabaya menjadi pusat perkembangan
Abdillah, 2007:2), kata arek berasal dari budaya arek. Sedangkan daerah Gresik dan
kata bahasa Jawa Kuno, yaitu ari-ika yang Sidoarjo masih memiliki identitas budaya
memiliki arti saudara yang lebih muda atau arek yang relatif sama dengan Surabaya
bisa pula anak. Lebih lanjut, dalam kamus (Jawa Pos, Selasa, 30 Oktober 2007: 32).
Jawa Kuno-Indonesia diartikan sebagai Akan tetapi, dalam perjalanan dan
adik laki-laki atau perempuan. Sedangkan perkembangan budaya arek, khususnya
dalam penggunaan-nya, kata ari juga dapat mnegenai penggunaan kata arek, begitu
digunakan sebagai bentuk sapaan bagi melekat pada kata Suroboyo. Sehingga,
kerabat jauh, bahkan juga bisa digunakan dalam penyebutannya menjadi arek
sebagai bentuk sapaan yang bukan kerabat Suroboyo. Kata arek Suroboyo semakin
(Zoetmulder, 1995:62). Sedangkan dalam populer dan mencapai titik puncaknya
Kamus Pepak Bahasa Jawa, kata ari ketika digunakan pada masa-masa per-
memiliki arti sebagai benda kawi yang juangan kemerdekaan. Dampak dari
memiliki arti adhi, rayi; ari-ari: aruman, penggunaan kata arek menjadi arek
seng metu sakbare mbayi (suatu benda Suroboyo, kemudian membentuk dan
yang keluar setelah orang selesai menjadi suatu identitas yang dapat
melahirkan), atau bisa disebut dengan mengintegrasikan para arek Suroboyo
plasenta (latin), embing-embing untuk melecut dan memperkuat semangat
(Sudaryanto dan Pranomo, 2001:41 dalam mengusir kolonialisme dan memper-
Abdillah, 2007:3). Lebih lanjut Henrikus tahankan kemerdekaan.
Supriyanto (dalam Abdillah, 2007:3) Lebih jauh mengenai budaya arek
menegaskan, bahwa ari-ika atau dalam Suroboyo, memiliki karakteristik tersendiri
bahasa Jawa Kuno disebut Arika dalam yang terbentuk dari pengaruh sikap
pelafalannya berubah menjadi arek dan spontanitas yang dimiliki oleh masyarakat
menjadi suatu bentuk sapaan baru pada antar kampung ketika pada masa
wilayah yang tergabung dalam budaya perjuangan menuju kemerdekaan (Abdilah,
arek. Sedangkan dalam konteks 2007:5). Sikap spontanitas yang dimiliki
perkembangannya, Cak Kadar menjelas- oleh masyarakat Surabaya, kemudian
kan, bahwa kata arek dulunya hanya membentuk karakter khas yang bersifat
berlaku bagi anak-anak yang yang tingal di kultural. Lebih dari itu, bentuk spontanitas
kampung. Akan tetapi dalam perkem- tersebut yang juga menciptakan karakter
bangannya, kata arek sudah sedemikian budaya yang terintegrasi dalam kehidupan
memasyarakat. Sedangkan penyebutan masyarakatnya (Abdillah, 2007:5).
arek tidak mengenal usia, baik untuk Kadaruslan (dalam Abdillah, 2007:6)
balita, anak-anak, anak baru gede (ABG), menyatakan, bahwa budaya arek Suroboyo
memiliki tiga ruang simbolis yang juga

89
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

sekaligus sebagai suatu bentuk aktualisasi, penggunaannya menjadi bagian dari bahasa
yaitu egaliter, demokratis, dan terbuka. Suroboyoan yang paling komunikatif.
Berdasar pada ketiga unsur tersebut Berdasarkan pada asal mula kata cuk
di atas yang merupakan wujud dari merupakan kependekan dari kata jancuk.
kesinambungan relasi sosial dan kema- Diucapakan dengan menggunakan kata cuk
nusiaan yang terbangun secara spontan agar dapat lebih memudahkan dalam
(Abdillah, 2007:6). Suatu relasi sosial yang pengucapannya dalam perilaku komuni-
merupakan perwujudan dari karakter arek kasi. Sedangkan dalam definisinya kata
Suroboyo di atas dapat terbentuk karena jancuk dipahami sebagai bahasa yang
adanya unsur interaksi sosial yang paling komunikatif dalam mengekspresi-
tekandung didalamnya. Kegiatan interaksi kan sesuatu. Akan tetapi, ada juga yang
sosial dapat berjalan karena adanya mendefinisikan bahwa kata tersebut
komunikasi. Agar kegiatan komunikasi memiliki arti yang kotor.
dapat terwujud, maka diperlukan suatu alat Pada umumnya, kata jancuk akan
yang disebut dengan bahasa. Berkaitan digunakan untuk mengumpat (mesoh).
dengan budaya arek Suroboyo, pada Selain itu, kata jancuk juga identik dengan
umumnya, bahasa yang dipergunakan makian dan dianggap sebagai tantangan
dalam percakapan sehari-hari terbagi untuk berkelahi (Sulistyo, 2009). Kata ini
menjadi tiga bagian, yaitu: pertama, bahasa terkenal saru (tidak pantas diucapkan),
formal atau resmi, yakni menggunakan namun populer di kalangan masyarakat
bahasa Indonesia. Kedua, bahasa antar Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya dan
kelompok, merupakan bahasa yang hanya Malang. Kata ini selalu muncul dalam
berlaku pada kelompok tertentu saja, kondisi sedang marah, kecewa, mengan-
seperti bahasa mandarin, bahasa bahasa cam, bahkan bisa juga dalam berbagai
Madura. Akan tetapi, dalam situasi keakraban, dengan catatan
penggunaannya sangat terbatas. Sedangkan keakraban yang ekstra akrab antar teman
yang ketiga, adalah bahasa Jawa dialek dekat (Sulistyo, 2009).
Surabaya atau yang lebih populer disebut Sebagai bagian dari perilaku
dengan basa Suroboyoan (Djupri, komunikasi, khususnya di Kota Surabaya,
2008:vii). Basa Suroboyoan merupakan penggunaan kata jancuk memiliki fungsi
bahasa yang dipergunakan dalam dan makna yang bervariasi, tergantung dari
pergaulan dan kehidupan sehari-hari oleh situasi dan kondisi dari komunikasi yang
seluruh lapisan masyarakat sebagai suatu dilakukan. Keberagaman fungsi dan makna
bentuk keakraban satu dengan lainnya dari penggunaan kata jancuk dalam
(Abdillah, 2007:130) dalam situasi perilaku komunikasi masyarakat Kota
informal (Djupri, 2008:vii). Hal tersebut Surabaya merupakan fenomena budaya
dikarenakan, penggunaan basa Suroboyo lokal yang perlu untuk digali dan
memiliki kesan psikologis bagi para dipahami. Pemahaman tentang penggunaan
pengguna bahasa tersebut, yaitu akan lebih kata jancuk akan mampu memberikan
akrab, percaya diri dan lebih merasa suatu penjelasan secara obyektif bagi
egaliter (Djupri, 2008:vii). individu yang bukan dari Kota Surabaya
Lebih jauh mengenai penggunaan atau pendatang untuk lebih dapat
bahasa Suroboyoan dalam interaksi sosial berperilaku toleran dalam berkomunikasi
dan berkomunikasi oleh arek Suroboyo, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.
khususnya yang berada di kampung- Berdasarkan pada uraian pada latar
kampung Suroboyo, terdapat suatu kata belakang masalah di atas dapat ditarik
khas yang sering digunakan, yaitu kata suatu rumusan masalah, yaitu bagaimana
jancuk. Menurut Sabrot D. Malioboro, kata penggunaan kata jancuk dalam perilaku
jancuk merupakan kata yang apabila dalam komunikasi (communication behavior)

