Anda di halaman 1dari 22

DRAF PUBLIKASI

KERANGKA PRAKTIK PROFESIONAL


PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA


KOMITE STANDAR AUDIT
ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
Gedung BPKP Lantai 11 Jalan Pramuka No. 33Jakarta 43120
Telepon 021 85910031 E-mail: Faksimili 021 85910209

PERATURAN KETUA UMUM


ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
NOMOR ……………
TENTANG
KERANGKA PRAKTIK PROFESIONAL PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KETUA UMUM ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Menimbang : a. bahwa kegiatan pengawasan yang dilakukan sesuai dengan


prinsip dasar, standar, panduan dan kode etik, menghasilkan
mutu hasil audit yang baik yang dapat mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah
pada pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean government)
dengan didukung auditor yang profesional dan kompeten;
b. bahwa Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia
memerlukan suatu kerangka praktik profesional yang menjadi
panduan bagi komite, alat kepengurusan, dan anggota
organisasi dalam mengembangkan acuan kerja dan
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan intern;
c. bahwa untuk mengoptimalkan pengawasan intern se-
bagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
perlu adanya Kerangka Praktik Profesional terkait dengan
pengawasan intern pemerintah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Pera-
turan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia tentang Kerangka Praktik Profesional Pengawasan
Intern Pemerintah;
Mengingat : a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi
Auditor Intern Pemerintah Indonesia;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;

│1
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KETUA UMUM ASOSIASI AUDITOR INTERN


PEMERINTAH INDONESIA TENTANG KERANGKA PRAKTIK
PROFESIONAL PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH.

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia yang selanjut-
nya disingkat AAIPI adalah organisasi profesi yang
beranggotakan perorangan dan unit kerja Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) yang telah memenuhi persyaratan
keanggotaan sebagaimana diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga;
2. Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah,
yang selanjutnya disingkat KP3IP, adalah kerangka kerja yang
bersifat konseptual dalam rangka mengorganisasikan acuan
kerja pengawasan intern yang diterbitkan oleh AAIPI;
3. Acuan Dasar adalah pokok-pokok pemikiran dan norma yang
menjadi landasan praktik pengawasan intern bagi anggota
AAIPI;
4. Acuan Teknis adalah pedoman pelaksanaan atas setiap ele-
men Acuan Dasar dan pedoman-pedoman teknis dalam men-
jalankan kegiatan pengawasan intern.

Pasal 2
KP3IP bertujuan untuk:
(1) Memberikan kesamaan pemahaman bagi anggota AAIPI
mengenai praktik profesional pengawasan intern;
(2) Memandu AAIPI dalam merumuskan, menetapkan, dan
mengembangkan acuan praktik profesional pengawasan in-
tern.

Pasal 3
(1) KP3IP dibangun dan dikembangkan dalam rangka mencapai
misi pengawasan intern;
(2) KP3IP terdiri dari Acuan Dasar dan Acuan Teknis;
(3) KP3IP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) meru-
pakan satu kesatuan acuan bagi AAIPI dan anggota AAIPI
dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan in-
tern.

│2
Pasal 4
(1) Acuan Dasar sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2),
terdiri dari:
a. Definisi Pengawasan Intern, yang selanjutnya disebut
Definisi;
b. Prinsip-Prinsip Dasar Pengawasan Intern, yang selanjut-
nya disebut Prinsip Dasar;
c. Standar Pengawasan Intern, yang selanjutnya disebut
Standar, dan
d. Kode Etik.

(2) Acuan Teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2)


terdiri dari:
a. Panduan Pelaksanaan; dan
b. Panduan Teknis.

Pasal 5
(1) Acuan Dasar dikembangkan melalui suatu proses
komprehensif yang di dalamnya mencakup pemaparan publik
(public exposure);
(2) Acuan Teknis yang diterbitkan oleh regulator atau yang pen-
erapannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan mas-
ing-masing APIP disahkan secara formal oleh DPN AAIPI
berdasarkan usulan Komite terkait atau Komite yang di-
tugaskan oleh Ketua Umum DPN AAIPI;
(3) Acuan Teknis selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan berlaku untuk seluruh anggota asosiasi dikembangkan
melalui proses sebagaimana pada ayat (1).

Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai KP3IP dan Prosedur Baku
Pengembangan Acuan Dasar sebagaimana dimaksud pada
Pasal 5 ayat (1) dan Acuan Teknis sebagaimana dimaksud pada
Pasal 5 ayat (3) tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

│3
Pasal 7
Pada saat Peraturan ini berlaku, Keputusan Ketua Umum
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor
KEP-062/AAIPI/DPN/2018 tentang Kerangka Konseptual
Pengawasan Intern Pemerintah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 8
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : ………………..

Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia


Ketua Umum

Sumiyati, Ak, M.FM


Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan

│4
ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Lampiran I
PERATURAN
KETUA UMUM DEWAN PENGURUS NASIONAL
ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
NOMOR: …………

KERANGKA PRAKTIK PROFESIONAL


PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Diagram 1 Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern
Pemerintah (KP3IP) 2

LATAR BELAKANG 1

MISI 3

PRINSIP DASAR 3

DEFINISI 4

STANDAR 5

KODE ETIK 5

PANDUAN PELAKSANAAN 6

PANDUAN TEKNIS 6

i
1 LATAR BELAKANG

2 01. Sesuai dengan Pasal 8 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


3 Tangga (AD/ART), AAIPI menyelenggarakan tugas dan fungsi, untuk:
4 (a) Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan kode etik auditor APIP;
5 (b) Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan standar;
6 (c) Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan pedoman telaahan
7 sejawat di lingkungan APIP;
8 (d) Memberi masukan dalam pengembangan metodologi, teknik, dan
9 pendekatan-pendekatan pengawasan intern serta praktik pengawasan
10 intern yang baik di lingkungan APIP dengan mengacu pada praktik
11 internasional;
12 (e) Memberi masukan dalam mewujudkan integritas, profesionalisme, dan
13 kesejahteraan auditor guna mewujudkan peran APIP; dan
14 (f) Melakukan kerjasama dengan organisasi profesi lain dalam lingkup
15 nasional dan internasional.

16 02. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, DPN AAIPI


17 menetapkan Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah
18 (KP3IP) yang selanjutnya disingkat KP3IP, yaitu kerangka kerja yang bersifat
19 konseptual dalam rangka mengorganisasikan acuan kerja pengawasan
20 intern pemerintah Indonesia yang diterbitkan oleh AAIPI. KP3IP menjadi
21 acuan untuk:

22 (a) Memberi panduan bagi AAIPI dalam merumuskan, menetapkan dan


23 mengembangkan prinsip dasar, definisi, standar, kode etik, panduan
24 pelaksanaan dan panduan teknis, serta dalam mengembangkan
25 metodologi, teknik, pendekatan–pendekatan, dan praktik pengawasan
26 intern yang dipandang baik.

27 Panduan tersebut berfungsi sebagai perekat berbagai ide/gagasan terkait


28 pengembangan standar, kode etik dan telaahan sejawat maupun
29 metodologi, teknik dan pendekatan–pendekatan pengawasan intern serta
30 penjabarannya agar berbagai ide/gagasan tersebut tetap dalam konteks

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │1


31 mencapai misi pengawasan intern. KP3IP juga menjadi penghubung
32 antara konsep-konsep pengawasan intern dengan kondisi nyata di
33 lapangan agar ide/gagasan tersebut tetap kontekstual.

34 (b) Memberikan kesamaan pemahaman bagi anggota AAIPI mengenai acuan


35 kerja pengawasan intern.

36 Sifat keanggotaan AAIPI yang mencakup individu dengan berbagai latar


37 belakang pendidikan dan beranggotakan unit kerja APIP di seluruh
38 Indonesia dengan berbagai tingkat kapabilitas APIP, berisiko menghadapi
39 kesalahan persepsi atau perbedaan pemahaman yang dapat mengarah
40 pada perbedaan dalam praktik di lapangan. Dengan adanya kerangka
41 yang bersifat konseptual, maka perbedaan pemahaman tersebut dapat
42 diminimalisir, sehingga prinsip dasar, definisi, standar, kode etik serta
43 penjabarannya dapat dilaksanakan secara lebih efektif.

44 03. Sifat KP3IP secara konseptual bermakna bahwa KP3IP dibangun


45 dan dikembangkan berdasarkan konsep pengawasan intern yang telah teruji.
46 Perbedaan kapabilitas APIP tidak menjadi penghambat implementasi KP3IP.

