A. Defleksi
Semua balok yang terbebani akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) dan
terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya. Dalam struktur bangunan, seperti : balok
dan plat lantai tidak boleh melentur terlalu berlebihan untuk mengurangi/meniadakan
pengaruh psikologis (ketakutan) pemakainya.
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan defleksi dan deformasi pada balok, diantaranya adalah : metode integrasi ganda
(”doubel integrations”), luas bidang momen (”Momen Area Method”), dan metode luas
bidang momen sebagai beban. Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk
mengetahui defleksi sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen
sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui defleksi dalam satu tempat saja. Asumsi
yang dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah hanyalah defleksi
yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak-lurus terhadap sumbu balok, defleksi
yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang baloknya, dan irisan yang
berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar walaupun terdeformasi.
d
A B
y m n
dx d
x
Gambar 2.1. Balok sederhana yang mengalami lentur
Berdasarkan gambar 2.1. didapat besarnya
dx = r tg d
karena besarnya drelatif sangat kecil maka tg ddsajasehingga persamaannya
dapat ditulis menjadi :
1 d
dx = r.d atau
r dx
Jika dx bergerak kekanan maka besarnya d akan semakin mengecil atau semakin
berkurang sehingga didapat persamaan :
1 d
r dx
dy
Lendutan relatif sangat kecil sehingga tg , sehingga didapat persamaan :
dx
1 d dy d2y
2
r dx dx dx
1 M M d2y
Persamaan tegangan , sehingga didapat persamaan 2
r EI EI dx
d2y
Sehingga didapat persamaan EI 2 M (2.1)
dx
Persamaan 2.1 jika dilakukan dua kali integral akan didapat persamaan
dy dM
EI V
dx dx
EIy
dV
q
dx
Untuk mempermudah pemahaman tentang pemakaian metode integrasi ganda, akan
dicoba diaplikasikan pada struktur balok sederhana.
Contoh 2.1. Sebuah balok sederhana yang menahan beban merata seperti pada gambar 2.2
Dari gambar 2.2 besarnya momen pada jarak x sebesar
1
Mx = R A . x - q x2
2
qL 1
Mx = . x - q x2
2 2
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 2.1 sehingga didapat
8
d2 y qL 1
EI 2 x qx 2
dx 2 2
A B
BMD
Mx
x
Momen maksimum terjadi pada x = L , dan pada tempat tersebut terjadi defleksi
2
dy qLx 2 qx 3 qL3
EI
dx 4 6 24
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy qLx 2 qx 3 qL3
EI dx 4 6 24
9
qLx 3 qx 4 qL3x
EI y C2
12 24 24
Pada x = 0, lendutan y = 0, sehingga didapat C2, dan persamaannya menjadi
0 = 0 + 0 + 0 + C2
C2 = 0
qLx 3 qx 4 qL3x
EI y 0
12 24 24
y
qx
24EI
2Lx 2 x 3 L3
y
qx 3
24EI
L 2Lx 2 x 3
Pada x = L akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
2
L
q 3 L L
2 3
y max 2 L 2L
24EI 2 2
qL 3 L3 L3
y max L
48EI 2 8
qL 5L3
y max
48EI 8
Contoh 2.2. Stuktur cantilever dengan beban merata seperti pada gambar 2.3.