90
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

sebagai ekspresi budaya arek di komunitas (Sarwono, 2010:8). Sedangkan menurut


kampung Surabaya. Lebih jauh, rumusan Woodworth dan Marquiz (dalam Sarwono,
masalah tersebut dapat dikembangkan 2010:10) perilaku dibagi menjadi tiga
menjadi sub-sub pertanyaan, adalah bentuk aktivitas, yaitu aktivitas motorik,
sebagai berikut: Bagaimana penggunaan aktivitas kognitif, dan emosional. Mengacu
kata jancuk dalam perspektif psikolinguis- pada penjelasan mengenai perilaku seperti
tik? Bagaimana dinamika penggunaan kata yang telah dijelaskan di atas dapat
jancuk dalam perilaku komunikasi? dipahami, bahwa perilaku merupakan
Perilaku komunikasi (communication aktivitas-aktivitas atau perbuatan, baik
behavior) menjadi salah satu fokus kajian dalam bentuk tertutup maupun terbuka
dalam disiplin ilmu antropologi, khususnya yang disertai dengan aktivitas kognitif,
etnografi komunikasi (communication aktivitas, emosional, dan aktivitas motorik.
etnography). Perilaku komunikasi secarra Sedangkan kata komunikasi, secara umum
umum didefinisikan sebagai suatu perilaku diartikan sebagai suatu proses penyam-
yang lahir dari tiga integrasi keterampilan paian dan penerimaan lambang-lambang
yang dimiliki oleh setiap individu sebagai yang mengandung arti, baik dalam bentuk
makluk sosial. Ketiga keterampilan informasi-informasi, pemikiran-pemikiran,
tersebut terdiri dari keterampilan linguistik, pengetahuan ataupun yang lain-lain dari
keterampilan interaksi, dan keterampilan penyampai atau yang disebut dengan
budaya (Kuswarno, 2008:166). Berdasar- komunikator kepada penerima atau
kan pada pengertian mengenai perilaku komunikan (Walgito, 2003:75). Bertolak
komunikasi terseebut, dapat ditarik suatu pada definisi mengenai komunikasi terse-
pemahaman, bahwa perilaku komunikasi but dapat dipahami bahwa, komunikasi
menuntut adanya suatu bentuk penguasaan merupakan suatu bentuk perilaku, dimana
dari beberapa keterampilan dan kom- terdapat suatu proses aktivitas-aktivitas
petensi, baik dalam bentuk keteram-pilan atau perbuatan berupa penyampaian dan
linguistik atau bahasa, keterampilan penerimaan lambang-lambang dari komu-
berinteraksi, dan keteram-pilan budaya nikator kepada komunikan dalam bentuk
dalam berperilaku dari seorang penutur aktivitas kognitif, aktivitas emosional, dan
(Purwoko, 2008:4). aktivitas motorik yang dicirikan dengan
Perilaku komunikasi dipahami penyampaian informasi dan pemikiran-
sebagai bentuk intergrasi dari dua kata, pemikiran, berupa ide dan gagasan.
yaitu perilaku (behavior) dan komunikasi Berdasar pada pemahaman dalam
(communication). Perilaku (Sarwono, ruang lingkup kajian psikologi, perilaku
2010:8) atau yang disebut dengan istilah komunikasi merupakan bagian dari
aktivitas (Walgito, 2004:10) dalam perilaku sosial (social behavior). Pemaha-
definisinya diartikan sebagai bagian dari man ini didasarkan, bahwa terben-tuknya
elemen-elemen stimulus dan respon perilaku komunikasi pada individu
(Brennan, 2006:356). Kata perilaku juga dipahami sebagai fungsi interaksi atas
disepadankan dengan sebutan perbuatan masukan dari situasi sosial dan karak-
(Sarwono, 2010:8). Perbuatan dibagi men- teristik individual. Situasi sosial dalam
jadi dua macam, perbuatan terbuka (overt) perspektif ini dipahami sebagai segala
dan tertutup (covert). Perilaku yang sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku
terbuka didefinisikan perilaku yang kasat individu yang bersifat eksternal dan lebih
mata, dapat diamati secara langsung diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal
melalui pancaindera. Perilaku tertutup dari luar diri individu atau disebut dengan
diartikan sebagai perilaku yang dapat faktor lingkungan. Faktor lingkungan
diketahui secara tidak langsung, seperti dalam klasifikasinya dapat dibagi menjadi
berfikir, berkhayal, takut, dan sebagainya dua bagian, lingkugan fisik dan lingkungan

