MODUL I
Setelah menyelesaikan blok ini mahasiswa mampu memahami karakteristik profesi dan
perkembangan profesi keperawatan.
PROBLEM TREE
SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI KARAKTERISTIK PROFESI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
ORGANISASI KEPERAWATAN
1. Kuliah 1 :
Sejarah Perkembangan ilmu keperawatan
2. Kuliah 2 :
Karakteristik Profesi
3. Kuliah 3 :
Organisasi Profesi Keperawatan
Skenario 1
Anto adalah seorang siswa SMA kelas 3. Dari kecil dia bercita-cita untuk menjadi seorang perawat.
Sehingga untuk menambah wawasan pengetahuannya tentang perawat Anto mencari segala
informasi yang berhubungan dengan perawat. Anto pun merasa kebingungan dengan pilihan yang
akan ditentukan karena ada pendidikan Diploma 3 dan Sarjana Keperawatan.
Tugas Mahasiswa :
1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam penugasan di atas, dan tentukan kata/kalimat
kunci penugasan di atas
2. Identifikasi problem dasar penugasan, dengan membuat beberapa pertanyaan penting
3. Analisa penugasan tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas
4. Klasifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mahasiswa
6. Cari informasi tambahan di luar kelompok tatap muka dilakukan dengan belajar
mandiri
7. Laporkan hasil diskusi dalam bentuk presentasi dilakukan dalam kelompok diskusi
dengan fasilitator
8. Sidang Pleno semua pakar duduk bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-
hal yang belum jelas
Penjelasan :
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang diperlukan
untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 6 diulangi, dan selanjutnya dilakukan lagi
langkah 7. Kedua langkah di atas bisa diulang – ulang di luar diskusi dan setelah informasi
dirasa cukup dilakukan langkah 8.
MODUL 1
MATERI 2
Kelima, zaman sebelum perang dunia kedua, pada masa perang dunia kedua
ini timbul prinsip rasa cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama
manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua inilah tokoh
keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari pentingnya suatu sekolah
untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale mempunyai pandangan bahwa
dalam mengembankan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat,
ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendaat perawat. Usahanya
adalah dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya
mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta
menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki oleh para calon perawat. Florence
dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat
perang Krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di sebuah barak
rumah sakit (scutori) yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama
rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan
nama Nightingale Nursing School.
Keenam, masa selama perang dunia kedua, selama masa eprang ini timbul
tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaa yang
panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat
penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
Ketujuh, masa pasca perang dunia dua, masa ini masih berdampak bagi
masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akbiat perang dunia kedua
dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyakat sejahtera semakin pesat.
Sebagai contoh di Amerika Serikat perkembangan keperawatan pada masa itu
diawali dengan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
pertambahan penduduk yang relative tinggi sehingga menimbulkan masalah baru
dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola
tingkah laku individu, adanya perekembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-
cara untuk memberikan penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan
pelayanan kesehatan seperti pelayanan kuratif, prevenif dan promotif dan juga
terdapat kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu
perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula versifat individu
bergeer kearah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1984 perawat diakui
sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadiperhatian dalam pemberian
pengharggan ada perawat atas tanggung jawabnya dalam tugas.
Kedelapan, periode tahun 1950, pada masa itu keperawatan sudah mulai
menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada system pendidikan. Hal
tersebut terbukti dinegara Amerika sudah di mulai pendidikan setingkat master dan
doctoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudan mulai dikembangkan
dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses yang dimulai
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819
didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut
pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo), kemudian diikuti rumahsakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945
terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang. Perkembangan
keperawatan mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah
sakit yang didirikan serta balai pengobatan dandalam rangkamemenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudianpada tahun
1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985
untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana
yang dilaksanakan di universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu
Keperawatan dan akhrinya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka
menjadi sebuah Fakultas Ilmu Keperawatan dan beberapa tahun kemudian di ikuti
berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai universitas di Indonesia
seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.
Setelah lokakarya pada tahun 1983, proses menjadikan diri profesional sudah
mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju
pengakuan tersebut diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu
profesi diantaranya:
Gambar 2-1
Pola Pengembangan pendidikan tinggi keperawatan
(Sumber: Husin, M 1999)
Program Ners
(S.Kep)
TEORI 2
A. Profesi
Dalam memenuhi kebutuhan peningkatan kemampuan baik intelektal, praktikalnya
keperawatan telah mengalami perkembangan dari awalnya berfokus kepada rutinitas
kegiatan sehari-hari yang cenderung menjadi pembantu seorang tim medis sehingga
perawat sering disebut sebagai paramedis, menjadi seorang perawat yang bekerja
memenuhi kebutuhan pasien dengan mempergunakan ilmu dan kiat keperawatan.
Keadaan ini pada akhirnya membawa implikasi dimana yang semula hanya
merupakan okupasi (pekerjaan) menjadi suatu profesi yaitu profesi keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang semula hanya berdasarkan insting dan pengalaman
melalui kurun waktu yang panjang berkembang menjadi pelayanan keperawatan
professional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan. Keperawatan sebagai
profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktek.
Flexner (1915) Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan dukungan dari “body of
knowledge” sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis, menghadapi
banyak tantangan dank arena itu memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup
lama, memiliki kode etik serta oriental utamanya adalah melayani (altruism).
Sedangkan menurut Moore (1970) “profesi merupakan pekerjaan yang dipegang dan
dengan tegas mempergunakan kumpulan pengetahuan umum secara sistematis
dalam memecahkan masalah penggunanya, individual atau secara berkelompok”.
Akibat dari pengertian ini mengimplikasikan bahwa profesi berdasarkan kepada
pengetahuan ilmiah yang harus diaplikasikan secara bijaksana dan penuh
pertimbangn dalam memberikan pelayanan kepada pengguna.
Secara umum ada 3 ciri yang disetujui oleh banyak penulis sebagai ciri sebuah
profesi. Adapun ciri itu ialah:
- Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah
profesi. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana.
Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru mengikuti pendidikan
profesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi, apoteker, farmasi, arsitektut untuk
Indonesia. Di berbagai negara, pengacara diwajibkan menempuh ujian profesi
sebelum memasuki profesi.
- Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum
daripada kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer,
arsitek memberikan jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal
tersebut tidak dapat dilakukan oleh seorang pakar permainan caturmisalnya.
Bertambahnya jumlah profesi dan profesional pada abad 20 terjadi karena ciri
tersebut. Untuk dapat berfungsi maka masyarakat modern yang secara
teknologis kompleks memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan
khusus daripada masyarakat sederhana yang hidup pada abad-abad lampau.
Produksi dan distribusi enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers.
Berjalannya pasar uang dan modal memerlukan tenaga akuntan, analis
sekuritas, pengacara, konsultan bisnis dan keuangan. Singkatnya profesi
memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif.
Di samping ketiga syarat itu ciri profesi berikutnya. Ketiga ciri tambahan tersebut
tidak berlaku bagi semua profesi. Adapun ketiga ciri tambahan tersebut ialah:
- Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun
tidak selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat
praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat
tidak selalu menjadikan sebuah pekerjaan menjadi profesi. Untuk mengemudi
motor atau mobil semuanya harus memiliki lisensi, dikenal dengan nama surat
izin mengemudi. Namun memiliki SIM tidak berarti menjadikan pemiliknya
seorang pengemudi profesional. Banyak profesi tidak mengharuskan adanya
lisensi resmi. Dosen di perguruan tinggi tidak diwajibkan memiliki lisensi atau
akta namun mereka diwajibkan memiliki syarat pendidikan, misalnya sedikit-
dikitnya bergelar magister atau yang lebih tinggi. Banyak akuntan bukanlah
Certified Public Accountant dan ilmuwan komputer tidak memiliki lisensi atau
sertifikat.
3. Otonomi
1. Berdasarkan intelektual
1. Bekerja “full-time”.
C. Profesionalisme
4. Kode etik
- Menjunjung tinggi etika kode etik profesi
- Mengatur perilaku dari anggota profesinya.
Bentuk asuhan keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan. Praktek keperawatan juga merupakan tindakan mandiri
perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya.
1. Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam sistem, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari profesi perawat maupun konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik
koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.5
Advokat klien
Edukator
Peran Perawat Koordinator
Kolaborator
Pembaharu
Konsultan
a. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberi asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
c. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
d. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
e. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran Konsultan
Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan
g. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
2. Fungsi Perawat
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.
a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai,pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan
tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
obat yang telah diberikan.
F. TUGAS PERAWAT BERDASARKAN FUNGSI DALAM PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagaii
berikut:
Gambar 2.4
8. Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait 1. Berperan serta dalam pelayanan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada individu,
kepada klien, keluarga, kelompok dan keluarga, kelompok dan masyarakat
masyarakat 2. Menciptakan komunikasi yang
efektif baik dengan tim keperawatan
maupun tim kesehatan lain
MODUL 1
TEORI 3
SEJARAH ORGANISASI KEPERAWATAN