Mx BMD
x
dy qx
3
EI C1
dx 6
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi,
dy 0 , sehingga persamaannya menjadi
dx
qx 3
0 C1
6
qL3
C1
6
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dy qx
3
qL3
EI
dx 6 6
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy qx 3 qL3
dx 6 6
EI
qx 4 qL3x
EI y C2
24 6
Pada x = L, lendutan y = 0, sehingga didapat C2
qL4 qL4
0 C2
24 6
qL4
C2
8
Persamaannya menjadi
11
qx 4 qL3x qL4
EI y
24 6 8
y
q
24EI
x 4 4L3x 3L4
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
ymax
q
24EI
0 0 3L4
3qL
y max
24EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever (pada ujung batang) didapat :
qL4
y max (1.3)
8EI
Contoh 2.3. Struktur cantilever dengan titik seperti pada gambar 2.4
Mx BMD
x
12
dy Px
2
EI C1
dx 2
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi,
dy 0 , sehingga persamaannya menjadi
dx
PL2
0 C1
2
PL3
C1
2
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dy Px
2
PL2
EI
dx 2 2
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy Px 2 PL2
dx 2 2
EI
Px3 PL2 x
EI y C2
6 2
EI y
Px 3
6
L 3L2 C2
0
6
L 3L2 C2
PL 2
PL3
C2
3
Persamaannya menjadi
EI y
Px 3
6
x 3L2 PL3
3
EI y
P 3
6
x 3xL2 2L3
y
q 3
6EI
x 3xL2 2L3
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
y
q
6EI
0 0 2L3
13
PL3
y max
3EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever dengan bebat titik (pada ujung batang) didapat :
qL4
y max (2.4)
8EI
Contoh 2.4. Struktur balok sederhana dengan beban titik, seperti pada gembar 2.5
P
A B
a b
L
BMD
Mx
x
Gambar 2.5. Balok Sederhana dengan beban titik
Dari gambar 2.5 besarnya reaksi dukungan dan momen sebesar
Pb Pa
RA , dan RB
L L
Pbx
Mx = untuk x a
L
Pbx
Mx = - P(x-a) untuk x a
L
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 2.1 persamaan garis elastis sehingga
didapat :
d2 y Pbx
untuk x a EI 2
dx L
d2 y Pbx
untuk x a EI 2 P( x a )
dx L
14
dy
2
Pbx
EI C1
dx 2L
dy Pbx P( x a )
2 2
EI C2
dx 2L 2
Pada x = a, dua persamaan di atas hasilnya akan sama.
Jika diintegral lagi mendapatkan persamaan :
Pbx3
EI y C1x C3 untuk x a
6L
Pbx3 P( x a )3
EI y C2 x C4 untuk x a
6L 6
Pada x = a, maka nilai C1 harus sama dengan C2, maka C3 = C4, sehingga persamaannya
menjadi :
Pbx3 P( x a )3
EI y C1x C3
6L 6
Untuk x = 0, maka y = 0, sehingga nilai C3 = C4 = 0
Untuk x = L, maka y = 0, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
PbL3 P(L a )3
0 C1L 0
6L 6
Besarnya L – a = b
PbL Pb3
C1
6 6L
C1
6L
Pb 2
L b2
Sehingga setelah disubstitusi menghasilkan persamaan :
y
Pbx 2
6EIL
L b2 x 2 untuk x a
Px a
3
Pbx 2
y L b2 x 2 untuk x a (2.5)
6EIL 6EI
15
struktur dengan pembebanan yang lebih kompleks, maka dirasa kurang praktis, karena
harus melalui penjabaran secara matematis.
Metode luas bidang momen inipun juga mempunyai kelemahan yang sama apabila
dipakai pada konstruksi dengan pembebanan yang lebih kompleks. Namun demikian
metode ini sedikit lebih praktis, karena proses hitungan dilakukan tidak secara matematis
tetapi bersifat numeris.
d
A B
y
m n B’
B”
dx d d
AB
x
M BMD
Dari gambar 2.6, apabila dx adalah panjang balok AB, maka besarnya sudut yang
dibentuk adalah :
1 1
b b
2 3
h h
b b
A = bh A = bh/2
(a) Segi empat (b) Segi tiga
3 1
b b
8 4
h h
b b
A = (2/3)bh A = bh/3
(c) Parabola pangkat 2 (d) Parabola Pangkat 2
n 1 b 1
2n 2
b
n2
h h
b b
n 1
A bh A bh
n 1 n 1
17
L M
AB dx
0 EI
Berdasarkan garis singgung m dan n yang berpotongan dengan garis vertikal yang
melewati titik B, akan diperoleh :
M.x
B' B" d x.d dx (2.7)
EI
Nilai M.dx = Luas bidang momen sepanjang dx.
M.x.dx = Statis momen luas bidang M terhadap titik yang berjarak x dari elemen
M.
Sehingga dari persamaan 2.7 dapat didefinisikan sebagai berikut :
Definisi II : Jarak vertikal pada suatu tempat yang dibentuk dua garis singgung pada dua
titik suatu balok besarnya sama dengan statis momen luas bidang momen
terhadap tempat tersebut dibagi dengan EI.
L M.x
Jarak BB' dx
0 EI
Untuk menyelesaikan persamaan tersebut yang menjadi persoalan adalah letak
titik berat suatu luasan, karena letak titik berat tersebut diperlukan dalam menghitung
statis momen luas M.dx.x. Letak titik berat dari beberapa luasan dapat dilihat pada
gambar 2.7.
Untuk mempermudah pemahaman tentang pemakaian metode luas bidang momen,
akan dicoba diaplikasikan pada struktur balok sederhana.
Penyelesaian :
1 2
Besarnya momen di C akibat beban merata sebesar MC = qL
8
5 L 5
Letak titik berat dari tumpuan A sebesar = . L
8 2 16
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik C adalah sebesar :
18
Luas bidang momen
C
EI
2 1 2 L
. qL .
C 3 8 2
EI
qL3
C
24EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di C sebesar :
Statis momen luas bidang
CC’ = C =
EI
2 1 2 L 5L
. qL . .
C 3 8 2 16
EI
5qL4
C
384EI
q
A B
C C
C
C’
L/2
BMD
5 L
.
8 2
5 L
.
8 2
Penyelesaian :
1
Besarnya momen di A akibat beban merata sebesar MA = - qL2
2
19
3
Letak titik berat ke titik B sebesar = L
4
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik B adalah sebesar :
Luas bidang momen
B
EI
1 1 2
L. qL
B 3 2
EI
qL3
B
6EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di B sebesar :
Statis momen luas bidang
BB’ = B =
EI
1 1 2 3
L. qL . L
B 3 2 4
EI
qL4
B
8EI
A B
B B
B’
L
1 qL2 BMD
2
3 L
4
20
P
B
A B B
B’
L
PL BMD
2 L
3
Gambar 2.10. Cantilever yang menahan beban titik
Penyelesaian :
Besarnya momen di A akibat beban merata sebesar MA = - PL
2
Letak titik berat ke titik B sebesar = L
3
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik B adalah sebesar :
Luas bidang momen
B
EI
1
L.PL
B 2
EI
PL2
B
2EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di B sebesar :
Statis momen luas bidang
BB’ = B =
EI
1 2
L.PL . L
B 2 3
EI
PL3
B
3EI
21
Hitung defleksi maksimum (C) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang
menahan beban titik, sebagaimana digambarkan pada gambar 2.11, dengan metode luas
bidang momen.
P
A B
C C
C
C’
L/2
BMD
PL
1
4
2 L
.
3 2
Gambar 2.11. Balok sederhana yang menahan beban titik
Penyelesaian :
1
Besarnya momen di C akibat beban merata sebesar MC = PL
4
2 L 1
Letak titik berat dari tumpuan A sebesar = . L
3 2 3
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik C adalah sebesar :
Luas bidang momen
C
EI
1 1 1
. L. PL
C 2 2 4
EI
PL2
C
16EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di C sebesar :
Statis momen luas bidang
CC’ = C =
EI
1 1 1 2L
. L. PL.
C 2 2 4 32
EI
PL3
C
48EI
22
3. Metode Luas Bidang Momen Sebagai Beban
Dua metoda yang sudah dibahas di atas mempunyai kelemehana yang sama, yaitu
apabila konstruksi dan pembebanan cukup kompleks. Metode ”Bidang Momen Sebagai
Beban” ini pun dirasa lebih praktis dibanding dengan metode yang dibahas sebelumnya.
Metode ini pada hakekatnya berdasar sama dengan metode luas bidang momen,
hanya sedikit terdapat perluasan. Untuk membahas masalah ini kita ambil sebuah
konstruksi seperti tergambar pada gambar 2.12, dengan beban titik P, kemudian momen
dianggap sebagai beban.
Dari gambar 6.12, W adalah luas bidang momen, yang besarnya
1 Pab Pab
W .L.
2 L 2
Berdasarkan definisi II yang telah dibahas pada metode luas bidang momen, maka
didapat:
Statis momen luas bidang momen terhadap B
1 =
EI
Pab 1 1
1 L b
2 3 EI
PabL b
1
6EI
Pada umumnya lendutan yang terjadi cukup kecil, maka berdasarkan pendekatan
geometris akan diperoleh :
1
1 A .L atau A
L
PabL b R A
A
6EIL EI
Dengan cara yang sama akan dihasilkan :
PabL a R B
B
6EIL EI
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa : Sudut tangen di A dan B besarnya
sama dengan reaksi perletakan dibagi EI.
Berdasarkan gambar 2.12 sebenarnya yang akan dicari adalah defleksi pada titik C
sejauh x meter dari dukungan A (potongan i-j-k) yaitu sebesar Zc.
Zc = ij = ik – jk
23
Berdasarkan geometri, maka besarnya ik = A . x, maka
RA
ik x
EI
Sedangkan berdasarkan definisi II adalah statis momen luasan A-m-n terhadap bidang m-
n dibagi EI, maka
x
luas A m n.
jk = 3
EI
a b
P
A i B
j
k
1
x
BMD
Pab
m
L
A n
x
W
Pab
B
3 2
1
( L b)
3
PabL b PabL a
RA RB
6L 6L
24
Berdasarkan persamaan 2.8 didapat definisi III sebagai berikut :
Definisi III : Lendutan disuatu titik didalam suatu bentangan balok sedrhana besarnya
sama dengan momen di titik tersebut dibagi dengan EI apabila bidang
momen sebagai beban.
Untuk mempermudah pemahaman tentang pemakaian metode luas bidang momen sebagai
beban, akan dicoba diaplikasikan pada struktur balok sederhana.
(a) A B
C C
C
C’
L/2
(b) 5 L BMD
.
8 2
5 L
.
8 2
(c) A B
5 L
.
8 2
Gambar 2.13. Balok sederhana yang menahan beban merata
Penyelesaian :
Langkah untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah mencari momen terlebih
dahulu, hasilnya sebagaimana digambarkan pada gambar 2.13.b. Hasil momen tersebut
kemudian dijadikan beban, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2.13.c. Kemudian
dicari atau dihitung besarnya reakasi dan momennya. Besarnya A adalah sebesar RA
25
akibat beban momen dibagi dengan EI, sedangkan B adalah sebesar RB akibat beban
momen dibagi dengan EI, dan besarnya max adalah sebesar MC akibat beban momen
dibagi dengan EI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penyelesaian dibawah ini.
Berdasarkan gambar 2.13.a. didapat momen sebagaimana digambarkan pada gambar
1 2
2.13.b, yang besarnya sebesar MC = qL
8
Dari bidang momen yang didapat pada gambar 2.13.b dibalik dan dijadikan beban
sebagaimana digambarkan pada gambar 2.13.c. Dari gambar 2.13.c didapat reaksi yang
besarnya :
1 2 L 1
R A R B qL2 qL3 (besarnya sama dengan Amn = W)
8 3 2 24
Dengan demikian sudut kelengkunagannya dapat dihitung, yaitu sebesar :
RA qL3
A B
EI 24EI
B. Deformasi
Deformasi (perubahan bentuk) balok disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah : Akibat beban luar yang bekerja (seperti beban merata, terpusat, segitiga, dan
sebagainya), momen pada salah satu ujung balok, dan perpindahan (translasi) relatif ujung
balok terhadap ujung balok yang lain.
1. Deformasi Akibat Beban Merata
Deformasi yang terjadi pada struktur balok yang menahan beban merata
sebagaimana digambarkan pada gambar 2.14, dapat dihitung dengan metode luas bidang
momen sebagai beban.
26
Besarnya momen maksimum (di tengah bentang) akibat beban merata sebesar
1 2
Mmax = qL . Dari hasil tersebut digambarkan bidang momennya berupa BMD (Bending
8
Moment Diagram), seperti gambar 2.14b, kemudian BMD tersebut dipergunakan sebagai
beban, seperti gambar 2.14c, sehingga didapat reaksi perletakan pada tumpuan A dan B,
yaitu sebesar luas bidang momen tersebut dibagi dua :
2 1 2
. qL .L
Luas bidang momen 3 8 qL3
RA RB = =
2 2 24
Besarnya sudut di titik A dan B yaitu sebesar :
RA qL3
A =
EI 24EI
RB qL3
B =
EI 24EI
dengan E adalah Modulus Elastis dan I adalah Momen Inersia.
