Anda di halaman 1dari 8

1

Assalamu ‘alaykum warohmatulloh wabarokaatuh


Muqoddimah (berupa pujian dan sholawat kepada Nabi)
Jamaah Shubuh yang semoga dimuliakan dan dirohmati oleh Alloh subhanahu wa
Ta’ala, sebagaiamana telah kami sampaikan sebelumnya bahwa kami akan membahas
tentang bulan Robi’ul Awwal, dimana yang kita kenal bahwa bulan tersebut adalah
bulan kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam.
Insya Alloh pembahasan kita dalam Kitab at-Tauhid, akan kita lanjutkan setelah
selesai materi ini.
Kemudian jamaah sekalian, kita masuk pada pembahasan seputar Robi’ul Awwal.
Nah sekarang, Apa yang perlu dibahas seputar Robi’ul Awwal? Ada beberapa yang
perlu dipahami seputar bulan Robi’ul Awwal menurut kacamata Islam, seperti;
1. Adakah keistimewaan bulan Robi’ul Awwal, karena dia sebagaimana yang kita
ketahui adalah bulan kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam?
2. Benarkah bulan Robi’ul Awwal bulan kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa
sallam, berikut tanggal dan harinya?
3. Adakah ritual tertentu dengan hari kelahiran Nabi dan bagaimana praktek Nabi
dalam menyikapi kelahirannya?
4. Mengenal hadits-hadits palsu seputar keistimewaan Nabi
Inilah ketiga pertanyaan atau 4 permasalahan yang akan kita bahas, insya Alloh.
Nah pada Shubuh ini, kita bahas poin pertama, yakni Adakah keistimewaan bulan
Robi’ul Awwal?
Alhamdulillah pada poin ini kami ingin sampaikan bahwa kami memiliki 2 kitab yang
membahas seputar Ritual Tahunan, baik yang sunnah maupun yang bid’ah, dengan
penyebutan hadits-hadits seputar bulan-bulan hijriyah, baik penyebutan
keutamaannya, amalan yang dianjurkan di tiap-tiap bulannya, maupun sekedar
pengabaran yang Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam kabarkan berkaitan dengan bulan-
bulan hijriyyah.
Buku pertama yang berjudul al-Bida’ al-Hauliyyah (Ritual Bid’ah Dalam Setahun)
dengan jumlah referensi kitab yang beliau pakai dalam menyusun kitabnya ini adalah
187 kitab, nama penulis DR. ‘Abdulloh bin ‘Abdul ‘Aziz at-Tuwaijiri.
Buku kedua yang berjudul as-Sunanul Hauliyyah (Amalan Sunnah Setahun) dengan
jumlah referensi kitab yang beliau pakai dalam menyusun karyanya ini adalah 184
KULTUM MASJID AL-HIDAYAH
2

kitab yang tertulis, dan yang tidak tertulis tidak disebutkan jumlahnya. Nama penulis
Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qodir Jawaz.
Jamaah sekalian, kedua kitab ini sama-sama sepakat tidak ada menyebutkan hadits-
hadits seputar bulan Robi’ul Awwal, Robi’ul Akhir, Jumadil Awwal dan Jumadil
Akhir, artinya jamaah sekalian bahwa 4 bulan ini tidak ada pengabaran Nabi
shollallohu ‘alayhi wa sallam seputar keutamaannya dan amalan-amalan khusus yang
dilakukan pada bulan-bulan tersebut.
Berbeda halnya dengan bulan-bulan lain, seperti bulan Muharram, Safar, Rajab,
Sya’ban, Romadhon, Syawal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah. Semua bulan-bulan tersebut
memiliki hadits-hadits yang berbicara tentangnya, baik dari segi keutamaannya,
amalan yang dilakukan Nabi atau shahabat Nabi pada bulan-bulan tersebut atau
keyakinan orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut.
Jadi jamaah sekalian, poin pertama telah terjawab dengan pertanyaan, Adakah
keistimewaan bulan Robi’ul Awwal? Maka jawabannya adalah tidak ada keistimewaan
secara khusus yang disebutkan Nabi pada bulan tersebut, selain pada bulan tersebut
bahwa Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan. Itu saja, cukup itu
sebagai keutamaan dengan kelahiran Nabi pada bulan tersebut, yang dengan
kelahirannya, Alloh hendak memberikan rahmatnya pada manusia akhir zaman ini,
dengan syarat mereka harus ber-Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad
shollallohu ‘alayhi wa sallam. Sebagaimana Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam
bersabda,