91
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

sosial. Lingkungan fisik dalam penger- bentuk respon dari rangsangan yang
tiannya adalah merupakan segala sesuatu berasal dari lingkungan eksternal dan
yang berkaitan dengan kondisi alam, internal, khususnya berupa perilaku
misalnya keadaan tanah dan keadaan komunikasi.
musim. Perbedaan atas lingkungan fisik
tersebut akan memberikan suatu hal yang Perilaku Komunikasi dan Perilaku Sosial
berbeda pada perkembangan individu. dalam Kajian Psikologi Budaya
Sedangkan lingkungan sosial dalam Salah satu unsur dari dinamika
definisinya diartikan sebagai lingkungan perilaku komunikasi sebagai perilaku
masyarakat yang didalamnya terdapat sosial adalah berupa masukan situasi
adanya interaksi inidividu dengan individu sosial. Salah satu bagian dari masukan
yang lainnya (Walgito, 2003:26-27). situasi sosial adalah budaya (culture).
Sedangkan yang dimaksud dengan Secara umum budaya didefinisikan sebagai
karakteristik individual adalah segala seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan
sesuatu yang bersifat internal yang berasal perilaku yang dimiliki oleh sekelompok
dari dalam diri individu. Karaktristik orang, akan tetapi ada tingkat derajat
individu ini meliputi segala sesuatu yang perbedaan pada setiap individu, dan
bersifat internal didalam diri individu dikomunikasikan dari satu generasi ke
sendiri. Karakteristik individual yang generasi berikutnya (Matsumoto, 2008:6).
dimaksud dapat berupa sifat-sifat fisik, Berdasar pada pengertian mengenai budaya
memiliki sifat relatif tetap dan sebagian diatas, Matsumoto membagi kebudayaan
besar dari sifat-sifat fisik tersebut dapat menjadi dua bentuk konsep, budaya
diketahui oleh orang lain. Karakteristik dipahami sebagai konstruk individu dan
yang lainnya dari individu dapat berupa konstruk sosial. Budaya tidak akan pernah
karaktristik kepribadian. Karaktristik lepas dari pengertian suatu kelompok
kepribadian ini memiliki sifat yang cende- individu. Dimana setiap kelompok memi-
rung menetap, akan tetapi tidak begitu liki suatu kekhasan yang membeda-kannya
banyak diketahui oleh individu yang dengan kelompok lainnya. Pada umumnya,
lainya. Selain itu, terdapat juga karakterik suatu kelompok budaya diwilayah tertentu
yang bersifat internal lainnya dalam diri akan memiliki kesamaan dalam karakter
individu, antara lain berupa sikap, opini, kepribadian, perilaku, dan nilai-nilai yang
konsep diri, akan tetapi karakteristik ini akan menjadi suatu ciri khas dan
lebih bersifat temporer, dapat berubah membedakannya dengan kelompok lain-
sewaktu-waktu. Individu sering kali nya. Bentuk pemahaman tersebut disebut
dihadapkan dengan berbagai macam dengan budaya dalam arti sosial
pilihan terkait seberapa besar dari wilayah (Dayakisni, 2004:9). Hal tersebut di atas
tersebut dapat diperlihatkan kepada orang dapat dicontohkan dalam bentuk perilaku
lain (Bordens & Horowitz, 2002: 6). komunikasi sebagai perilaku sosial di
Sebagai hasil interaksi antara komunitas kampung Kota Surabaya,
karakteristik individual dan masukan dari khususnya terkait dengan penggunaan kata
situasi sosial, kemudian akan membentuk jancuk. Di komunitas kampung Kota
persepsi dan kognisi sosial. Kognisi dan Surabaya, kata jancuk merupakan kata
persepsi sosial akan mengarahkan individu yang sudah umum digunakan dalam
dalam melakukan interpretasi dan evaluasi. interaksi dan komunikasi, karena kata
Interpretasi dan evalusasi yang dilakukan tersebut diyakini sebagai kata yang paling
oleh individu akan mempengaruhi kecen- komunikatif apabila digunakan dalam
derungan perilaku yang akan dilakukan. berinteraksi dan berkomunikasi. Sedang-
Sehingga pada akhirnya, individu tersebut kan pemahaman mengenai budaya dalam
akan menampilkan suatu perilaku sebagai

92
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

arti inividual dapat dipahami sejauh mana dalam berkomunikasi. Ada berbagai
seorang individu menginternalisasi sikap, macam bahasa yang digunakan dalam
nilai, keyakinan, dan perilaku dari percakapan sehari-hari. Pertama, bahasa
kelompok budayanya (Dayakisni, 2004:9). formal atau resmi, yaitu dengan meng-
Wujud dari tingkatan internalisasi pada gunakan bahasa Indonesia. Kedua adalah
individu dapat dicontohkan dengan bahasa antar kelompok. Bahasa ini
perilaku komunikasi sebagai perilaku merupakan bahasa yang hanya digunakan
sosial, terkait dengan penggunaan kata dan berlaku pada kelompok tertentu,
jancuk. Pada individu yang tergabung seperti bahasa Mandarin dan bahasa
dalam komunitas kampung Kota Surabaya Madura. Terakhir atau yang ketiga adalah
memiliki berbagi macam sikap, nilai, dan bahasa Jawa dialek Surabaya atau yang
keyakinan terkait penggunaan kata tersebut disebut dengan boso Suroboyoan (Djupri,
dalam perilaku komuikasi. 2008:vii). Bahasa ini merupakan bahasa
yang dipergunakan dalam pergaulan
Karakter Budaya Arek sehari-hari oleh semua lapisan masyarakat
Budaya Arek terletak di sisi timur yang tinggal di kampung Surabaya
Kali Brantas, yaitu mulai dari Kediri dan (Abdillah, 2007:130).
perbatasan dengan Blitar. Kemudian Kata Jancuk Dalam Perilaku Komunikasi
berlanjut hingga Malang, Jombang, Budaya Arek
Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya
(Abdillah, 2007:108). Sedangkan dalam Menurut Henrikus Supriyanto bahwa
perkembangannya, budaya Arek tidak kata jancuk berasal dari kata diancuk yang
lepas dari keberadaan dari komunitas orang memiliki arti disetubuhi. Jancuk
kampung (Abdillah, 2007:109). Terkait merupakan kata sapaan dan ketika ada
dengan komunitas orang kampung, seseorang yang disapa jancuk, berarti
terdapat tiga konsep simbolik yang ibumu disetubuhi oleh ayahku. Jadi kata
digunakan dalam interaksi sosial sehari- jancuk memiliki makna ada ikatan
hari dan tiga kosep simbolik tersebut persaudaaan antara orang yang menyapa
dipahami sebagai karakter arek Suroboyo, dan yang disapa. Kata jancuk atau
yaitu egaliter yang dipahami dengan arti penggalan katanya cuk adalah bentuk kata
kerakyatan, demokratis yang diartikan yang digunakan untuk menunjukan rasa
dengan keterbukaan, dan solidaritas keakraban, khususnya yang berdiam di
(Abdillah, 2007:126). Ketiga konsep kawasan Surabaya dan Malang. Tetapi,
tersebut terwujud dalam interaksi sosial makna istilah jancuk juga berada pada titik
sehari-hari terutama ketika masing-masing batas dengan keakraban. Rasanya bukan
warga masyarakat berkumpul atau bertemu arek Suroboyo atau gnaro ngalam kalau
dalam berbagai bentuk pertemuan. Pada ketemu teman tanpa disertai salam, jancuk
umumnya pertemuan yang paling menonjol atau potongannya cuk saja. Sering kali
terkait dengan ketiga konsep simbolik salam itu disertai baku pukul yang cukup
tersebut diatas adalah cangkrukan. bikin sakit. Tanpa mengucapkan salam
(Abdillah, 2007:126). jancuk pasti bukan teman dekat, karena
menyebut istilah ini kepada seseorang yang
Perilaku Komunikasi Budaya Arek belum dikenal akan mengundang reaksi
Perkembangan budaya Arek tidak negatif. Kata jancuk adalah merupakan
lepas dari keberadaan dari komunitas orang kata yang mampu menunjukan kedekatan
kampung (Abdillah, 2007:109). Individu emosi dan keakraban sepasang sahabat.
yang tergabung dalam komunitas kampung Selain digunakan sebagai bentuk ekspresi
menggunakan berbagai macam bahasa yang menunjukkan rasa keakrab an, kata

