Mata Kuliah:
KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU ORGANISASI
Dosen:
JUNINO JAHJA, S.E., M.B.A
Disusun Oleh:
Ketika kita berpikir tentang indikator budaya organisasi, kita dapat mengidentifikasi
tradisi, ritual, maskot, atau sejumlah indikator lainnya.
Gambar dibawah ini menunjukkan pentingnya budaya organisasi pada perilaku individu,
kelompok dan organisasi. Akar budaya organisasi didorong oleh nilai-nilai Owner dan
pemimpin senior, budaya bangsa, dan lingkungan industri dan bisnis tertentu.
b. Espoused value
Nilai adalah keyakinan dalam suatu mode atau perilaku atau kondisi akhir. Ada 2 jenis
nilai yang dianut : nilai yang dinyatakan organisasi yang mendefinisikan ekspektasi
karyawannya dan nilai yang ditunjukkan oleh karyawan.
Sinisme organisasi dan moral rendah dapat terjadi ketika suatu organisasi bertindak
berlawanan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Sebagai contoh, sebuah perusahaan
yang menyatakan bahwa mereka menghargai keseimbangan kerja / keluarga namun
kemudian mengadakan weekend meeting untuk para manajer.
Satu nilai lebih yang didukung oleh perusahaan saat ini adalah "keberlanjutan" -
kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tanpa mengorbankan sumber daya
manusia, komunitas, dan bumi.
Basic assumptions adalah inti dari budaya organisasi yang tertanam dan dipahami oleh
semua orang. Tidak bisa dibayangkan jika karyawan bertindak berlawanan dengan
budaya organisasi. Misalnya, asumsi Southwest Airlines adalah bahwa kesejahteraan
karyawan dan memberikan layanan berkualitas tinggi adalah yang terpenting bagi
mereka semua. Dupont memiliki budaya keselamatan yang sedemikian kuat sehingga
tertanam dalam diri setiap karyawan, sehingga agak mengejutkan jika ada karyawan
yang bertindak dengan cara yang tidak aman.
Sumbu kedua menunjukkan preferensi organisasi untuk fleksibilitas atau kontrol dan
stabilitas. Sumbu ini menciptakan empat jenis budaya organisasi yang didasarkan pada
nilai-nilai inti dan kriteria yang berbeda untuk menilai efektivitas organisasi.
a. Budaya Clan. Budaya ini ditandai dengan organisasi yang memiliki fokus internal dan
menghargai fleksibilitas. Jenis organisasi ini mendorong kolaborasi antara karyawan
dan berkomitmen untuk memiliki kelompok kerja yang kohesif dan kepuasan kerja
yang tinggi.
b. Budaya adhokrasi. Budaya ini ditandai dengan organisasi memiliki fokus eksternal
dan nilai-nilai fleksibilitas. Jenis budaya ini menumbuhkan penciptaan produk dan
layanan inovatif dengan menjadi mudah beradaptasi, kreatif, dan cepat menanggapi
perubahan di pasar. Kekuasaan dan otoritas terpusat tidak akan menjadi struktur
yang efektif dalam adhokrasi. Organisasi-organisasi ini mempromosikan kreativitas,
inovasi, dan berbagi pengetahuan.
c. Budaya Market. Memiliki fokus eksternal yang kuat dan nilai stabilitas dan kontrol.
Jenis budaya ini berfokus pada pelanggan di atas pengembangan dan kepuasan
karyawan karena tujuan manajemen adalah mendorong menuju produktivitas, laba,
dan kepuasan pelanggan. Budaya ini memberi penghargaan kepada karyawan yang
memberikan hasil.
d. Budaya hierark. Memiliki fokus internal dan lingkungan kerja yang formal dan
terstruktur. Ini akan cenderung memiliki proses internal yang andal dan mekanisme
kontrol (mis., Dell yang fokus pada pemotongan biaya dan efisiensi.)
5. Hubungan Budaya Organisasi dengan Pencapaian (Outcomes)
9. Mentoring
Mentoring adalah proses membentuk dan menjaga pengembangan hubungan antara
mentor dan junior. Membangun hubungan antara mentor dapat membuat karir yang lebih
sukses untuk karyawan baru atau orang yang pindah ke posisi yang baru dalam suatu
perusahaan
Ada 2 fungsi utama mentoring, yaitu dalam karir dan psychological, mentor dapat
membantu progres karir karyawan dengan memberikan sponsorship, coaching, perlindungan
dan exposure-and-visibility, dan mengarahkan karyawan dalam mendapatkan tugas yang
menantang. Mentor juga dapat berfungsi secara psychological dalam role modelling,
menyediakan keterimaan dan konfirmasi, konseling dan menawarkan pertemanan.
Eksternal Forces, faktor yang berasal dari luar organisasi. Faktor ini bersifat global sehingga
dapat membuat suatu organisasi mempertanyakan esensi dari bisnisnya sendiri serta arah dari
perusahaannya. Ada 5 kunci utama dari faktor eksternal yaitu: karakteristik demografis,
perkembangan teknologi, perubahan pasar, tekanan social dan politik, serta krisis.
