Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
Disusun oleh :
2015
2
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Perubahan iklim yang terjadi akhir – akhir ini merupakan salah satu dampak
dari pemanasan global (global warming). Perubahan iklim yang ekstrim sering
kali mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau. Hal tersebut turut diperparah pula oleh semakin
rendahnya kemampuan tanah dalam meresapkan air sebagai akibat dari
berkurangnya daerah resapan air dipermukaan tanah. (Kusnaedi , 2011)
Kota Wisata Batu berkembang menjadi kota yang besar pada 5 tahun
terakhir ini, hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan pariwisata dan
didukung dengan cuaca yang sejuk. Maka dari itu pemerintah Kota Batu
mencanangkan untuk membangun jalur yang memotong wilayah kota bagian
barat atau dikenal dengan nama lain Jalur lintas barat ( Jalinbar ) Kota Batu,
Jalinbar dibangun untuk mengurangi kemacetan dan sekaligus menjadi jalur
untuk mempercepat akses masyarakat yang akan menuju wilayah Pujon ,
Kasembon , maupun Kediri .
Menurut dinas Bina Marga Kota Batu pada tahun 2014, jalur tersebut sudah
terealisasi 80% , badan jalan dan sebagian rambu lalu lintas sudah terealisiasi,
namun drainase jalan dan penerangan jalan umum (PJU) masih belum terealisasi
pada jalan yang membentang sepanjang 2,6 kilometer dan mempunyai lebar jalan
antara 7 – 8 meter .
Pada perencanaan sistem drainase jalan akan berkaitan erat dengan site
plan jalan, aligment vertical-horizontal jalan, superelevasi jalan, dan elevasi
1
1
2
Salah satu sistem ekodrainase yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan membuat sumur resapan air, karena sistem ini sangat mudah dan
tidak membutuhkan banyak lahan .
3
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui debit limpasan yang terjadi di Jalur lintas barat Kota
Batu .
2. Mengetahui dimensi drainase jalan yang tepat untuk digunakan di
Jalur lintas barat Kota Batu .
3. Mengetahui letak dan desain sumur resapan yang tepat untuk digunakan
di Jalur lintas barat Kota Batu .
4. Mengetahui biaya (RAB) yang dibutuhkan dalam pembangunan
drainase pada Jalur lintas barat Kota Batu.
5. Mengetahui jadwal pelaksanaan pekerjaan pada pembangunan drainase
di Jalur lintas barat Kota Batu .
6. Mengetahui metode konstruksi yang tepat dalam pembangunan drainase
di Jalur lintas barat Kota Batu .
1.5 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani
persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah
maupun air yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat
disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang
lama. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan
(Wesli, 2008:1).
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan jalan (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa
pengertian drainase, Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004:7) drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono, 1948:1)
6
7
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
terjadi genangan air), dan atau ada air bawah tanah yang harus dialirkan; sehingga
kerusakan (struktur/badan) jalan, seperti jalan berlubang, jalan amblas yang dapat
membahayakan lalu lintas dapat dihindari, dan jalan terpelihara secara struktur
dan berfungsi dengan baik.
Secara sederhana, gambaran pada kondisi di lapangan menunjukan
bahwa, kerusakan dan kelicinan jalan (jalan berlumpur), dapat mengakibatkan
gangguan terhadap lalu lintas, seperti kemacetan dan bahkan terjadi kecelakaan
lalu lintas, yang akan menimbulkan banyak kerugian baik material (ekonomi
moneter) maupun moril, bagi pengguna jalan (lalu lintas) maupun masyarakat dan
lingkungannya (Sailendra, 2011:1) .
d. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas . Juga untuk
saluran air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan .
2. Saluran Tertutup
Saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan , juga
untuk saluran dalam kota .
Fungsi /tujuan drainase jalan raya menurut Tim Gunadarma ( 2001 : 103 ),
diantaranya sebagai berikut :
Hidrologi adalah suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk air, kejadian
dan distribusinya, sifat fisik dan sifat kimianya, serta tanggapannya terhadap
perilaku manusia (Chow, 1964) dengan pengertian seperti itu berarti ilmu
hidrologi mencakup hampir semua masalah yang terkait dengan air, meskipun
kemudian dalam perkembangannya ilmu hidrologi lebih berorientasi pada suatu
bidang tertentu saja.