93
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

jancuk juga digunakan untuk mengumpat ini menggabungkan teknik observasi parti-
kepada seseorang, dapat juga sebagai sipan dan wawancara mendalam. Jadi,
sebuah ekspresi rasa kemarahan dari selama melakukan observasi, peneliti juga
seseorang kepada orang lain yang benar- melakukan interview kepada orang-orang
benar marah (Sulistyo, 2009). yang ada dilapangan penelitian (Sugiono,
2009:232). Penggabungan teknik untuk
Metode mengumpulkan data juga dapat dilakukan
sebaliknya. Dalam wawancara etnografi
Fokus dalam penelitian ini adalah komunikasi dapat berlangsung selama
penggunaan kata jancuk dalam perilaku peneliti melakukan observasi partisipan
komunikasi sebagai ekspresi budaya Arek (Kuswarno, 2008). Secara khusus,
pada komunitas kampung di Surabaya. etnografi komunikasi membagi observasi
menjadi dua jenis, yaitu observasi
Subjek
partisipan dan non-partisipan. Sedangkan
Teknik untuk menentukan subjek
jenis observasi yang digunakan adalah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan observasi partisipan.
menggunakan criterion sampling. Subjek
Pengumpulan data yang kedua adalah
atau informan yang digunakan dalam
menggunakan metode wawancara. Wawan-
penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Informan Penelitian


No. Informan Kunci Informan Ahli Informan Insidential
(man of the street)
1. Penduduk Surabaya Ahli dan faham mengenai Penduduk Surabaya
budaya surabaya.
2. Teridentifikasi Mengetahui tentang seluk- Teridentifikasi
menggunakan bahasa beluk dari bahasa Jawa dialek menggunakan bahasa
Suroboyoan dalam Surabaya atau boso Suroboyoan dalam
kesehariannya, khususnya Suroboyoan. (untuk kesehariannya, khususnya
menggunakan kata cuk mengetahuinya dapat menggunakan kata cuk
dalam perilaku dilakukan dengan cara dalam perilaku
komunikasinya sehari- melakukan wawancara komunikasinya sehari-hari.
hari. mendalam (indept interview))
3. Bersedia menjadi subyek Bersedia menjadi subyek Bersedia menjadi subyek
penelitian selama penelitian selama penelitian penelitian selama
penelitian berlangsung. berlangsung. penelitian berlangsung.
(Sumber: Mantra, 2008)

Teknik pengumpulan data cara didefinisikan sebagai pertemuan dua


orang untuk bertur kaninformasi dan ide
Menurut Creswell (dalam Syukur,
melalui tanya jawab, sehingga dapat
1992:277), ada tiga teknik utama pengum-
dikontruksikan makna dalam suatu topik
pulan data dalam studi etnografi yang juga
tertentu (Sugiono, 2009).
dapat digunakan dalam metode penelitian
etnografi komunikasi, observasi partisipan, Lokasi penelitian
wawancara, dan penelaahan dokumen
(Kuswarno, 2008). Sedangkan dalam pene- Lokasi dalam penelitian ini kampung
litian ini hanya menggunakan dua teknik Surabayan. Pemilihan kampung Surabayan
saja, yaitu observasi dan wawancara.. Akan sebagai lokasi penelitian ini berdasarkan
tetapi, pengumpulan data dalam penelitian pada rekomendasi subyek inti (SDM),

94
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

bahwa kampung Surabayan masih memi- sehari-hari. Bagi orang kampung, kata
liki nilai-nilai budaya Arek. Selain itu juga, jancuk sudah menjadi bagian dari
kampung Surabayan juga merupakan salah kehidupan sehari-hari dalam pengguna-
satu cagar budaya yang dimiliki oleh Kota annya, khususnya dalam menjalin relasi
Surabaya yang berada di tengah-tengah sosial. Oleh karena sudah menjadi bahasa
kota. sehari-hari, orang kampung menyebutnya
dengan istilah sego jangan atau lalapan
Analisa data jangan. Penggunaan kata jancuk dalam
Analisis data merupakan proses perilaku komunikasi dikehidupan sehari-
mencari dan menyusun secara sistematik hari oleh orang kampung akan terasa lebih
data yang diperoleh dari hasil wawancara, kental ketika digunakan dalam interaksi
catatan lapangan, dokumentasi (Sugiono, dan komunikasi, terutama ketika masing-
2007:88). Teknik analisa yang digunakan masing warga kampung berkumpul atau
dalam penelitian ini adalah analisis data bertemu dalam berbagai bentuk pertemuan.
kualitatif yang mengikuti konsep Miles dan Salah satu bentuk pertemuan yang paling
Huberman (dalam Sugiono, 2007: 92). menonjol di wilayah kampung adalah
Proses analisa data dilakukan setelah data cangkrukan. Cangkrukan merupakan tradi-
sudah terkumpul. Data yang telah dikum- si pertemuan informal oleh warga
pulkan kemudian dipilah-pilah sesuai kampung yang digunakan untuk menya-
kepentingan atau kebutuhan, kemudian takan segala sesuatu peristiwa yang sedang
dibuat kategori. Langkah selanjutnya terjadi dan sudah terjadi (Abdillah,
adalah melakukan reduksi data. Reduksi 2007:126).
data adalah merangkum, memilih hal-hal Individu dalam perkembangannya,
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal khususnya dalam berperilaku, selain
yang penting, dicari tema dan polanya. dipengaruhi oleh faktor endogen atau yang
Setelah melewati tahapan pereduksian ini, dikenal dengan istilah tempramen (Bigot,
dilanjutkan dengan tahap penyajian data dkk., 19950 dalam Walgito, 2002:38) juga
(data display). Penyajian data dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana
dilakukan dalam bentuk tabel, garafik, phie individu berada atau bisa disebut dengan
chart, pictogram, dan sejenisnya. Akan faktor eksogen (Walgito: 2002:37). Lebih
tetapi dalam penelitian ini bentuk lanjut, Lewin menjelaskan, bahwa tingkah
penyajian lebih menekankan pada paparan laku itu bergantung pada fungsi dari
data verbal secara terorganisasir di bawah lingkungan interaksi oraganisme. Sehing-
kategori tema tertentu. Tahap terakhir ga, lingkungan akan berpengaruh pada
adalah conclusion atau kesimpulan. tingkah laku dan person atau organisme
Penarikan kesimpulan dilakukan dalam (Walgito: 2002:10). Situasi sosial dalam
penelitian ini sebagai penegasan atas bentuk pertemuan cangkrukan memberikan
temuan penelitian. suatu masukan berupa stimulus kepada
individu untuk mengucapkan kata jancuk
Hasil dan Pembahasan dalam perilaku komunikasi. Cangkrukan
merupakan bentuk pertemuan informal
Kapan dan dimana kata jancuk yang dilakukan oleh Arek Suroboyo,
digunakan? khususnya yang tinggal di kampung.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat-
Penggunaan kata jancuk akan sering
kan, cangkrukan berlangsung jauh dari
dijumpai daerah kampung Suroboyo.
kesan formal. Sehingga kesan akrab akan
Sebab, kata tersebut sering digunakan oleh
terlihat dari para peserta pertemuan
orang kampung dalam berinteraksi dan
tersebut. Keakraban dari para peserta yang
berkomunikasi dalam kehidupan mereka
ikut dalam pertemuan tersebut dari

