Kultum Masjid Al-Hidayah PDF
Kultum Masjid Al-Hidayah PDF
kitab yang tertulis, dan yang tidak tertulis tidak disebutkan jumlahnya. Nama penulis
Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qodir Jawaz.
Jamaah sekalian, kedua kitab ini sama-sama sepakat tidak ada menyebutkan hadits-
hadits seputar bulan Robi’ul Awwal, Robi’ul Akhir, Jumadil Awwal dan Jumadil
Akhir, artinya jamaah sekalian bahwa 4 bulan ini tidak ada pengabaran Nabi
shollallohu ‘alayhi wa sallam seputar keutamaannya dan amalan-amalan khusus yang
dilakukan pada bulan-bulan tersebut.
Berbeda halnya dengan bulan-bulan lain, seperti bulan Muharram, Safar, Rajab,
Sya’ban, Romadhon, Syawal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah. Semua bulan-bulan tersebut
memiliki hadits-hadits yang berbicara tentangnya, baik dari segi keutamaannya,
amalan yang dilakukan Nabi atau shahabat Nabi pada bulan-bulan tersebut atau
keyakinan orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut.
Jadi jamaah sekalian, poin pertama telah terjawab dengan pertanyaan, Adakah
keistimewaan bulan Robi’ul Awwal? Maka jawabannya adalah tidak ada keistimewaan
secara khusus yang disebutkan Nabi pada bulan tersebut, selain pada bulan tersebut
bahwa Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan. Itu saja, cukup itu
sebagai keutamaan dengan kelahiran Nabi pada bulan tersebut, yang dengan
kelahirannya, Alloh hendak memberikan rahmatnya pada manusia akhir zaman ini,
dengan syarat mereka harus ber-Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad
shollallohu ‘alayhi wa sallam. Sebagaimana Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam
bersabda,
Kemudian kita masuk pada poin ke-2: Benarkah bulan Robi’ul Awwal bulan kelahiran
Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam, berikut tanggal dan harinya?
Maka penyebutan bulan Robi’ul Awwal sebagai bulan kelahiran Nabi shollallohu
‘alayhi wa sallam diperselisihkan oleh para ulama. Karena sebagian ulama
berpendapat bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan pada bulan
Romadhon, namun yang dikuatkan oleh pendapat mayoritas ulama adalah bulan
Robi’ul Awwal. Demikian pun tanggal kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam
diperselisihkan oleh para ulama; Ibnu Ishaq yang dia merupakan pakar sejarah,
berpendapat bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan pada malam hari
tanggal 12 Robi’ul Awwal (bisa dilihat pada Sirah Ibnu Hisyam). Sementara Al-Waqidi
(yang dia juga merupakan pakar sejarah) berpendapat bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi
wa sallam dilahirkan pada tanggal 10 Robi’ul Awwal (bisa dilihat pada Thobaqot Ibnu
Sa’ad, jilid 1:100). Abu Ma’syar As-Sindi (sama, beliau juga pakar sejarah)
berpendapat bahwa beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan pada tanggal 2
Robi’ul Awwal. Dari ketiga pendapat pakar sejarah tersebut, yang lebih kuat adalah
pendapat Ibnu Ishaq, yakni tanggal 12 Robi’ul Awwal.
Adapun hari kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam, tidak ada perselisihan atau
perbedaan pendapat para ulama, karena adanya hadits shohih yang jadi pegangan dan
tidak adanya hadits-hadits shohih yang lain yang menyebutkan hari lain, yakni hadits:
ِْ ص ْوِم
اْلثْ نَ ْي ِن ِ ِ
َ صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُسئ َل َع ْن
ِ ِ ِ ِ ْادةَ اْلَن
َّ أ:ُضي اللهُ َع ْنه
َ َن َر ُس ْو َل الله َ ََع ْن أَبِ ْي قَ ت
َ صاري َر َ
ُ ال فِ ْي ِه ُولِ ْد
رواه مسلم. ت َوفِ ْي ِه أُنْ ِز َل َعلَ َّي َ فَ َق
"Dari Abi Qotadah al-Anshori rodhiyallohu 'anhu sesungguhnya Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu
diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim, Abud Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah,
Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).”
Sekarang yang menjadi pertanyaan –setelah disimak penjelasan kami barusan dan
tentang seputar keutamaan atau keistimewaan bulan Robi’ul Awwal yang tidak ada
padanya hadits yang menyebutkannya–, adalah tentang perayaan maulid Nabi.
1. Adakah Nabi memperingati dan merayakan hari kelahirannya?
2. Jika iya, bagaimana Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam memperingati dan
merayakan hari kelahirannya? Bagaimana bentuk apresiasinya? Bagaimana
cara beliau melakukannya? Adakah riwayat atau hadits dari para sahabat yang
menyebutkannya?
