Anda di halaman 1dari 6

MOBILISASI DINI DENGAN ELIMINASI URINE IBU POST PARTUM

BAB I

PENDAHULUAN

o Latar Belakang
 Masa nifas merupakan masa dimana setelah plasenta keluar, yang merupakan waktu
untuk memulihkan organ kandungan sebelum hamil sekitar enam minggu.Ibu nifas
perlu melakukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnya
termasuk dengan melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi merupakan hal yang sangat
penting bagi ibu setelah melahirkan, sebab selama masa kehamilan telah terjadi
perubahan fisik meliputi ligament-ligament yang bersifat membesar, postur tubuh
berubah dengan kompensasi terhadap perubahan berat badan saat hamil.

o Rumusan Masalah
 Definisi Eliminasi Urin ?
 Definisi Mobilisasi Dini ?
 Definisi Postpartum ?
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urin ?
 Perubahan Pola Eliminasi Urin ?
 Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin ?

o Tujuan
 Untuk mengetahui Definisi Eliminasi Urin
 Untuk mengetahui Definisi Mobilisasi Dini
 Untuk mengetahui Definisi Postpartum
 Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urin
 Untuk mengetahui Perubahan Pola Eliminasi Urin
 Untuk mengetahui Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin

Manfaat

 Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pelakasaan mobilisasi dini


dengan eliminasi urin terhadap ibu post partum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mobilisasi Dini


Mobilisasi dini adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang
harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan, minimal 8 – 24 jam
setelah persalinan (Siregar,2009).

2.3. Eliminasi Urin


Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi
adalah proses pembuangan. Sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok
yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak
dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan
seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi
urine, konstipasi, diare dan kembung.

2.4. Postpartum
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Post partum dimulai setelah kelahiran plasentadan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamilyang berlangsung kira-kira
6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. HASIL PENELITIAN


Mobilisasi dini adalah aktivitas atau tindakan ibu post partum untuk
beranjak dari tempat tidur dalam rangka mempercepat proses involusi atau
pemulihan kondisi seperti sebelum hamil (Brock,2007). Dalam 6 jam pertama
post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine
tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada
organ perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing
karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan lahir. Dengan melakukan
mobilisasi dini secepatnya, tidak jarang kesulitan miksi dapat diatasi
(Sulistyawati,2009).

3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urin.


Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin meliputi :
1. Pertumbuhan dan perkembangan.
Jumlah urin yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan
seseorang. Normalnya,bayi dan anak-anak mengekresikan 400-500 ml urin
tiap harinya. Sedangkan orang dewasa mengekskresikan 1500-1600 ml urin
per hari.
2. Asupan cairan dan makanan.
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman
tertentu(misalnya,teh,kopi,coklat,alcohol) dapat menyebabkan peningkatan
ekskresi urin karena dapat menghambat hormone anti diuretic (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup.
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih.
Sebagai contoh,seseorang yang terbiasa buang air kecil disungai atau dialam
bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di toilet atau
menggunakan pispot pada saat sakit.
4. Faktor psikologis.
Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan stimulus
berkemih,disamping stimulus buang air besar(diare) sebagai upaya
kompensasi.
5. Aktivitas dan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih,abdomen,dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus
otot,dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat
meningkatkan kemampuan metabolism dan produksi urin secara optimal.
6. Kondisi patologis.
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi urin
akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit. Kondisi
inflamasi dan iritasi organ kemiih dapat menyebabkan retensi urin.

3.3.Perubahan Pola Eliminasi Urin.


1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil.
2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma dan striktur uretra.
4. Polyuria (diuresis) : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan
intake cairan misalnya pada pasien DM.
5. Urinary suppression : keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine
secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine
berkisar 100-500 ml/jam).

3.4.Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin.


1. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal
ini menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak

3000 – 4000 ml urine.

2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum,
penyebab dari inkontinensia urine adalah proses penuaan, pembesaran
kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik.
3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada
anak atau otang jompo. Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.
4. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang
mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis,
kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ada Hubungan Mobilisasi Dini Dengan
Eliminasi Urine Pertama Ibu Post Partum. Bila ibu pasca persalinan melakukan
mobilisasi sedini mungkin maka akan mempercepat proses involusi atau
pemulihan kondisi seperti sebelum hamil, sehingga kandung kemih yang
terkena tekanan saat proses persalinan akan segera pulih, akibatnya fungsi
otot spincter kandung kemih akan segera kembali seperti semula, dan proses
eliminasi urine akan kembali normal.

4.2. SARAN
Saran dari hasil yang didapat adalah : 1) Bagi Institusi Pendidikan
diharapkan memberikan pelatihan pada mahasiswa tentang tahap-tahap
melakukan mobilisasi dini sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan
pada masa nifas yang komprehensif. 2) Bagi Peneliti Selanjutnya hendaknya
melakukan penelitian tentang pengaruh perilaku mobilisasi dini terhadap
faktor lain yang mempengaruhi perilaku mobilisasi dini sehingga tidak
mengalami elimiasi urine.

Anda mungkin juga menyukai