95
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

berbagai kalangan, mulai remaja, dewasa, dari pengaruh dari orang dewasa
sampai tua. Tidak ada rasa canggung yang (Haditomo, 2006:282). Kelompok sosial
terlihat, semua saling berinteraksi satu dimana individu menjalin relasi sosial akan
sama lain. Tema-tema yang dibicarakan memberikan suatu pengaruh terhadap
lebih pada masalah-masalah ringan yang perkembangan, khususnya dalam berperi-
mengundang gelak tawa. ketika disela-sela laku komunikasi. Begitu kuatnya pengaruh
situasi guyonan tersebut, maka kata jancuk kelompok sosial terhadap individu, maka
akan terucap dari salah satu peserta. Pada individu tersebut akan cenderung
saat kata tersebut diucapkan, suasana mengikuti aturan-aturan yang ada di
bertambah hangat dan akrab. kelompoknya (Sarwono, 2009:105). Ketika
suatu kelompok sosial memiliki suatu
Siapa Pengguna Kata Jancuk? aturan, bahwa penggunaan kata jancuk
bukanlah sebagai suatu bentuk caci maki
Berdasarkan dari hasil penelitian atau sebagai umpatan. Maka hal tersebut
yang telah dilakukan, bahwa kata jancuk akan diikuti oleh anggota kelompok
paling sering digunakan oleh orang tersebut.
dewasa, khususnya mereka yang tianggal Tidak hanya terbatas pada orang
di wilayah kampung. Penggunaan kata dewasa dan remaja, anak-anak juga
jancuk pada orang dewasa dalam perilaku menggunakan kata jancuk dalam perilaku
komunikasi dimaknai bukan sebagai komunikasi. Akan tetapi, penggunaan kata
bentuk caci maki, atau sebuah luapan jancuk pada anak-anak, akan dimaknai
emosi. Akan tetapi, penggunaan kata berbeda dengan orang dewasa dan remaja.
jancuk pada orang dewasa lebih dimaknai Pada anak-anak, penggunaan kata jancuk
sebagai sebuh ekspresi keakraban, kedeka- dalam perilaku komunikasi bukan dipenga-
tan, dan persaudaraan. Hal tersebut ruhi oleh dunia sosialnya. Tetapi, penggu-
dipengaruhi oleh sikap dan pandangan naan kata jancuk pada anak-anak lebih
hidup pada orang dewasa. Pada orang dimaknai sebagai sebuah umpatan dan
dewasa mengembangkan suatu pandangan luapan sakit hati. Hal ini dikarenakan, pada
hidup sebagai suatu kesatuan nilai yang usia anak-anak sangat diengaruhi oleh sifat
integral. Sehingga, orang dewasa akan egosentrisme yang yang dimilikinya.
mampu menempatkan semua kejadian, Egosentrisme adalah anak-anak dalam
kebenaran, dan nilai-nilai dalam satu sudut memandang segala sesuatu terpusat pada
pandang tertentu yang mencakup segalanya dirinya sendiri (Haditomo, 2006:114).
(Haditomo, 2006:319). Begitu juga ketika Selain itu, pada pengggunaan kata jancuk
menggunakan kata jancuk dalam perilaku dalam perilaku komunikasi dapat juga
komunikasi. Ketika mengucapkan kata dipahami sebagai bentuk peniruan atau
tersebut, individu mampu menempatkan belajar model. Belajar model dalam
kata jancuk secara tepat, baik terkait definisinya diartikan sebagai proses
dengan waktu, tempat, dan aktivitas ketika menirukan tingkah laku orang lain yang
kata jancuk digunakan dalam komunikasi. dilihat, dilakukan secara sadar maupun
Kata jancuk dalam penggunaannya tidak sadar (Haditomo, 2006:123).
juga digunakan oleh remaja. Akan tetapi, Bahasa Jawa dialeg Surabaya atau
penggunan kata jancuk pada remaja dalam boso Suroboyoan (Djupri, 2008:vii)
perilaku komunikasi lebih pengaruhi oleh merupakan bahasa yang paling sering
kelompok sosialnya. Sebab, perilaku indi- digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
vidu ketika masih berusia remaja sangat khususnya dalam menjalin hubungan relasi
dipengaruhi oleh kelompok sosialnya. sosial pada masyarakat Surabaya,
Ketika pada usia remaja akan membentuk khususnya di komunitas kampung dalam
suatu kelompok dan melepaskan dirinya situasi informal (Abdillah, 2007:130).

