Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA KONSEPTUAL

PENGAWASAN INTERN
PEMERINTAH INDONESIA
KEPUTUSAN KETUA UMUM DPN AAIPI
NOMOR KEP-062/AAIPI/DPN/2018
17 OKTOBER 2018
ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
Gedung BPKP Lantai 11 Jalan Pramuka No. 33Jakarta 13120
Telepon 021 85910031 E-mail: pusbinajfa@bpkp.go.id Faksimili 021 85910209

KEPUTUSAN
NOMOR KEP-062/AAIPI/DPN/2018

TENTANG
KERANGKA KONSEPTUAL PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

KETUA UMUM ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA AAIPI

Menimbang : a. bahwa Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)


memerlukan suatu kerangka konseptual yang menjadi acuan bagi
komite, alat kepengurusan, dan anggota organisasi AAIPI dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan intern, termasuk
dalam pengembangan standar pengawasan intern;
b. bahwa pelaksanaan standar, kode etik, dan telaahan sejawat, serta
metodologi, teknik, dan pendekatan pengawasan intern perlu
dilakukan secara terintegrasi dalam suatu kerangka konseptual;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Ketua Umum
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia tentang Kerangka
Konseptual Pengawasan Intern Pemerintah;

Mengingat 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AAIPI tanggal 30


November 2012 dan Akta Pendirian AAIPI Nomor 02 tanggal 2
Agustus 2013.

2. Rencana Strategis (Renstra) Asosiasi Auditor Intern Pemerintah


Indonesia Tahun 2018 -2022.
3. Surat Ketua Komite Standar Audit AAIPI Nomor
B.04/KESAR/09/2018 tanggal 17 September 2018 tentang Draft
Surat Keputusan DPN AAIPI tentang Kerangka Konseptual
Pengawasan Intern Pemerintah - AAIPI.

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN KETUA UMUM ASOSIASI AUDITOR INTERN


PEMERINTAH INDONESIA TENTANG KERANGKA KONSEPTUAL
PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
Pasal 1

Kerangka Konseptual Pengawasan Intern Pemerintah atau KKPIP


adalah kerangka kerja yang bersifat konseptual dalam rangka
mengorganisasikan acuan kerja pengawasan intern yang
diterbitkan oleh AAIPI.

Pasal2

KKPIP bertujuan untuk:


a. Memandu AAIPI dalam merumuskan, menetapkan, dan
mengembangkan standar, kode etik dan telaahan sejawat;
b. Memandu AAIPI dalam mengembangkan metodologi, teknik
dan pendekatan pengawasan intern serta praktik pengawasan
intern yang dipandang baik; dan
c. Memberikan kesamaan pemahaman bagi anggota AAIPI
mengenai acuan kerja profesional pengawasan intern.

Pasal 3

(1) KKPIP dibangun dan dikembangkan dalam rangka mencapai


misi pengawasan intern;
(2) KKPIP terdiri dari:
a. Acuan kerja pengawasan intern yang bersifat wajib
ditaati, dan
b. Acuan kerja pengawasan yang bersifat rekomendatif
(rekomendasi untuk dilaksanakan).

Pasal4

(1) Acuan kerja pengawasan intern yang bersifat wajib ditaati


oleh anggota AAIPI sebagaimana tersebut pada Pasal 3 ayat
(2) huruf a, terdiri dari
a. Prinsip-Prinsip Dasar Pengawasan Intern;
b. Definisi Pengawasan Intern;
c. Standar Pengawasan Intern, meliputi Standar Audit
Kinerja, Standar Audit lnvestigatif. Standar Reviu,
Standar Pemantauan, Standar Evaluasi, Standar
Pengawalan, dan Standar Pengawasan Lainnya;, dan
d. Kode Etik.
(2) Acuan kerja pengawasan intern yang direkomendasikan
untuk dilaksanakan sebagaimana tersebut pada Pasal 3 ayat
(2) angka 2 terdiri dari:
a. Panduan implementasi; dan
b. Panduan tambahan;

Pasal5

KKPIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam


Lampiran 1 dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia ini.

Pasal6

(1) Standar Pengawasan Intern dikembangkan melalui suatu


proses yang komprehensif dan mendalam;
(2) Proses Baku Pengembangan Standar Pengawasan Intern
sebagairnana dimaksud dalam butir (1) tercantum dalam
Lampiran 2 dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia ini.

Pasal 7

Keputusan ini rnulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 17 Oktober 2018

t�-FM �.
Dewan Pengurus Nasional
Ketua Umum

-��menterian Keuangan f
ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Lampiran I
PERATURAN DEWAN PENGURUS
NASIONAL ASOSIASI AUDITOR
INTERN PEMERINTAH INDONESIA
NOMOR: PER-062/AAIPI/DPN/2018

STANDAR PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH INDONESIA

KERANGKA KONSEPTUAL PENGAWASAN


INTERN PEMERINTAH INDONESIA
DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Diagram I Kerangka Konseptual Pengawasan Intern 3

Pemerintah Indonesia

Diagram II Klasifikasi Peran Pengawasan Intern 6

Latar Belakang 1

Misi Pengawasan Intern 4

Prinsip-Prinsip Dasar 4

Definisi Pengawasan Intern 5

Peran Assurance 7

Peran Consulting 9

Standar Pengawasan Intern Pemerintah Indonesia 10

Kode Etik 10

Panduan Implementasi 11

Panduan Tambahan 12
1 LATAR BELAKANG

2 01. Sesuai dengan Pasal 8 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


3 Tangga (AD/ART), AAIPI menyelenggarakan tugas dan fungsi, untuk:

4 (a) Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan kode etik auditor APIP;


5 (b) Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan standar;
6 (c) Merumuskan, mentapkan, dan mengembangkan pedoman telaahan
7 sejawat di lingkungan APIP;
8 (d) Memberi masukan dalam pengembangan metodologi, teknik, dan
9 pendekatan-pendekatan pengawasan intern serta praktik pengawasan
10 intern yang baik di lingkungan APIP dengan mengacu pada praktik
11 internasional;
12 (e) Memberi masukan dalam mewujudkan integritas, profesionalisme, dan
13 kesejahteraan auditor guna mewujudkan peran APIP; dan
14 (f) Melakukan kerjasama dengan organisasi profesi lain dalam lingkup
15 nasional dan internasional.

16 02. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, komite dan alat
17 kepengurusan AAIPI memerlukan adanya Kerangka Konseptual Pengawasan
18 Intern Pemerintah Indonesia (KKPIPI) yang menjadi acuan untuk:

19 (a) Memberi panduan teoritis bagi AAIPI dalam merumuskan, menetapkan


20 dan mengembangkan standar, kode etik dan telaahan sejawat dan dalam
21 mengembangkan metodologi, teknik dan pendekatan–pendekatan
22 pengawasan intern serta praktik pengawasan intern yang dipandang baik.

23 Panduan kerangka konseptual tersebut berfungsi sebagai perekat


24 berbagai ide/gagasan terkait pengembangan baik standar, kode etik dan
25 telaahan sejawat maupun metodologi, teknik dan pendekatan–pendekatan
26 pengawasan intern serta penjabarannya agar berbagai ide/gagasan
27 tersebut tetap dalam konteks mencapai misi pengawasan intern.

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │1


1 Panduan konseptual juga menjadi penghubung antara teori–teori
2 pengawasan intern dengan kondisi nyata di lapangan agar ide/gagasan
3 tersebut tetap kontekstual.

4 (b) Memberikan kesamaan pemahaman bagi anggota AAIPI mengenai acuan


5 kerja pengawasan intern.

6 Sifat keanggotaan AAIPI yang mencakup individu berbagai latar belakang


7 pendidikan dan beranggotakan unit kerja APIP di seluruh Indonesia
8 dengan berbagai tingkat kapabilitas APIP berisiko terjadinya mis-persepsi
9 atau perbedaan pemahaman yang dapat mengarah pada perbedaan dalam
10 praktik di lapangan. Dengan adanya kerangka yang bersifat teoritis dan
11 konseptual, maka perbedaan pemahaman tersebut dapat diminimalisir,
12 sehingga standar, kode etik dan telaahan sejawat serta penjabarannya
13 dapat dilaksanakan secara lebih efektif.