A B (a)
A B
L/2
Mmax (b)
BMD
Mmax (c)
A
27
MA A B
(a)
A B
MA (b)
BMD
BMD tersebut, dipergunakan sebagai beban sehingga didapat reaksi perletakan pada
tumpuan A dan B, yaitu sebesar:
2 2 1 M .L
RA Luas bidang momen = . .L.M A = A
3 3 2 3
1 1 1 M .L
R B Luas bidang momen = . .L.M A = A
3 3 2 6
Besarnya sudut di titik A dan B yaitu sebesar :
R A MAL
A =
EI 3EI
RB M L
B = A
EI 6EI
Jika beban momen terletak pada ujung B sebagaimana tergambar pada gambar
2.16, maka besarnya sudut di titik A dan B yaitu sebesar :
R A M BL
A =
EI 6EI
RB M L
B = B
EI 3EI
A B MB
(a)
A B
MB (b)
BMD
28
3. Deformasi Akibat Perpindahan (Translasi).
Jika suatu balok mengalami perpindahan ujung sebesar sebagaimana pada
gambar 2.17, maka besarnya sudut di titik A dan B yaitu sebesar :
A B
L
A B
A B
L
Gambar 2.17. Balok yang mengalami translasi terhadap ujung yang lain
A B
(a)
A B
Mmax (b)
BMD
Gambar 2.18. Balok sederhana yang menahan beban merata
Besarnya momen maksimum (di tengah bentang) akibat beban merata sebesar Mmax =
PL . Dari hasil tersebut digambarkan bidang momennya berupa BMD, kemudian BMD
4
tersebut dipergunakan sebagai beban sehingga didapar reaksi perletakan pada tumpuan A
dan B, yaitu sebesar luas bidang momen tersebut dibagi dua :
1 PL
. .L
Luas bidang momen PL2
R A' RB' = 2 4 =
2 2 16
Besarnya sudut di titik A dan B yaitu sebesar :
29
R 'A qL3
A =
EI 16 EI
R 'B qL3
B =
EI 16EI
A B
EI (a)
q L
A B
(b)
A B
RA = 1/3 qL x RB = 1/6 qL
30
Intergrasi I :
dy 1 q.x 3 1
EI. = qL.x dx
dx 6 L 6
1 q.x 4 1
= qL.x 2 C1
24 L 12
Integrasi II :
1 q.x 4 1
EI.y = qL.x 2 C1 dx
24 L 12
1 q.x 5 1
= qL.x 3 C1.x C2
120 L 36
31
8 qL3
A = –
360 EI
dy 1 q.04 1 7
EI. = qL.02 qL3
dx 24 L 12 360
1 q.04 1 7
EI.B = qL.02 qL3
24 L 12 360
7 qL3
B =
360 EI
Untuk kondisi balok dengan pembebanan yang lain, hasilnya dipaparkan pada Tabel 2.1.
Contoh 2.10
32
33
Contoh 2.11.
34
35
36
Tabel 2.1. Rumus-rumus Deformasi Ujung Balok Akibat Beban Luar
P
PL3
A B PL3 B
EI A 16EI
16EI
L/2 L/2
P
A B P.a.(L2 a 2 )
P.b.(L2 b 2 ) B
EI A 6EIL
6EIL
a b
L
q
qL3
qL3 B
A
EI
B A 24EI
24EI
L
q
7qL3
A B 9qL3 B
A 384EI
EI 384EI
L/2 L/2
A B M ML
A 0 B
4EI
L
M A B ML
ML B
A 6EI
3EI
L
q
A B 8 qL3
A = 7 qL3
A B 360 EI B =
360 EI
L
37
C. Soal Latihan
Hitung dan Gambarkan SFD dan BMD nya struktur tergambar dibawah ini.
38