Anda di halaman 1dari 3

Elizabeth Hariani

5403417002

Pend. Tata Busana R1

Revisi Latar Belakang Tema Skripsi

1. Pengembangan Motif Ulos Sadum Batak Toba

Terlahir sebagai perempuan yang berasal dari keluarga suku Batak Toba membuat saya mengenal
dan menyukai kain Ulos. Sekalipun saya lahir di Bogor dan menempuh pendidikan di Semarang, namun
kain Ulos terutama Ulos Sadum yang mermotif warna-warni selalu memberikan kesan yang tidak bisa
digantikan. Disamping itu saya juga tetap menyukai dan menghargai kain tradisional di daerah lainnya.
Kain Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol
restu, kasih sayang dan persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi Ijuk pangihot ni hodong,
ulos pangihot ni holong, yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka Ulos
adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Kain Ulos merupakan kain tenun yang merupakan simbol
suku Batak yang sampai saat ini diturunkan ke anak-anaknya untuk disimpan maupun di pakai pada
berbagai upacara adat. Ulos memiliki beragam corak dan warna yang disesuaikan dengan kegunaan kain
tersebut.
Salah satu kain Ulos yang terkenal adalah Ulos Sadum. Kain ini sangat identik dengan warna merah
dan mempunyai motif bunga dan gorga yang sangat ramai. Motif Ulos Sadum juga memiliki frame atau
bingkai bergaris pada kedua sisinya. Ulos Sadum dimaknai oleh suku Batak sebagai simbol sukacita
atau penyemangat dalam keluarga agar tetap bersuka cita melakukan aktivitas keseharian. Maka dari itu
saya tertarik untuk mengangkat tema tentang Pengembangkan motif ulos Sadum Batak Toba.
2. Makna dari motif-motif ulos Batak Toba

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki keanekaragaman alam, suku,
budaya dan agama. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah
satu negara yang sering dikunjungi oleh para turis mancanegara untuk menikmati alam dan meneliti
kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam kategori kebudayaan, Indonesia memiliki kebudayaan yang
sangat banyak karena suku-suku yang ada di Indonesia pun beranekaragam, di antaranya Suku Dayak,
Melayu, Batak, Manado, Toraja, Nias, Bugis, Jawa, Sunda, dan sebagainya.
Salah satu suku di Indonesia yang masih kental dengan adat istiadat yang dimilikinya bahkan
sampai di zaman modern ini dan masih tetap dipertahankan adalah Suku Batak. Suku Batak, lebih
khusus terdiri dari sub-suku-suku bangsa : Batak Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola dan
Mandailing. Dari ke 6 sub suku ini, suku Batak sendiri memiliki kain tenun yang merupakan simbol dari
Suku Batak dan bahkan sampai saat ini diturunkan kepada anak-anaknya untuk disimpan maupun
dipakai pada beberapa upacara adat maupun pernikahan yaitu kain ulos.
Kini kain ulos menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan adat suku
Batak. Kain ulos memiliki beragam corak dan warna yang disesuaikan dengan kegunaan
kain tersebut. Pada kajian ini peneliti akan menganalisa makna yang terkandung dalam visualisasi corak
serta bagaimana gaya atau corak visualisasi pada kain ulos dapat tercipta.
Menurut kepercayaan leluhur suku Batak ada tiga sumber yang memberi panas (kehangatan)
kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut ulos dianggap
paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dahulu nenek moyang suku Batak adalah
manusia-manusia gunung, demikian sebutan yang disematkan sejarah pada mereka. Dengan mendiami
dataran tinggi berarti mereka harus siap berperang melawan dinginnya cuaca yang menusuk tulang. Dari
sinilah sejarah ulos bermula.
Di dalam produksinya usaha rumah tangga tenun ulos masih menggunakan alat tradisional yang
disebut dengan gedokan. Gedokan adalah alat tradisional pembuat ulos yang terbuat dari kayu dan
dioperasikan secara manual oleh pengrajinnya itu sendiri. Warna dominan pada ulos adalah merah,
hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan
di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat
Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas,
pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden. Maka dari itu saya tertarik untuk mengangkat tema
tentang Makna dari motif-motif ulos Batak Toba.
3. Pengaruh baik dan buruk dari perubahan gaya berbusana anak masa kini

Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan
seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Adapun pengertian lain, gaya
hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat
dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya
teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang
menjalankannya.
Tidak dapat dipungkiri, perubahan gaya berbusana masa kini tidak hanya berdampak pada orang
dewasa. Tetapi juga mempengaruhi trend pakaian anak-anak. Perkembangan busana tersebut membawa
pengaruh negatif dan positif bagi anak. Mari saya tertarik untuk mengulas dampak-dampak negatif dan
positif. Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis merasa
tertarik untuk membahas lebihjauh permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai