Anda di halaman 1dari 128

MATERI AJAR

MATA KULIAH TEKNIK KEPERAWATAN DASAR

TIM PENGAJAR :
1. Resty Himma Mulyani, M.Tr.Keb
2. Fitriana Rakhimah, M.Tr.Keb
3. Ratna Dewi, SKM,M.Kes

SEMESTER I (SATU)
TAHUN AKADEMIK 2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun materi ajar
ini dengan tepat waktu sesuai dengan yang di harapkan.
Untuk kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan Materi Ajar
dimana saya tidak dapat menyebutkannya satu persatu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami sendiri
khususnya dan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dalam penyusunannya atau materi didalamnya. Kritik dan saran
dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk penyempurnaan makalah kami
berikutnya.
DAFTAR ISI
MATERI I
Mata Kuliah : TKD 1 Waktu Pertemuan : 250 Menit
Kode Mata Kuliah : BD. 301 pertemuan : Ke 1 tgl 16/9/2019
SKS : 5 SKS (3T dan 2 P)
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Mata Kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menerapkan
keterampilan Teknik Keperawatan Dasar dalam Praktik kebidanan.
2. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami teknik keperawatan Dasar dalam praktik
kebidanan
3. Tujuan Intruksional
a. Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan “Konsep Dasar Keperawatan dan Prinsip Kebutuhan Dasar
Manusia”
b. Khusus
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan, menguraikan pengertian, Falsafah dan Sejarah pada Konsep
dasar Keprawatan dan menjelaksn Kebutuhan Dasar Manusia Baik Fisik
maupun Psikososial.
B. PENYAJIAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ZAMAN DAHULU
Sejarah perkembangan keperawatan telah mengalami perubahan yang
sangat pesat sebagai respon dari perkembangan kebutuhan manusia. Berbagai
aspek peristiwa dapat mempengaruhi perkembangan sejarah dan praktik
keperawatan, seperti peran dan sikap, status wanita, nilai agama dan
kepercayaan, perang dan kepemimpinan dalam keperawatan yang berwawasan
masa depan. Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan perawatan
pada zaman dahulu.
1. Peran dan Sikap Masyarakat Peran dan sikap masyarakat sangat
mempengaruhi perkembangan sejarah keperawatan. Sebelum Abad 19 profesi
keperawatan masih belum mendapat penghargaan di mata masyarakat dan
masih dipandang rendah dalam status sosial kemasyarakatan. Pekerjaan
keperawatan lebih banyak dilakukan oleh para wanita sebagai tanggungjawab
memelihara dan memberikan kasih sayang kepada keluarga atau anak. Para
perawat di rumah sakit pada zaman ini sangat tidak berpendidikan, banyak
dilakukan oleh para budak dan para tahanan yang dipaksa untuk melakukan
pekerjaan keperawatan. Citra lain yang muncul pada abad ini, ketika pekerjaan
perawat dilakukan oleh para wanita maka perawat hanya dianggap sebagai
objek seks semata, dan ibu pengganti. Pada awal sampai dengan akhir abad
19, seiring dengan muncul tokoh-tokoh di bidang keperawatan seperti Florence
Nightingale, dunia keperawatan mulai dihargai dan pekerjaan perawat
dipandang sebagai pekerjaan yang mulai, pekerjaan yang penuh kasih sayang,
bermoral dan penuh dengan pengabdian dan pengorbanan diri sendiri.
2. Perang Sejarah mencatat dampak dari peperangan memberikan dapak
terhadap perkembangan sejarah keperawatan. Perang besar antar-agama
yang dikenal dengan perang salib. Perang ini membawa banyak derita bagi
rakyat, korban luka dan terbunuh, kelaparan, berbagai penyakit, dan lain-lain.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, mulai didirikan sejumlah rumah sakit guna
memberi pertolongan dan perawatan bagi korban perang. Akhirnya, ilmu
pengobatan dan perawatan pun terus mengalami kemajuan. Akan tetapi, kiblat
pembelajaran untuk ilmu pengobatan dan perawatan yang semula ada di
negara Islam kini beralih ke negara Barat.
3. Pemimpin dalam Keperawatan Pengaruh perubahan zaman, berdampak pada
perkembangan di dunia ilmu kesehatan atau ilmu keperawatan. Pengelolaan
rumah sakit, yang semula dikerjakan oleh pihak gereja, pada masa lalu
sekarang diambil alih oleh sipil. Pada masa ini muncul tokoh keperawatan
yang sangat termasyur yaitu Florence Nightingale (1820-1910). Ia
mengembangkan suatu model praktik asuhan keperawatan yang menyatakan
bahwa kondisi sakit seseorang disebabkan oleh faktor lingkungan. Oleh sebab
itu, praktik keperawatan ditekankan pada perubahan lingkungan yang memberi
pengaruh pada kesehatan. Florence Nightingale berpendapat untuk
meningkatkan keterampilan para perawat, perlu adanya suatu sekolah untuk
mendidik para perawat, ia memiliki pandangan bahwa dalam mengembangkan
keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja
perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah
dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya
mendirikan sekolah perawat menetapkan tujuan pendidikan perawat serta
menetapkan pengetahuan yang harus di miliki para calon perawat. Florence
dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban
akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di
sebuah barak rumah sakit (scutori) yang akhirnya kemudian mendirikan sebuah
rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan
sekolah perawatan yang diberi nama Nightingale Nursing School.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA
Sejarah perkembangan keperawatan di dunia, ditandai dengan lahirnya tokoh
keperawatan yang sangat mashur yang dikenal sampai sekarang ini yang
membawa
perubahan dalam konsep berpikir yang berpengaruh besar terhadap praktik
keperawatan. Hal ini seperti perubahan dalam ruang lingkup tatanan layanan
keperawatan, standar praktik keperawatan sampai munculnya undang-undang
praktik keperawatan. Perkembangan keperawatan di benua Asia, khususnya di
Timur Tengah di negara Arab perkembangan keperawatan mulai maju dan
berkembang sekitar Abad 7 seiring dengan lahir dan agama Islam di tengah-
tengah bangsa Arab. Perkembangan dan penyebaran agama Islam di ikuti
dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan
dan obat-obatan. Bahkan dalam kitab agama islam yaitu Al-Quran tertulis
pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan dan lingkungan sekitar tempat
tinggal. Pada masa ini muncul tokoh islam dalam keperawatan yang dikenal
dengan nama Rufaidah. Perkembangan perawatan dan pengobatan di negara
Cina atau Tiongkok, bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin
diantaranya gonorhoea dan syphilis. Beberapa orang yang terkenal dalam
ketabiban seperti: Seng Lung dikenal sebagai "Bapak Pengobatan”, yang ahli
penyakit dalamdan telah menggunakan obat-obat dari tumbuhtumbuhan dan
mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal adalah lihat, dengar,
tanya, dan rasa. Chang Chung Ching telah mengerjakan lavement dengan
menggunakan bambu. Perkembangan keperawatan di benua Eropa, beberapa
tokoh keperawatan yang mempunyai peran besar dalam perubahan sejarah
perkembangan keperawatan, salah satunya muncul tokoh “Florence
Nightingale” dalam keperawatan rupanya berpengaruh besar pada
perkembangan keperawatan di Eropa khususnya di negara Inggris. Berkat kerja
keras,perjuangan, perhatian dan dedikasinya yang luar biasa di bidang
keperawatan dan keinginan untuk memajukan keperawatan khususnya
terhadap para korban perang, pada perang salip yang terjadi di semenanjung
Krimea, beliau dianugerahi gelar dengan sebutan “ Lady with the Lamp” oleh
para tentara korban perang. Pada akhirnya di negara Inggris terjadi kemajuan
yang pesat dalam bidang keperawatan, diantaranya adalah pembangunan
sekolah-sekolah perawat dan pendirian perhimpunan perawat nasional Inggris
(British Nurse Association) oleh Erenwick pada tahun 1887. Perhimpunan ini
bertujuan untuk mempersatukan perawat-perawat yang ada di seluruh Inggris.
Kemudian, pada 1 Juli 1899, Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang
disebut International Council of Nurses (ICN).
Falsafah keperawatan adalah kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan,
baik kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Keyakinan
terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap perawat, termasuk
Anda sekarang ini. Sebagai seorang perawat wajib bagi Anda untuk
memegang dan menanamkan nilai-nilai keperawatan dalam diri Anda ketika
bergaul dengan masyarakat atau pada saat Anda memberikan pelanyanan
keperawatan pada pasien. Falsafah keperawatan bukan suatu hal yang harus
dihafal, melainkan sebuah artibut atau nilai yang melekat pada diri perawat.
Dengan kata lain, falsafah keperawatan merupakan “jiwa” dari setiap perawat.
Oleh karena itu, falsafah keperawatan harus menjadi pedoman bagi perawat
dalam menjalankan pekerjaannya. Sebagai seorang perawat tentunya dalam
menjalankan profesi keperawatan Anda harus senantiasa menggunakan nilai-
nilai keperawatan dalam melayani pasien. Pada aspek lain bahwa falsafah
keperawatan dapat digunakan untuk mengkaji penyebab dan hukum-hukum
yang mendasari realitas. Dalam falsafah keperawatan pasien di pandang
sebagai mahluk holistic, yang harus dipenuhi segala kebutuhannya, baik
kebutuhan biologis, psikolois, sosial dan spiritual yang diberikan secara
komprehensif. Pelayanan keperawatan senantiasa memperhatikan aspek
kemanusiaan setiap pasien berhak mendapatkan perawatan tanpa ada
perbedaan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari system
pelayanan kesperawatan menjadikan pasien sebagai mitra yang aktif, dalam
keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap
situasi. Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) terbagi
menjadi delapan elemen, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme dan
empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.Falsafah humanisme/kemanusiaan
“mengenali manusia dan sisi subyektif manusia dan pengalamannya sebagai
pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai”. Sehingga ia berpendapat bahwa
seorang individu: 1. Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif
yang digunakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam mencari
solusi. 2. Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar
memenuhi hukum aksi-reaksi. 3. Memiliki holism intrinsic
C. PERKEMBANGAN SEJARAH KEPERAWATAN DI INDONESIA
Perkembangan sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas
dari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu ketika bangsa
Indonesia masih berada dalam penjajahan bangsa asing serta bangsa Inggris,
Belanda dan Jepang. Oleh karena itu sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan kebangsaan Indonesia,
secara umum sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia dapat
dikelompokan menjadi dua periode yaitu: Pertama, masa sebelum
kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih di jajah oleh bangsa
Inggris, Belanda dan Jepang. Pada penjajahan oleh Belanda khususnya pada
zaman VOC (1602- 1799) penjajahan Belanda I, didirikan rumah sakit (Binnen
Hospital) yang terletak di Jakarta pada tahun 1799. Tenaga perawatnya
diambil dari penduduk pribumi yang berperan sebagai penjaga orang sakit.
Perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit yang ditugaskan untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa
Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat.
Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda,
maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan. Pada masa penjajahan
Inggris, pada masa ini upaya perbaikan di bidang kesehatan dan keperawatan
mulai berkembang cukup baik yang dipelopori oleh Rafless, mereka
memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik
manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam
memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan
memperhatikan kesehatan pada para tawanan. Pada masa penjajahan
Belanda II (1816 – 1942), beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta
yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada
tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal
dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti
rumah sakit milik swasta. Pada masa ini sebagian besar tenaga keperawatan
dilakukan oleh penduduk pribumi sedangkan tenaga pengobatan dalam hal ini
tenaga dokter masih didatangkan dari negara Belanda. Pada tahun 1942-1945
terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Sejarah
perkembangan kesehatan dan keperawatan tidak mengalami perkembangan
justru keperawatan mengalami kemunduran yang sangat dratis. Kedua, masa
setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang
didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada
tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada
tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat
dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama
Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu
Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa
tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di
berbagai universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya
dan lain-lain. Beberapa sekolah tinggi kesehatan khususnya keperawatan juga
telah mengalami perkembangan yang sangat pesat baik yang diselenggarakan
oleh pemerintaha (perguruan tinggi negeri) maupun yang diselengarakan oleh
swasta telah menyebar ke seluruh pelosok nusantara. Dengan berdirinya
pendidikan keperawatan setingkat diploma, sarjana sampai setingkat doktoral
profesi keperawatan berkembang menjadi sebuah profesi yang mandiri tidak
lagi tergantung dengan profesi lain. Sejak tahun itu profesi keperawatan telah
mendapatkan pengakuan dari profesi lain. Sekarang anda telah selesai
mempelajari sejarah perkembangan keperawatan baik pada pada zaman
sebelum kemerdekaan sampai zaman setelah kemerdekaan. Demikian pula
perkembangan keperawatan di beberapa negara. Sekarang Coba Anda
buatkan kesimpulan tentang Perkembangan Keperawatan sebelum dan
sesudah kemerdekaan Indonesia? Tuliskan jawaban Anda pada buku catatan
Anda! Selanjutnya jawaban Anda bandingkan atau cocokkan dengan beberapa
pendapat dari teman Anda, Jika dirasa jawaban Anda masih kurang
memuaskan silahkan Anda baca ulang materi di atas. Selanjutnya kita lanjutkan
untuk mempelajari dampak sejarah perkembangan keperawatan terhadap profil
perawat di Indonesia.
KONSEP MANUSIA DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. KONSEP MANUSIA
Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu manusia sebagai makhluk
holistik dan manusia sebagai sistem.
1. Manusia sebagai makhluk holistik
Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau panduan
dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
a. Makhluk biologi
1) Memiliki kaidah jasmani yang terpadu sistem organisme
2) Masing-masing organ mempunyai fungsi
3) Tunduk pada hakekat hukum alam yaitu lahir-berkembang- tua-mati
b. Makhluk Psiko/jiwa
1) Dikendalikan oleh ego
2) Dikendalikan oleh perasaan dan kata hati
3) Memiliki daya pikir dan kecerdasan
c. Makhluk sosial
1) Dilahirkan, hidup, berperan ditengah-tengah masyarakat dengan norma
dan sistem nilainya.
2) Ia adalah anggota keluarga dan masyarakat.
3) Ia memiliki peranan yang harus disumbangkan untuk kepentingan dirinya
dan masyarkat.
d. Makhluk spiritual
1) ia memiliki keyakinan dan kepercayaan
2) ia menyembah tuhan/sembahyang
2. Manusia sebagai sistem
Manusia sebagai sistem terdiri atas sistem adaptif, personal, interpersonal dan
sosial
a. Sistem adaptif, merupakan proses perubahan individu sebagai respon
terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi integritas atau
keutuhan.
b. Sistem personal, manusia memiliki proses persepsi dan betumbuh kembang.
c. Sistem interpersonal, manusia dapat berinteraksi, berperan dan
berkomunikasi terhadap orang lain.
d. Sistem sosial, manusia memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan
keputusan dilingkungannya, baik dalam lingkungan, keluarga, masyarakat
maupun lingkungan pekerjaan.
B. KONSEP HOMEOSTASIS DAN HOMEODINAMIKA
1. Homeostasis
Homoestasis merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam menghadapi berbagai kondisi yang dialaminya. Proses
hemoistasis dapat terjadi apabila tubuh mengalami stress, yang selama alamiah
tubuh akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi agar
tetap seimbang. Homeostasis adalah suatu proses pemeliharaan stabilitas dan
adaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitar yang terjadi secara terus menerus.
Hemeostasis dibagi dua, yaitu :
a. Homeostasis Fisiologi
Homeostasis fisiologi dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem
endokrin dan sistem saraf otonom. Proses homeostasis fisologis terjadi
melalui empat cara berikut :
1) Pengaturan diri, sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat,
contoh pada proses pengaturan fungsi organ tubuh.
2) Kompensasi. Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan
yang terjadi didalamnya. Misalnya apabila secara tiba-tiba lingkungan
menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi
dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat meghasilkan panas sehingga
suhu tetap stabil; pelebaran pupil untuk menngkatkan persepsi visual
pada saat terjadi ancaman pada tubuh; dan peningkatan keringat untuk
mengontrol kenaikan suhu tubuh.
3) Umpan balik negatif. Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan
normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan
melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.
4) Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis. Contoh :
apabila seseorang mengalami hipoksia, akan terjadi proses peningkatan
denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel
tubuh.
b. Homeostasis psikologis
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan
kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi
dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat.
Contoh pertahanan diri, seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul,
meremas,dll.
Jadi proses homeostasis pada intinya adalah keseimbangan dalam tubuh,
yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Input Output

Homeostasis

Gambar Proses homeostasis


2. Homeodinamika
Homeodinamika merupakan pertukaran energi secara terus menerus antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya
melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar
mampu mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamika bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang
merupakan satu kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses
hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dapat
dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta memiliki keunikan tersendiri. Dalam
proses homeodinamik ini terdapat beberapa prinsip :
a. Prinsip integritas, yaitu prinsip utama dalam hubungan anatara manusia
dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses
kehidupan ini terjadi secara terus menerus karena adanya interaksi manusia
dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
b. Prinsip resonansi, yaitu prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu
berirama dan frekuensinya bervariasi, mengingat manusia memiliki
pengalaman beradaptasi dengan lingkungan
c. Prinsip helicy, yaitu prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan
manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia
dan lingkungan.
C. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Walaupun setiap orang
mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai
kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi
menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow adalah sebuat teori yang dapat
digunakan tenaga kesehatan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar
manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan
dasar manusia tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya, oleh karena itu
beberapa kebutuhan harus terpenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya orang
yang lapar akan mencari makanan lebih dulu daripada melakukan aktivitas untuk
meningkatkan harga diri.
Hirarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas
:
1. Kebutuhan fisiologis
a. Oksigen
Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh
tergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup.
Beberapa jaringan seperti otot skelet dapat bertahan beberapa waktu tanpa
oksigen melalui metabolisme anaerob, sedangkan jaringan yang melakukan
hanya metabolisme aerob, bergantung secara total pada oksigen untuk
bertahan hidup. Oksigen secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam
paru-paru, pembuluh darah dan jaringan.
b. Cairan
Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran cairan. Klien dari berbagai umur dapat mengalami kondisi tidak
terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi usia muda dan yang paling tua
memiliki resiko terbesar. Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak
terpenuhinya kebutuhan cairan. Pada saat pengkajian keperawatan
menunjukkan temuan konsistensi ketidakseimbangan cairan, tindakan
keperawatan diarahkan pada perbaikan keseimbangan ke arah normal.
c. Nutrisi
Tubuh manusia memiliki kebutuhan esensial terhadap nutrisi, walaupun tubuh
dapat bertahan tanpa makanan lebih lama daripada tanpa cairan. Proses
metabolik tubuh mengontrol pencernaan, menyimpan zat makanan, dan
mengeluarkan produk sampah. Mencernah dan menyimpan makanan
merupakan hal penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
KONSEP NUTRISI
Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang
nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat
sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Status Nutrisi
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan
merupakan factor penting dalam menentukan status nutrisi.
 Keseimbangan Energi
Energi adalah kekuatan untuk kerja. Manusia membutuhkan energi untuk
terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya.
Keseimbangan Energi = Pemasukan Energi + Pengeluaran atau
Pemasukan Energi = Total Pengeluaran Energi ( Panas + kerja + energi
simpanan)
Pemasukan Energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi
makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari
makanan yang dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi
protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan
satuan kalori. Satu kalori juga disebut satu kalori besar (K) atau Kkal
adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 kg air
sebesar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori.
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen
yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan
jaringan otot.
Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men-
support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh
berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin triphosfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate
(BMR) dan aktifitas fisik. Kebutuhan energi tiap hari ditentukan dengan
rumus = (BMR + 24) + (0.1 X Konsumsi kkal setiap hari + energi untuk
aktivitas ).
Energi untuk aktivitas misalnya : Istirahat = 30 kal/jam , duduk = 40
kal/jam, Berdiri = 60 kal/jam, Menjahit = 70 kal/jam, Mencuci piring = 130
s/d 176 kal/jam, Melukis 400 kal/jam.
Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan
terjadi keseimbangan negative (-) sehingga cadangan makanan
dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan.
Sebaliknya, jiak pemasukan lebih banyak dari pengeluaran energi maka
akan terjadi keseimbangan positif (+), kelebihan energi akan disimpan
dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan.
Basal Metabolisme Rate
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat
istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,
pernapasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan
kalori basal dipengaruhi oleh :
a) Usia
b) Jenis Kelamin
c) Tinggi dan Berat Badan
d) Kalainan endokrin
e) Suhu Lingkungan
f) Keadaan Sakit
 Karakteristik Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan barat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
- Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh dan lain-lain
- Kegiatan mekanik oleh otot
- Aktivitas otot dan syaraf
- Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormone
- Sekresi cairan pencernaan
- Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan
- Pengeluaran hasil sisa metabolisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi :
- Peningkatan Basal Metabolisme Rate
- Aktivitas tubuh
- Faktor usia
- Suhu Lingkungan
- Penyakit atau status kesehatan
Sistem Pencernaaan
Sistem pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan,
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
mulut sampai anus. Sistem pencernaan makanan terdiri atas : Saluran
Pencernaan dan Organ-organ Asesoris (tambahan).
Nutrien (Zat-Zat Gizi)
Elemen Nutrien / Zat Gizi
- Karbohidrat
- Protein
- Lemak
- Vitamin
- Mineral
- Air
Karbohidrat, lemak dan protein disebut energi nutrein karena merupakan
sumber energi dari makanan , sedangakn vitamin, mineral dan air
merupakan substansi penting untuk membangun, mempertahankan dan
mengatur metabolisme jaringan.
Fungsi zat gizi yaitu :
♥ Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, garakan dan kerja fisik
♥ Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan
♥ Sebagai pelindung dan pengatur
KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan sumber energi utama.. Hampir 80% energi
dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4
kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen
dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa,
pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi
karbohidrat berbentuk asam lemak.
Jenis Karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu : Monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
 Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan
merupakan molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat
langsung diserap oleh pembuluh darah. Jenis dari Monosakarida
adalah glukosa dektrosa yang banyak terdapat pada buah-buahan dan
sayuran, fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan
glukosa yang berasal dari pecahan disakarida.
 Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrora, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan
maltosa banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa merupakan
jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun susuhewan.
 Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis
polisakarida adalah zat pati, glikogen dan selulosa.

Fungsi Karbohidrat
- Sumber energi yang murah
- Sumber energi utama bagi otak dan syaraf
- Membuat cadangan tenga tubuh
- Pengaturan metabolisme tubuh
- Untuk efesiensi penggunaan protein
- Memberikan rasa kenyang

Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat umunya adalah makanan pokok, umumnya berasal
dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan
lain-lain. Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.

Metabolisme Karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui
pencernaan, absorpsi, dan metabolisme.
Metabolisme Karbohidrat berbentuk monosakarida dan disakarida diserap
melalui mukusa usus. Setelah proses penyerapan (dalam pembuluh
darah) semua berbentuk monosakarida. Monosakarida (Fruktosa,
Galaktosa, Glukosa) yang masuk bersama-sama darah dibawa ke hati. Di
dalam hati Monosakarida diubah menjadi glukosa dan dialirkan melaui
pembuluh darah ke otot. Di dalam otot glukosa dibakar membentuk
glikogen melalui Proses Glikoneogenesis.

PROTEIN
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti
jaringan tubuh. Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk
sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan
didalam jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial
tidak dapat disintesis didalam tubuh tetapi harus didapatkan dari
makanan. Jenis asam amino esensial diantaranya lisin, triptofan, fenilanin,
leusin.
Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu :
1) Protein sederhana
Jenis ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya abumin,dan globulin.
2) Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat seperti dengan glikogen
membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
3) Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan
gelatin.
Fungsi Protein
- Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan
osmotic koloid,
keseimbangan asam.
- Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
- Pengaturan metabolism
- Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak
- Dalam bentuk kromosom, proein berperan sebagai tempat menyimpan
dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.

Sumber protein
Protein hawani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging,
telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam dan sebagainya.
Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung,
kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan dikeluarkan
enzim protease yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein menjadi
albuminosa dan pepton. Albuminosa dan pepton di dalam usus halus
diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari
pancreas dan selanjutnya diserap atau berdifusi ke aliran darah yang
menuju ke hati.Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh
untuk menganti sel-sel yang rusak dan sebagian digunakan untuk
membuat protein darah. Karean protein dapat larut dalam air sehingga
umumnya dapat dicerna secara sempurna dan hampir tidak tersisa protein
makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati
kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua
macam zat yaitu asam organic dan amoniak. Amoniak dibuang melalui
ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai sumber energi.

LEMAK
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Berdasarkan
ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi :
- Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol
- Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid, yaitu ikatan lemak
dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan glikogen.
Fungsi Lemak
- Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
- Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
- Memberikan asam-asam esensial
Sumber Lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada
kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti
pada daging sapi, kambing dan lainnya.
Metabolisme Lemak
Lemak diserap melalui proses secara pasif dalam bentuk gliserol asam
lemak karena giserol larut dalam air. Gliserol asam lemak masuk dalam
pembuluh darah dan dibawa ke hati. Kemudian didalam hati dengan
proses kimiawi Gliserol diubah menjadi Glikogen. Bersama metabolisme
Hidarat Arang gliserol akan menghasilkan tenaga. Lemak yang dibakar
mempunyai hasil sampingan yang disebut Colesterol.
MINERAL
Mineral adalah elemen anorganik untuk tubuh karena perannya sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi
makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100 mg atau lebih dan
mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100 mg. Termasuk dalam
makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang
temasuk dalam mikromineral adalah klorida, yodium, iron,zinc. Secara
umum fungsi dari mineral adalah :
- Membangun jarigan tulang
- Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh
- Memberikan elektemb elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf
- Membuat berbagai enzim
VITAMIN
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada
makanan dan tidak dapat dibuat di dalam tubuh. Vitamin sangat berperan
dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi :
- Vitamin yang larut air : Vitamin B kompleks, B1,B2,B3,B12, folic acid,
serta vitamin c.
- Vitamin yang larut dalam lemak : A , D , E , K

Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan


pemeliharaan kesehatan.
AIR
Air merupakan zat makanan paling dasar yang dibutuhkan oleh manusia.
Tubuh manusia.Terdiri atas 50-70% air. Bayi memiliki proporsi air yang
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Semakin tua umur
seseorang, maka proporsi air dalam tubuh akan semakin berkurang. Pada
oang dewasa asupan air antara 120-1500 cc per hari, namun dianjurkan
1900 cc untuk optimal. Selain itu, air yang masuk ke dalam tutbuh melalui
makanan 500-900 cc per hari.
Kebutuhan air akan meningkat jika terjadi pengeluran air, misalnya
- Melalui keringat berlebih
- Muntah
- Diare
- Gejala Dehidrasi
MASALAH-MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
Secara umum, gangguan nutrisi terdiri dari :
- Kekurangan Nutrisi
- Kelebihan Nutrisi
- Obesitas
- Malnutrisi
- Diabetes Melitus
- Hipertensi
- Jantung Koroner
- Anoreksia
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI
- Pengetahuan
- Prasangka
- Kebiasaan
- Kesukaan
- Ekonomi
d. Temperatur
Tubuh dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang yang sempit
37C±1C. Temperatur tubuh diluar rentang ini dapat menimbulkan
kerusakan, efek yang permanen seperti kerusakan otak/kematian. Tubuh
dapat secara sementara mengatur tempertaur melalui mekanisme tertentu.
Misalnya seseorang menggigil ketika bergerak dari lingkungan dengan suhu
13C.
e. Eliminasi
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh.
Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran
ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal,
ureter, bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk
urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung
sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Anatomi dan fisiologi Ginjal


Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang terletak
pada sisi-sisi abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulan
belakanglumbal ketiga. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri
karena hati menekannya kebawah. Ginjal terdiri atas kapsul ginjal, cortex
renalis (kulit luar) medulla renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah
bagian luar anteriorn kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki
permukaan berbintik-bintik kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla
renalis adalah bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid ginjal.
Piramid pada bagina inim meruncing dengan dasar menghadap cortex dan
puncak menghadap bagian tengah ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal
terletak pada ruang ini. Renal sinus merupakan bagian interior yang
terhubungkan dengan takik ginjal yang disebut dengan hilum.
Nephron adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal mengandung
sekitar 1 juta nephron (Burtucci, 1995). Nephron ikut terlibat dalam
pembentukan urin. Nephron ini mengandung Corpuscolus renalis, tubulus
renalis, dan duktus kolektif renalis. Corpusculus renalis mengandung
glumerulus dan kapsul bowman. Tubulus renalis terdiri atas tubule konvolusi
proksimal, loop hense dan tubule konvolusi distal. Duktus kolektif terletak
didalam nephron. Ureter adalah kelanjutan pelvis renal pada hilum dan
menghubungkan ginjal dengan kencing kemih. Ureter melakukan gerakan
renstaltis otot polos yang diaktifkan oleh sisti saraf simpatis. Terdapat
function ureterovosical dalam ureter yang mencegah agar urin tidak kembali
masuk kedalam ginjal.
Ketika darah mengalir melalui kapiler glumelrulus, pada saat yang sama
terjadi filtrasi plasma ginjal menerima sekitar 20% cardiac output, sekitar
1200 ml/mut aliran darah. Proses filtrasi ini disebut ultrafiltrasi. Volume
glumerulus melakukan filtrasi kurang lebih 180ml/hari, dan 99% diantaranya
diserap kembali oleh ginjal. Tingkat filtrasi glumerular (Gfn) adalah ukuran
proses ini, Gfn dewasa rata-rata adalah 125 ml/jam.
Ketika darah yang telah terfilter memasuki kapsul Bowman glomeluri, maka
terbentuklah urin primitive. Ketika ultrafiltrasi ini mengalir melalui nephron
yang lainnya terjadi penyerapan kembali dan sekresi untuk memproduksi urin
yang kita keluarkan Tubuke konklusi proksimal menyerap kembali seabagian
besar air yang sudah terfilter dan juga elektrolot Loop Henle menyerap
kemabali sodium. Tubule Konvolusi distal dan duktus kolektif menbentuk urin
yang kemudian dialirkan kedaalm ureter. Ureter kemudian mengangkut urin
menuju kandung kemih dengan gelombang peristaltis otot halus.
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terletak pada dasar
panggul pada daerah retroperidontal dan terdiri atas otot-otot yang dapat
mengecil. Kandung kemih terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus / body
yang merupakan otot lingkar, terdiri dari otot detrusor dan bagian leher yang
berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat
spinter inerna. Spinter ini dikontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung kemih
dapat menampung 300 sampai 400 ml urine.
Kemudian dari ureter urine dialirkan ke uretra yang merupakan saluran
pembuangan yang langsung keluar dari tubuh. Panjang uretra perempuan
lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada laki-laki panjangnya 20 cm.
Sehingga perempuan lebih beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih.
Refleks Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral 2 (S-2) dan sacral 3 (S-3).
Saraf sensorik dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis bagian sacral 2
sampai sacral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf
pusat. Pada miksi mengirimkan sinyal kepada otak kendung kemih (detrusor)
agar berkontraksi. Pada saat detrusor berkontraksi spinter interna relaksasi
dan spinter eksterna yang dibawah control kesadaran akan berperan. Apakah
mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi
bersama meningkatnya otot kandung kemih.

Pola Eleminasi Normal


Pola eleminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah
bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5
kali.

Karekteristik Urine Normal


Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen
urochorome. Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan,
keadaa dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecokletan,
penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka
urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil
pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi
bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan
status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau
150-600 ml per sekali miksinya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi :
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Intake cairan dan makanan
7. Kondisi penyakit
8. Pembedahan
9. Pengobatan
10. Pemeriksaan Diagnostik
Masalah-masalah Eleminasi Urine
 Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan
bladder untuk mengkosongkan kandung kemih.
 Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskesi urine.
 Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna.
Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang jompo.
Perubahan Pola Berkemih
 Frekuensi
 Urgency
 Dysuria
 Polyuria
 Urinary Suppresion
ELEMINASI BOWEL
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam
tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ
yang berperan dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran
Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.

Anatomi dan Fisiologi


 Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dimulut
dan di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya
makanan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus.
 Saluran Gastrointesrinal Bagia Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus
halus terdiri atas Duodenum, Yeyenum, dan Ileum yana panjangnya kira-
kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon,
dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Penjang usus besar
sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat
makanan yang sudah berbentuk cyme (setengah padat) dari lambung
untuk mengabsorpsi air, nutrien dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi
mucus, potassium, bikarbonat dan enzim.
Cyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari kita makan samapai mencapai rectum
normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon terbagi menjadi 3
yaitu : Haustral Shuffing adalah gerakan mencapur cyme untuk membantu
absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi
cair dan semipadat sepanjang colon, Gerakan Peristaltik adalah berupa
gelombang, gerakan maju menuju anus.
Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melaului anus.
Dalam proses Defekasi terjadi dalam 2 macam refleks yaitu :
a) Refleks Defekasi Intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi
distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus,
secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
b) Reflek Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk akan merangsang saraf rektum yang kemudian
diteruskan ke spinal cord. Dari spindal cord kemudian dikembalikan ke
colon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intesifnya
peristaltik, relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi
otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses
pencernaan normalnya 7 – 10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang dikeluarkan
adalah CO2, Metana, H2S dan Nitrogen.
Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat. Feses normalnya
berwarna coklat karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya
lembek namun berbentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruh Eleminasi Bowel


 Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut kontrol defekasi menurun.
 Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya
makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses
defekasi.
 Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih
keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
 Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu
proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses
bergerak sepnjang colon.
 Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
 Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
 Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas
untuk BAB dan kebiasaan menahan BAB.
 Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
 Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
 Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga
kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat
berlangsung selama 24-48 jam.
 Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis,
epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
 Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.

Masalah Eleminasi Bowel :


 Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan
keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang
tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-
obatan, kurang aktivitas, usia.
 Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan.
 Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya
chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk menyerap air.
 Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
yang melalui saraf spinter anus
 Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan
dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
 Hemorroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan
didaerah tersebut.
f. Tempat tinggal
Tenaga kesehatan mengidentifikasi faktor risiko penyakit atau kerusakan.
Lingkungan yang kotor bisa menarik perhatian serangga dan tikus, yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit. Jika sebuah rumah dengan
kondisi penerangan yang kurang, akan terjadi peningkatan risiko terjadinya
kerusakan yang tidak disengaja. Selain itu, kondisi yang sangat berantakan
dan kurang bersih merupakan faktor predisposisi untuk penyakit menular.
g. Istirahat
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar untuk istirahat teratur. Jumlah
kebutuhan istrihat bervariasi tergantung pada kualitas tidur, status kesehatan,
pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang. Klien sakit kronis, hamil,
menyusui, perubahan status kesehatan membutuhkan istirahat lebih banyak
daripada manusia sehat.
Konsep Aktivitas, Istirahat & Tidur
AKTIVITAS
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan
muskuloskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di
mana manusia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
a. Tulang
Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
 Mekanis ( Membentuk rangka & Tempat melekatnya berbagai otot)
 Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor)
 Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah
 Pelindung organ-organ dalam
Jenis tulang :
 Pipih ( kepala dan pelvis)
 Kuboid (Vertebra dan tarsal)
 Panjang (Femur dan Tibia)
b. Otot dan tendon
- Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai
keinginan
- Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo
adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.
- Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat
menggerakkan tulang
c. Ligamen
Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Sistem Syaraf
- Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf
tepi (perifer).
- Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.
- Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik.
d. Sendi
Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.
Sendi membuat segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan
gerakan antar segmen dan bebagai pertumbuhan tulang.
KEBUTUHAN MOBILITAS
Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
Jenis mobilitas :
- Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-
hari.
- Mobilitas sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak
mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf
motorik dan sensorik.
a. Mobilitas sebagian temporer
b. Mobilitas sebagian permanent
Faktor yang mempengaruhi mobilitas :
1. Gaya hidup
2. Proses penyakit
3. Kebudayaan
4. Tingkat energi
5. Usia dan status perkembangan
IMOBILITAS
Merupakan keadaan dimana seseorang tdk dpt bergerak secara bebas krn
kondisi yg mengganggu pergerakan (mis; trauma tulang blk, cedera otak
berat)
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik > pembatasan pergerakan fisik dngn tujuan mencegah
komplikasi
2. Imobilitas Intelektual > Keterbatasan daya pikir akibat kerusakan otak
3. Imobilitas Emosional > pembatasan emosional krn adanya perubahan
dalam menyesuaiakan diri (mis; amputasi)
4. Imobilitas Sosial > Individu yg mengalami hambatan interaksi sosial dan
mempengeruhi penannya.
Perubahan sistem tubuh akibat Imobilitas
a. Perubahan metabolism
Imobilitas menurunkan BMR, shg energi u/ perbaikan sel berkurang dan
mengganggu oksigenasi sel.Imobilitas juga menyebabkan menurunnya
ekskresi urin dan peningkatan Nitrogen
b. Ketidakseimbangan Cairan dan elektrolit
Imobilitas akan menyebabkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang sehingga mangganggu kebutuhan cairan
tubuh.Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial
dapat menyebabkan edema. Imobilitas jg menyebabkan demineralisasi
tulang akibat menurunnya aktivitas otot sehingga meningkatkan reabsorbsi
kalium.
c. Gangguan pengubahan zat gizi
Menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan
pengubahan zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tdk lagi
menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yg cukup
untuk melaksanakan metabolism
d. Ganguan fungsi Gastrointestinal
Imobilitas menurunkan hasil makanan yang dicerna, shg jumlah masukan
menurun dan menyebabkan keluhan, mis; perut kembung, mual dan nyeri
lambung.
e. Sistem pernapasan
Akibat imobilitas kadar Hb menurun, ekspansi paru menurun, dan lemah
otot yang menganggu metabolisme.
f. Sistem Kardiovaskuler
Berupa ortostatik hipotension krn menurunnya kemampuan syaraf otonom,
meningkatnya kerja jantung krn posisi yang horisontal, terjadinya trombus
krn stasis vena.
g. Gangguan Muskuler
Menurunnya massa otot dapat menyebabkan turunnya otot secara
langsung.
h. Gangguan Skeletal
Kontraktur dan Osteoporosis karena reabsorbsi tulang semakin besar
sehingga menyebabkan jumlah kalsium dalam darah menurun dan jumlah
kalsium yang dikeluarkan melalui urin makin besar
i. Sistem Integumen
Penurunan elastisitas kulit, krn penurunan sirkulasi, iskemia dan nekrosis
dengan adanya dekubitus.
j. Eliminasi
Penurunan jumlah urin yg mungkin disebabkan o/ kurangnya asupan dan
penurunan curah jantung
k. Perilaku
Rasa bermusuhan, cemas, bingung, depresi, emosional tinggi, mekanisme
koping menurun.
ISTIRAHAT & TIDUR
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan Tidur adalah suatu keadaan
yang relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Tahapan Tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level
otak, otot dan aktivitas masa. Normalnya tidur dibagi menjadi 2 yaitu : Non
Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement. Selama masa
NREM seseorang terbagi menjadi 4 tahapan dan memerlukan kira-kira 90
menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir
kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir.
1. Tahapan Tidur NREM
a. NREM tahap 1
- Tingkat transisi
- Merespon cahaya
- Berlangsung beberapa menit
- Mudah terbangun dengan rangsangan
- Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
- Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap 2
- Periode suara tidur
- Mulai relaksasi otot
- Berlangsung 10-20 menit
- Fungdi tubuh berlangsung lambat
- Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap 3
- Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
- Sulit dibangunkan
- Relaksasi otot menyeluruh
- Tekanan darah menurun
- Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap 4
- Tidur nyenyak
- Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
2. Tahapan Tidur REM
a. Lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk kesimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memor dan adaptasi.
3. Karakteristik tidur REM
a. Mata : Cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Penapasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : Cepat dan ireguler
e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktasi
f. Sekkresi gaster : Meningkat
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh baik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus Tidur : Sulit dibangunkan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Motivasi
4. Kelelahan
5. Kecemasan
6. Alkohol
7. Obat-oabtan
- Dieuretik menyebabkan insomnia
- Anti Depresan : supresi REM
- Kafein : meningkatkan saraf parasimpatis
- Beta Bloker : menimbulkan insomnia
- Narkotika : mensupresi REM
- Gangguan Tidur
Gangguan Tidur
 Insomnia
Ketidakmampuan memperoleh sacara cukup kualitas dan kuantitas tidur.
 Hipersomia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver, dan metabolism
 Parasomia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti
samnohebalisme (tidur sambil berjalan)
 Narcolepsy
Suatu keadaan / kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali
untuk tidur, misalnya tidur secara mendadak.
 Apnoe tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai
dengan apnoe maka akan bisa menjadi masalah.
 Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM.
h. Seks
Kebutuhan seksual dan perilaku bagaimana untuk memenuhinya dipengaruhi
oleh umur, latar belakang sosial budaya, etika, nilai, harga diri dan tingkat
kesejahteraan.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
a. Keselamatan fisik
Orang dewasa secara umum mampu memberikan keselamatan fisik mereka,
tetapi yang sakit dan cacat mungkin membutuhkan bantuan. Pada saat sakit,
seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infeksi oleh karena
itu bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk
perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih
dulu diatas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya seorang perawat
mungkin perlu melindungi klien disorientasi dari kemungkinan jatuh dari
tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
b. Keselamatan psikologis
Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamat psikologis pada
pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. Pelajar yang mulai memasuki
perguruan tinggi mungkin merasa tidak aman, seseorang ketika memulai
pekerjaan yang baru mungkin merasa terancam oleh teknologi yang
digunakan. Dalam beberapa kasus, orang secara umum tidak secara
langsung menyatakan bahwa keselamatan psikologis terancam, tetapi dari
pembicaraan mereka bisa secara tidak langsung memperlihatkan perasaan
mereka.
D. PENERAPAN TEORI KEBUTUHAN DASAR
Pada saat tenaga kesehatan menerapkan teori ini dalam praktik,
bagaimanapun juga fokusnya adalah pada kebutuhan individu dari pada ketaatan
yang kaku pada hirarki maslow. Hirarki Maslow secara umum mengenai kebutuhan
pada kebanyakan manusia tetapi tidak seluruh manusia. Dalam semua kasus
kedaruratan, kebutuahan fisiologis mengambil tempat yang paling dulu diatas
kebutuhan yang lebih tinggi. Pada klien yang lain, kebutuhan harga diri mungkin
mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada kebutuhan fisiologis lainnya.
Walaupun hirarki kebutuhan menyarankan bahwa satu kebutuhan harus terpenuhi
sebelum lainnya, pemberian keperawatan sering melakukan dua atau tiga tindakan
pada waktu yang bersamaan.
Misalnya seorang perempuan menerima pengobatan untuk artritis yang parah dan
sering merasa nyeri atau tidak nyaman selama aktivitas tertentu. Karena hal ini, ia
mengubah kebiasaan dan tidak lagi mengunjungi anggota keluarga daan temannya.
Perawat menyadari bahwa perempuan ini juga tidak terpenuhi kebutuhan cinta dan
rasa memeiliki. Dalam situasi ini, prioritas adalah memberikan peredah rasa nyeri,
yang kemudian akan membuat perempuan tersebut kembali pada aktivitasnya yang
memenuhi prioritas kebutuhan yang lebih rendah.
Contoh yang lain, ada klien datang ke UGD dengan infeksi pernafasan kronis.
Sementara memberikan tindakan, perawat mempelajari bahwa klien tidak makan
secara adekuat, tidak tidur dengan baik, atau mempertahankan hubungan sosial,
istri meninggal 2tahun yang lalu. Dalam kasus ini, klien memiliki kebutuhan yang
tidak terpenuhi yaitu nutrisi, istirahat, cinta dan rasa memiliki. Pelayanan
keperawatan dalam situasi ini tidak bisa dengan sederhana dihubungkan untuk
membantu klien memenuhi prioritas kebutuhan yang lebih tinggi terhadap nutrisi dan
istirahat, karena kebutuhan ini sebagian terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan
klien yang lebih rendah. Perawat berfokus juga pada membantu klien melalui proses
berkabung. Setelah masa berkabung dan merasa sendiri sudah teratasi, kebiasaan
makan dan istirahat akan ditingkatkan dengan demikian kebutuhan fisiologis ini akan
terpenuhi.
Gambar. Kebutuhan Dasar Manusia menurut MasloW
KONSEP SEHAT SAKIT
A. DEFINISI
Sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan
adaptasi individu terhadap berbagai perubahan yang ada dilingkungan internal dan
eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat. (Nauman, 1990)
Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi
yang ada mengalami perubahan atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan
atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
(Nauman,1990)
B. MODEL AGENT-PEJAMU-LINGKUNGAN
Model sehat sakit agent-pejamu-lingkungan berasal dari kerja kesehatan komunitas
yang dilakukan oleh Leavell el al(1965) dan sejak saat itu dikembangkan menjadi
sebuah model untuk menggambarkan penyebab sakit pada area kesehatan yang
lain. Menurut pendekatan ini, tingkat sehat dan sakit ditentukan oleh hubungan yang
dinamis antara agent, pejamu dan lingkungan.
Agent adalah berbagai faktor internal dan eksternal, yang dengan atau tanpanya
dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agent dapat bersifat biologis,
kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Dengan adanya agent ini tidak berari bahwa
orang tersebut akan menderita sakit, tapi agent pasti ada /tidak ada bila terjadi suatu
penyakit tertentu.
Pejamu adalah seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit
atau sakit tertentu. Faktor-faktor pejamu adalah situasi atau kondisi fisik dan
psikososial yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang yang beresiko
menjadi sakit. Contohnya riwayat keluarga, usia atau gaya hidup.
Lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik
antara lain tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal dan beberapa elemen
seperti penerangan dan kebisingan. Lingkungan sosial terdiri dari berbagai faktor
yang berhubungan dengan interaksi seseorang atau sekelompok orang dengan
orang lain, termasuk stress, konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, krisis
hidup, misalnya kematian pasangan.
HAK-HAK KLIEN
A. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan yang efektif membutuhkan kerja sama dari pasien, dokter dan
profesi kesehatan lainnya. Komunikasi yang terbuka dan jujur, menghormati nilai
personal dan profesional, dan sensitifas terhadap perbedaan yang ada merupakan
bagian integral untuk mengoptimalkan perawatan pasien.
B. PERNYATAAN TENTANG HAK ASASI PASIEN
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan penuh hormat
2. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan, terbaru dan dapat dipahami oleh
klien, yang berkait dengan diagnosa, tindakan pengobatan dan prognosis dari
dokter dan pemberi pelayanan langsung lainnya.
3. Hak untuk membuat keputusan tentang rencana perawatan sebelum dan selama
pelaksanaan tindakan keperawatan serta konsekuensi medis dari tindakan
tersebut.
4. Hak untuk memberi petunjuk lanjutan yang menyangkut tindakan pengobatan
dan petunjuk perwalian untuk pengambilan keputusan
5. Hak untuk memperoleh privacy
6. Hak untuk berharap bahwa semua komunikasi dan pencatatan yang
berhubungan dengan dirinya dirahasiakan oleh pihak rumah sakit, kecuali ada
kasus malpraktik
7. Hak untuk meninjau ulang catatan yang berhubungan dengan perawatan medis
dan meminta penjelasan tentang informasi tersebut bila diperlukan.
8. Hak untuk berharap bahwa, dalam kapasitas dan kebijakannya, rumah sakit
akan memberi respon yang beralasan terhadap permintaan pasien untuk
mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan indikasi medis.
9. Hak untuk bertanya dan mendapat informasi tentang adaya hubungan bisnis
diantar rumah sakit, institusi pendidikan, pemberi pelayanan kesehatan yang lain
atau pembayar yang mungkin dapat mempengaruhi tindakan pengobatan dan
keperawatan pasien.
10. Hak untuk mengharapkan perawatan berkelanjutan yang beralasan jika
perawatan tersebut diperlukan, pilihan tempat perawatan pasien yang tersedia
dan realistis apabila pasien tidak lagi membutuhkan perawatan rumah sakit.
11. Hak untuk medapatkan informasi tentang kebijakan dan praktik dirumah sakit
yang berhubungan dengan perawatan pasien, tindakan pengobatan dan
tanggung jawabnya.
RASA NYAMAN (BEBAS NYERI)
A. PENGERTIAN NYERI
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Alimul, aziz : 2006)
B. FISIOLOGI NYERI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin,
bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa
impuls-implus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut bermyelin
rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang
ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan
oleh serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae
yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substansia gelatinosa
yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada intraneuron dan bersambung ke jalur spinal
asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat
dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan non opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan
reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang
melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang
yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmitter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi
nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonpiate merupakan jalur
desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak
diketahui mekanismenya. (Barbara C. Long : 1989 dalam Alimul, Aziz :2006)
C. KLASIFIKASI NYERI
1. Klasifikasi nyeri secara umum :
a. Nyeri akut, merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot.
b. Nyeri kronis, merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6bulan. Contoh : nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatis.
2. Klasifikasi nyeri berdasarkan sifatnya :
a. Nyeri tertusuk
b. Nyeri terbakar
Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat nyeri yang spesifik, diantaranya nyeri
somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar, nyeri psikogenik, nyeri phantom dari
ekstremitas, nyeri neurologis,dll.
Nyeri somatis dan nyeri visual ini umunya bersumber dari kulit dan jaringan
dibawah kulit pada otot dan tulang. Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada
bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ
viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang
timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena
salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentu nyeri yang
tajam karena adanya spasme disepanjang atau dibeberapa jalur saraf.
3. Stimulus Nyeri
b. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
c. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri
d. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri
e. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumuknya asam laktat
f. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
a. Arti Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian
arti nyeri merupakan negatif, seperti membahayakan, merusak, dll. Keadaan
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang
sosial budaya, lingkungan dan pengalama.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada
korteks. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulus
nociceptor
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain, alkohol, obat-obatan,
hipnotis, garukan, pengalihan perhatian, dll. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi nyeri antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
sakit, nyeri yang tak kunjung sembuh,dll.
d. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, dll.
KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. PENGERTIAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel.
B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Saluran pernafasan bagian atas
a. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh
darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk
melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung),
kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak
sampai esofagus yang terletak dibelakang nasofaring, dibelakang mulut dan
dibelakang laring
c. Laring/tenggorokan
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas bagian
dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua
lamina yang bersambung digaris tengah
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
2. Saluran pernafasan bagian bawah
a. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorokan, memiliki panjang ±9cm
yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima.
Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan
debu atau benda asing.
b. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan
lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah,
sedangkan bronkus lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus
atas dan bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak
dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai diafragma. Paru terdiri atas
beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta
dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
C. PROSES OKSIGENASI
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, adanya
kemampuan torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis, adanya jalan nafas yang dimulai dari hidung hingga alveoli
yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatik dapat menyebabkan
relaksasi sehingga vasolidatasi dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan dapat
terjadi); reflek batuk dan muntah; dan adanya peran mukus siliaris sebagai barier
atau penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat
virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance dan recoil.
Compliance merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada
lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya
sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat kita
menarik nafas, sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2 atau
kontaksi menyempitnya paru. Apabila compliance baik namum recoil terganggu,
maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Pusat pernafasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat mempengaruhi
proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat
pernafasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60mmHg dapat merangsang pusat
pernafasan dan bila pCO2 ≤80mmHg dapat menyebabkan depresi pusat
pernafasan.
2. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru
dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi/permiabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial, perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2, pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke
dalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan menembus dan saling mengikat
hemoglobin)
3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan
dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma.
Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin
(30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada
dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung
(kardiac output), kondisi pembuluh darah, latihan, perbandingan sel darah
dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI
1. Saraf otonom
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
baik oleh saraf simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi sedangkan untuk
parasimpatis dapat mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokonstriksi).
2. Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk derivat catecholamine dapat melebarkan saluran
pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak
belladona, dapat melebarkan saluran nafas, sedangkan obat yang menghambat
adrenerik tipe beta, seperti obat yang tergolong penyakat beeta nonselektif dapat
mempersempit saluran nafas.
3. Alergi pada saluran pernafasan
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu, bulu binatang,
serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dll. Faktor-faktor ini menyebabkan
bersin bila terdapat rangsangan dari daerah nasal; batuk bila disaluran
pernafasan bagian atas; bronkhokontriksi pada asma bronkhiale dan rinitis bila
terdapat disaluran pernafasan bagian bawah.
4. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi,
karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia pekembangan. Hal ini
dapat terlihat pada bayi prematur, yaitu adanya kecenderungan kekurangan
pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan organ juga
berkembang seiring bertambahnya usia.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor
alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan
adaptasi.
6. Perilaku
Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen adalah perilaku
dalam mengkonsumsi makanan, obesitas dapat mempengaruhi perkembangan
paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigen,
merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dll.
E. JENIS PERNAFASAN
1. Pernafasan eksternal
Pernafasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari
tubuh. Proses pernafasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan
mulut pada waktu bernafas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan brokial
ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membran yang akan diikat oleh Hb dan
dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh
tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100mmHg.
Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolisme menembus membran
kapiler alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli dan melalui trakea dikeluarkan
melalui hidung atau mulut.
2. Pernafasan internal
Pernafasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme
tubuh, atau proses pernafasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan
Hbnya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan
bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah
menerima sebagai gantinya, dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa
buangannya.
F. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen
dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya sianosis. Secara umum, terjadinya
hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari
alveoli ke dalam darah, menurunnya difusi jaringan, atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
2. Perubahan pola pernafasan
a. Tachypnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari
24x/mnt. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau
terjadi emboli.
b. Bradypnea, merupakan pola pernafasan yang lambat dan kurang dari
10x/mnt. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan
intrakanial yang disertai narkotik atau sedatif.
c. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan
jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Proses
ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, nafas pendek, adanya
nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2, dll. Keadaan demikian dapat
disebabkan oleh adanya infeksi, keseimbangan asam basa atau gangguan
psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu
berkurangnya CO2 tubuh didalam batas normal, sehingga rangsangan
terhadap pusat pernafasan menurun.
d. Kusmaul, merupakan pola pernafsan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya
penggunaan oksigen yang ditandai adanya nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan
tahanan jaringan paru dan thorak, serta penurunan compliance paru dan
torak. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO2
dalam tubuh sehingga pCO2 meningkat dan mengakibatkan depresi sumsum
saraf pusat.
f. Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernafasan. Hal ini
dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini dering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongesti paru
h. Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
naik, turun, terhenti kemudian kembali dari siklus baru.
i. Pernafasan paradoksial, merupakan pernafasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering
ditemukan pada keadaan atelektasis.
j. Biot, merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes,
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan
selaput otak, tekanan intrakranial meningkat, trauma kepala,dll.
k. Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi jarena penyempitan pada
saluran pernafasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasme
trakea atau obstruksi laring.
3. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang
kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan
batuk tidak efekrif karena penyakit persyarafan seperti cerebro vascular accident
(CVA), efek pengobatan sedatif, dll.
4. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida antara alveoli dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi
susunan saraf pusat, atau penyakit radang paru. Terjadinya gangguan
pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi menurun, penebalan membran
alveolar kapiler, terganggunya angkutan oksigen dari paru ke jaringan akibat
rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan CO2 dan terganggunya
aliran darah.
Tanda klinis dispneu pada usaha nafas, nafas dengan bibir pada ekspirasi yang
panjang, agitasi, lelah, letargi, meningkatnya tahanan vaskular paru,
menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pCO2 dan sianosis.
G. TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
Atmosfer menyediakan 21% oksigen dari udara yang kita hirup. Jika seseorang
tanpa sakit atau cedera jumlah ini sudah cukup untuk menyokong fungsi normal
kehidupan. Namun, pasien sakit atau cedera seringkali membutuhkan suplementasi
oksigen. Kondisi yang memerlukan oksigen seperti henti jantung atau henti nafas;
setiap penderita trauma berat; setiap nyeri precordial; gangguan paru seperti asma;
gangguan jantung seperti decompensasi cordis; penyakit syok; dan penderita
stroke.
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
oksigen ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanul,
nasal dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah
terjadinya hipoksia.
1. Kanul Nasal
Kanula nasal merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman. Kedua kanula
dengan panjang sekitar 1,5cm muncul dari bagian tengah selang sekali pakai
dan diinsersi ke dalam hidung. Oksigen diberikan melalui kanula dengan
kecepatan 6liter/menit. Kecepatan aliran lebih dari 4liter/menit jarang digunakan
karena dapat menyebabkan mukosa kering. Bahaya: iritasi lambung,
pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus, epitaksis.
2. Kateter Nasal
Kateter nasal jarang digunakan daripada kanula nasal. Prosedur pemasangan
kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai nasofaring.
Karena fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus
diganti minimal setiap 8jam dan dinsersi kedalam nostril lain. Bahaya: iritasi
lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan distensi lambung,
epitaksis.
3. Masker Nasal
Masker ini dirancang supaya dapat benar-benar pas terpasang menutupi mulut
dan hidung serta difiksasi dengan menggunakan tali pengikat. Ada dua jenis
utama masker oksigen yaitu konsentrasi tinggi dan rendah. Bahaya: Terjadi
aspirasi bila muntah,, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat
Masker wajah sederhana digunakan untuk terapi oksigen jangka pendek. Masker
ini dipasang longgar dan memberikan konsentrasi oksigen 30%-60%. Masker ini
kontraindikasi bagi klien yang mengalami retensi karbondioksida karena akan
memperburuk retensi.
Masker wajah plastik yang berreservoir dan masker venturi mampu memberi
konsentrasi lebih tinggi. Apabila digunakan sebagai masker wajah pada klien
yang tidak mampu bernafas kembali, masker wajah plastik yang bereservoir
dapat menghantarkan oksigen 80-90% dengan kecepatan aliran 10liter/menit.
Masker oksigen ini mempertahankan suplai oksigen dengan konsentrsi tinggi
dikantong reservoir.
Tabel . Konsentrasi Oksigen Menurut Cara Pemberian
Cara Pemberian Konsentrasi
Udara bebas 21%
Canul hidung dengan oksigen 2ltr/m 24%
Canul hidung dengan oksigen 6ltr/m 44%
Face mask (rebreathing dengan 6-10ltr/m) 35-60%
Non rebreathing mask dengan 8-12ltr/m 80-90%

Pernafasan buatan atau arterificial ventilitation


Bila diperlukan maka pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :
1. Mouth to mouth ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya terinfeksi (terutama
hepatitis/HIV) karena itu harus selalu memakai barrier device (alat perantara)
yang terbuat dari plastik yang dapat ditempatkan antara mulut penderita dan
mulut penolong. Alat ini mempunyai katup yang mencegah gas maupun
cairan masuk mulut penolong.
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen yang hanya 18%
(konsenrasi udara pada saat ekspirasi) jumlah ventilasi yang diberikan sesuai
dengan umur.
Tabel . Frekuensi ventilasi buatan
Dewasa 10-12x/menit
Anak 20x/menit
Bayi 20x/menit

2. Bag valve-mask ventilation (BVM)


Pada cara ini udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face
mask. Bila dipasang saluran oksigen pada sisi face mask, maka konsentrasi
oksigen dapat mencapai 55%.
3. Flow-restricted oxygen-powered device (FROP)
Pada ambulan dikenal sebagai “oxyviva”. Alat ini secara otomatis akan
memebrikan oksigen sesuai ukuran aliran yang diinginkan. Alat ini tidak
dipakai pada anak-anak.
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. SISTEM YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai
pengatur air, pengatur garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basah
dan eksekresi bahan buangan atau berlebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal, yaitu gromerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap 1liter
darah mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui tubulus renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata
1ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi
oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan
cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan
panas lainnya dengan konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh) dan
konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian
saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah
air yang dapat dilepaskan, ±0,5liter/hari. Rangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan, dan kondisi
tubuh yang panas.
3. Paru-paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible
water loss ±400ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernafas.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam
kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200ml/hari.
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, prostaglandin,
glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.
5. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsopsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipofisis anterior dihipotalamus, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel
6. Aldosteron
Hormon ini berfungsi sebagai absropsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal ditubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
7. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfungsi merespon radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi uterus,
serta mengatur pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
8. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
meyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
9. Mekanisme rasa haus
Mekanisme rasa haus diatur dalam rangkah memenuhi kebutuhan cairan dengan
cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi
angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
B. DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda yaitu cairan
ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS).
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstitial dan cairan intravaskular. Cairan
interstitial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Cairan intravaskular terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna dan darah.
Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan elektrolit serta untuk
metabolisme.
Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel
mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan sebuah unsur atau
senyawa yang jika melebur didalam air atau pelarut lain akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik. Mineral merupakan unsur semua jaringan dan
caiaran tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Sel
merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup.
C. CARA PERPINDAHAN CAIRAN TUBUH
1. Difusi
Difusi adalah proses ketika materi padat, partikel, seperti gula didalam cairan,
berpindah dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah,
sehingga distribusi partikel didalam cairan menjadi rata atau partikel akan
melewati membran sel yang permeabel terhadap substansi tersebut.
Konsentrasi Tinggi Konsentransi rendah
2. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran
semipermiabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solut
rendah ke larutan yang memiliki solut tinggi. Membran tersebut permiabel
terhadap zat pelarut, tetapi tidak permiabel terhadap solut (zat terlarut).
Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solut didalam larutan, suhu
larutan, muatan listrik solut dan perbedaan antara tekanan osmosis yang
dikeluarkan oleh larutan. Konsentrasi larutan diukur dengan osmol, yang
mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion, atau
keduanya.
Tekanan osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan
kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul didalam larutan. Suatu larutan
yang dengan konsentrasi solut yang tinggi memiliki tekanan osmotik yang tinggi
sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut, begitupun
sebaliknya.