47 04. KP3IP digambarkan dalam bentuk diagram sebagaimana Diagram


48 1 berikut:
49 Diagram 1. Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern
50 Pemerintah (KP3IP)

51

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │2


52 MISI
53 05. Misi pengawasan intern adalah memberikan nilai tambah bagi
54 pencapaian tujuan kementerian/lembaga/pemerintah daerah dengan:

55 (a) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,


56 efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
57 fungsi;
58 (b) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
59 risiko dan pengendalian intern dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi;
60 dan
61 (c) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
62 tugas dan fungsi.

63 PRINSIP DASAR
64 06. Prinsip Dasar secara keseluruhan mengartikulasikan efektivitas
65 penyelenggaraan pengawasan intern. Penerapan Prinsip Dasar secara efektif
66 akan mengarahkan pada pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan intern
67 yang efektif. Sebaliknya tidak berjalannya Prinsip Dasar menunjukkan tugas
68 dan fungsi pengawasan intern tidak berjalan secara efektif.

69 07. Prinsip Dasar pengawasan intern meliputi:


70 (a) Menjaga dan mengedepankan integritas;
71 (b) Meningkatkan kompetensi dan menggunakan kemahiran profesionalnya
72 dengan cermat, seksama, dan hati-hati;
73 (c) Bersifat obyektif dan independen dari gangguan dan tekanan entitas atau
74 kepentingan;
75 (d) Bekerja sesuai dengan strategi, tujuan dan risiko organisasi;
76 (e) Mempunyai kedudukan kelembagaan yang tepat dan mempunyai sumber
77 daya yang cukup;
78 (f) Berkualitas dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan;
79 (g) Berkomunikasi secara efektif;
80 (h) Memberikan keyakinan yang memadai berbasis pada risiko;
81 (i) Berwawasan, proaktif dan fokus pada masa depan, dan
82 (j) Mempromosikan perbaikan/inovasi operasional dan organisasional.

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │3


83 08. Interpretasi dan penjelasan resmi atas Prinsip Dasar akan
84 diterbitkan oleh DPN-AAIPI.

85 DEFINISI
86 09. Definisi pengawasan intern menyatakan tujuan dasar, sifat, dan
87 ruang lingkup pengawasan intern. AAIPI mendefinisikan pengawasan
88 pengawasan intern mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
89 2008, yaitu “seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
90 kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
91 organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
92 kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
93 secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan
94 tata kepemerintahan yang baik”. Definisi tersebut juga mengakomodasi
95 definisi audit intern menurut The Institute of Internal Auditors (IIA), yaitu
96 “aktivitas asurans dan konsultansi yang bersifat independen dan objektif,
97 yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi or-
98 ganisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya melalui
99 pendekatan yang sistematis dan teratur dalam mengevaluasi dan meningkat-
100 kan keefektifan proses manajemen risiko, pengendalian dan tata kelola”.

101 10. Pengawasan intern dilaksanakan dalam bentuk kegiatan


102 asurans/penjaminan (assurance activities) dan kegiatan konsultansi
103 (consulting activities). Kegiatan asurans dilaksanakan dalam bentuk audit,
104 reviu, evaluasi, dan pemantauan. Adapun kegiatan konsultansi dil-
105 aksanakan antara lain dalam bentuk asistensi, fasilitasi, pelatihan, dan
106 bimbingan teknis.

107 11. Pengawasan intern dalam bentuk kegiatan asurans dan kegiatan
108 konsultansi harus dapat memberikan nilai tambah dan memperbaiki kuali-
109 tas operasional kementerian/lembaga non kementerian dan pemerintah dae-
110 rah.

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │4


111 12. AAIPI dapat menerbitkan intepretasi, penjelasan resmi atau
112 kerangka kerja rinci atas definisi pengawasan intern ini.

113 STANDAR
114 13. AAIPI menerbitkan Standar dalam rangka menjaga mutu hasil
115 pengawasan intern yang dilaksanakan oleh APIP. Standar adalah kriteria
116 atau ukuran mutu minimal dalam melakukan kegiatan pengawasan intern.
117 Standar merupakan prasyarat dasar dalam menjalankan praktik profesional
118 pengawasan intern dan sebagai dasar evaluasi terhadap efektivitas penye-
119 lenggaraan pengawasan intern.

120 14. Standar yang diterbitkan oleh AAIPI berlaku untuk seluruh
121 kegiatan pengawasan intern, termasuk di dalamnya kegiatan audit se-
122 bagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
123 60 Tahun 2008.

124 15. AAIPI dapat menerbitkan interpretasi, penjelasan resmi atau


125 acuan kerja rinci atas Standar ini.