14 03. Sifat KKPIPI secara teoritis bermakna bahwa KKPIPI dibangun


15 dan dikembangkan berdasarkan teori dan konsep pengawasan intern yang
16 telah teruji. Perbedaan kapabilitas APIP tidak menjadi penghambat
17 implementasi KKPIPI. KKPIPI sebagaimana digambarkan dalam Diagram I,
18 berikut:

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │2


Diagram I. Kerangka Konseptual Pengawasan Intern Pemerintah
Indonesia

PANDUAN IMPLEMENTASI

PANDUAN TAMBAHAN

19 04. KKPIPI bersifat wajib dipatuhi oleh anggota AAIPI, terdiri diri:

20 - Prinsip–Prinsip Dasar Pengawasan Intern;


21 - Definisi Pengawasan Intern;
22 - Standar Pengawasan Intern, meliputi Standar Audit Kinerja, Standar
23 Audit Investigatif, Standar Reviu, Standar Pemantauan, Standar
24 Evaluasi, Standar Pengawalan/pendampingan, Standar Pengawasan
25 Lainnya; dan
26 - Kode Etik.

27 05. KKPIPI yang direkomendasikan untuk dipatuhi (oleh anggota


28 AAIPI, terdiri dari:

29 - Panduan Implementasi, dan


30 - Panduan Tambahan.

31 06. Uraian KKPIPI dikemukakan lebih lanjut sebagai berikut:

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │3


32 MISI PENGAWASAN INTERN
33 07. Misi pengawasan intern adalah meningkatkan nilai tambah dan
34 melindungi aset untuk mencapai tujuan kementerian/lembaga pemerintah
35 non kementerian dan pemerintah daerah dengan:

36 (a) Memberikan keyakinan yang memadai atas kehematan, efisiensi,


37 efektivitas dan ketaatan dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas
38 dan fungsi Instansi Pemerintah;
39 (b) Memberikan penilaian profesional terhadap efektivitas Sistem
40 Pengendalian Intern dan proses tata kelola (governance) Instansi
41 Pemerintah;
42 (c) Memberikan fasilitasi pelatihan/edukasi (training) dan fasilitasi
43 (facilitating) tata kelola (governance), manajemen risiko (risk) dan
44 pengendalian (control) intern Instansi Pemerintah;
45 (d) Memberikan rekomendasi dalam rangka peningkatan efektivitas
46 penyelenggaraan SPIP dan proses tata kelola (governance) Instansi
47 Pemerintah.

48 PRINSIP – PRINSIP DASAR


49 08. Prinsip-prinsip dasar bagi APIP untuk melaksanakan
50 pengawasan intern adalah:

51 (a) Menjaga dan mengedepankan integritas;


52 (b) Meningkatkan kompetensi dan menggunakan kemahiran profesionalnya
53 dengan cermat, seksama, dan hati-hati;
54 (c) Bersifat obyektif dan independen dari gangguan dan tekanan entitas atau
55 kepentingan;
56 (d) Bekerja sesuai dengan strategi, tujuan dan risiko organisasi;
57 (e) Mempunyai kedudukan kelembagaan yang tepat dan mempunyai sumber
58 daya yang cukup;
59 (f) Berkualitas dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan;
60 (g) Berkomunikasi secara efektif;
61 (h) Memberikan keyakinan yang memadai berbasis pada risiko;
62 (i) Berwawasan, proaktif dan fokus pada masa depan, dan

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │4


63 (j) Mempromosikan perbaikan/inovasi operasional dan organisasional.

64 09. Interpretasi dan penjelasan resmi atas prinsip-prinsip dasar


65 yang sifatnya wajib menjadi acuan bagi anggota AAIPI, akan diterbitkan oleh
66 DPN-AAIPI.

67 DEFINISI PENGAWASAN INTERN


68 10. Pengawasan Intern adalah “seluruh proses kegiatan audit, reviu,
69 pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap
70 penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
71 keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
72 tolok ukur yang ditetapkan bahwa secara operasional telah dilaksanakan
73 efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan mewujudkan tata kelola
74 pemerintahan yang baik”i. Selain definisi tersebut juga mengadopsi definisi
75 internal audit dari IIA, yaitu:

76 Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting


77 activity designed to add value and improve an organization's operations.
78 It helps an organization accomplish its objectives by bringing a
79 systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
80 effectiveness of risk management, control, and governance processes
81 (IPPF, 2017).