96
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

Lebih juah, dari penggunaan basa bahasa sehari-hari. Sehingga dalam


Suroboyoan dalam komunikasi, akan penggunaannya, sudah menjadi suatu hal
terdapat kesan psikologis yang didapatkan yang biasa bagi warga kampung. Mungkin
oleh para penuturnya, dimana penuturnya bisa menjadi suatu kebutukan, dimana
akan merasa lebih akrab, menjadi menjadi dengan menggunakan kata tersebut dalam
lebih percaya diri, dan bersifat egaliter perilaku komunikasi, suasana akan menjadi
(Djupri, 2008:vii). Pada boso Suroboyoan cair, dan percakapan akan menjadi lebih
terdapat satu kata yang menjadi fenomena akrab.
kata-kata lokal yang digunakan dalam Dari proses melihat peristiwa sosial,
perilaku komunikasi pada masyarakat khususnya terkiat dengan penggunaan kata
Surabaya, khususnya di komunitas jancuk dalam perilaku komunikasi
kampung Surabaya, yaitu kata jancuk. tersebut, kemudian individu melakukan
Dalam pemahamnnya, kata jancuk merupa- proses internalisasi dan analisis. Proses
kan kata yang apabila dalam pengguna- yang berupa internalisasi dan analisis
annya menjadi bagaian dari bahasa tersebut kemudian akan digunakan
Suroboyoan yang paling komuni-katif. individu mempersepsi dunianya atau yang
Oleh karena dimaknai sebagai kata yang disebut dengan persepsi sosial. Persepsi
paling komunikatif, kata jancuk dapat sosial (social perception) adalah suatu
digunakan untuk menunjukkan rasa proses yang digunakan oleh individu untuk
keakraban. Akan tetapi, kata ini juga dapat mengetahui, menginterpretasikan, dan
digunakan untuk mengumpat kepada mengevaluasi orang lain, terkait dengan
seseorang, dapat juga sebagai sebuah sifat-sifat, kualitas, dan keadaan. Sehingga
ekspresi rasa kemarahan dari seseorang akan didapatkan suatu gambaran mengenai
kepada orang lain yang benar-benar marah. obyek yang dipersepsi (Aronson, 1975
Kata jancuk pada umumnya dalam Walgito, 2003:56). Dari proses
dipahami sebagai bahasa yang kasar, persepsi tersebut, akan dijadikan individu
khususnya ketika warga kampung meng- dalam memandang dunianya, khususnya
gunakannya dalam perilaku komuni-kasi, mengenai kata jancuk. Sehingga, akan
bahkan kata tersebut dinterpretasikan didapatkan berbagai macam arti kata
sebagai bahasa pisuhan. Pendapat tersebut jancuk. Walaupun memiliki banyak arti,
didasarkan bahwa, secara semantik kata pada umumnya kata jancuk ini dipahami
jancuk memiliki makna yang kasar, bahkan sebagai suatu bentuk ekspresi. Ungkapan
diidentikan sebagai sarkasme. Semantik tersebut cukup tepat. Chomsky (1975: 4)
adalah bagian dari bahasa yang mem- mengatakan bahwa bahasa adalah ekspresi
pelajari makna dalam bahasa alami tanpa atau, lebih tepatnya, a mirror of mind
memperhatikan kontek penggunaan-nya (cermin pikiran manusia) (Purwaka, 2008).
(Dardjowidjojo, 2003:26). Berdasar-kan Sedangkan penggunaan kata jancuk
pada asal mula kata, kata jancuk atau yang dalam perilaku komunikasi, memperhati-
lebih sering diucapkan dengan kata cuk, kan beberapa hal, antara lain adalah
berasal dari kata tak-ancuk. Kata tersebut sebagai berikut: intonasi suara, tampilan
dalam pengertiannya diartikan disetubuhi. wajah, dan karakter. Penggunaan intonasi
Oleh karena memiliki arti yang kotor, suara dari penggunaan kata jancuk dalam
dalam ujarannya pengucapannya menjadi perilaku komunikasi memiliki peranan
jancuk. Terdapat juga pendapat yang penting. Intonasi suara yang keluar dari
menyatakan, jancuk itu berasal dari kata penggunaan kata jancuk menunjukkan
di-ancuk. Kata di-ancuk dalam pengertian- emosi yang dikeluarkan atau diekspresi-
nya diartikan dengan disetubuhi. kan. Emosi (emotion) dalam pengertiannya
Di lingkungan kampung, kata jancuk diartikan sebagai suatu reaksi yang
dalam pengguna-annya sudah menjadi kompleks, mengandung aktivitas dengan

97
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

derajat yang tinggi dan adanya perubahan 2010:49). Penjelasan tersebut cukup mem-
dalam kejasmanian serta berkaitan dengan berikan suatu pemahaman, dimana peran
perasaan yang kuat (Walgito, 2010: 222). mimik muka akan memberikan peneguhan
Emosi merupakan suatu keadaan yang ketika seseorang berkomunikasi. Hal
ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), tersebut akan terlihat ketika Arek
dan emosi cenderung terjadi dalam Suroboyo menggunakan kata jancuk dalam
kaitannya dengan perilaku yang mengarah perilaku komunikasi. Selain diikuti dengan
(approach) atau menyingkiri (avoidance) intonasi suara yang lantang dan keras,
terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut ekspresi wajah juga akan selalu mengikuti
disertai dengan ekspresi kejasmanian. katika Arek Suroboyo menggunakan kata
Sehingga orang lain dapat mengetahui, jancuk. Ekspresi wajah tersebut bertujuan
bahwa seseorang sedang mengalami emosi untuk mengekspresikan suatu makna dari
(Walgito, 2010:229). penggunan kata jancuk dari perilaku
Pejelasan tentang emosi di atas dapat komunikasi yang telah dilakukan.
memberikan suatu pemahaman, bahwa Karakter juga memberikan peranan
intonasi dapat berperan sebagai media penting seseorang dalam berperilaku, khu-
untuk menyampaikan emosi. Hal tersebut susnya berperilaku komunikasi. Pema-
dikarenakan, emosi memiliki kecende- haman tersebut didasarkan, bahwa perilaku
rungan diwujudkan dalam bentuk perilaku komunikasi dipahami sebagai perilaku
yang mengarah dan disertai dengan sosial dalam bentuk aktivitas penyampaian
ekspresi kejasmanian. Akan tetapi, terdapat pesan dari komuni-kator kepada komu-
bentuk perilaku yang khas ketika orang nikan. Istilah karakter dalam penger-
kampung dalam berperilaku komunikasi. tiannya merupakan sebuah sifat yang khas
Secara spesifik, warga kampung, walaupun yang dimiliki oleh setiap manusia.
tidak emosi, apabila berbicara akan terlihat Karakter dapat juga dipahami sebagai
seperti orang yang sedang berteriak-teriak suatu bentuk sifat yang khas yang dimiliki
dan nampak seperti orang yang sedang oleh setiap individu (Suryabrata, 2008:1).
marah atau disebut dengan simulasi Kata karakter dapat juga dikenal dengan
(simulation). Ekman dan Friesen (dalam istilah karakteristik (Lewin dalam Bordens
Carlson, 1987) menyatakan, orang yang & Horowitz, 2002). Karakteristik yang ada
tidak mengalami emosi, tetapi seolah-olah pada individu dapat terwujud dalam bentuk
mengalami emosi dengan menampakkan sikap, opini, konsep diri dan sebagainya.
gejala-gejala kejasmanian (Walgito, 2010: Karakteristik yang dimiliki tersebut,
230). Tampilan wajah juga memberikan kemudian akan dapat mempengaruhi
signifikasi yang penting dalam penggu- individu dalam berperilaku ketika dihadap-
naan kata jancuk dalam perilaku kan pada situasi sosial. Karakteristik yang
komunikasi. Para-bahasa berhubu-ngan dimiliki oleh individu dapat digunakan
dengan bagaimana cara dari suatu isi pesan untuk menjelaskan mengapa Arek
disampaikan, bukan isi dari pesan (Beck, Suroboyo menggunakan kata jancuk dalam
1992 dalam Hanurawan, 2010:49). Dalam perilaku komunikasi dikehidupan sehari-
pemahamannya, para-bahasa mengacu hari.
pada aspek nonsemantik suatu kalimat. Secara umum, Arek Suroboyo
Para-bahasa dapat berbentuk penekanan dikenal memiliki karakteristik sebagai
suara, nada, volume suara pada saat orang yang egaliter, terbuka (demokrasi),
seseorang mengekspresikan suatu makna. dan memiliki solidaritas yang tinggi
Bahasa tubuh (kinesia) menggambarkan (Abdillah, 2007). Ketiga unsur karakter
komunikasi non-verbal tentang suatu tersebut akan terwujud dalam perilaku
makna yang disampaikan melalui gerak yang ditampilkan sebagai orang yang
fisik dan mimik muka (Hanurawan, blater (suka bergaul), terbuka, tempera-