‫وت َولَ ْم يُ ْؤِم ْن‬


ُ ‫ص َرانِ ٌّي ثُ َّم يَ ُم‬
ْ َ‫ي َوََل ن‬ ِ ‫والَّ ِذي نَ ْفس مح َّم ٍد بِي ِدهِ ََل يسمع بِي أَح ٌد ِمن َه ِذهِ ْاْل َُّم ِة ي ه‬
ٌّ ‫ود‬ َُ ْ َ ََُْ َ َُ ُ َ
ِ
ْ ‫ْت بِ ِه إََِّل َكا َن م ْن أ‬
ِ ‫َص َح‬
‫اب النَّا ِر‬ ُ ‫بِالَّ ِذي أ ُْر ِسل‬
"Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, tidak seorangpun dari kalangan
Yahudi atau Nasrani dari umat ini yang mendengar tentangku, kemudian ia mati tanpa
mengimani risalahku, kecuali ia tergolong penghuni neraka. " {Muslim 1/93}

KULTUM MASJID AL-HIDAYAH


3

Kemudian kita masuk pada poin ke-2: Benarkah bulan Robi’ul Awwal bulan kelahiran
Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam, berikut tanggal dan harinya?
Maka penyebutan bulan Robi’ul Awwal sebagai bulan kelahiran Nabi shollallohu
‘alayhi wa sallam diperselisihkan oleh para ulama. Karena sebagian ulama
berpendapat bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan pada bulan
Romadhon, namun yang dikuatkan oleh pendapat mayoritas ulama adalah bulan
Robi’ul Awwal. Demikian pun tanggal kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam
diperselisihkan oleh para ulama; Ibnu Ishaq yang dia merupakan pakar sejarah,
berpendapat bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan pada malam hari
tanggal 12 Robi’ul Awwal (bisa dilihat pada Sirah Ibnu Hisyam). Sementara Al-Waqidi
(yang dia juga merupakan pakar sejarah) berpendapat bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi
wa sallam dilahirkan pada tanggal 10 Robi’ul Awwal (bisa dilihat pada Thobaqot Ibnu
Sa’ad, jilid 1:100). Abu Ma’syar As-Sindi (sama, beliau juga pakar sejarah)
berpendapat bahwa beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam dilahirkan pada tanggal 2
Robi’ul Awwal. Dari ketiga pendapat pakar sejarah tersebut, yang lebih kuat adalah
pendapat Ibnu Ishaq, yakni tanggal 12 Robi’ul Awwal.
Adapun hari kelahiran Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam, tidak ada perselisihan atau
perbedaan pendapat para ulama, karena adanya hadits shohih yang jadi pegangan dan
tidak adanya hadits-hadits shohih yang lain yang menyebutkan hari lain, yakni hadits:

ِْ ‫ص ْوِم‬
‫اْلثْ نَ ْي ِن‬ ِ ِ
َ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُسئ َل َع ْن‬
ِ ِ ِ ِ ْ‫ادةَ اْلَن‬
َّ ‫ أ‬:ُ‫ضي اللهُ َع ْنه‬
َ ‫َن َر ُس ْو َل الله‬ َ َ‫َع ْن أَبِ ْي قَ ت‬
َ ‫صاري َر‬ َ
ُ ‫ال فِ ْي ِه ُولِ ْد‬
‫ رواه مسلم‬. ‫ت َوفِ ْي ِه أُنْ ِز َل َعلَ َّي‬ َ ‫فَ َق‬
"Dari Abi Qotadah al-Anshori rodhiyallohu 'anhu sesungguhnya Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu
diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim, Abud Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah,
Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).”
Sekarang yang menjadi pertanyaan –setelah disimak penjelasan kami barusan dan
tentang seputar keutamaan atau keistimewaan bulan Robi’ul Awwal yang tidak ada
padanya hadits yang menyebutkannya–, adalah tentang perayaan maulid Nabi.
1. Adakah Nabi memperingati dan merayakan hari kelahirannya?
2. Jika iya, bagaimana Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam memperingati dan
merayakan hari kelahirannya? Bagaimana bentuk apresiasinya? Bagaimana

KULTUM MASJID AL-HIDAYAH


4

cara beliau melakukannya? Adakah riwayat atau hadits dari para sahabat yang
menyebutkannya?
3. Kemudian, jika jawaban nomor 1 tadi adalah tidak, maka bagaimana dengan
kaum muslimin sekarang yang notabene umat Islam di tanah air pada
merayakannya dengan berbagai bentuk perayaan, apakah boleh mengikut
mereka? Atau mencukupkan diri mengikuti Nabi, yakni tidak memperingati
dan merayakan? Maka dalam hal ini ada 2 dalil yang bisa jadi renungan;
ِ ِ ِ‫وك َعن سب‬ ِ ِ ‫وإِ ْن تُ ِط ْع أَ ْكثَر من فِي ْاْلَر‬
ُ ‫يل اللَّه إِ ْن يَتَّبِعُو َن إََِّل الظَّ َّن َوإِ ْن ُه ْم إََِّل يَ ْْ ُر‬
‫صو َن‬ َ ْ َ ُّ‫ض يُضل‬ْ َْ َ َ
( 111)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Alloh).” (Al-An’am: 116)
ِ ‫ول اللَّ ِه أُسوةٌ حسنةٌ لِمن َكا َن ي رجو اللَّه والْي وم‬
‫اآلخ َر َوذَ َك َر اللَّهَ َكثِيرا‬ ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم فِي ر ُس‬
َ ْ َ َ َ ُ َْ ْ َ ََ َ َ ْ َ
(11)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh." (Al-Ahzab: 21)
4. Kemudian jika tetap mengikuti kaum muslimin yang ikut memperingati dan
merayakan, apakah kita dapat pahala? Nah, sebelum kita melangkah berbicara
tentang pahala seputar hal ini, maka yang perlu kita tahu terlebih dahulu adalah
apakah Alloh menerima amalan-amalan ini, yakni perayaan maulid dan yang
menyertainya? Maka dalam hal ini, ada hadits Nabi yang jadi renungan:
Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,
ٌّ‫س ِم ْنهُ فَ ُه َو َرد‬ ِ َ ‫من أَح َد‬
َ ‫ث فى أ َْم ِرنَا َه َذا َما لَْي‬ ْ َْ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak
ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim
no. 1718)
Beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam juga bersabda,
ٌّ‫س َعلَْي ِه أ َْم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ ِ
َ ‫َم ْن َعم َل َع َمال لَْي‬
KULTUM MASJID AL-HIDAYAH
5

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan dari syariat kami, maka
amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali rohimahulloh mengatakan, “Hadits ini adalah


hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan
timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits ‘innamal a’malu bin niyat’
[sesungguhnya amal tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan
batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Alloh,
pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran pahala. Begitu pula setiap amalan
yang bukan dari syariat Alloh dan Rosul-Nya, maka amalan tersebut tertolak.
Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Alloh
dan Rosul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.” (Jami’ul
Ulum wal Hikam, hal. 77, Darul Hadits Al Qohiroh)

Beliau rohimahulloh juga mengatakan, “Secara tekstual (mantuq), hadits ini


menunjukkan bahwa setiap amal yang tidak ada tuntunan/bimbingan dari
syari’at maka amalan tersebut tertolak. Secara inplisit (mafhum), hadits ini
menunjukkan bahwa setiap amal yang ada tuntunan dari syari’at maka amalan
tersebut tidak tertolak. … Jika suatu amalan keluar dari koriodor syari’at, maka
amalan tersebut tertolak.

Dalam sabda beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam ‘yang bukan ajaran kami’
mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilakukan hendaknya berada dalam
koridor syari’at. Oleh karena itu, syari’atlah yang nantinya menjadi hakim bagi
setiap amalan apakah amalan tersebut diperintahkan atau dilarang. Jadi, apabila
seseorang melakukan suatu amalan yang masih berada dalam koridor syari’at
dan mencocokinya, amalan tersebutlah yang diterima. Sebaliknya, apabila
seseorang melakukan suatu amalan keluar dari ketentuan syari’at, maka amalan
tersebut tertolak. (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77-78)

KULTUM MASJID AL-HIDAYAH


6

Jama’ah Shubuh yang dimuliakan dan dirahmati oleh Alloh subhanahu wa Ta’ala..
Telah kita jelaskan pada pertemuan sebelumnya, bahwa hari kelahiran Nabi
shollallohu ‘alayhi wa sallam adalah hari senin dan ini disepakati oleh para ulama,
karena jelasnya hadits Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam dalam masalah ini, berbeda
dengan penentuan tanggal dan bulan kelahiran beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam.