3. Kemudian, jika jawaban nomor 1 tadi adalah tidak, maka bagaimana dengan
kaum muslimin sekarang yang notabene umat Islam di tanah air pada
merayakannya dengan berbagai bentuk perayaan, apakah boleh mengikut
mereka? Atau mencukupkan diri mengikuti Nabi, yakni tidak memperingati
dan merayakan? Maka dalam hal ini ada 2 dalil yang bisa jadi renungan;
ِ ِ ِوك َعن سب ِ ِ وإِ ْن تُ ِط ْع أَ ْكثَر من فِي ْاْلَر
ُ يل اللَّه إِ ْن يَتَّبِعُو َن إََِّل الظَّ َّن َوإِ ْن ُه ْم إََِّل يَ ْْ ُر
صو َن َ ْ َ ُّض يُضلْ َْ َ َ
( 111)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Alloh).” (Al-An’am: 116)
ِ ول اللَّ ِه أُسوةٌ حسنةٌ لِمن َكا َن ي رجو اللَّه والْي وم
اآلخ َر َوذَ َك َر اللَّهَ َكثِيرا ِ لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم فِي ر ُس
َ ْ َ َ َ ُ َْ ْ َ ََ َ َ ْ َ
(11)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (Al-Ahzab: 21)
4. Kemudian jika tetap mengikuti kaum muslimin yang ikut memperingati dan
merayakan, apakah kita dapat pahala? Nah, sebelum kita melangkah berbicara
tentang pahala seputar hal ini, maka yang perlu kita tahu terlebih dahulu adalah
apakah Alloh menerima amalan-amalan ini, yakni perayaan maulid dan yang
menyertainya? Maka dalam hal ini, ada hadits Nabi yang jadi renungan:
Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,
ٌّس ِم ْنهُ فَ ُه َو َرد ِ َ من أَح َد
َ ث فى أ َْم ِرنَا َه َذا َما لَْي ْ َْ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak
ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim
no. 1718)
Beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam juga bersabda,
ٌّس َعلَْي ِه أ َْم ُرنَا فَ ُه َو َرد ِ
َ َم ْن َعم َل َع َمال لَْي
KULTUM MASJID AL-HIDAYAH
5
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan dari syariat kami, maka
amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Dalam sabda beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam ‘yang bukan ajaran kami’
mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilakukan hendaknya berada dalam
koridor syari’at. Oleh karena itu, syari’atlah yang nantinya menjadi hakim bagi
setiap amalan apakah amalan tersebut diperintahkan atau dilarang. Jadi, apabila
seseorang melakukan suatu amalan yang masih berada dalam koridor syari’at
dan mencocokinya, amalan tersebutlah yang diterima. Sebaliknya, apabila
seseorang melakukan suatu amalan keluar dari ketentuan syari’at, maka amalan
tersebut tertolak. (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77-78)
Jama’ah Shubuh yang dimuliakan dan dirahmati oleh Alloh subhanahu wa Ta’ala..
Telah kita jelaskan pada pertemuan sebelumnya, bahwa hari kelahiran Nabi
shollallohu ‘alayhi wa sallam adalah hari senin dan ini disepakati oleh para ulama,
karena jelasnya hadits Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam dalam masalah ini, berbeda
dengan penentuan tanggal dan bulan kelahiran beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam.
Nah yang menjadi pertanyaan, Adakah ritual tertentu dengan hari kelahiran Nabi dan
bagaimana praktek Nabi dalam menyikapi kelahirannya?
Maka jika kita melihat hadits-hadits Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam seputar ini,
maka hanya akan berputar pada poros hadits seputar penyebutan hari kelahiran Nabi
shollallohu ‘alayhi wa sallam yang telah kita sebutkan sebelumnya, yakni hadits:
ِْ ص ْوِم
اْلثْ نَ ْي ِن ِ ِ
َ صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُسئ َل َع ْن
ِ ِ ِ ِ ْادةَ اْلَن
َّ أ:ُضي اللهُ َع ْنه
َ َن َر ُس ْو َل الله َ ََع ْن أَبِ ْي قَ ت
َ صاري َر َ
ُ ال فِ ْي ِه ُولِ ْد
رواه مسلم. ت َوفِ ْي ِه أُنْ ِز َل َعلَ َّي َ فَ َق
"Dari Abi Qotadah al-Anshori rodhiyallohu 'anhu sesungguhnya Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu
diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim, Abud Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah,
Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).”
Dalam hadits lain,
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
Alhamdulillah buku kami ini, sisa menyelesaikan editan dan menambahkan apa yang
perlu ditambahkan, setelah itu akan dicetak. Semoga Alloh memudahkan.