Konsentrasi tinggi Konsentrasi rendah


3. Transport aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk
menggerakan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini
memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain
itu, sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi.
4. Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut
secara bersamaan sebagai respons terhadap adanya tekanan cairan.
D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan
tubuh. Kategori prosentase cairan tubuh berdasarkan umur : BBL 75% dari total
berat badan, pria dewasa 75%, wanita dewasa 55% dan dewasa tua 45% dari
total berat badan. Prosentase ini bervariasi tergantung dari usia, lemak dalam
tubuh dan jenis kelamin.
Tabel . kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan
Kebutuhan air
Umur Jumlah air dalam Ml/kg bb
24jam
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
2. Kebutuhan elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme, seperti CO2 yang semuanya disebut ion.
Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektolit, contoh
NaCl akan dipecah menjadi ion Na dan Cl. Perpecahan elektrolit tersebut
merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion negatif disebut anion
contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat; sedangkan ion yang positif disebut
kation contohnya natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
E. PENGATURAN VOLUME CAIRAN TUBUH
1. Asupan cairan
Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat
pengendalian rasa haus berada didalam hipotalamus. Stimulus fisiologis utama
terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan
penurunan volume darah. Asupan/intake cairan untuk kondisi normal pada orang
dewasa adalah ±2500cc/hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau
dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini
menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka
mengatur keseimbangan cairan dimana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung menurun menyebabkan penurunan tekanan
darah.
Peningkatan
osmolaritas plasma Penurunan
volume
plasma

Pusat rasa haus


Angiotensin II Hilangnya
kalium

Keringnya Faktor-faktor
membran mukosa psikologis
faring

Gambar . Mekanisme rasa haus


2. Pengeluaran cairan
Pengeluaran/output cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300cc. jumlah air yang
paling banyak keluar berasal dari eksekresi ginjal, berupa urine sebnyak
±1500cc/hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan banyaknya
asupan air melalui mulut. Asupan air melalui dan pengeluaran air melalui
ginjalmudah diukur dansering dilakukan dalam praktik klinis. Pengeluaran cairan
dapat pula melalui kulit berupa keringat dan saluran pencernaan berupa faeces.
Pengeluaran cairan juga ada yang susah diukur seperti luka bakar. Pasien
dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan
dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernafasan, demam, keringat, diare dan muntah.
F. MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN
1. Hipovolume/dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekeurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan
cairan interstitial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan
ini terjadi pada pasien diareh atau muntah. Ada tiga macam kekurangan volume
cairan eksternal, yaitu :
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit
secara seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada
elektrolit
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih elektrolit daripada air.
Macam-macam dehidrasi berdasarkan derajatnya :
a. Dehidrasi berat, dengan ciri :
1) Pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6liter
2) Serum natrium mencapai 159-166mEq/ltr
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria
6) Nadi dan pernafasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai >10%BB
b. Dehidrasi sedang, dengan ciri :
1) Kehilangan cairan 2-4liter atau 5-10%
2) Serum natrium mencapai 152-168mEq/ltr
3) Mata cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau
1,5-2liter
2. Hipervolume/overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstitial). Normalnya cairan interstitial tidak terikat oleh air, tetapi elastis dan
hanya terdapat diantara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan
pitting edema, yang merupakan edema yang berada pada darah perifer atau
akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan
karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam
jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan menekan jari.
Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan vaskular dapat
meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstitial, sehingga dapat menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat
didalam tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan
hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat
mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum,
dispnea, batuk dan suara ronki. Keadaan edema ini disebabkan karena gagal
jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru
dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
G. MASALAH KEBUTUHAN ELEKTROLIT
1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma
sebanyak <135mEq/ltr, rasa haus berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi,
konvulsi, dan membran mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya
cairan tubuh secara berlebihan, misalnya ketika tubuh mengalami diare yang
berkepanjangan.
2. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anusia, turgor kulit
burukdan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan
kemerahan, konvulsi, suhu naik, serta kadar natrium dalam plasma >145mEq/ltr.
Kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang
berlebihan sementara asupan garam sedikit.
3. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada
pasien yang mengalami diare berkepanjangan ditandai dengan nadi lemah,
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung,
lemah dan lunak otot tubuh, tidak beraturan denyut jantung, penurunan bising
usus, dan turunnya kadar kalium plasma hingga <3,5mEq/ltr.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah
tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik,
pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan
adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia kelemahan, sedikit
jumlah urine dan diare, adanya kecemasan dan iritabilitas, serta kadar kalium
dalam plasma mencapai >5mEq/ltr.
5. Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar
kalsium dalam plasma <4,3mEq/ltr, dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut
yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok, serta
kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah
yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada
tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam
plasma mencapai >4,3mEq/ltr
7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi,
hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah mencapai
<1,3mEq/ltr.
8. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan suatu keadaan kelebihan magnesium dalam darah
ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan dan kadar magnesium
mencapai >2,5mEq/ltr.
H. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN NORMAL CAIRAN,
ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
1. Usia
Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Ditemukan perbedaan
yang besar pada bayi dan lansia dari hasil observasi. Perubahan cairan dan
elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perubahan perkembangan
seseorang. Total proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar dari pada total
proporsi air dalam tubuh anak sekolah, remaja atau dewasa. Namun, bayi tidak
terlindung dari kehilangan cairan (misal diare) karena mereka setiap hari
mengkonsumsi dan mengsekresi air dalam jumlah relatif besar dari pada
dewasa. Seringkali respon anak terhadap penyakit adalah demam dengan suhu
yang tinggi dengan waktu yang lebih lama dari orang dewasa. Pada usia
berapapun, demam dimasa kanak-kanak dapat meningkatkan kecepatan
kehilangan air yang tidak dirasakan.
Pada masa remaja, perubahan utama dalam proses anatomis dan fisiologis
berlangsung dengan cepat. Peningkatan kecepatan pertumbuhan akan
meningkatkan proses metabolik dan akibatnya sejumlah air dihasilkan sebagai
produk akhir metabolisme. Resiko klien lansia untuk mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mungkin berhubungan dekat dengan
penurunan fungsi ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urine.
2. Ukuran tubuh
Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam tubuh.
Lemak tidak mengandung air, karena itu klien yang gemuk memiliki proporsi air
tubuh yang lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak lemak diperut dan paha
mereka dari pada pria sehingga jumlah total air tubuh pada wanita lebih kecil
daripada pria walaupun usia mereka sama.
3. Temperatur lingkungan
Tubuh berespon terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan, dalam bentuk
perubahan cairan. Tubuh meningkatkan vasodilatasi perifer, yang
memungkinkan lebih banyak darah memasuki permukaan tubuh yang sudah
menjadi dingin. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan tubuh tetapi
bertujuan untuk mendinginkan darah perifer untuk mengurangi suhu tubuh.
Tubuh juga meningkatkan curah jantung dan frekuensi denyut nadi. Setiap
respon ini dapat mempengaruhi seluruh keseimbangan cairan dan elektrolit.
Karena volume keluarnya air keringat bervariasi, dehidrasi dapat terjadi tanpa
adanya penggantian cairan yang adekuat. Namun, normalnya mekanisme rasa
haus akan menstimulasi pergantian tersebut.
4. Gaya Hidup
Asupan diet cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium dan karbohdrat yang
penting, lemak serta protein membantu tubuh mempertahankan status cairan,
elektrolit, dan asam basa. Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh berupaya
untuk mempertahankan cadangan protein dengan memecah glikogen dan lemak.
Apabila kelebihan asam lemak bebas dilepaskan, dapat terjadi asidosis
metabolik karena air mengubah asam lemak bebas menjadi keton.
Stress dapat meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid, menyebabkan
retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan sekresi ADH akan
menurunkan volume cairan. Akibatnya curah jantung, tekanan darah, dan perfusi
ke organ-organ utama meningkat.
Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan cairan melalui keringat. Klien
yang melakukan olahraga dapat merespon terhadap mekanisme rasa haus dan
elektrolit dengan meningkatkan asupan cairan.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien dengan masalah kebutuhan
cairan adalah pemberian cairan secara enteral yaitu melalui oral dan selang dan
secara parenteral yaitu nutrisi parenteral total, terapi cairan dan elektrolit intravena
serta penggantian darah.
1. Menghitung Tetesan Infus
a. Pengertian
Menghitung kecepatan cairan infus untuk mencegah ketidaktepatan
pemberian cairan.
b. Tujuan
1) Mencegah terjadinya kolaps kardio vaskuler & sirkulasi pada
pasien dehidrasi dan syok.
2) Mencegah kelebihan cairan
c. Rumus
1) Mililiter/jam
Cc/jam = Jumlah total cairan infus (cc)
Lama waktu peninfusan (jam)
2) Tetes/menit
Tetes/menit = Jumlah total cairan infus X faktor tetesan
Lama waktu penginfusan (menit)
Ket :
- Tetesan mikro : 1cc = 60 tetes
- Tetesan makro : 1cc = 15 tetes atau 20 tetes

2. Menghitung Intake dan Output


a. Pengertian
Suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake)
dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output)
b. Tujuan
1) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
2) Menentukan tingkat dehidrasi
c. Pelaksanaan
1) Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari
air minum, air dari makanan, air oksidasi, cairan intravena, dll.
2) Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien terdiri dari urien,
insesible water loss, faeces, muntah, dll.
3) Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus :

Keseimbangan cairan = Intake - output

d. Insesible Water Loss (IWL)


1) Dewasa : 15cc/kg Bb/hr
2) Anak : (30-usia dlm tahun cc /kg BB/hr
3) Jika ada kenaikan : IWL + 200 (suhu badan sekarang-36,8C)
e. Air Metabolisme
1) Dewasa : 5 ml/kg BB/hr
2) Anak :
- 12-14 thn = 5-6ml/kg Bb/hr
- 7-11 thn = 6-7ml/kg BB/hr
- 5-7 thn = 8-8,5 ml/ kg BB/hr
- Balita = 8 ml/kg BB/hr

Contoh :
1. Tn.Binto usia 60tahun dirawat diRSUD Pemalang, diagnosa medis stroke, KU :
lemah, BB 50kg terpasang infus selama 24jam habis 1500ml, injeksi transamin
2x1ampul(1ampul@5cc), terpasang NGT=150ccx5/hari, dower cateter = 1500cc
selama 24jam, faeces 120cc/hr, suhu badan 37,5C. Hitung keseimbangan cairan
Tn.B!!

2. Ny.Nia dengan cedera kepala berat tidak sadar usia 50tahun, KU : lemah, BB 55kg,
terpasang infus 500ml habis 8jam, injeksi cefrotaksin 2x1gr/hari, NGT 100ccx5/hari,
dower cateter selama 24jam 1400cc, suhu 36,5C, feces 100ml.
Hitung berapa tetes/menit cairan infus yang terpasang dan bagaimana
keseimbangan cairan Ny.Nia?
KEBUTUHAN NUTRISI
A. PENGERTIAN NUTRISI DAN NUTRIEN
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Nutrien merupakan zat gizi yang terdapat pada makanan
B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan. Didalam mulut, makanan
mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan
dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan
memecahkan amilium menjadi maltosa.
Proses menguyah ini merupakan koordinasi antar lidah, gigi dan otot menguyah.
Didalam mulut juga terdapat kelenjat saliva yang menghasilkan saliva untuk
proses pencernaan dengan cara mencernah hidrat arang, khususnya amilase,
melicinkan lobus sehingga mudah ditelan, menetralkan serta mengencerkan
lobus.
Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor mekanis ( seperti adanya benda lobus dalam mulut ), faktor psikis ( seperti
bila mencium atau mengingat makanan yang enak ), dan faktor kimiawi ( seperti
bila makanan terasa asam atau asin ).
2. Faring dan esofagus
Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki
otot dengan panjang kurang lebih 20-25 sentimeter dan terletak di belakang
trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus
diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung
dengan lambung.
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring
menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan
panjang kurang lebih dua sentimeter dengan kedua ujungnya dilindungi oleh
sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila
ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah
gerakan balik sisi ke organ bagian atas, yaitu esofagus. Proses penghantaran
makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan
makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.
3. Lambung
Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan
pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk
menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai
pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat
bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah
mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi pepton,
amilase memecah amilum menjadi maltosa, lipase memecah lemak menjadi
asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsik
yang memungkinkan absorpsi vitamin B 12, yaitu di ileum, dan mensekresi mukus
yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam,
kemudian bercampur dengan getah lambung ( cairan asam bening tak
berwarna ) yang mengandung 0,4% HCl untuk mengasamkan semua makanan
serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat
beberapa enzim, di antaranya pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi
mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut dan renin, berfungsi
membekukan susu atau membentuk kasein dari kasinogen yang dapat larut.
4. Usus Halus
Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih
25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m, dan illeum dengan panjang
kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus
mengandung berjuta-juta vili, kira-kira sebanyak 4-5 juta, yang membentuk
mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap villi terdapat tonjolan yang
menyerupai jari-jari, yang disebut mikrovili. Villi bersama-sama dengan mikrovilli
dan valvula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi
serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi
lebih banyak terjadi.
Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan
limfe yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Di dalam illeum, nodula ini membentuk tumpukan kelenjar yang terdiri
atas 20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chime
dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus
halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan
bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam
folat.
5. Usus besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus
halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat
lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon
terbagi atas asenden, transversum, desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum
yang panjangnya kira-kira10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus
dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan
tajam di abdomen atas bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang tempat
kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri
disebut fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air ( kurang lebih 90% ),
elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air kurang lebih 5000
cc/hari. Flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis
vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

C. MACAM-MACAM NUTRIEN
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan penghasil utama energi. Penyerapan karbohidart yang
dikonsumsi masih dapat ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida,
disakarida, dan mono sakarida. Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat
mudah larut dalam air sehingga dapat diserap lewat dinding usus mengikuti
hukum difusi osmose dan tidak memerlukan tenaga secara langsung memasuki
pembuluh darah (penyerapan pasif).
2. Lemak
Penyerapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah menjadi gliserol
asam lemak. Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang teremulsi
ini mampu diserap melewati dinding usus halus. Penyerapan membutuhkan
tenaga, dan tidak semua lemak dapat diserap, maka penyerapan lemak
dikatakan dengan cara aktif selektif.
3. Protein
Protein diubah menjadi albuminosa dan pepton oleh enzim pepsin dilambung.
Tripsin dalam usus 12jari mengubah sisa protein yang belum sempurna, dalam
usus halus albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin
menjadi asam-asam amino yang siap untuk diserap secara pasif.
4. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu
sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, mineral diserap
dengan mudah mellaui dinding usus halus secara difusi pasif maupun transpor
aktif
5. Vitamin
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul-molekul yang
lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin
dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi sistem transport aktif sangat penting
untuk memastikan pemasukan yang cukup.
6. Air
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Asupan air secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk
bertahan hidup dibandingkan dengan pemasukan nutrisi lain.
D. MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
1. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak puasa atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan
nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis : BB 10-20% dibawah normal; TB dibawah ideal; lingkar kulit trisep
lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar; adanya kelemahan dan nyeri
tekan pada otot; adanya penurunan albumin serum; adanya penurunan
transferin.
Kemungkinan penyebab : meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna kalori akibat penyakit infeksi/kanker; disfagia akibat adanya kelainan
persarafan; penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa; nafsu makan menurun.
2. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi meruapakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis : BB >10% berat ideal; obesitas; lipatan kulit trisep lebih dari 15mm
pada pria dan 25mm pada wanita; adanya jumlah asupan yang berlebihan;
aktivitas menurun/monoton. Kemungkinan penyebab : perubahan pola makan
dan penurunan fungsi pengecapan serta penciuman.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai >20%
berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme
karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan.
4. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan
rendah dengan asupan makanan cukup atau asupan kurang dari kebutuhan
tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
mukosa, konjungtiva, dll.
5. Anorexia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat banada secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan,
nyeri abdomen, kedinginan, letargi dan kelebihan energi.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan nutrisi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Contoh tempe yang merupakan sumber
protein tinggi, tidak dijadikan bahan makanan yang layak dimakan karena
masyarakat mengangap bahwa mengkonsumsi tempe dapat merendahkan
derajat mereka.
3. Kebiasaan
Adanya kebasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat mempengaruhi status gizi. Contoh gadis remaja tidak boleh makan
pisang dan pepaya, atau anak kecil dilarang makan ikan laut.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya nilai gizi
pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Contoh
junkfood, baso, dll. Makanan ini dapat berdampak buruk bila dikonsumsi terlalu
sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi seseorang karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, masyarakat dengan kondisi ekonomi yang tinggi biasanya mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarga dibandingkan masyarkat yang ekonomi rendah.
F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien yang mempunyai masalah
dalam kebutuhan nutrisi antara lain adalah pemberian nutrisi melalui oral dan pipa
lambung/naso gastro tube (NGT) serta pemberian nutrisi melalui parenteral.
KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI DAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
A. PENGERTIAN PERAWATAN DIRI
Perawatan diri (personal hygien) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Cara
perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan dan kesehatan. Pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan sendiri, pada orang sakit memerlukan perawat/bidan untuk melakukan
praktik keperawatan yang rutin.
B. TUJUAN PERAWATAN DIRI
1. Mempertahankan kebersihan diri.
2. Melatih hidup sehat dan bersih.
3. Mencegah penyakit.
4. Meningkatkan rasa nyaman.
C. JENIS PERAWATAN DIRI
1. Perawatan dini hari
Perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan
tindakan seperti perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine dan
feces), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan
makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka,
cuci tangan dan menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan pagi hari
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan
perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB & BAK), mandi, keramas, perawatan kulit, melakukan pemijatan
pada punggung, membersihkan kuku serta merapikan tempat tidur
3. Perawatan siang hari
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukam berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang, seperti mencuci muka
dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur dan melakukan
pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
4. Perawatan menjelang tidur
Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur
atau istirahat dengan tenang, seperti pemenuhan kebutuhan eliminasi, mencuci
tangan dan muka, membersihkan mulut dan memijat daerah punggung
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK KEBERSIHAN
1. Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya kebersihan pada
orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan kebersihan. Jika seseorang klien rapi
maka perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan
perawatan dan konsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang
bagaimana memberikan perawatan kebersihan. Klien yang tidak rapih
membutuhkan pendidikan tentang kebersihan. Karena citra tubuh klien dapat
berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat
suatu usaha ekstra untuk meningkatkan kebersihan.
2. Praktik sosial
Kelompok sosial dapat mempengaruhi praktik kebersihan seseorang. Selama
masa kanan-kanan, anak-anak mendapatkan praktik kebersihan dari orang tua
mereka, kebiasan keluarga, jumlah orang dirumah merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi perawatan kebersihan. Remaja dapat menjadi lebih
perhatian pada kebersihan karena ketertarikan dengan lawan jenis, lansia dapat
berubah dikarenakan situasi kehidupan.
3. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan yang penting seperti sabun, pasta gigi, sampo, handuk, dll.
Perawat juga harus menentukan bagaimana dari kebiasaan sosial yang
dipraktikkan oleh kelompok sosial klien.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik kebersihan, klien juga harus termotivasi untuk memelihara
perawatan diri. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan
menguntungkan dalam mengurangi resiko kesehatan dapat memotivasi
seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
5. Variabel budaya
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygien. Orang dari latar belakng budaya yang beda mengikuti praktik perawtan
diri yang berbeda. Dalam merawat klien dengan praktik kebersihan yang
berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk
menentukan standar kebersihan.
6. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur,
dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda menurut
pilihan dan kebutuhan pribadi.
7. Kondisi fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi seringkali
kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygien pribadi.
Seorang klien yang menggunakan gips pada tangannya membutuhkan bantuan
untuk mandi lengkap
E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PERAWATAN DIRI
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan untuk pemenuhan kebutuhan perawatn
diri pada klien antara lain yaitu, perawatan kulit, memandikan pasien ditempat tidur,
perawatan kuku dan kaki, perawatan rambut, perawatan mulut dan gigi, dan
perawatan alat kelamin. Asuhan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan
kebersihan lingkungan pasien yang dapat dilakukan adalah menyiapkan tempat tidur
dan menjaga kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur
diharapkan pasien dapat tidur dengan nyaman sehingga dapat membantu proses
penyembuhan.
KEBUTUHAN AKTIVITAS
A. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN AKTIVITAS
1. Tulang
Fungsi tulang antara lain, yaitu membentuk rangka dan tempat melekatnya
berbagai otot, tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor,
tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah dan sebagai pelindung
organ-organ dalam.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang
melekat dengan sangat kuat pada insersinya ditulang. Terputusnya tendon akan
mengakibatkan kontraksi otot tidak dapat menggerakkan organ ditempat insersi
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan
agar dapat berfungsi kembali
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika
terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Setiap saraf
memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi sensorik
dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti fraktur tulang
belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan
sistem saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang insersi.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat pertemuan ujung dua tulang atau lebih. Sendi
membuat segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar
segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang.
B. KEBUTUHAN MOBILITAS
1. Pengertian mobilitas
Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
2. Jenis mobilitas
a. Mobilitas penuh, kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari.
b. Mobilitas sebagian, kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada daerah tubuhnya. Mobilitas
sebagian ini dibagi dua, yaitu :
1) mobilitas sebagian temporer, kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Contoh adanya dislokasi sendi dan
tulang
2) Mobilitas sebagian permanen, kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Contoh paraplegi karena cedera
tulang belakang.
3. Faktor yang mempengaruhi mobilitas
a. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan hidup
sehari-hari
b. Proses penyakit/cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Contoh fraktur femur.
c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat dipengaruhi oleh kebudayaan.
Contoh orang yang biasa jalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang
kuat.
d. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat
melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan pekembangan usia
C. KEBUTUHAN IMOBILITAS
1. Pengertian imobilitas
Imobilitas merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
2. Jenis imobilitas
a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terganggu komplikasi pergerakan, seperti pada pasien
dengan hemiplagia yang tidak mampu mempertahankan tekanan didaerah
paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat penyakit
c. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Contoh keadaan stress berat dapat disebabkan karena
bedah amputasi.
d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial
D. PENGATURAN POSISI TUBUH SESUAI KEBUTUHAN PASIEN
1. Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien.

2. Posisi Sim/Semi Pronasi


Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus.

3. Posisi Pronasi (Telungkup)


Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.Tujuannya adalah untuk memberikan ekstensi penuh pada
persendian pinggul dan lutut, mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul
dan lutut, dan memberikan drainase pada mulut.
4. Posisi Trendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari kaki. Posisi ini untuk melancarkan peredaran darah ke otak

5. Posisi Dorsal recumber


Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi diatas
tempat tidur. Posisi ini untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada
proses persalinan.

6. Posisi Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia
pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.
7. Posisi Genu Pectoral/Knee Chest
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
daerah rektum dan sigmoid.

8. Posisi Supinasi (Terlentang)


Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala
dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal. Tujuannya adalah untuk klien post
operasi dengan menggunakan anastesi spinal dan untuk mengatasi masalah yang
timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.

9. Lateral (Side Lying) Position


Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping. Tujuannya adalah untuk mengurangi
lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik, baik untuk posisi tidur
dan istirahat, dan membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

10. Posisi Orthopnea

Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di
bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed. Tujuan adalah untuk
membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang
maksimal dan membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi.

E. KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH DAN AMBULASI


Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf
untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh dan ambulasi
merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam menggerakkan dan
mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.
Tindakan keperawatan untuk latihan ambulasi pada pasien adalah duduk diatas
tempat tidur, turun dan berdiri, membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari
tempat tidur ke kursi roda atau sebaliknya.
KEBUTUHAN ELIMINASI
A. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM ELIMINASI URINE
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal, terdiri atas ginjal kanan dan kiri. Ginjal
berperan sebagai pengatur komposisi dari volume cairan dalam tubuh serta
penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urin sebagai zat sisa yang tidak
diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat yang
dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron yang merupakan unit
dari struktur ginjal. Melalui nefron urine disalurkan ke dalam pelvis ginjal,
kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
2. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus,
berfungsi menampung urin. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan
jaringan otot yang paling dalam, memanjang ditengah, dan melingkar yang
disebut destrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi.
Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk
lingkaran bagian dalam berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan
uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar
tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot
lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot
lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine
tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan
rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian
dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot
destrusor dan kendurnya sfinter.
3. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar.
Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria,
uretra digunakan sebagai tempat penyaluran urine dan sistem reproduksi,
sedangkan pada wanita hanya sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar
tubuh.
Saluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus uretra
hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa
melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini, pada keadaan patologis,
yang terus menerus akan menjadikan media yang baik untuk pertumbuhan
beberapa patogen.
B. PROSES BERKEMIH
Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria. Proses ini dimulai dengan
terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik
dalam dinding vesika urinaria. Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf
bila berisi ±250-450cc pada orang dewasa dan ±200-250cc pada anak-anak.
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol
berkemih yang terdapat dikorteks serebral, kemudian otak memberikan impuls
melalui medula spinalis ke neuromotorik didaerah sakral, serta terjadi koneksi otot
destrusor dan relaksasi otot sfinter internal.
Komposisi urine : air (96%), larutan organik dan anorganik(4%).
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
1. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang
terbentuk. Selain itu, kopi juga dapat meningkatkan produksi urine.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan didalam vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran
vesika dan jumlah pengeluaran urine.
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam
kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.
4. Stress psikologis
Meningkatnya stress dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatkan sensitivitas untuk keinginan berkemih
dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfinter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi pola berkemih.
Hal ini dapat ditemukan pada anak-anak, yang memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil (BAK), namun dengan
bertambahnya usia, kemampuan untuk mengontrol BAK meningkat.
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti penyakit diabetus melitus dapat meningkatkan
pengeluaran urine.
8. Kebiasaan seseorang/sosial kultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur masyarakat yang melarang untuk BAK ditempat tertentu.
Seseorang memiliki kebiasan berkemih ditoilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih melalui urinal bila dalam keadaan sakit.
9. Tonus otot
Tonus otot memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
10. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat
menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian
obat anestesi.
11. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine.
Misalnya, pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan
pemberian obat antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi
urine.
D. MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya sehingga
menyebabkan distensi dari vesika urinaria.
Tanda klinis :
a. Ketidaknyamanan daerah pubis
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih
d. Sering berkemih saat vesika urinaria sedikit urine
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000ml dalam kandung kemih.
Penyebab :
a. Operasi didaerah aabdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b. Trauma sumsum tulang belakang
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfinter yang kuat
e. Sumbatan.
2. Inkontinensia urine
Inkontentinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sfinter eksterna
sementara atau menetap untuk mengontrol eksekresi urine. Secara umum,
penyebab inkontinensia adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat,
penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau sedatif. Inkotinensia
urine dibagi atas :
a. Inkontinensia dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang
kuat untuk berkemih.
Kemungkinan penyebab :
1) Penurunan kapasitas kandung kemih
2) Iritabilitas reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme
(infeksi saluran kemih)
3) Minum alkohol atau kafein
4) Peningkatan cairan
5) Distensi kandung kemih yang berlebihan
Tanda-tanda inkontinensia dorongan :
1) Sering miksi (>2jam sekali)
2) Spasme kandung kemih
b. Inkontinensia total
Inkotinensia total merupkan keadaan dimana seseorang mangalami
pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab :
1) Disfungsi neurologis
2) Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
3) Trauma tau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinalis
4) Fistula
5) Neuropati
Tanda-tanda inkontinensia total :
1) Akiran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
2) Tidak ada distensi kandung kemih
3) Nokturia
4) Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. Inkontinensia Stress
Inkontinensia stress merupakan keadaan seseoranga yang mengalami
kehilangan urine <50ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang
berhubungan dengan penuaan
2) Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
3) Distensi kandung kemih
4) Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontinensia stress :
1) adanya utine yang menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
2) Adanya dorongan berkemih
3) Sering miksi (>2jam sekali)
d. Inkontinensia refleks
Inkotensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
penegluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah
tertentu.Kemungkinan penyebab adalah kerusakan neurologis
Tanda tanda :
1) Tidak ada dorongan untuk berkemih
2) Merasakan bahwa kandung kemih kosong
3) Kontarksi atau spame kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur
e. Inkontinensia fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan dimana seseorang yang
mengalami pengeluaran urine tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab adalah kerusakan neurologis sedangkan tanda-
tandanya adalah adanya dorongan untuk berkemih dam kontraksi kandung
kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine.
3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang
diakibatkan tidak mampunya mengontrol sfinter eksterna. Enusis biasanya terjadi
pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab :
a. kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal
b. Anak-anak yang tidurnya brsuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun idur
untuk ke kamar mandi
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine
dalam jumlah besar
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatsi
kebiasaan tanpa dibantu untuk mendidiknya
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pedas
h. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
E. PERUBAHAN POLA ELIMINASI URINE
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaans seseorang yang mengalami
gangguan pada eliminasi urine yang disebabkan oleh multiple (obstruksi anatomis),
kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri
atas :
a. Frekuensi
Meningkatnya ferekuensi berkemih dikarenkan meningkatnya jumlah cairan yang
masuk. Ferekuensi yang tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan
oleh sisititis. Frekuensi yang tinggi juga dijumpai pada keadaan stress.
b. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mangalami
inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki
kemmapuan yang buruk dalam mengontrol sfinter eksterna dan perasaan segera
ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka.
c. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra
d. Poliuria
Poliuria merupakan kondisi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa
adanya peningkatan asuan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita
diabetes melllitus, defisiensi anti dieuritik hormon (ADH), dan penyakit ginjal
kronik.
e. Urinaria supresi
Urinaria supresi adalah terhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-
120ml/jam.
F. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM ELIMINASI ALVI
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi/ buang air besar
(BAB) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus
besar. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum, dan ilum yang berfungsi sebagai
tempat absropsi elektrolit dan kalsium. Usus besar ini dimulai dari rektum, kolon
hingga anus. Usus besar merupakan bagian bawah dari saluran pencernaan.
Batas antara usus besar dan halus adalah katup ileocaecal. Katup ini mencegah zat
yang masuk ke usus besar sebelum waktunya dan mencegah produk buangan
untuk kembali ke usus halus. Produk buangan yang masuk ke usus besar berupa
cairan. Setiap hari saluran anus menyerap 800-1000ml cairan. Penyerapan ini yang
menyebabkan feses mempunyai bentuk dan berwujud agak padat. Jika penyerapan
tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar sehingga faeses lunak dan
berair, tetapi jika terlalu lama didalam usus besar, maka akan terlalu banyak air
yang diserap sehingga feces menjadi kering dan keras. Kolon sigmoid mengandung
feces yang sudah siap untuk dibuang dan diteruskan kedalam rektum.
Gerakan peristaltik yang kuat dapat mendorong feces ke depan. Gerakan ini terjadi
1-4x dalam waktu 24jam. Proses perjalanan makanan dari mulut hingga rektum
membutuhkan waktu 12jam. Proses perjalanan makanan, khususnya pada daerah
kolon memiliki beberapa gerakan, yaitu haustal suffing atau gerakan mencampur zat
makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air; kontraksi haustal atau
gerakan mendorong zat makanan/air pada daerah kolon; gerakan peristaltik yaitu
gerakan maju ke anus.
G. PROSES DEFEKASI
Feces terdiri dari sisa makanan yang tidak dipakai tubuh dan berbagai macam
mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan cairan tubuh. Secara
umum terdapat dua macam refleks dalam membantu proses defekasi, yaitu refleks
defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan dalam rektum
sehingga distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik,
dan akhirnya feces sampai dianus, dimana proses defekasi terjadi saat sfinter
interna berelaksasi; refleks defekasi parasimpatis yang dimulai dari adanya feces
dalam rektum yang merangsang saraf rektum, kemudian ke spinal cord,
merangsang ke kolon desenden, ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan
peristaltik dan akhirnya terjadi proses defekasi saat sfinter interna berelaksasi.
H. MASALAH ELIMINASI ALVI
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
mengalami statis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau
keras atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
Tanda klinis :
a. Adanya feces yang keras
b. Defekasi kurang dari 3x/minggu
c. Menurunnya bising usus
d. Adanya keluhan pada rektum
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feces
Kemungkinan penyebab :
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera
serebrospinalis, CVA, dll.
b. Pola defekasi yang tidak teratur
c. Nyeri saat defekasi karena ada hemoroid
d. Menurunnya peristaltik karena stres psikologi
e. Proses penuaan/usia lanjut
2. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feces dalam bentuk cair. Diare sering disertai dengan
kejang usus,mungkin disertai rasa mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feces air
b. Frekuensi >3x/hari
c. Nyeri/kram abdomen
d. Bising usus meningkat
Kemungkinan penyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme
c. Efek tindakan pembedahan usus
d. Stress psikologi
3. Inkontinensia usus
Inkontinensa usus merupakan keadaaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan defekasi normal dengan pengeluaran feces tanpa disadari, atau
hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feces dan gas melalui
sfinter akibat kerusakan sfinter.
I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEFEKASI
1. Usia
Setiap tahap perkembangan memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang
berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam
BAB, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara
penuh dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat mempengaruhinya.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras
oleh karena proses absropsi kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan
proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi, sehingga proses pergerakan peristaltik pada daerah kolon
dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu kelancaran proses
defekasi.
5. Gaya hidup
Seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan BAB ditempat
bersih/toilet. Maka, ketika orang tersebut BAB ditempat yang terbuka/kotor, ia
mengalami kesusahan dalam proses defekasi.
6. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-
penyakit yang berhubungan langsung pada sistem pencernaan, seperti
gastroenteristis
7. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keinginan untuk
berdefekasi, seperti nyeri pada kasus hemoroid atau episiotomi.
8. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam
berdefekasi. Hal ini dapat berakibat oleh kerusakan pada tulang belakang atau
kerusakan saraf yang lain.
J. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN
ELIMINASI DAN ALVI
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien untuk mengatasi masalah
eliminasi urine dan alvi adalah menolong pasien BAK dengan menggunakan urinal,
kateterisasi, menolong pasien buang air besar dengan menggunakan pispot,
memberikan huknah rendah, huknah tinggi dan huknah gliserin.
C.TES FORMATIF
1. Memandikan Pasien
DAFTAR TILIK

MEMANDIKAN PASIEN

Penilaian

Aspek Yang Dinilai Tgl tgl tgl tgl


No

A. Persiapan Alat

2 kom berisi air , 2 waslap, 2 handuk, Sabun dan tempatnya, Bedak/ talk, Peralatan untuk
menggosok gigi, Pakaian bersih, Sisir, Perlak dan handuk kecil, Kertas kloset, Selimut mandi, Pot /
urinal, Tempat pakian kotor

B. Persiapan Pasien

1. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Menjelaskan tujuan

3. Menutup pintu dan jendela

C. Prosedur Tindakan

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

2. Memindahkan selimut dan bantal pasien dari tempat tidur, kemudian


memasang selimut mandi

3. Membantu pasien menyikat gigi

4. Menawarkan pasien untuk BAB/ BAK

5. Memberitahu pasien bahwa pakaian atas dilepas, kemudian bagian


yang terbuka tersebut ditutup dengan selimut mandi

Memandikan klien dengan urutan sebagai berikut :

6. Membersihkan muka :

 Perlak dan handuk kecil dibentangkan dibawah kepala


 Muka, telinga dan leher dibersihkan dengan waslap lembab,
kemudian jika pasien bersedia diberi sabun dengan
menggunakan waslap, bilas lalu dikeringkan dengan handuk.
 Gulung perlak dan handuk

7. Membersihkan lengan :

 Selimut mandi diturunkan ke bagian perut


 Kedua tangan klien dikeataskan, pasang handuk besar diatas
dada klien secara melintang, lebarkan ke kiri dan kekanan,
sehingga kedua tangan pasien dapat diletakkan diatas handuk
 Basahi tangan pasien dengan waslap air bersih, kemudian
disabun dengan menggunakan waslap. Kemudian bilas dengan
air hangat sampai bersih dan keringkan
 Lakukan pada sisi klien yang terjauh kemudian pada sisi yang
terdekat dengan petugas
8. Membersihkan dada dan perut :

 Pakaian bawah klien ditanggalkan dan selimut diturunkan


sampai perut bagian bawah
 Bagian tangan pasien di keataskan, handuk diangkat dan
dibentangkan pada sisi pasien
 Ketiak dada dan perut pasien dibasahi dengan waslap air bersih,
disabun dengan menggunakan waslap kemudian bilas dengan
air hangat sampai bersih dan keringkan
 Lakukan pada sisi pasien yang terjauh kemudian pada sisi yang
terdekat dengan petugas
9. Membersihkan punggung

 Pasien dimiringkan kekiri dan handuk dibentangkan dibawah


punggung sampai bokong
 Basahi punggung sampai bokong pasien dengan waslap air
bersih, kemudian disabun dengan menggunakan waslap,
kemudian bilas dengan air bersih dan keringkan
 Pasien dimiringkan ke kanan handuk dibentangkan dibawah
punggung sampai bokong
 Kemudian basahi punggung sampai bokong pasien dengan
waslap air bersih, kemudian disabun dengan menggunakan
waslap. Kemudian bilas dengan dengan air hangat sampai
bersih dan keringkan.
 Pasien ditelentangkan, pakaian atas yang bersih dipakaikan
dengan rapi. Bila pasien menghendaki talk, gosok badan pasien
dengan talk secukupnya.

10. Membersihkan paha dan kaki :



Kaki yang jauh dari petugas dikeluarkan dari selimut mandi dan
bentangkan handuk dibawah kaki tersebut dan lutut ditekuk
 Basahi pergelangan kaki sampai pangkal paha klien dengan
waslap air bersih, kemudian disabun dengan menggunakan
waslap, kemudian bilas dengan air hangat sampai bersih dan
keringkan
 Tealapak kaki dibasuh dengan air bersih dalam baskom, lalu
keringkan
 Lakukan juga pada kaki satunya lagi.
11. Membersihkan daerah lipat paha dan genital


Handuk dibentangkan dibawah bokong, selimut bagian bawah
dibuka
 Basahi daerah lipat paha dan genetalia klien dengan waslap air
bersih, kemudian disabun dan dibilas sampai bersih, kemudian
dikeringkan.
 Angkat handuk dari bawah bokong dan pakaikan pakaian
bagian bawah
12. Setelah rapi, selimut mandi pasein diganti dengan selimut tidur

13. Menyisir rambut

14. Posisi diatur senyaman mungkin, bantal pasien dipasang kembali

15 Membereskan peralatan

16 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

17. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

D. Sikap

1. Bersikap ramah, sopan dan benar

2. Hati – hati dan tidak tergesa – gesa

3. Menjaga privacy pasien

4. Memperhatikan kebersihan

Total Nilai : 4.8

Paraf Pembimbing
3. Verbeden dengan Pasien diatasnya
Penilaian

Aspek Yang Dinilai Tgl tgl tgl tgl


No

A. Persiapan Alat

 Alat tenun (linen) bersih disusun berdasarkan pemakaiannya : laken, stik laken, perlak,
sarung bantal, selimut. 
 Kursi atau bangku  
 Tempat kain kotor yang tertutup 
 Alat semprot yang berisi cairan desinfektan, contohnya clorin 5% 
 Lap kerja 2 buah
 Handscoon Bersih
B. Persiapan Pasien

1. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Menjelaskan tujuan

3. Menutup pintu dan jendela

C. Prosedur Tindakan

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

2. Meletakkan alat yang telah di siapkan ke dekat pasien 


3. Bersihkan rangka tempat tidur  
4. Letakkan selimut dan bantal pasien yang tidak perlu ke atas kursi (jika
tidak mengganggu pasien)  

5. Miringkan pasien ke satu sisi (bila perlu ganjal satu sisi supaya tidak
jatuh)  
6. Lepas alat tenun pada bagian yang kosong dari bawah kasur lalu
gulung satu persatu sampain dengan di bawah punggung pasien.
Gulung stik laken ke tengah tempat tidur sampai sejauh mungkin.
Bersihkan perlak dengan larutan desinfektan dan keringkan lalu gulung
ke tengah tempat tidur sejauh mungkin gulung laken atau sprei besar
ke tengah tempat tidur sejauh mungkin 
7. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab yang
disemprot larutan terralin, lalu lap kembali dengan lap kering  
8. Bentangkan sprei besar bersih kering dan gulung setengah bagian,
letakkan setengah gulungannya di bawah punggung pasien, ratakan
setengah bagian lagi kemudian pasangkan di bawah kasur  
9. Gulung perlak dan ratakan lagi  
10. Bentangkan stik laken bersih di atas perlak. Gulung setengah bagian

dan letakkan di bawah punggung pasien, ratakan setengah lagi di atas


perlak, lalu masukkan ke bawah kasur bersama dengan perlak.
11. Setelah selesai dan rapikan pada salah satu bagian, miringkan pasien

kearah yang berlawanan yang tadi telah di bersihkan (ganjal dengan


bantal supaya tidak jatuh) 
12. Lepas alat tenun yang kotor dari bawah kasur 

13. Angkat stik laken dan masukkan pada tempat kain kotor  

14. Bersihkan perlak kemudian di gulung ke tengah 

15 Lepas laken kotor kemudian letakkan pada tempat kain kotor  


16 Bersihkan alas tempat tidur dan kasur  
17 Pasang Perlak dan sprei sperti yang tadi
18 Buka gulungan laken dari bawah punggung pasien, tarik dan ratakan
setegang mungkin kemudian masukkan ke bawah kasur  
18 Lepas sarung bantal dan guling yang kotor, ratakan isinya kemudian
pasang sarung yang bersih
19 Susun bantal, lalu baringkan kembali pasien pada posisi yang nyaman 
20 Ganti selimut kotor dengan yang bersih 
21 Bereskan alat-alat dan kembalikan pada tempatnya 
D. Sikap

1. Bersikap ramah, sopan dan benar

2. Hati – hati dan tidak tergesa – gesa

3. Menjaga privacy pasien

4. Memperhatikan kebersihan

Total Nilai : 4.8

Paraf Pembimbing

Daftar Pustaka
Materi AJAR Teknik Dasar Keterampilan
Budiono, 2016 Konsep Dasar Keperawatan,. Jakarta Kementrian Dasar Kesehatan
Republik Indonesia

4. Body Mekanik Dan Posisi Anatomi


i. Body mekanik & posisi anatomi

Nama posisi Gambar Kegunaan


Sims

Semi fowler

Fowler

Lithotomi

Trendelenburg
Genupectoral
MATERI 2
Mata Kuliah : TKD 1 Waktu Pertemuan : 250 Menit
Kode Mata Kuliah : BD. 301 pertemuan : Ke 2 tgl 19/9/2019
SKS : 5 SKS (3T dan 2 P)
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Mata Kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa mampu menjelaskan
Prinsip pemeliharaan alat dan pencegahan Infeksi, dan melakukan simulasi
2. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami Prinsip pemeliharaan alat dan pencegahan Infeksi,
dan melakukan simulasi
3. Tujuan Intruksional
a. Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan “Prinsip pemeliharaan alat dan pencegahan Infeksi, dan
melakukan simulasi”
b. Khusus
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dan simulasi transmisi kuman dan Teknik Isolasi, Perlindungan
diri, Asepsis dan atisepsis, desinfeksi, srerilisasi.

B. PENYAJIAN
MATERI II
PENGENDALIAN INFEKSI
A. SIFAT INFEKSI
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius
terhadap sel atau jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika
patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada patogen berbiak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal.
1. Rantai Infeksi
Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Perkembangan infeksi
terjadi dalam siklus yang bergantian pada elemen-elemen berikut, yaitu : agent
infeksius, tempat, portal keluar dari tempat tumbuh tersebut, cara penularan,
portal masuk ke pejamu, dan pejamu yang rentan. Infeksi akan terjadi jika rantai
ini tetap berhubungan. Tenaga kesehatan menggunakan kewaspadaan dan
pengendalian infeksi untuk memutuskan rantai tersebut sehingga infeksi tidak
terjadi.

RESERVOIR

JALAN KELUAR
INANG KUMAN

JALAN MASUK JALUR PENYEBARAN


KUMAN

Gambar . Rantai Infeksi

a. Agent infeksius
Bakteri, virus, jamur dan protozoa termasuk dalam mikroorganisme.
Mikroorganisme dikulit dapat merupakan residen atau transien yang normal
adanya dan dalam jumlah stabil. Organisme residen tidak dengan mudah
dapat dihilangkan melalui mencuci tangan dengan sabun dan detegen biasa
kecuali bila digosok dengan seksama. Misalnya bila perawat menyentuh
bedpan atau balutan terkontaminasi, bakteri transien menempel pada kulit
perawat. Organisme ini siap menularkan kecuali jika dihilangkan dengan cuci
tangan.
b. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau
tidak dapat berkembang biak. Reservoar yang umum adalah tubuh manusia.
Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, cairan
dan keluaran. Carrier adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukkan
gejala penyakit tetapi ada patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan
oleh orang lain. Contoh manusia dapat menjadi carier penyakit hepatitis B.
Binatang, makanan, air, insekta dan benda mati dapat juga menjadi reservoar
bagi mikroorganisme infeksius.
Untuk berkembang dengan cepat mikroorganisme membutuhkan lingkungan
yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan
cahaya.
1) Makanan. E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicernah diusus.
2) Oksigen. Bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit. Organisme aerob
cenderung untuk mengakibatkan infeksi pada manusia. Contoh
stapilococcus aerus
3) Air. Kebanyakan bakteri membutuhkan tempat yang lembab untuk
berkembang biak. Contoh Treponema pallidum, spora.
4) Suhu. Mikroorganisme dapat bertahan hidup hanya dalam batasan suhu
tertentu. Namun, bebberapa dapat hidup dalam suhu yang ekstrem,
contoh AIDS.
5) pH. Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme. Kebanyakan mikrooranisme menyukai lingkungan dalam
pH5-8
6) Cahaya. Mikroorganisme berkembang dengan pesat dalam lingkungan
yang gelap seperti dibawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar
ultraviolet dapat efektif untuk membunuh beberapa bentuk bakteri.
c. Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk berkembang biak, mereka
harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu yang lain dan
meyebabkan penyakit. Mikrooraginsme dapat keluar melalui berbagai tempat,
seperti :
1) Kulit dan membran mukosa
Kerusakan jaringan kulit dan membran mukosa dan membran mukosa
dapat menimbulkan infeksi. Seringkali respon tubuh terhadap organisme
patogenik dengan membentuk drainase purulen.
2) Traktus respiratorius
Patogen seperti mycobacterium tuberculosis yang ada pada traktus
respiratorius dapat dilepaskan dari tubuh ketika individu yang terinfeksi
bersin, batuk, bicara, atau bahkan bernafas. Mikroorganisme akan keluar
melalui mulut dan hidung atau alat pernafasan.
3) Traktus urinarius
Normalnya, urin steril. Namun, ketika terjadi infeksi saluran kemih pada
klien, mikroorganisme akan keluar pada saat berkemih atau mengalami
pengalihan seperti drain eilietomi.
4) Traktus Gastrointestinal
Mulut adalah salah satu bagian tubuh yang paling terkontaminasi bakteri.
Organisme yang normal bagi satu orang dapat menjadi patogen bagi
orang lain. Contoh
5) Traktus reproduktif
Organisme seperti Neisseria Ghonore atau HIV dapat keluwr melalui
hiatus uretra pria atu kanal vagina wanita. Pada pria semen, dapat
merupakan pembawa patogen. Bebas dan cairan vagina dari kanal vagina
wanita dapat membawa patogen.
6) Darah
Normalnya darah steril, tetapi dalam aksus infeksi hepatitis B atau C,
darah menjadi reservoir organisme infeksius. Luka pada kulit
memungkinkan patogen keluar dari tubuh. Pemberi pelayanan kesehatan
dapat dengan mudah terpapar kecuali kalau dilakukan tindakan.
d. Cara Menular
Tabel . Cara penularan penyakit
Rute dan cara Contoh organisme
I. Kontak
A. Langsung Virus Hep.B,
Orang ke orang atau kontak fisik antara stapilococus, Herpes
sumber dan pejamu yang rentan simpleks
B. Tidak langsung Virus Hep.B,
Kontak personal pejamu yang rentan stapilococcus
dengan benda mati yang terkontaminasi
(jarum, balutan)
C. Droplet Virus influenza dan
Partikel besar yang terpercik sampai 3x rubella
dan kontak yang rentan (batuk,bersin)
II. Udara
Droplet nukleus/residu/droplet evaporasi ada Mycobacterium
diudaraatau dibawa melalui partikel debu tuberculosis (TB), virus
varisella zoster (cacar),
aspergilus
III. Peralatan
A. Alat yang terkontaminasi, air, obat, Vibrio cholerea,
larutan, darah pseudomonas, virus
Hep.C, salmonella,
E.coli
B. Makanan (daging yang diolah, Salmonella, E.coli,
disimpan,atau dimasak clostridium botulinum
tidak tepat)
IV. Vektor
A. Perpindahan mekanis eksternal Vibrio cholerae
B. Penularan internal seperti kondisi Plasmodium falciparum
parasitik antara vector (malaria)
dan pejamu seperti nyamuk, kutu, lalat Yersinea pestis
(plague)

e. Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan
yang digunakan untuk ke luar. Misalnya, pada saat jarum terkontaminasi
mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi
aliran urine ke kateter urine memungkinkan organisme berpindah ke uretra.
Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan
patogen masuk ke dalam tubuh.
f. Pejamu
Seseorang terkena infeksi tergantung pada kerentanan terhadap agens
infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan individu terhadap
patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi samapi
individu rentan terhadap kekuatan dan jumla mikroorganisme tersebut. Makin
virulen suatu organisme, makin besar kemungkinan kerentanan seseorang.
5. DEFINISI TINDAKAN-TINDAKAN DALAM PENCEGAHAN INFEKSI
1. Asepsis atau tehnik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan untuk
menghambat masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi.
2. Antisepsis mengacuh pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan dan
permukaan harus segera didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan
tubuh.
4. Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing dari kulit
atau instrumen.
5. Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda mati atau
instrumen.
6. Disinfektan tingkat tinggi adalah tindakaan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endispora bakteri dengan cara
merebus atau kimiawi.
7. Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorgansime termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati atau
instrumen
6. PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI
1. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat
brsifat asimptomatik
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3. Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan
dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput
mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan,
harus diproses secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap telah terkontaminasi
5. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan pencegahan infeksi secara
benar dan konsisten.
7. TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi
yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Cuci tangan harus dilakukan :
a. Segera setelah tiba ditempat kerja.
b. Sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu
dan BBL.
c. Sebelum dan setelah memakai sarung tangan.
d. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh atau mukosa.
e. Setelah ke kamar mandi.
f. Sebelum pulang kerja.
Cara mencuci tangan :
a. Lepaskan perhiasan/jam yang ada ditangan dan pergelangan.
b. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
c. Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun selama 10-15detik,
pastikan sela-sela jari digosok, tangan yang kotor dicuci lebih lama
(7langkah).
d. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir
e. Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau keringkan dengan
tissue atau handuk bersih dan kering.
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang dilingkungan yang lembab dan air
tidak mengalir, maka sebaiknya :
 Bila menggunakan sabun padat, gunakan potongan kecil dan
tempatkan pada wadah yang dasarnya berlubang agar tidak
menggenangi potongan sabun.
 Jangan mencuci tangan dengan mencelupkan ke wadah berisi air
meskipun air berisi larutan antiseptik. Mikroorganisme dapat bertahan
hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.
 Bila tidak tersedia air mengalir, maka gunakan ember tertutup dengan
kran atau minta orang lain untuk mengucurkan air.
 Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Handuk yang
basah/lembab tempat yang baik untuk berkembang biak bakteri
 Bila tidak ada saluran air, gunakan baskom dan buang ke saluran
limbah
2. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penularan penyakit serta menularkan lingkungan bebas infeksi.
Jika persediaan sarung tangan terbatas, sarung atangan sekali pakai dapat
digunakan kembali setelah didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit, kemudian dicuci dan dikeringkan dan disterilisasi atau DTT.
Alasan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan :
a. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari pasien
b. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien
c. Mengurangi terjadinya infeksi nosokomial
Jenis sarung tangan :
a. Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
b. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan
sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan membersihkan permukaan
terkontaminasi.
Pelengkapan pelindung diri (kacamata pelindung, masker, sepatu boot/sepatu
tertutup, celemek) mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi
dengan cara menghalangi atau membatasi petugas dari percikan cairan tubuh,
darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan
celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang tersedia masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan
sekali pakai tidak tersedia.

3. Menggunakan teknik aseptik dan antiseptik


Teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi klien dan tenaga kesehatan.
Teknik aseptik meliputi aspek penggunaan pelindung diri, antisepsis dan
menjaga tingkat sterilisitas atau DTT. Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan
untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi
mikroorganisme pada jaringan kulit. Karena kulit dan mukosa tidak dapat
disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan
infeksi.
Larutan antisepstik digunakan untuk pada kulit dan jaringan yang tidak mampu
menahan konsentrat bahan aktif yang terlarut dalam larutan desinfektan, contoh
larutan desinfektan adalah alkohol, savlon, hibiscrub, dettol, iodine,dll. Larutan
desinfektan dipakai untuk mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang
digunakan dalam prosedur bedah. Contoh larutan desinfektan adalah klorin 0,5%
dan glutaraldehida 2%.
4. Memproses alat bekas pakai
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi.
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke
dalam larutan klorin 0,5% selama 10menit. Prosedur ini dengan cepat
mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang
terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja laruan
klorin cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti maksimal 24jam
atau bila terlihat kotor/keruh.
Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat cair
Jumlah bagian air = % larutan konsentrat _1
% larutan yang diinginkan

Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat serbuk kering
Jumlah bagian air = % larutan yang diinginkan _1
% larutan konsentrat
b. Proses pencucian dan pembilasan
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik
sterilisasi maupun DTT masih kurang efektif tanpa proses pencucian
sebelumnya. Jika benda-benda terkontaminasi tidak dapat dicuci segera
setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi
dan menghilangkan bahan-bahan organik, atau cuci dengan seksama
secepat mungkin.
Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang
menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting karena residu
bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme dan
melindungi mikroorgansime dari proses sterilisasi atau desinfektan kimiawi.
Virus hepatitis B dapat hidup dalam darah yang sebenarnya kasat mata.
Perlengkapan untuk mencuci adalah sarung tangan rumah tangga, sikat,
sabun, wadah plastik, air bersih dan sabun/detergen.
c. Desinfektan Tingkat Tinggi
2) DTT dengan cara merebus
a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat
b) Ganti air setiap kali mendisinfeksi alat
c) Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam
dalam air
d) Mulai panaskan air
e) Mulai hitung saat air mulai mendidih, peralatan direbus selama
20menit
f) Jangan tambahkan benda apapun kedalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai.
g) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan atau
disimpan
h) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam
wadah DTT/steril. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu
asalkan penutup tidak dibuka.
3) DTT dengan cara mengukus
a) Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus
b) Masukkan peralatan dan sarung tangan
c) Letakkan penutup diatas nampan pengukus paling atas dan panaskan
air hingga mendidih.
d) Jika uap mulai keluar dari celah-celah antara panci pengukus, mulailah
penghitungan waktu selama 20menit
4) DTT dengan cara kimiawi
a) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah
didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan tuangkan
desinfektan. Ingat : jika peralatan basah sebelum direndam dalam
larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut
sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya.
b) Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
c) Rendam peralatan selama 20menit
d) Bilas perlatan dengan air DTT dan angin-anginkan sampai kering
diwadah DTT yang bertutup
e) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan
dalam wadah DTT berpenutup rapat.
8. Tugas/ Latihan
1. Praktikan cara cuci tangan 7 Langkah
2. Jelaskan pembuatan larutan DTT Menggunakan Klorin.
3. Jelaskan Patofisiologi Transmisi Kuman!
4. Sebutkan Jenis-jenis Sarung tangan ?
5. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan cara direbus selama ....
menit
9. Daftar Pustaka
Materi AJAR Teknik Dasar Keterampilan
Budiono, 2016 Konsep Dasar Keperawatan,. Jakarta Kementrian Dasar Kesehatan
Republik Indonesia

MATERI 3
Mata Kuliah : TKD 1 Waktu Pertemuan : 500 Menit
Kode Mata Kuliah : BD. 301 pertemuan : Ke 3&4 / tgl 23&24/9/2019
SKS : 5 SKS (3T dan 2 P)

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Mata Kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa menjelaskan dan
mempraktikan “Pengenalan Alat, instrumen, bahan dalam bidang kesehatan ,
dekontaminasi alat , pencucian dan pembilasan, suci hama ( DTT/ Sterilisasi),
Pengelolaan sampah (kering, basah, tajam)
2. Manfaat
Mahasiswa mampu mempraktikan “Pengenalan Alat, instrumen, bahan dalam
bidang kesehatan , dekontaminasi alat , pencucian dan pembilasan, suci hama
( DTT/ Sterilisasi), Pengelolaan sampah (kering, basah, tajam)’’.
3. Tujuan Intruksional
a. Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dan mempraktikan “Pengenalan Alat, instrumen, bahan dalam
bidang kesehatan , dekontaminasi alat , pencucian dan pembilasan, suci hama
( DTT/ Sterilisasi), Pengelolaan sampah (kering, basah, tajam)
b. Khusus
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memaparkan “Pengenalan Alat, instrumen, bahan dalam bidang kesehatan ,
dekontaminasi alat , pencucian dan pembilasan, suci hama ( DTT/ Sterilisasi),
Pengelolaan sampah (kering, basah, tajam)”
B. PENYAJIAN
Dekontaminasi alat bekas pakai
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi.
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke
dalam larutan klorin 0,5% selama 10menit. Prosedur ini dengan cepat
mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang
terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja laruan
klorin cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti maksimal 24jam
atau bila terlihat kotor/keruh.
Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat cair
Jumlah bagian air = % larutan konsentrat _1
% larutan yang diinginkan

Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat serbuk kering
Jumlah bagian air = % larutan yang diinginkan _1
% larutan konsentrat
b. Proses pencucian dan pembilasan
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik
sterilisasi maupun DTT masih kurang efektif tanpa proses pencucian
sebelumnya. Jika benda-benda terkontaminasi tidak dapat dicuci segera
setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi
dan menghilangkan bahan-bahan organik, atau cuci dengan seksama
secepat mungkin.
Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang
menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting karena residu
bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme dan
melindungi mikroorgansime dari proses sterilisasi atau desinfektan kimiawi.
Virus hepatitis B dapat hidup dalam darah yang sebenarnya kasat mata.
Perlengkapan untuk mencuci adalah sarung tangan rumah tangga, sikat,
sabun, wadah plastik, air bersih dan sabun/detergen.
c. Desinfektan Tingkat Tinggi
5) DTT dengan cara merebus
a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat
b) Ganti air setiap kali mendisinfeksi alat
c) Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam
dalam air
d) Mulai panaskan air
e) Mulai hitung saat air mulai mendidih, peralatan direbus selama
20menit
f) Jangan tambahkan benda apapun kedalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai.
g) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan atau
disimpan
h) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam
wadah DTT/steril. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu
asalkan penutup tidak dibuka.
6) DTT dengan cara mengukus
a) Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus
b) Masukkan peralatan dan sarung tangan
c) Letakkan penutup diatas nampan pengukus paling atas dan panaskan
air hingga mendidih.
d) Jika uap mulai keluar dari celah-celah antara panci pengukus, mulailah
penghitungan waktu selama 20menit

7) DTT dengan cara kimiawi


a) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah
didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan tuangkan
desinfektan. Ingat : jika peralatan basah sebelum direndam dalam
larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut
sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya.
b) Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
c) Rendam peralatan selama 20menit
d) Bilas perlatan dengan air DTT dan angin-anginkan sampai kering
diwadah DTT yang bertutup
e) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan
dalam wadah DTT berpenutup rapat.
d. Sterilisasi
1) Sterilisasi uap/autoklaf
Suhu harus berada pada 121C, tekanan harus berada pada 106kpa
(15lbs/in²), 20 menit untuk alat tidak dibungkus, 30menit untuk alat
terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132C, tekanan harus
berada 30lbs/in², 15menit untuk alat terbungkus
2) Sterilisasi panas kering
a) 170C selama 1jam (total waktu perputaran meletakkan instrumen
dioven, panaskan hingga 170C, selama 1jam dan kemudian
dinginkan 2-2,5jam), atau
b) 160C selama 2jam (total waktu perputaran dari 3-3,5Jam.
Ingat : waktu paparan hanya dimulai setelah sterilisator telah mencapai
suhu sasaran dan tidak boleh memberi kelebihan beban pada sterilisator.
Sisakan minimal jarak 7,5cm antara bahan dengan dinding sterilisator.
Beban berlebih akan mengubah konveksi panas dan meningkatkan waktu
yang dibutuhkan untuk sterilisasi.

5. Menangani peralatan tajam dengan aman


a. Letakkan benda-benda tajam dibaki steril atau DTT atau dengan
menggunakan ‘daerah aman’ yang sudah ditentukan.
b. Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak
sengaja
c. Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat melakukan penjahitan.
Jangan pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan
d. Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan
jarum yang akan dibuang
e. Buang benda-benda tajam dalam wadah tahanbocor dan segel dengan
perekat jika sudah 2/3 penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam
tersebut ke wadah alian. Wadah benda tajam yang sudah disegel harus
dibakar didalam insinerator.
f. Jika benda-benda tajam tidak dibuang secara aman dengan insenerasi, bilas
3x dengan larutan klorin 0,5%, tutup kembali menggunakan tehnik satu
tangan dan kemudian kuburkan.
6. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
a. Pembuangan sampah
Tujuan pembuanga sampah secara benar :
1) Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menanagani
smapah dan pada masyarakat
2) Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak sengaja
oleh benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi.
Macam-macam sampah :
1) Sampah terkontaminasi : darah, pus, urin, kotoran manusia, kapas, kassa
dan benda yang kotor oleh cairan tubuh.
2) Sampah tidak terkontaminas : kertas, botol
b. Mengatur kebersihan dan kerapian
1) Pastikan selalu ada larutan klorin 0,5% yang belum terpakai
2) Gunakan Desinfektan yang sesuai
3) Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula yang bersih atau DTT setiap
kalii akan diguanakan. Mengusap kanula dengan oksigen tidak mencegah
terjadinya infeksi
4) Segera bersihkan percikan darah
5) Linen yang bersih ditempatkan dalam lemari yang tertutup
6) Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja, troli, segera bersihkan
permukaan dan bagian peralatan dengan kain yang dibasahi larutan
koorin 0,5%
7) Setelah menolong persalinan, bersihkan celemek dengan larutan klorin
0,5%
8) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu.
9) Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam untuk
mencegah penumpukan debu
10)Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan dengan
larutan klorin 0,5%
Gambar . Proses Peralatan Bekas Pakai
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

A. TUGAS/ LATIHAN
1. Sediaan cair Kl 5,25%. Bagaimana perbandingan air DTT dan Klorin untuk
membuat larutan klorin konsentrasi 0,1% dan 0,5%?
2. Sediaan padat Klorin 35%. Bagaimana perbandingan air DTT dan Klorin untuk
membuat larutan klorin konsentrasi 0,1% dan 0,5%?
3. Sediaan cair Formaldehid 37%. Bagaimana perbandingan air DTT dan
Formaldehid/Formalin untuk membuat larutan konsentrasi 8%?
4. Cara membuat dan menggunakan tempat penimbunan sampah ?
5. Cara membuang:  Benda tajam  Limbah cair yang terkontaminasi  Limbah
padat  Wadah bekas bahan kimia
B. Daftar Pustaka
Materi AJAR Teknik Dasar Keterampilan
Budiono, 2016 Konsep Dasar Keperawatan,. Jakarta Kementrian Dasar Kesehatan
Republik Indonesia
MATERI IV

Mata Kuliah : TKD 1 Waktu Pertemuan : 250 Menit


Kode Mata Kuliah : BD. 301 pertemuan : Ke 5 tgl 19/9/2019
SKS : 5 SKS (3T dan 2 P)

Anda mungkin juga menyukai