98
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

mennya tinggi, yang diwujudkan dengan yang mereka ucapkan. Selain itu, juga agar
emosinya yang meledak-ledak. Sehingga terlihat lebih mantap dan meyakinkan
dalam berperilaku, Arek Suroboyo akan tentang apa yang mereka komunikasikan.
terlihat gampang marah, ekspresif, dan Perilaku yang ditampakkan tersebut,
terkesan kasar. Akan tetapi dibalik kesan khususnya ketika berperilaku komunikasi,
kasar tersebut, Arek Suroboyo adalah dipengaruhi tingginya derajat internalisasi
orang yang humoris, santai, tidak gampang pada nilai-nilai budaya Arek yang egaliter,
tersinggung, dan suka bercanda. Karak- terbuka, dan solidaritas. Sebagai wujud
teristik yang dimiliki oleh Arek Suroboyo internalisasi terhadap budaya Arek diwu-
yang diwujudkan dalam perilaku judkan dalam bentuk perilaku komunikasi
merupakan wujud dari budaya Arek. yang khas, khususnya ketika Arek
Matsumoto (dalam Dayakisni, Suroboyo mengucapkan kata jancuk. Kata
2004:10) menyatakan, bahwa budaya jancuk yang diucapkan oleh Arek
dalam pengertiannya dipahami sebagai Suroboyo akan terasa lebih mantab
seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan Selain itu, dalam realitas sosialnya,
perilaku yang dimiliki oleh sekelompok penggunaan kata jancuk akan diikuti para-
orang, akan tetapi memiliki tingkat derajat bahasa dengan nada, penekanan, dan
perbedaan internalisasi pada setiap volume suara, seperti keras, lantang,
individu dan dikomunikasikan dari penekannya yang mantab, dan terkesan
generasi kegenerasi berikutnya. Definisi seperti orang yang berteriak-teriak. Para-
budaya diatas memberikan suatu pema- bahasa berhubungan dengan bagaimana
haman, bahwa pada hakekatnya budaya cara dari isi pesan disampaikan. Bahasa
merupakan suatu bentuk ide, sikap, nilai, tubuh juga mengikuti ketika boso
keyakinan, dan keprcayaan yang ada pada Suroboyoan dipergunakan dalam komuni-
setiap individu yang hidup disutau wilayah kasi, misalnya raut muka, mata melotot,
budaya tertentu (Dayakisni, 2004:11). dan tangan ikut bergerak dengan mantab
Penjelasan mengenai budaya di atas akan ketika kata atau kalimat diucapka.
dapat memberikan suatu gambaran Penggunaan dari ketiga hal tersebut yang
mengenai perilaku komunikasi dengan membuat kesan, bahwa kata jancuk
menggunakan kata jancuk. Adanya derajat merupakan kata yang dimaknai sebagai
internalisasi pada masing-masing individu bahasa pisuhan dan sarkasme. Akan tetapi
terhadap nilai-nilai yang ada pada suatu apabila ditinjau dari pragmatiknya, bagi
budaya akan dapat menunjukkan per- masyarakat Surabaya pada umumnya,
bedaan perilaku yang ditampakkannya. khususnya bagi mereka yang tinggal di
Karakter egaliter, terbuka, dan solidaritas lingkungan kampung, kata ini dibuat
yang melekat pada Arek Suroboyo akan sebagai bentuk sapaan, dan dimaknai
dapat dilihat ketika Arek Suroboyo sebagai suatu bentuk rasa keakraban.
berperilaku, khususnya ketika berperilaku Ketika kata jancuk digunakan dalam
komunikasi. Arek Suroboyo apabila bentuk sapaan, khususnya ketika orang di
berbicara terlihat meledak-ledak, ceplas- sapa dengan menggunakan kata jancuk, hal
ceplos. Selain itu, akan diikuti dengan tersebut diartikan, bahwa Ibumu disetubuhi
gestur (tangan, mata, wajah), dan yang oleh Bapakku, sehingga kamu adalah
paling khas ketika berbicara, khususnya saudaraku. Sehingga didapatkan suatu
ketika berekspresi akan menimbulkan pemahaman, ketika seseorang disapa
suatau kesan tidak ada tading aling-alinge dengan menggunakan kata jancuk, maka
(tidak ada sekat yang membatasi). Ikut orang tersebut sudah dianggap sebagai
bermainnya tangan, mata, dan ekspresi saudara. Pragmatik merupakan bagian dari
wajah ketika berkomunikasi dipahami bahasan dari psikolinguistik. Pragmatik
sebagai bentuk peneguhan dengan apa dalam pemahamnnya bukanlah salah satu

99
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

komponen dalam bahasa, tetapi lebih dua fungsi utama. Pertama, bahasa
berfungsi memberikan perspektif dalam menyebabkan individu dapat berkomuni-
bahasa. Prakmatik merupakan salah satu kasi dengan individu yang lainnya.
kajian dari psikolinguistik mempelajari Sedangkan yang kedua, bahasa dapat
tentang makna dalam interaksi antara membantu individu berkomunikasi dengan
seorang penutur dengan penutur yang dirinya sendiri.
lainnya. Begitu halnya dengan kata jancuk.
Berdasarkan deskripsi di atas, Kata tersebut merupakan kata yang
khususnya dalam perspektif psiko- menjadi bagian dari boso Suroboyoan.
linguistik, dapat dipahami, bahwa Terdapat berbagai macam perspektif
penggunaannya kata jancuk dalam perilaku mengenai arti kata jancuk. Akan tetapi
komunikasi menghiraukan arti semantik, pada umumnya, kata jancuk lebih
makna dalam bahasa alami. Akan tetapi dipahami sebagai sebuah ekspresi dan kata
dalam peng-gunannya, lebih menekankan yang paling komunikatif bagi masyarakat
pada fungsi prakmatik, makna-makna yang Surabaya, khususnya bagi warga kampung.
terkandung dalam interaksi para Sebagai kata yang dimaknai komuni-
penuturnya. Perilaku berbahasa tersebut katif, kata jancuk dalam penggunaanya
dipengaruhi oleh karakter budaya Arek dapat digunakan dalam tegur sapa dengan
Suroboyo. Pada umunya, budaya Arek sesama teman di jalan, khususnya bagi
Suroboyo dikenal memiliki karakter yang teman akrab yang sudah lama tidak
egaliter. Sehingga, dengan memiliki bertemu. Selain itu, kata ini juga
karakter yang seperti itu, akan mempe- digunakan ketika sedang asyik ngobrol.
ngaruhi mereka ketika berperilku, Kata ini biasanya juga digunakan sebagai
khususnya dalam berperilaku bahasa. ekspresi, ketika merasa senang hatinya.
Terdapat perilaku yang khas ketika orang Selain sebagai luapan kegembi-raan, kata
Surabaya berbahasa. Dalam berbicara, jancuk ini paling sering digunakan sebagai
bahasa yang digunakan tidak ada kromo, luapan emosi ketika seseorang sedang
tidak ada ngoko, akan tetapi bahasa yang marah.
digunakan menggunakan bahasa Surobo- Simpulan
yoan. Ada hal yang khas terkait dengan
bahasa Suroboyoan, dimana bahasa Bagian ini merupakan simpulan
tersebut merupakan bahasa yang egaliter. penelitian dan jawaban dari pertanyaan
Sehingga bahasa tersebut tidak ada peneitian yang tercantum dalam rumusan.
tingkatannya. Begitu hal dengan kata Penggunaan kata jancuk dalam perilaku
jancuk, dalam penggunaannya, kata komunikasi sebagai ekspresi budaya arek
tersebut dipahami sebagai suatu bentuk pada komunitas kampung Kota Surabaya
represetatif dari karakter Arek Suroboyo memiliki karakteristik terkait dengan siapa
yang egaliter. Ketika kata jancuk penggunanya, kapan digunakan, di mana
digunakan dalam perilaku komuniasi, akan digunakan, dan bagaimana cara peng-
dimaknai sebagai bentuk rasa keakraban gunannya. Kata jancuk pada umumnya
dan orang yang diajak bicara tersebut sering digunakan oleh orang dewasa yang
sudah diangap saudara. Sebab, kata jancuk memiliki kedekatan atau akrab. Bagi orang
itu diartikan sebagai saudara. dewasa, penggunaan kata jancuk
digunakan bukan sebagai bentuk caci maki
Dinamika Penggunaan Kata Jancuk atau sebagai umpatan. Akan tetapi,
penggunaannya lebih pada suatu bentuk
Bahasa merupakan sarana dalam ber- keakraban.
komunikasi dalam kehidupan budaya Sedangkan pada anak-anak,
manusia. Secara spesifik, bahasa memiliki penggunaan kata jancuk lebih pada bentuk