Nah yang menjadi pertanyaan, Adakah ritual tertentu dengan hari kelahiran Nabi dan
bagaimana praktek Nabi dalam menyikapi kelahirannya?
Maka jika kita melihat hadits-hadits Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam seputar ini,
maka hanya akan berputar pada poros hadits seputar penyebutan hari kelahiran Nabi
shollallohu ‘alayhi wa sallam yang telah kita sebutkan sebelumnya, yakni hadits:

ِْ ‫ص ْوِم‬
‫اْلثْ نَ ْي ِن‬ ِ ِ
َ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُسئ َل َع ْن‬
ِ ِ ِ ِ ْ‫ادةَ اْلَن‬
َّ ‫ أ‬:ُ‫ضي اللهُ َع ْنه‬
َ ‫َن َر ُس ْو َل الله‬ َ َ‫َع ْن أَبِ ْي قَ ت‬
َ ‫صاري َر‬ َ
ُ ‫ال فِ ْي ِه ُولِ ْد‬
‫ رواه مسلم‬. ‫ت َوفِ ْي ِه أُنْ ِز َل َعلَ َّي‬ َ ‫فَ َق‬
"Dari Abi Qotadah al-Anshori rodhiyallohu 'anhu sesungguhnya Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rosululloh
shollallohu 'alayhi wa sallam menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu
diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim, Abud Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah,
Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).”
Dalam hadits lain,
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

ِ ‫ْْ ِم‬ ِ ‫صيام‬ ِ ِ َ ‫إِ َّن رس‬


.‫يس‬ َ ‫اَلثْ نَ ْي ِن َوال‬ َ َ ‫ َكا َن يَتَ َح َّرى‬-‫صلى الله عليه وسلم‬- ‫ول اللَّه‬ َُ
“Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari
senin dan kamis.” [HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 4897]
Begitupun keutamaan lain dari berpuasa pada hari senin, sehingga Nabi shollallohu
‘alayhi wa sallam menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis adalah karena
sebuah hadits,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam
bersabda,

KULTUM MASJID AL-HIDAYAH


7

‫صائِم‬ ِ ِ ‫يس فَأ‬ ِ ‫ال ي وم‬


ِ ‫االثْنَ ْي ِن َوالْ َخ ِم‬
َ ‫ض َع َملى َوأَنَا‬
َ ‫ب أَ ْن يُ ْعَر‬
ُّ ‫ُح‬ َ ْ َ ُ ‫ض األ َْع َم‬
ُ ‫تُ ْعَر‬
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Alloh) pada hari Senin dan Kamis, maka aku
suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no.
747. Shohih dilihat dari jalur lainnya).
Jadi dari hadits-hadits ini memberi pengertian kepada kita bahwa;
1 Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam tidak melakukan ritual-ritual khusus dalam
memperingati hari kelahirannya, selain hanya berpuasa. Berbeda dengan apa yang
dilakukan sebagian kaum muslimin saat ini.
2 Dalam hadits-hadits tadi pun, Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam tidak menyengaja
memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa secara khusus pada hari senin
tanggal 12 di bulan Robiul Awwal atau bulan Robiul Awwal secara umum tanpa
penentuan tanggalnya. Namun Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam berpuasa di hari
senin setiap pekannya di semua bulan dan memang menyengaja memilih untuk
berpuasa di hari senin dan kamis, karena di hari-hari itu amalan diangkat ke
hadapan Alloh subhanahu wa Ta’ala, dan beliau suka jika amalannya diangkat
dalam keadaan beliau berpuasa. Ini menunjukkan Nabi shollallohu ‘alayhi wa
sallam tidak menyengaja berpuasa di hari senin dalam rangka memperingati hari
kelahirannya.
3 Tidak ada di kalangan para ulama-ulama terdahulu yang menjadikan hadits-hadits
tadi, sebagai dalil disyariatkannya memperingati maulid Nabi shollallohu ‘alayhi wa
sallam. Kecuali segelintir orang-orang yang ditokohkan atau di ulama-kan pada
zaman belakangan ini, dan ini alasan yang sangat lemah.
Jamaah sekalian yang dimuliakan dan dirohmati Alloh subhanahu wa Ta’ala
Di luar sana ada banyak orang-orang yang membikin dalil-dalil dalam menjadikan
maulid ini sebagai syariat, mereka mengambil dari ayat-ayat al Quran dan hadits-hadits
Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam untuk memproklamirkan bahwa mauled adalah
syiar Islam. Pdahal bagaimana bisa dikatakan syiar, jika Nabi shollallohu ‘alayhi wa
sallam dan para sahabatnya tidak pernah melakukannya.
Untuk itu Alhamdulillah, Alloh memberikanku taufiq, sehingga dengannya kami
menulis sebuah buku yang memuat penjelasan-penjelasan bahwa mauled bukan
bagian dari syariat dan syiar Islam dan menyebutkan alas an dan dalil-dalil yang
mereka gunakan serta tanggapannya.

KULTUM MASJID AL-HIDAYAH


8

Alhamdulillah buku kami ini, sisa menyelesaikan editan dan menambahkan apa yang
perlu ditambahkan, setelah itu akan dicetak. Semoga Alloh memudahkan.

KULTUM MASJID AL-HIDAYAH

Anda mungkin juga menyukai