Anda di halaman 1dari 4

TUMOR PAROTIS JINAK

(BENIGN NEOPLASM OF PAROTID GLAND = ICD 10 D11.0)

1. Pengertian (Definisi)
Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar parotis, yang merupakan salah satu kelenjar air
liur pada manusia, dimana 80% terletak di atas m. masseter dan mandibula, 20% di retro
mandibula. Tumor pada kelenjar parotis yang terbanyak adalah pleomorphic adenoma, diikuti
dengan Warthins tumor. Tumor jinak parotis merupakan tumor yang jarang terjadi dengan
insiden 1% dari seluruh neoplasma kepala leher. Meskipun insiden berbeda-beda, dari
berbagai kepustakaan sekitar 75 % tumor kelenjar liur berasal dari parotis dan hampir 80%
merupakan tumor jinak

2. Patofisiologi
Kelainan pada kelenjar parotis umumnya slow growing, disebabkan karena adanya
perubahan epitel kelenjar parotis yang mengalami metaplasia, membentuk gelatinous
myxoid stroma dan gland like epithel dengan proporsi yang bervariasi.
3. Anamnesis
Anamnesa ditujukan kepada keluarga yang mengetahui keseharian pasien. Anamnesa
meliputi :
3.1. Benjolan parotis :
3.1.1. Benjolan preaurikuler’ “telinga terangkat”
3.1.2. Nyeri  berhubungan dengan N Trigeminus
3.1.3. Bell’s palsy  lumpuh N VII
3.2. Paralisis N VII : 2-3% keganasan parotis
3.3. Keganasan lobus profundus (ekstensi ke orofaring) :
3.3.1. Disfagia
3.3.2. Nyeri pada tenggorokan
3.3.3. Gangguan pendengaran
3.4. Keganasan yg bersifat lanjut (lokal  paralisis syaraf) :
3.4.1. N Glossopharyngeus
3.4.2. N Vagus
3.4.3. N Hypoglossus
3.4.4. N Accessorius
3.4.5. Truncus Symphaticus
3.5. Pembesaran KGB leher (terutama level I, II, III)
3.6. Paparan radiasi daerah leher
3.7. Riwayat terapi/pembedahan sebelumnya

4. Pemeriksaan Fisik
4.1 Status generalis
4.2 Status lokalis
4.2.1 Inspeksi : Terangkatnya daun telinga, kondisi Intraoral, orofaring, gejala
pendesakan organ sekitar, pembesaran KGB ?
4.2.2 Palpasi : Ukuran tumor, mobilitas, konsistensi, pemeriksaan fungsi syaraf VII, VIII,
IX, X, XI, XII, palpasi KGB leher, trismus

5. Kriteria Diagnosis
5.1. Anamnesis : benjolan pada daerah parotis, membesar
5.2. Pemeriksaan fisik
5.3. Pemeriksaan penunjang : BAJAH

6. Diagnosis Kerja : Tumor parotis susp jinak

7. Diagnosis Banding
7.1 Atheroma
7.2 Limfoma maligna

8. Pemeriksaan Penunjang

Komprehensif (teoritis) Optimal (yang ada di RSSA/disepakati)

8.1 Laboratorium : darah lengkap, untuk 8.1 Laboratorium : darah lengkap, untuk
persiapan operasi persiapan operasi

8.2 Radiologi : USG parotis 8.2 Radiologi : USG parotis

8.3 Patologi Anatomi : Biopsi aspirasi jarum 8.3 Patologi Anatomi : Biopsi aspirasi jarum
halus (BAJAH) atau potong beku, dilanjutkan halus (BAJAH) atau potong beku, dilanjutkan
dengan pemeriksaan parafin blok dengan pemeriksaan parafin blok

9. Terapi (Class of Recomendation: IIa)

Komprehensif (teoritis) Optimal (yang ada di RSSA/disepakati)

9.1. Operatif : parotidectomy superfisial


diikuti dengan pemeriksaan potong
beku, setelahnya dilakukan
pemeriksaan parafin blok
9.2. Radiasi : bila hasil potong beku ganas,
dapat dilakukan radioterapi, karena
kemoterapi dalam hal ini kurang
responsif

10. Edukasi
10.1 Mengenal faktor resiko operatif : cedera pada nervus fasialis, sindroma Frey,
hematoma
10.2 Mengetahui cara perawatan post operatif
10.3 Apabila hasil pemeriksaan ganas, akan dilakukan tindakan radioterapi

11. Prognosis
Advitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Adfungsionam : dubia ad bonam

12. Kompetensi
Dokter umum : 3
Dokter Bedah Umum : 4a
Dokter Bedah Onkologi : 4b

13. Indikator Medis


13.1. Post operasi : drain minimal setelah 5 hari operasi
13.2. Tidak adanya cedera nervis fasialis

14. Kepustakaan
14.1 The MD Anderson Surgical Oncology Handbook 5th Ed. Wolters Kluwer – Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia 2012
14.2 Cancer, Principles & Practice of Oncology 8 th Ed. De Vita, V.T, Lawrence, T.S
Rosenberg,S.A Wolters Kluwer – Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia 2008
14.3 Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI 2010. Editor: Mamaba, I.B.T.W.
Sagung Seto 2010
14.4 The Bethesda Handbook of Clinical Oncology 3rd Ed. Abraham,J. Gulley, J.L, Allegra,
C.J. Wolters Kluwer – Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia 2010
14.5 Larry, JS. Salivary Glands: Benign and Malignant Desease. In : Lee,KJ, editors.
Essential Otolaringologist, 8 th ed, USA: Mc Graw-Hill Companies; 2003. p. 535-65
14.6 Carroll WR, Morgan CE. Desease of the Salivary Glands. In: Ballengers, editors.
Manual of Otholaryngology Head and Neck Surgery. London,BL. Dekler; 2002. p.507-
14
14.7 Netter. Interactive Atlas of Human Anatomy. USA : WB Saunders; 2002
14.8 Pasha R. Otolaryngology- Head and Neck Surgery. London: Singular; 2000.
14.9 Johson J. Parotid. In: Myers USA.1997. p.504- 518
14.10 Strome M. The Parotid Neoplasm. In: Pasha Pensak ML. Countroversies in
otolaryngology. New York: Thieme; 2001. p. 344-347
14.11 Califano. Parotidectomy. Ava-liable from: www.ThoracicAor-ticDissection.com.
Accessed January, 8, 2010
14.12 Robert L, Hatch, Sejal. Warthin Tumor : A Common, Benign Tumor Presenting as a
Highly Suspicious mass.The Journal of the American Board of Family Practice
2005;18: 320-2

Anda mungkin juga menyukai