100
Sugeng Sriyanto & Akhmad Fauzie: Penggunaan Kata “Jancuk” dalam… (88-102)

ekspresi sakit hati dan sebagai bentuk diidentikan sebagai sarkasme. Akan tetapi,
peniruan dari perilaku orang dewasa. dalam penggunaannya lebih menekankan
Kemudian, kata jancuk ini akan digunakan pada fungsi prakmatik bahasa, yaitu
dalam situasi yang sangat informal dan merujuk pada makna dalam interaksi
jauh dari kesan formal, seperti ngobrol antara para penggunanya. Sehingga, akan
atau cangkrukan. Cara penggunaannya menimbulkan rasa keakraban diantara
memiliki beberapa ciri-ciri khas, intonasi penggunanya. Sedangkan dinamika peng-
suara ketika mengucapkan kata jancuk gunaan kata jancuk dalam perilaku
akan terdengar keras dan terlihat seperti komunikasi dapat digunakan sebagai
orang yang sedang berteriak-teriak. bentuk sapaan bagi orang yang sudah
Sehingga dalam pengucapannya akan memiliki hubungan dekat atau akrab.
terdengar mantab. Selain itu, dalam Sebalik, kata ini juga akan bisa digunakan
pegucapan kata jancuk akan diikuti dengan untuk mengungkap dan meluapkan emosi
ekspresi wajah. Hal tersebut menjadi suatu marah. Kata jancuk juga dapat digunakan
bentuk peneguhan ketika berekspresi sebagai bentuk ekspresi kagum dan heran.
dengan menggunakan kata jancuk. Bahkan juga bisa digunakan sebagai
Penggunaan kata jancuk dalam bentuk ekspresi ketika seorang individu
kajian psikolinguistik tidak memperhatikan dalam keadaan sendirian.
arti semantik. Secara semantik kata jancuk
memiliki makna yang kasar, bahkan

Daftar Pustaka

Abdillah, A. (2007). Budaya Arek Burhan, B. (2007). Penelitian Kualitatif:


Suroboyo, Sebuah Kajian Terhadap Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Awal Eksistensinya Melalui Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.
Konteks Perubahan Sosial Jakarta: Kencana.
Komunitas Kampung Surabaya. Chaer, A. (2003). Psikolinguistik, Kajian
Surabaya: Universitas Airlangga Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdulgani, R. (1994). Seratus Hari di Creswell. (2002). Educational Research:
Surabaya Yang Menggempar-kan Planning, Conducting, and
Indonesia. Jakarta: PT Jayakarta Evaluating Quantitative and
Agung Offset. Qualitative Research. Pearson
Akhudiat. (2008). Masuk Kampung-Keluar Prentice Hall.
Kampung. Surabaya: Henk Publika. Dardjowidjojo. (2003). Psikolinguistik:
Baron & Birney. (2005). Psikologi Sosial. Pengantar Pemahaman Bahasa
Jakarta: Erlangga. Manusia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Bordens & Horowitz. (2002). Social
Psychology. Second Edition. Djupri, M. (2008). Kamus Suroboyoan
Laurance Erlboum Associates, Inc., Indonesia. Surabaya: Henk Publika
Publishers. Mahwah. New Jersey Haditono. (2006). Psikologi Perkembang-
07430. an, Pengantar Dalam Berbagai
Boedhimoerdono. (2003). Jalan Panjang Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah
Menuju Kota Pahlawan. Surabaya: Mada University Press.
Pusura.

101
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol.7, No.2, Februari 2017

Harujati, P. (2008). Jawa Ngoko Ekspresi Sarwono, S.W. (2010). Pengantar


Komunikasi Arus Bawah. Jakarta: Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali
PT Indeks. Pers.
Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial, Sarwono, dkk. 2009. Psikologi Sosial.
Suatau Pengantar. Bandung: PT Jakarta: Salemba Humanika.
Remaja Rosdakarya Offset. Sulistyo, H. (2009). Polisi Janchuk.
Jawa Pos. (2007, 30 Oktober). Menelusuri Jakarta: Pensil 324.
Jejak Kampung Surabaya. Sugiono. (2007). Metode Penelitian
Surabaya. Kuantitatif-Kualitatif Dan
Kuswarno, E. (2008). Etnografi R&D.Bandung: Alfabeta.
Komunikasi, Suatu Pengantar dan Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif, edisi
Contoh Penelitiannya. Bandung: Revisi. Surabaya: Srikandi
Widya Padjadjaran.
Suryabrata. (2008). Psikologi Kepribadian.
Liliweri, E. (2007). Makna Budaya Dalam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komunikasi Antar Budaya.
Yohyakarta: PT Lkis Pelangi Sutarto, A dan Setyo, Y.S. (2004).
Aksara. Pendekatan Kebudayaan Dalam
Pembangunan Provinsi Jawa
Mawardi, A. (2007). Cak Kadar. Surabaya: Timur. Jember: Kelompok Peduli
Henk Publishing. Budaya dan Wisata Daerah Jawa
Poerwandari. E. K. 2001. Pendekatan Timur bekerja sama dengan
Kualitatif Unutk Penelitian Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Walgito. (2002). Pengantar Psikologi
LPSP3 UI. Umum. Yogyakarta: Andi
Salim, A. (2006). Teori Dan Paradikma Yogyakarata.
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Zoetmulder. P.J, dkk. (1995). Kamus Jawa
Tiara Wacana. Kuno-Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

102

Anda mungkin juga menyukai