Internal Forces, adalah faktor yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Biasanya berasal
dari individu atau masalah manajerial seperti pengambilan keputusan, tingkat kepuasan pekerja
dan produktifitas yang rendah, serta konflik. Dari sisi masalah individu akan ditemukan bahwa
masalahnya dimulai dari persepsi karyawan terhadap bagaimana mereka di perlakukan di
tempat kerja, dan sejauh apa tingkat kecocokan dari seorang individu dengan visi dan misi
perusahaan. Sementara dari sisi manajerial, konflik yang terjadi antara manajer dan
bawahannya seringkali menjadi masalah utama. Ketika hal ini sudah terjadi maka disitulah
perubahan harus dilakukan.
Model ini merupakan model paling umum yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan
dalam segala hal, termasuk administrative dan perubahan teknologi. Perubahan adaptif
memiliki tingkat kompleksitas, biaya, dan ketidakpastian yang rendah. Biasanya melibatkan
implementasi ulang pada satu organisasi yang sama di kemudian hari atau imitasi dari
perubahan yang sama dari unit lain. Perubahan adaptif tidak memiliki ancaman bagi karyawan
karena akan lebih terasa familiar.
Perubahan inovatif memiliki tingkat kompleksitas, biaya, dan ketidakpastian yang medium.
Perubahan ini bersifat tidak familiar sehingga akan sedikit menimbulkan ketakutan akan
perubahan.
Sedangkan tingkat kompleksitas tertinggi dimiliki oleh perubahan inovatif yang radikal.
Perubahan jenis ini adalah yang paling sulit dilakukan karena dapat dikatakan mengancam
sebagian besar manajerial dan keamanan posisi dari karyawan. Tetapi pada waktu yang sama
juga paling berpotensi memberikan manfaat yang paling besar. Perubahan ini harus didukung
dengan budaya perusahaan agar berjalan sesuai rencana, 3 level dari budaya organisasi adalah:
kejelasan objek yang diobservasi, espoused values, dan asumsi dasar.
Changing, tahap dimana perubahan dilakukan. Perubahan ini baik besar maupun kecil dilakukan
demi memperbaiki dan menunjang proses, prosedur, servis, dan hasil dari perusahaan. Karena
perubahan memerlukan segala sesuatu yang baru maka di tahap ini akan dilakukan pengenalan
terhadap model perilaku, proses dan prosedur yang baru.
Refreezing, tujuan dari tahap ini adalah untuk mendukung secara berkelanjutan perubahan
yang terjadi. Perubahan akan dianggap sebagai hal normal oleh para karyawan. Pencapaian ini
dapat terjadi ketika karyawan diberikan ruang untuk terbiasa dengan lingkungan dan cara kerja
yang baru. Pelatihan dan konseling lanjutan juga dibutuhkan untuk kelangsungan tahap ini.
Sistem pendekatan ini memperlihatkan ‘big picture’ dari perspektif pada sebuah perubahan
organisasi. Dinyatakan bahwa perubahan sekecil apapun, memiliki dampak terhadap organisasi.
Model ini menunjukkan bahwa perubahan pasti akan menimbulkan perubahan tambahan.
Solusi hari ini adalah masalah di masa depan. Model ini juga menawarkan manajer sebuah
rangka kerja yang dapat digunakan untuk mendiagnosa apa yang perlu di ubah dan untuk
mengetahui bagaimana mengevaluasi tingkat keberhasilan dari sebuah perubahan. 4
komponen utama dari model ini adalah input, rencana strategic, elemen target perubahan, dan
output.
Ada 2 cara dalam menerapkan model ini, pertama adalah sebagai solusi dalam proses
perencanaan strategic. Gunakan model ini untuk mengetahui solusi dari masalah yang timbul
dari rencana yang telah dirancang. Sedangkan cara kedua adalah, melibatkan model ini sebagai
rangka kerja untuk mengetahui penyebab dari masalah organisasi dan untuk mendapatkan
solusi.
5. Kotter’s eight step for leading organizational change
Model ini dirancang oleh Kotter karena ia percaya bahwa gagalnya proses implementasi pada
perubahan diakibatkan oleh senior manajemen yang melakukan beberapa error pada praktik
perubahannya. Model 8 langkah ini dapat dikatakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari model
Lewin. 4 langkah awal merupakan tahap ‘unfreezing’, Step 5,6, dan 7 merepresentasikan tahap
‘changing’, dan tahap 8 merujuk pada ‘refreezing’. Value dari model ini adalah, model ini
memberikan rekomendasi spesifik terhadap perilaku yang harus dilakukan oleh manajer dalam
menerapkan step-stepnya.
7. Cara kerja OD
1. Diagnosis : apa masalahnya dan penyebabnya? Change agent menggunakan kombinasi
dari wawancara, survey, meeting, materi tertulis, dan obervasi langsung untuk
mengetahui masalahnya dan penyebabnya.
2. Intervention : apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya? Solusi dari
masalah yang ada mencerminkan perubahan yang akan dilakukan. Cara pengatasan
masalah dipilih berdasarkan penyebab dari masalahnya. Kuncinya adalah tidak ada
satupun Teknik baku dalam intervensi yang dapat diaplikasikan pada segala situasi.
3. Evaluation : apakah intervensinya berhasil? Evaluasi diperlukan untuk mengetahui
keefektifan dari solusi yang diterapkan.
4. Feedback : apa hasil dari evaluasi dan apa rekomendasi nya terhadap masalah yang ada?
Bagaimana tingkat keefektifan solusi tersebut terhadap masalah yang ada? Jika hasil
dari evaluasi ini baik maka terbukti bahwa proses dari OD yang dijalankan sukses.
Ada 4 implikasi praktikan untuk penelitian ini, pertama, ketika rencana dan perubahan
organisasi berhasil seluruhnya. Kedua, perubahan program bekerja lebih baik ketika ada
titik temu antara hasil jangka pendek dan jangka Panjang. Ketiga, perubahan organisasi
memiliki peluang lebih untuk berhasil ketika top management benar-benar berkomitmen
terhadap proses perubahan dan tujuan dari perubahan itu sendiri. Dan yang terakhir
adalah, keefektifan dari intervensi OD dipengaruhi oleh pertimbangan cross-cultural.
Manajer tidak boleh mengeneralisir proses intervensi OD yang berhasil di satu negara pada
negara lain.
Penolakan pada perubahan adalah respon emosional pada ancaman real pada rutinitas kerja
seseorang. Penolakan dapat berujung pada sabotase pada perusahaan. Model ini menunjukkan
interaksi dinamis pada 3 sumber yang disebabkan oleh penerima yang irrational dan keras
kepala. Basic traits pada seseorang dapat mengakibatkan penolakan.
Karakteristik penerima meliputi berbagai perbedaan individu yang dimiliki oleh penerima. Mereka juga
mewakili tindakan atau sikap yang ditampilkan oleh penerima.
Stres: Dalam konteks kedokteran atau biologis, stress adalah factor fisik, mental atau
emosional yang menyebabkan tensi pada tubuh atau mental seseorang.
14. MODERATOR DALAM STRES DI PEKERJAAN
Stres di pekerjaan sering disebabkan oleh tekanan dan tanggung jawab yang tidak terduga,
yang tidak sejalan dengan pengetahuan, kemampuan atau ekspektasinya sehingga
menghambat orang tersebut untuk menghadapinya
There is a change in the value applied by new management in The Regency Grand Hotel.
Basic assumptions that have been applied to employees must change and they have to
adapt to the culture brought by the new management.
There is nothing wrong with the new culture brought by Becker. Becker wants his
employees to be more customer centric, innovative, and able to resolve issues quickly.
Becker expects that his employees can make their own decisions. Employees need to be
able to choose minor and major issues to be appointed to management (applying an
adhocracy culture).
However, staff employees who have worked in The Regency Grand hotel for a dozen
years are already familiar with the culture of hierarchy. Those who tend to be structured,
formal, and can escalate issues to the top level if they faced one are a bit surprised when
asked to solve customer problems (case by case) themselves. This is because previous
management applied hierarchy culture.
There is culture differences between Thailan and the American, as in the thailand
Regency Grand Hotel the employee is not encouraged to be innvovative, they tend to ask
their supervisor to for approval and is more bureaucratifc, as in the american hotel
where becker leads, he encourage the employee to take more initiatives and less
bureaucratic. Although Becker make a meeting with the department head to change the
culture of the organization, some of them not agree and overlook the changes made, the
organization vision and mission also not reviewed, he also poorly design the approach to
change the culture, as he doesn’t know the capability of the employee which lead to
some people quit.
The turnover rate also very high, this shows that the employee is not happy with the
changes made, becker should try to implement coach and junior relations with some of
the department lead and employee. He also need to review if the departmet head has
the same vision with him. While some of the changes is good, becker was too hasty in
making changes.
Internal forces of change were also the main problems in this case. The ownership
takeover really messing up the organization dynamic that already been build since 15
years ago. This change then leads to dissatisfaction and confusion among employees, and
as a result, massive resignation happen. This kind of change is unavoidable, the hotel
must go through a lot of management change in order to catch up with the society even
if they already receive a lot of awards for this things.
Also, employees do not want to follow the changes made by John Becker as the new
General Manager (fear of change). Then stress experienced by John Becker & employees
regarding work is caused by the lack of good cooperation in decision making at lower
levels and impact to increasing complaints by hotel guests staying overnight.
The solution based on Lewin’s model is, a lot of works in changing steps. This means new
management have to pay more attention and give more treatments to the employees in
order to make them understand the new standard and circumstances. There’s also a
problem with communicating the vision, maybe the difference in culture between the
employees and top management might be solve.