82 11. Dalam praktiknya, definisi tersebut dilaksanakan melalui


83 kegiatan penjaminan (assurance) dalam bentuk kegiatan audit, reviu,
84 evaluasi, pemantauan dan kegiatan konsultansi (consulting) dilaksanakan
85 melalui pemberian rekomendasi (advisory), fasilitas (facilitating) dan
86 pelatihan/edukasi (training), tata kelola (Governance), manajemen risiko (Risk
87 Management) dan pengendalian (Control) melalui kegiatan
88 pengawalan/pendampingan pembangunan SPIP.

89 12. Misi pengawasan intern dicapai melalui dua peran utama, yaitu:
90 pemberian opini obyektif (objective assurance) dan kegiatan konsultansi
91 (consulting activities). Peran assurance maupun konsultansi didesain untuk
92 memberikan nilai tambah dan peningkatan kualitas operasional instansi

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │5


93 pemerintah dalam mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang
94 sistematis dan taat asas (disciplined approach) dalam menilai dan
95 meningkatkan kualitas sistem pengendalian intern (risk management and
96 control [activities]) dan proses tata kelola (governance process).

97 13. Dalam definisi pengawasan intern di atas, pendekatan sistematis


98 itu antara lain, terdiri dari: audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan. Adapun
99 kegiatan konsultansi di instansi pemerintah terdiri dari:
100 pengawalan/pendampingan, coaching clinic dan kegiatan edukasi, dalam
101 aspek penyelenggaraan sistem pengendalian intern (risk management and
102 control [activities]) dan proses tata kelola (governance process). Klasifikasi
103 kegiatan pengawasan intern sebagaimana digambarkan pada Diagram II,
104 berikut:

105 Diagram II: Klasifikasi Peran Pengawasan Intern

Pengawasan Intern

I
I I

Peran Assurance:
Memberikan Opini Assuronce Peran Consulting:
temang Pcnyelenggaraan occemcuce Pembinaan/
(akuntabilitas Program/Kegialan), Konsultansi "GRc·
Risk & Comrol (GRq

I I I I I I I

����-11
Evaluasi
Pemanrnuan II Audit
'�--,,--�-
I'����-I I'�����- �=!;fl�� ] ['�����I
Reviu
:e��r-�1i�n ] Kegiatan
Edukatif

-l
........................................ ,,...................................... I I

���;j'a lc:=>�:
[ :::::R:e:k:o==m=e==n=d=a=.=1=�==� 1
r
l..
I A�:�{��k I I
'fertentu
I �j���
Tertentu
1
j
Audit Ketaatan
• ·

106 14. Sebagaimana Diagram II di atas dikemukakan bahwa secara


107 konseptual, output yang dihasilkan dari kegiatan assurance adalah opini yang
108 bersifat professional (independen dan/atau obyektif) terhadap efektivitas
109 penyelenggaraan SPIP dan/atau proses tatakelola/Governance, Risk dan
110 Control (GRC). Adapun output dari kegiatan consulting akan berbentuk
111 rekomendasi tentang peningkatan efektivitas penyelenggaraan SPIP terkait

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │6


112 proses Risk dan/atau Control (R&C); Coaching Clinic Tata kelola Good
113 Governance (GG) dan Clean Government (CG).

114 15. Dalam praktiknya, kegiatan assurance melalui audit, reviu,


115 pemantauan dan evaluasi serta peran consulting melalui
116 pengawalan/pendampingan SPI (R dan C), Coaching Clinic tata kelola GG dan
117 CG dan kegiatan edukatif masih bermuara pada pemberian rekomendasi
118 (advisory), Fasilitasi (fasilitating) dan pelatihan (training) sesuai dengan
119 prosedur yang berlaku di masing–masing APIP.

120 16. Uraian jenis–jenis kegiatan pengawasan intern, sebagai berikut:

121 PERAN ASSURANCE

122 17. Kegiatan pengawasan intern yang termasuk klasifikasi


123 assurance adalah audit, reviu, pemantauan dan evaluasi. Definisi audit,
124 reviu, pemantauan, dan evaluasi adalah sebagai berikut:

125 (a) Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
126 dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan
127 standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
128 efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan
129 fungsi Instansi Pemerintah.

130 (b) Jenis-jenis audit, antara lain:

131 (1) Audit Kinerja yaitu audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
132 pemerintah yang mencakup audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
133 aspek efektivitas, serta ketaatan pada peraturan.

134 Contoh penugasan audit kinerja antara lain: audit kinerja Program
135 Ketahanan Pangan, Audit Kinerja Kantor Dinas Pertanian, Audit Kinerja
136 Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa.

137 (2) Audit atas aspek keuangan tertentu adalah audit atas aspek tertentu
138 pengelolaan keuangan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
139 atas dana yang dibiayai oleh Anggaran Pembangunan dan Belanja

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │7


140 Negara (APBN)/Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD)
141 dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
142 pengelolaan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
143 yang telah ditetapkan, taat pada ketentuan yang berlaku dan tepat
144 mencapai sasaran dan tujuan pengelolaan keuangan.

145 Pengelolaan keuangan dapat didefiniskan sebagai kegiatan yang


146 meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
147 pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan.

148 Contoh penugasan audit keuangan aspek tertentu antara lain: audit
149 atas rekening persediaan di neraca, audit atas penyajian aset tetap
150 dalam laporan keuangan, audit atas investasi jangka panjang.

151 (3) Audit Tujuan Tertentu yaitu audit yang dilakukan dengan tujuan
152 khusus di luar audit atas aspek keuangan tertentu dan audit kinerja.

153 Contoh audit tujuan tertentu antara lain: audit khusus, audit investigatif,
154 audit penghitungan kerugian keuangan negara, audit klaim, audit
155 penyesuaian harga dan audit budaya organisasi.

156 (c) Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk
157 memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
158 ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.

159 (d) Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau
160 kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

161 (e) Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi
162 suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah
163 ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
164 keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

165 (f) Pengawasan lainnya adalah tugas dan fungsi yang dilaksakan oleh APIP
166 di luar tugas audit, reviu, pemantauan dan evaluasi sebagaimana yang
167 telah ditetapkan oleh peraturan. Kegiatan pengawasan lainnya tidak

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │8


168 memberikan penjaminan kualitas (kegiatan consulting), antara lain seperti
169 kegiatan sosialisasi/internalisasi dan asistensi.

170 PERAN CONSULTING

171 18. Kegiatan pengawasan yang termasuk peran consulting adalah


172 kegiatan yang sifatnya pemberian rekomendasi (advisory) seperti kegiatan
173 Coaching Clinic, Edukatif (Training), pengawalan/pendampingan
174 pembangunan SPIP.

175 (a) Kegiatan edukatif


176 Kegiatan edukatif adalah kegiatan peningkatan kompetensi pegawai
177 instansi pemerintah baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun
178 aspek sikap pada area sistem pengendalian intern dan tata kelola. Output
179 kegiatan edukatif adalah sertifikat profesi yang mewakili pemberian
180 rekomendasi bahwa pemegang sertifikat profesi telah mampu
181 melaksanakan kegiatan yang dijamin sertifikat tersebut.

182 (b) Kegiatan Coaching Clinic Tatakelola Good Governance dan Clean
183 Governance
184 Kegiatan Coaching Clinic Tatakelola Good Governance (GG) dan Clean
185 Governance (CG) adalah kegiatan konsultansi untuk mengatasi kesulitan
186 mitra dalam mewujudkan tata kelola yang baik (good governance) dan
187 pemerintahan yang bersih melalui fasilitasi (facilitating), pelatihan
188 (Training) dengan melibatkan mitra (stakeholder) dalam sistem. Kegiatan
189 ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi agar program/kegiatan
190 dan layanan dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektif serta
191 bersih dan bebas dari korupsi/pungli/gratifikasi.

192 (untuk memberikan rekomendasi perbaikan implementasi prinsip-prinsip


193 ”good governance” dan “clean government” dalam pelaksanaan
194 program/kegiatan dan layanan).

195 (c) Kegiatan Pengawalan/Pendampingan SPIP

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │9


196 Kegiatan pengawalan/pendampingan SPIP adalah kegiatan konsultatif
197 penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk memberikan rekomendasi
198 peningkatan efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern dan
199 terhadap proses pengendalian (control) dan penanganan risiko (risk).

200 (untuk memastikan bahwa unit kerja telah membangun dan/atau


201 menyelenggarakan sistem pengendalian intern yang memadai bahwa
202 tujuan unit kerja/program/kegiatan telah dicapai secara efektif dan
203 efisien).

204 19. AAIPI dapat menerbitkan intepretasi, penjelasan resmi atau


205 kerangka kerja rinci atas definisi pengawasan intern ini.

206 STANDAR PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH INDONESIA


207 20. Standar Pengawasan Intern Pemerintah Indonesia (SAPIP)
208 merupakan kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan
209 pengawasan intern yang wajib dipedomani oleh Auditor dan Pimpinan APIP.
210 AAIPI dapat menerbitkan interpretasi, penjelasan resmi atau acuan kerja
211 rinci atas (SAPIP) ini.

212 21. APIP dalam melaksanakan jenis penugasan pengawasan intern


213 dapat menerbitkan standar teknis lain yang berlaku sesuai kebutuhan
214 dengan mengacu pada Standar Audit Kinerja, Standar Audit Investigatif,
215 Standar Reviu, Standar Pemantauan, Standar Evaluasi dan Standar
216 Pengawasan Lainnya berdasarkan karakteristik serta tugas dan fungsi
217 masing-masing. AAIPI dapat menerbitkan interpretasi, penjelasan resmi atau
218 acuan kerja rinci atas Standar Pengawasan ini.

219 KODE ETIK

220 22. Kode etik adalah pernyataan tentang prinsip moral dan nilai yang
221 digunakan oleh auditor sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan
222 tugas audit intern. AAIPI dapat menerbitkan interpretasi, penjelasan resmi
223 atau acuan kerja rinci atas Kode Etik ini.

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │10


224 PANDUAN IMPLEMENTASI (PI)

225 23. Panduan Implementasi (PI) diterbitkan dalam bentuk Pedoman


226 atau Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis atau nama lain yang sejenis
227 dalam rangka memandu auditor dalam mengaplikasikan:

228 - Prinsip – Prinsip Dasar Pengawasan Intern;


229 - Definisi Pengawasan Intern;
230 - Standar Pengawasan Intern, meliputi Standar Audit Kinerja, Audit
231 Investigatif, Standar Reviu, Standar Pemantauan, Standar Evaluasi,
232 Standar Pengawalan, dan Standar Pengawasan Lainnya; dan
233 - Kode Etik.

234 24. Panduan implementasi dapat diterbitkan untuk mempromosikan


235 penggunaan metode dan teknik pengawasan intern yang dipandang baik.
236 Panduan Implementasi yang mencakup proses dan prosedur diatur oleh
237 masing – masing APIP sesuai kebutuhan.

238 25. Instansi pemerintah dapat menerbitkan kebijakan yang sifatnya


239 tematik baik yang hanya berlaku di instansi pemerintah bersangkutan
240 maupun berlaku secara nasional sesuai peraturan perundang-undangan
241 yang berlaku. Kebijakan tersebut memuat proses dan prosedur detail seperti
242 metode dan teknik, program, langkah-langkah kerja, serta contoh
243 pelaksanaannya. Untuk pedoman yang diterbitkan oleh suatu instansi
244 pemerintah tertentu yang hanya berlaku di instansi pemerintah tersebut
245 dapat dipertimbangkan menjadi pedoman bagi APIP lainnya, AAIPI dapat
246 merekomendasikan APIP lain untuk menjadikan pedoman tersebut sebagai
247 contoh yang dapat diberlakukan di masing–masing APIP.

248 26. Untuk pedoman yang diterbitkan oleh suatu instansi pemerintah
249 yang berlaku secara nasional, AAIPI merekomendasikan kepada seluruh APIP
250 untuk mentaati pedoman sesuai peraturan perundang-undangan yang
251 berlaku.

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │11


252 PANDUAN TAMBAHAN (PT)

253 27. AAIPI dapat menerbitkan panduan tambahan atas suatu


254 Panduan Implementasi apabila AAIPI memandang Panduan Implementasi
255 tersebut memerlukan uraian lebih lanjut agar dapat dilaksanakan oleh
256 anggota secara lebih efektif.

257 28. Panduan Tambahan diterbitkan dalam bentuk surat atau


258 kumpulan tanya-jawab atau terbitan lainnya yang memuat hal-hal yang
259 teknis, prosedural, tata cara atau metode pelaksanaan yang rinci dan contoh
260 penerapan.

i
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Definisi ini lebih
detil dari definisi internal auditing di IPPF sebagai “…an independent, objective assurance and consulting activity
designed to add value and improve an organization's operations. It helps an organization accomplish its objectives
by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management,
control, and governance processes.”

Lampiran I – Kerangka Konspetual Pengawasan Intern Pemerintah │12


ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Lampiran II
PERATURAN DEWAN PENGURUS
NASIONAL ASOSIASI AUDITOR
INTERN PEMERINTAH INDONESIA
NOMOR: PER-062/AAIPI/DPN/2018

STANDAR PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH INDONESIA

PROSES BAKU PENGEMBANGAN STANDAR


PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
INDONESIA
DAFTAR ISI

Identifikasian Topik Untuk Dikembangkan Menjadi Draf SPIPI 1

Konsultasi Topik Draf SPIPI Kepada Komite Asosiasi Auditor 1

Intern Pemerintah Indonesia (KAAIPI)

Survei/Riset Terbatas 2

Penulisan Draf SPIPI 2

Pembahasan Draf SPIPI 2

Penulisan Draf Publikasi SPIPI 3

Konsultasi Draf Publikasi SPIP Kepada KAAIPI 3

Penerbitan Draf Publikasi SPIPI 3

Dengar Pendapat Publik (Public Hearings) 3

Pembahasan Tanggapan Atas Draf Publikasi SPIPI 3

Permintaan Pertimbangan Kepada Dewan Pengurus Nasional AAIPI 4

(DPN-AAIPI)

Pembahasan Hasil Pertimbangan DPN-AAIPI 4

Konsultasi Dalam Rangka Finalisasi SPIPI Kepada Komite AAIPI 4


Finalisasi SPIPI

Pengusulan SPIPI untuk Ditetapkan 4

Lampiran II – Proses Baku Pengembangan Standar Pengawasan Intern Pemerintah │ i


1 PROSES BAKU PENGEMBANGAN STANDAR
2 PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
3 INDONESIA
4

5 29. Proses penyiapan Standar Pengawasan Intern Pemerintah


6 Indonesia (SPIPI) merupakan prosedur yang meliputi tahapan kegiatan setiap
7 penyusunan SPIPI oleh Komite Standar Audit Asosiasi Auditor Intern
8 Pemerintah Indonesia (KESAR-AAIPI). Proses penyiapan SPIPI yang telah
9 disepakati berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap
10 kondisi di Indonesia.
11 30. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan
12 kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami
13 dan melaksanakan standar yang ditetapkan. Tahapan persiapan, perumusan
14 dan penyusunan SPIPI dilaksanakan dengan mekanisme dan tahapan
15 sebagaimana disajikan pada Diagram di halaman berikut:
16 31. Berdasarkan diagram di bawah ini, proses penyiapan (due
17 process) Standar Pengawasan Intern diuraikan sebagai berikut:

18 IDENTIFIKASI TOPIK UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI


19 DRAF SPIPI
20 32. Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik yang
21 berkembang yang memerlukan pengaturan dalam bentuk SAPIPI.

22 KONSULTASI TOPIK DRAF SAPIPI KEPADA KOMITE ASOSIASI


23 AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
24 Diagram III: Tahapan Penyiapan (Due Process) SPIPI

Lampiran II – Proses Baku Pengembangan Standar Pengawasan Intern Pemerintah │ 1


Survei/Riset Terbatas Penyusunan Draft
ldentifikasi Topik f---------7 Konsultasi Topik � oleh KESAR
� SPIPI-KESAR

I
,j,,

Konsultasi Draft
Penulisan Draf
Pembahasan Draft Publikasi SPIPI Peluncuran Draft
SPIPI - KESAR � Publikasi SPIPI- � kepada Komite- � Publikasi SPIPI
KE SAR
AAIPI
I
,j,,

Dengar Pendapat Pembahasan Permintaan Pembahasan Hasil


Publik ( Public � Tanggapan Public � Pertimbangan � Pertimbangan DPN-
Hearing) Hearing Kepada DPN-AAIPI AAIPI

I
,j,,

Finalisasi SPIPI/
Penetapan SPIPI
oleh Ketua Umum
DPN-AAIPI
25

26 Topik yang telah diidentifikasi, dikonsultasikan kepada Komite


27 Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (KAAIPI) untuk disusun
28 menjadi Draf SPIPI.