126 KODE ETIK


127 16. AAIPI menerbitkan Kode Etik dalam rangka menjaga perilaku ang-
128 gotanya. Kode etik adalah pernyataan tentang prinsip moral dan nilai yang
129 digunakan oleh auditor sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan
130 tugas pengawasan intern. Kode Etik bertujuan untuk mempromosikan bu-
131 daya etis dalam praktik profesional pengawasan intern. Kode Etik diperlukan
132 karena pengawasan intern merupakan pekerjaan yang dijalankan atas dasar
133 kepercayaan dalam memberikan jaminan yang objektif terhadap tata kelola,
134 manajemen risiko, dan pengendalian intern.

135 17. AAIPI dapat menerbitkan interpretasi, penjelasan resmi atau


136 acuan kerja rinci atas Kode Etik ini.

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │5


137 PANDUAN PELAKSANAAN
138 18. Panduan Pelaksanaan adalah panduan untuk melaksanakan
139 Prinsip Dasar, Definisi, Standar, dan Kode Etik dalam rangka melaksanakan
140 praktik-praktik pengawasan intern yang baik. Panduan Pelaksanaan
141 mengarahkan penggunaan pendekatan, metodologi, dan pertimbangan
142 pengawasan intern, namun tidak mencakup proses atau prosedur rinci.

143 19. Panduan Pelaksanaan yang diterbitkan melalui proses


144 pengesahan formal terhadap ketentuan/pedoman yang diterbitkan oleh reg-
145 ulator adalah acuan yang diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga se-
146 bagaimana yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan.

147 20. AAIPI dapat menerbitkan Panduan Pelaksanaan yang pengem-


148 bangannya dilakukan melalui suatu proses komprehensif yang di dalamnya
149 mencakup pemaparan publik (public exposure) seperti Pedoman Penerapan
150 Kode Etik Auditor Intern dan Pedoman Penerapan Standar.

151 PANDUAN TEKNIS


152 21. Panduan Teknis adalah panduan rinci untuk melaksanakan
153 kegiatan pengawasan intern. Panduan Teknis mencakup isu-isu pengawasan
154 intern pada topik atau sektor tertentu, yang didalamnya memuat proses dan
155 prosedur, alat dan teknik, program kerja pengawasan, langkah-langkah
156 kerja, dan contoh pelaksanaannya.

157 22. AAIPI dapat menerbitkan Pandun Teknis melalui proses


158 pengesahan formal terhadap ketentuan/pedoman yang diterbitkan oleh
159 regulator atau ketentuan/pedoman yang penerapannya disesuaikan dengan
160 kondisi dan kebutuhan masing-masing APIP.

161 23. Panduan Teknis yang diterbitkan melalui proses pengesahan for-
162 mal terhadap ketentuan/pedoman yang diterbitkan oleh regulator adalah

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │6


163 acuan yang diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga sebagaimana yang di-
164 amanatkan dalam peraturan perundang-undangan, seperti Peraturan
165 Menteri Keuangan tentang reviu atas rencana kerja dan anggaran, reviu
166 rencana kerja barang milik negara, dan reviu laporan keuangan, Peraturan
167 Kepala BPKP tentang kapabilitas APIP, dan Peraturan Menteri PAN tentang
168 Evaluasi SAKIP.

169 24. Panduan Teknis yang diterbitkan melalui proses pengesahan for-
170 mal terhadap ketentuan/pedoman yang penerapannya disesuaikan dengan
171 kondisi dan kebutuhan masing-masing APIP adalah acuan pelaksanaan
172 pengawasan pada bidang teknis tertentu, seperti Pedoman Audit Pencetakan
173 Sawah, Pedoman Audit Kinerja Patroli Bea dan Cukai, dan Pedoman Audit
174 BPJS.

175 25. AAIPI dapat menerbitkan Panduan Teknis yang pengem-


176 bangannya dilakukan melalui suatu proses komprehensif yang di dalamnya
177 mencakup pemaparan publik (public exposure) seperti Pedoman Audit
178 Kinerja, Pedoman Audit Manajemen Risiko, dan Pedoman Audit Investigasi.

