Panduan ERP BANJIR, RSRP
Panduan ERP BANJIR, RSRP
MARET 2013
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmatNya buku Panduan K3RS tentang ERP Bencana Banjir di
RS Royal Progress ini dapat terselesaikan dengan baik.
Panduan ini dibuat sebagai acuan dalam penanganan bencana banjir, khususnya di
dalam RS. Royal Progress
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para teman sejawat
sekalian, dari Kedokteran Okupasi FK. UI, dr Albert Juniawan, Sp OK dan, juga
rekan-rekan PPDS dan Panitia K3RS Royal Progress, beserta timnya yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan
panduan ini.
Akhir kata, semoga panduan ini dapat membawa manfaat dalam menghadapi bencana
terutama banjir.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
I.1 Latar belakang................................................................................................1
I.2 Permasalahan..................................................................................................2
I.3 Tujuan..............................................................................................................3
I.3.1 Tujuan umum..........................................................................................3
I.3.2 Tujuan khusus.........................................................................................3
BAB II PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA...........................6
BAB III PENGENALAN BENCANA DAN KERENTANAN………………….11
BAB IV ANALISIS KEMUNGKINAN DAMPAK BENCANA………………...18
BAB V PILIHAN TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA…………21
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI TANGGAP DARURAT…………………26
BAB VII ALUR TAHAP PRABENCANA………………………………………..42
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara
terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini belum
didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga
seringkali terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat langkah upaya yang
penting tidak tertangani.
Menurut Kepmenkes No 28/Menkes SK/I/1995, setiap RS harus mempunyai
disaster plan agar bila terjadi bencana dapat dilakukan pertolongan secara cepat
dan tepat. Oleh sebab itu diperlukan suatu perencanaan tanggap darurat banjir
untuk meminimalkan kerugian dan resiko akibat banjir di kemudian hari.
I.2 Permasalahan
RS mengalami kesulitan dalam hal transportasi untuk merujuk pasien
dikarenakan kendaraan operasional mengalami kerusakan akibat terendam air,
akses keluar masuk karyawan mengalami hambatan akibat tertutup air, panel
listrik juga genset letaknya terlalu rendah sehingga terendam air yang berakibat
listrik mati dan terganggunya operasional, dan belum ada koordinator tim
darurat banjir.
I.3 Tujuan
I.4 Manfaat
1. Dapat melakukan tanggap darurat banjir dan proses evakuasi dengan
maksimal
2. Dapat meminimalkan kerugian dan resiko akibat dampak banjir
6
BAB II
PERENCANAAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
7
Tahapan bencana yang digambarkan di atas, sebaiknya tidak dipahami sebagai
suatu pembagian tahapan yang tegas, dimana kegiatan pada tahap tertentu akan
berakhir pada saat tahapan berikutnya dimulai. Akan tetapi harus dipahami
bahwa setiap waktu semua tahapan dilaksanakan secara bersama-sama dengan
porsi kegiatan yang berbeda. Misalnya pada tahap pemulihan, kegiatan
utamanya adalah pemulihan tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi juga sudah
dimulai untuk mengantisipasi bencana yang akan datang.
8
1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana,
dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ( Disaster
Management Plan), yang merupakan rencana umum dan
menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan/bidang kerja
kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi
bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi
misalnya rencana mitigasi bencana banjir DKI Jakarta.
2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana
dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi
keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi
bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang
disebut Rencana Kontinensi (Contingency Plan).
3. Pada Saat Tanggap Darurat dilakukan rencana operasi ( Operational
Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari rencana
kedaruratan atau rencana Kontinensi yang telah disusun
sebelumnya.
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan penyusunan rencana pemulihan
(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi
yang dilakukan pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum
terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadianbencana dalam masa
mendatang dilakukan penyusunan petunjuk/pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.
9
bencana ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
1. BNPB untuk tingkat nasional;
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.
Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun
atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
10
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa langkah pertama adalah pengenalan
bahaya /ancaman bencana yang mengancam wilayah tersebut. Kemudian bahaya
tersebut dibuat daftar dan disusun langkah-langkah/kegiatan untuk
penanggulangannya. Sebagai prinsip dasar dalam melakukan penyusunan
rencana penanggulangan bencana ini adalah menerapkan paradigma pengelolaan
risiko bencana secara holistik. Pada hakekatnya bencana adalah sesuatu yang
tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Pandangan ini memberikan arahan
bahwa bencana harus dikelola secara menyeluruh sejak sebelum, pada saat dan
setelah kejadian bencana.
11
BAB III
PENGENALAN DAN PENGKAJIAN ANCAMAN BENCANA DAN
KERENTANAN
12
Gambar 4. Denah RS Royal Progress
1. Banjir
RS Royal merupakan tempat yang berlokasi di daerah sunter dan dikelilingi
oleh danau-danau dan kali, yang berpotensi banjir. Banjir sebagai fenomena
alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa
faktor yaitu :
hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan
pasang surut air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana saat ini
disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air,
pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat,
perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang
rendah.
2. Kebakaran
Kebakaran gedung dan permukiman penduduk sangat marak pada musim
kemarau. Hal ini terkait dengan kecerobohan manusia diantaranya
pembangunan gedung/rumah yang tidak mengikuti standard keamanan
bangunan serta perilaku manusia. Hubungan arus pendek listrik, meledaknya
kompor serta kobaran api akibat lilin/lentera untuk penerangan merupakan
sebab umum kejadian kebakaran permukiman/gedung.
3. Radiasi
Fasilitas pemeriksaan penunjang yang digunakan di RS Royal antara lain
CT-scan,dan alat rontgen yang berpotensi mengakibatkan bahaya radiasi
bagi operator dan pasien.
4. Wabah penyakit
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Beberapa indikasi/gejala awal kemungkinan
terjadinya epidemi seperti avian influenza/Flu burung, antrax serta beberapa
penyakit hewan ternak lainnya yang telah membunuh ratusan ribu ternak
yang mengakibatkan kerugian besar bagi petani. Pasca banjir di RS Royal
berpotensi terjadinya wabah/KLB misalnya kasus DBD, dll..
13
5. Gempa
Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan atau
kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum
lain), dan konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan
laut/udara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dli), serta bencana sekunder
yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnya kepanikan.
14
Gambar 7. Ruang Logistik Farmasi (Lantai 1)
15
Gambar 10. Ruang Resepsionis (Lantai 1)
16
Gambar 13. Ruang EKG (Lantai 1)
17
masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman
banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan
tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat
atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya,
karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk
melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingka kerentanan terhadap
ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang
risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian
pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan
menghadapi bahaya.
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu
terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau
pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan
sebagainya.
18
BAB IV
ANALISIS KEMUNGKINAN DAMPAK BENCANA
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
Jumlah korban;
Kerugian harta benda;
Kerusakan prasarana dan sarana;
Cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
19
maka, jika dampak inipun diberi bobot sebagai berikut:
5 Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan lumpuh total)
4 Parah (60 – 80% wilayah hancur)
3 Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak)
2 Ringan (20 – 40% wilayah yang rusak)
1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak)
1 2 3 4 5
Banjir 5
4
3
Kebakaran 2
Gempa 1
Dampak
Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman yang perlu
ditangani. Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)
20
Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
Bahaya/ancaman sedang nilai 2
Bahaya/ancaman rendah nilai 1
BAB V
PILIHAN TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
21
V.1 Pencegahan dan Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan,
bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian/pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian/analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
22
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana,
seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan
sejenisnya.
V.2 Kesiapsiagaan
1. Tahap sebelum terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi
ancaman bahaya banjir meliputi:
a. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan/ informasi-informasi
baik dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah berkaitan
dengan masalah banjir,
b. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus menerus;
c. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;
d. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman bahaya dan
tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana;
e. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan menejemen pengendalian
banjir dengan menyiapkan dukungan sumberdaya yang diperlukan dan
berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat
agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman bahaya;
f. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
g. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat seperti karung
plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya seperti pasir,
batu, dan lain-lain, dan disediakan pada lokasi-lokasi yang
diperkirakan rawan/kritis.
h. Penyediaan peralatan berat (backhoe/excarator, truk, buldozer, dan
lain-lain) dan disiap siagakan pada lokasi yang strategis, sehingga
sewaktu-waktu mudah dimobilisasi.