29 SURVEI/RISET TERBATAS

30 33. Pembahasan suatu topik, dilakukan survei/riset terbatas


31 terhadap literatur standar pengawasan intern yang berlaku di berbagai
32 negara, praktik-praktik pengawasan intern yang baik (best practices),
33 peraturan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan
34 dibahas.

35 PENYUSUNAN DRAF SAPIPI

36 34. Berdasarkan hasil survei/riset terbatas dan acuan lainnya,


37 Kelompok Kerja (Pokja) KESAR menyusun Draf SPIPI. Draf yang disusun
38 selanjutnya dibahas oleh Pokja

39 PEMBAHASAN DRAF SPIPI

Lampiran II – Proses Baku Pengembangan Standar Pengawasan Intern Pemerintah │ 2


40 35. Draf yang disusun dibahas oleh anggota KESAR. Pembahasan
41 diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar, diharapkan
42 draf tersebut menjadi Standar Pengawasan Intern yang berkualitas. Apabila
43 terjadi perubahan dari draf awal, maka KESAR melakukan diskusi dengan
44 KAAIPI untuk menyamakan persepsi.

45 PENULISAN DRAF PUBLIKASI SAPIPI

46 36. Draf SPIPI yang telah dibahas oleh KESAR disusun dalam bentuk
47 Draf Publikasi SPIPI untuk kemudian dikonsultasikan kepada KAAIPI.

48 KONSULTASI DRAF PUBLIKASI SAPIPI KEPADA KAAIPI

49 37. Komite Kerja KESAR berkonsultasi dengan KAAIPI untuk


50 penerbitan Draf Publikasi SPIPI.

51 PENERBITAN DRAF PUBLIKASI SPIPI

52 38. KESAR menerbitkan draf SPIPI dengan mengirimkannya kepada


53 stakeholders, antara lain masyarakat, Lembaga Pengawasan Intern
54 Pemerintah, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan.

55 DENGAR PENDAPAT PUBLIK (PUBLIC HEARING)

56 39. Dengar pendapat dilakukan dua tahap, yaitu: dengar pendapat


57 terbatas dan dengar pendapat public (Public Hearing). Dengar pendapat
58 terbatas dilakukan dengan mengundang kalangan akademisi, praktisi,
59 pemerhati pengawasan intern pemerintah untuk memperoleh
60 tanggapan/masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasi. Dengar
61 pendapat publik merupakan proses dengar pendapat dengan masyarakat
62 yang berkepentingan terhadap SAPIPI. Tahapan ini dimaksudkan untuk
63 meminta tanggapan masyarakat terhadap draf SPIPI.

64 PEMBAHASAN TANGGAPAN ATAS DRAF PUBLIKASI SPIPI

Lampiran II – Proses Baku Pengembangan Standar Pengawasan Intern Pemerintah │ 3


65 40. KESAR melakukan pembahasan atas tanggapan/masukan yang
66 diperoleh dari dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik dan
67 masukan lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf
68 publikasi SPIPI.

69 PERMINTAAN PERTIMBANGAN KEPADA DEWAN PENGURUS


70 NASIONAL
71 41. Draf publikasi SAPIPI yang telah disempurnakan tersebut,
72 kemudian dimintakan pertimbangan kepada Dewan Pengurus Nasional (DPN)
73 AAIPI

74 PEMBAHASAN HASIL PERTIMBANGAN DPN-AAIPI

75 42. KESAR melakukan pembahasan atas pertimbangan yang telah


76 diberikan oleh DPN-AAIPI.

77 KONSULTASI DALAM RANGKA FINALISASI SAPIP KEPADA


78 KOMITE AAIPI
79 43. Draf SAPIP yang telah mendapat pertimbangan DPN
80 dikonsultasikan oleh KESAR kepada KAAIPI untuk dilakukan finalisasi SPIPI.

81 FINALISASI SAPIPI

82 44. Tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi,


83 konsistensi, koherensi maupun tata bahasa. Finalisasi setiap SPIPI ditandai
84 dengan penandatanganan SPIPi oleh Ketua Umum DPN-AAIPI dan Ketua
85 KESAR.

Lampiran II – Proses Baku Pengembangan Standar Pengawasan Intern Pemerintah │ 4

Anda mungkin juga menyukai