Lampiran I – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP) │7


ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

Lampiran II
PERATURAN
KETUA UMUM DEWAN PENGURUS NASIONAL
ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA
NOMOR: …………

PROSEDUR BAKU PENGEMBANGAN


ACUAN DASAR DAN ACUAN TEKNIS
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Diagram 2 Tahapan Pengembangan (Due Process) Acuan 1

IDENTIFIKASI TOPIK UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI DRAF ACUAN 2

KONSULTASI TOPIK KEPADA DEWAN PENGURUS NASIONAL DAN SELURUH


KOMITE 2

SURVEI/RISET TERBATAS 2

PENYUSUNAN DRAF 2

PEMBAHASAN DRAF 2

PENULISAN DRAF PUBLIKASI 3

KONSULTASI DRAF PUBLIKASI KEPADA DEWAN PENGURUS NASIONAL DAN


SELURUH KOMITE 3

PENERBITAN DRAF PUBLIKASI 3

PEMAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSURE) 3

PEMBAHASAN TANGGAPAN ATAS DRAF PUBLIKASI 4

PERMINTAAN PERTIMBANGAN KEPADA DEWAN PENGURUS NASIONAL DAN


SELURUH KOMITE 4

PEMBAHASAN HASIL PERTIMBANGAN 4

FINALISASI ACUAN 4
1 PROSEDUR BAKU PENGEMBANGAN ACUAN DASAR DAN ACUAN
2 TEKNIS

3 1. Prosedur baku pengembangan Acuan Dasar dan Acuan Teknis,


4 yang selanjutnya disebut Acuan, merupakan prosedur yang meliputi seluruh
5 tahapan kegiatan penyusunan Acuan oleh Komite yang berwenang (sesuai
6 dengan tugas dan fungsinya atau berdasarkan penugasan oleh Ketua Umum
7 DPN AAIPI). Prosedur baku disusun dengan mengacu pada proses penyiapan
8 Acuan yang telah disepakati berlaku umum secara internasional dengan
9 penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia.

10 2. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan


11 kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami
12 dan melaksanakan Acuan. Prosedur baku dilaksanakan dengan mekanisme
13 dan tahapan sebagaimana disajikan pada Diagram 2.

14 Diagram 2: Tahapan Pengembangan (Due Process) Acuan

2. Konsultasi
3. Survey/Riset 4. Penyusunan
1. Identifikasi Topik Kepada
Terbatas oleh Draf Acuan
Topik DPN danSeluruh
Komite oleh Komite
Komite

6. Penulisan 7. Konsultasi
5. Pembahasan Draf Publikasi 8. Peluncuran
Draf Acuan Draf Publikasi
Acuan oleh Komite Draf Publikasi
oleh Komite Acuan oleh kepada DPN dan Acuan
Komite Seluruh Komite

10. Pembahasan 12.Pembahasan


9. Pemaparan 11. Permintaan
Masukan / Tang- Hasil Pertim-
Publik (Public Ex- Pertimbangan
gapan Public Ex- bangan
posure) kepada DPN AAIPI
posure DPN AAIPI

13.Finalisasi/
Pengesahan Acuan
oleh DPN AAIPI

Lampiran II – Prosedur Baku Pengembangan Acuan Dasar dan Acuan Teknis │ 1


15 IDENTIFIKASI TOPIK UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI
16 DRAF ACUAN
17 3. Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik yang
18 berkembang yang memerlukan pengaturan dalam bentuk Acuan.

19 KONSULTASI TOPIK KEPADA DEWAN PENGURUS NASIONAL


20 DAN SELURUH KOMITE
21 4. Topik yang telah diidentifikasi, selanjutnya dikonsultasikan kepada
22 DPN AAIPI dan seluruh Komite pada Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
23 Indonesia (AAIPI), yang terdiri dari Komite Standar Audit, Komite Pengem-
24 bangan Profesi, Komite Telaah Sejawat dan Komite Kode Etik untuk disusun
25 menjadi Draf Acuan.

26 SURVEI/RISET TERBATAS
27 5. Dalam pembahasan suatu topik pada Draf Acuan, dilakukan
28 survei/riset terbatas terhadap literatur standar pengawasan intern yang
29 berlaku di berbagai negara, praktik-praktik pengawasan intern yang baik
30 (best practices), peraturan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan topik
31 yang akan dibahas.

32 PENYUSUNAN DRAF
33 6. Berdasarkan hasil survei/riset terbatas dan acuan lainnya, Komite
34 yang berwenang menyusun Draf Acuan. Draf yang disusun selanjutnya
35 dibahas dalam Rapat Anggota Komite tersebut, atau oleh Kelompok Kerja
36 yang dibentuk oleh Komite tersebut.

37 PEMBAHASAN DRAF
38 7. Draf yang disusun dibahas oleh anggota dalam Rapat Anggota
39 Komite yang berwenang. Pembahasan diutamakan pada substansi dan
40 implikasi penerapan Acuan, diharapkan draf tersebut menjadi Acuan yang
41 berkualitas. Dalam hal diperlukan Komite dapat melakukan konsultasi

Lampiran II – Prosedur Baku Pengembangan Acuan Dasar dan Acuan Teknis │ 2


42 dengan ahli/pihak lain yang berkompeten. Apabila terjadi perubahan dari
43 draf awal, maka Komite yang berwenang melakukan diskusi dengan DPN
44 AAIPI dan seluruh Komite AAIPI untuk menyamakan persepsi.

45 PENULISAN DRAF PUBLIKASI


46 8. Draf Acuan yang telah dibahas oleh Komite yang berwenang
47 disusun dalam bentuk Draf Publikasi Acuan untuk kemudian
48 dikonsultasikan kepada DPN AAIPI dan seluruh Komite AAIPI.

49 KONSULTASI DRAF PUBLIKASI KEPADA DEWAN PENGURUS


50 NASIONAL DAN SELURUH KOMITE
51 9. Komite yang berwenang berkonsultasi dengan DPN AAIPI dan
52 seluruh Komite AAIPI untuk penerbitan Draf Publikasi.

53 PENERBITAN DRAF PUBLIKASI


54 10. Komite yang berwenang menerbitkan Draf Publikasi untuk dimin-
55 takan masukan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders), antara
56 lain: anggota AAIPI, masyarakat, praktisi pengawasan intern, akademisi dan
57 organisasi profesi lainnya.

58 PEMAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSURE)


59 11. Pemaparan Publik dilakukan dalam rangka meminta masukan
60 kepada anggota AAIPI, masyarakat, praktisi pengawasan intern, akademisi
61 dan organisasi profesi lainnya untuk penyempurnaan Draf Publikasi.

62 12. Pemaparan Publik dapat dilakukan melalui penyampaian salinan


63 Draf Publikasi dalam bentuk cetak, media elektronik seperti website asosiasi,
64 e-mail/surat elektronik dan/atau tatap muka langsung.

Lampiran II – Prosedur Baku Pengembangan Acuan Dasar dan Acuan Teknis │ 3


65 PEMBAHASAN TANGGAPAN ATAS DRAF PUBLIKASI
66 13. Komite yang berwenang melakukan pembahasan atas
67 tanggapan/masukan yang diperoleh dari pemaparan publik dan masukan
68 lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf publikasi Acuan.

69 PERMINTAAN PERTIMBANGAN KEPADA DEWAN PENGURUS


70 NASIONAL DAN SELURUH KOMITE
71 14. Draf publikasi Acuan yang telah disempurnakan tersebut,
72 kemudian dimintakan pertimbangan kepada DPN AAIPI dan seluruh Komite
73 AAIPI.

74 PEMBAHASAN HASIL PERTIMBANGAN


75 15. Komite yang berwenang melakukan pembahasan atas
76 pertimbangan yang telah diberikan oleh DPN AAIPI dan seluruh Komite AAIPI.

77 FINALISASI ACUAN
78 16. Tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi,
79 konsistensi, koherensi maupun tata bahasa. Finalisasi Acuan ditandai
80 dengan:

81 (a) Penyampaian Draf Final Acuan dari Ketua Komite yang berwenang kepada
82 Ketua Umum DPN AAIPI,
83 (b) Penandatanganan dokumen pengesahan Acuan oleh Ketua Umum DPN
84 AAIPI.

85 17. Sebelum dilakukan penandatanganan, Ketua Umum DPN AAIPI


86 dapat mengundang seluruh Pengurus DPN AAIPI dan/atau Komite AAIPI un-
87 tuk memperoleh masukan final.

Lampiran II – Prosedur Baku Pengembangan Acuan Dasar dan Acuan Teknis │ 4


Tim Penyusun
Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah

Ketua
Widiarto (Inspektur Jenderal Kementerian PUPR)

Wakil Ketua I
Sunraizal (Inspektur Jenderal Kementerian ATR/BPN)

Wakil Ketua II
Gusmah Yuzar (Inspektur Kota Palembang)

Sekretaris
Endah Herawaty (Itjen KemenPUPR)

Anggota Komite Standar Audit

-ksaaaipi-

Tim Penyusun – Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah│

Anda mungkin juga menyukai