23
i. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi seperti speed boat,
perahu, pelampung dan lain-lain.
2. Saat terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan dititik beratkan pada :
a. Penyelenggaraan piket banjir disetiap posko.
b. Pengoperasian Flood Warning System:
Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.
Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga
kepada Dinas/Instasi terkait, untuk diinformasikan pada masyarakat
sesuai dengan Prosedur Operasi Standar Banjir, selengkapnya
tingkat siaga dan pemberitaan banjir dapat diperiksa pada Tabel 1
Keterangan :
*) Tinggi jagaan air sungai (free board) dipergunakan sebagai
indikator untuk mengetahui tingkat bahaya
banjir/tingkat siaga yang besarannya disesuaikan dengan kondisi
masing-masing sungai dan ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah atas usulan fihak Pengelola.
**) Media dan frekwensi isyarat disesuaikan dengan ketentuan
setempat
c. Peramalan
Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara :
24
1).Analisis hubungan hujan dengan banjir (Rainfall – Runoff
relationship).
2). Metode perambatan banjir (Flood routing).
3). Metode Lain.
d. Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian
informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi,
telepon, faximile dan sarana lainnya.
e. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan atau
sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan
berdasarkan informasi dari Posko Banjir.
V.4 Pemulihan
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang
dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah
yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih
baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
25
4. pemulihan sosial psikologis;
5. pelayanan kesehatan;
6. rekonsiliasi dan resolusi konflik;
7. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
8. pemulihan keamanan dan ketertiban;
9. pemulihan fungsi pemerintahan; dan
10. pemulihan fungsi pelayanan publik
26
27
VI.2 Uraian Tugas
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh setiap personal dalam sistem penanganan bencana di Rumah Sakit
sesuai dengan struktur yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat terjadinya
situasi bencana baik di dalam Rumah Sakit maupun penanganan korban bencana
28
29
30
31
32
33
34
VI.3 Pos Penanganan Bencana
POS LOKASI
POS KOMANDO Ruang Poli umum (lt.dasar)
POS PENGOLAHAN DATA Ruangan Rekam Medis
POS INFORMASI Ruangan kaca pendaftaran rawat inap (lt. dasar)
POS LOGISTIK DAN Ruangan Logistik
DONASI
POS PENANGANAN Ruang Jenazah
JENAZAH
POS RELAWAN Ruangan Dokter ( lounge )
35
A. POS KOMANDO
Lingkup kerja :
1. Pada bencana yang bersifat eksternal tetapi mengakibatkan gangguan
infrastruktur ( gangguan ekonom ) maka lingkup kerjanya adalah
menyelesaikan masalah pelayanan medis dan upaya untuk dapat
mengatasi masalah ekonomi dan SDM, dengan melibatkan koordinasi
dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
Fasilitas :
1. Telephone
5. White Board
36
6. Radio komunikasi
Fasilitas :
1. Telephone
2. Komputer, internet
3. Radio komunikasi
C. POS INFORMASI
37
habis pakai medis / non medis, perbaikan gedung, data donatur. Informasi
yang disiapkan di pos ini didapatkan dari pos pengolahan data.
Lingkup Kerja :
1. Memberikan informasi data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai
medis / non medis, perbaikan gedung, data donatur.
Fasilitas :
1. Telephone ( Lokal / SLI )
2. Komputer / internet
3. Papan Informasi
Lingkup Kerja :
38
Fasilitas :
1. Komputer
Lingkup kerja :
39
9. Membuat laporan yang informatif terutama pada kasus internal disaster
Fasilitas :
1. Komputer, internet
2. Telephone
3. Radio komunikasi
4. Papan informasi
F. POS RELAWAN
Lingkup kerja :
Fasilitas :
1. Komputer, telephone, internet
2. Radio komunikasi
3. Buku pencatatan
40
VI.4 PENGOSONGAN RUANGAN
korban yang ada diarahkan ke ruangan perawatan di Lantai I dan II. Ruangan
BAB VII
41
ALUR TAHAP PRABENCANA
42