12
Terdapat 3 cara perhitungan pengolahan data curah hujan, yaitu dengan cara:
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan jangka pendek
misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman, kalau tidak ada
data curah hujan jangka pendek menggunakan data curah hujan harian, data curah
hujan ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Pada studi
ini data curah hujan yang diperoleh adalah data curah hujan harian. Selanjutnya
dianalisis curah hujan harian maksimum rata-rata dengan metode Poligon
Thiessen, dimana metode ini mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan stasiun hujan. Curah hujan harian maksimum rata-rata dihitung
dengan persamaan :
......................................................................(2.1)
Dengan :
1. Observasi lapangaan.
5. Analisis statistik
Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menghitung hujan rencana
yaitu antara lain :
𝑋𝑡 −𝑋𝑏𝑎𝑟
KT = ..............................................................................(2.3)
𝑆
Dimana :
S = Deviasi standar
17
∑(𝑋−𝑋𝑏𝑎𝑟)2
Sd =√ ......................................................(2.5)
𝑛−1
Dimana :
........................................................................................................(2.10)
.............................................(2.11)
...............................(2.12)
Dimana :
• Jenis sebaran Log Pearson type III, apabila Cs (lnx) > 0 dan
Ck (lnx) = 1½(Cs(lnx)²)² + 3.
Dengan :
Derajat nyata atau derajat kepercayaan (α) tertentu yang sering diambil
adalah 5% . Derajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus :
Dk = K – (p+1) ..................................................(2.14)
Dengan :
Dk = Derajat kebebasan
n = Banyaknya data
23
Dengan :
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin bersar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya
data hujan harian maka intensitas hujan dapat dihitung dengan Persamaan
Mononobe :
........................................................................(2.17)
d. Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan topografi
dan daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan
terdiri atas setengah lebar badan jalan (l1), lebar bahu jalan (I2), dan daerah
sekitar (I3) yang terbagi atas daerah perkotaan yaitu kurang lebih 10 m dan
untuk daerah luar kota yang didasarkan pada topografi daerah tersebut.
e. Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan beberapa saluran
untuk menampung limpasan dari daerah bukit dengan batas daerah layanan
adalah puncak bukit tersebut tanpa merusak stabilitas lereng. Sehingga
saluran tersebut hanya menampung air dari luas daerah layanan daerah
sekitar (A3).
Keterangan gambar :
Tabel 2.4 : Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Harga Faktor Limpasan (fk)
(Departemen Pekerjaan Umum, 2006)
Koefisien
NO Kondisi Permukaan Tanah Pengaliran Faktor limpasan
(C) (fk)
Bahan
1 Jalan Beton dan Jalan aspal 0,70-0,95 -
2 Jalan Kerikil dan Jalan Tanah 0,40-0,70 -
3 Bahu Jalan
a. Tanah Berbutir Halus 0,40-0,65 -
b. Tanah Berbutir Kasar 0,10-0,20 -
c. Batuan Masif Keras 0,70-0,85 -
d. Batuan Masif Lunak 0,60-0,75 -
Tata Guna Lahan
1 Daerah Perkotaan 0,70-0,95 2,0
2 Daerah Pinggiran Kota 0,60-0,70 1,5
3 Daerah Industri 0,60-0,90 1,2
4 Pemukiman Padat 0,40-0,60 2,0
5 Pemukiman Tidak Padat 0,40-0,60 1,5
6 Taman dan Kebun 0,20-0,40 0,2
7 Persawahan 0,45-0,60 0,5
8 Perbukitan 0,70-0,80 0,4
9 Pegunungan 0,75-0,90 0,3
Keterangan :
- Harga koefisien pengaliran (C) untuk daerah datar diambil nilai C yang
terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.
- Harga faktor limpasan (fk) hanya digunakan untuk guna lahan sekitar
saluran selain bagian jalan.
28
- Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda. Harga C rata – rata
ditentukan dengan persamaan berikut :
𝐶1. 𝐴1+𝐶2 . 𝐴2+𝐶3 . 𝐴3. 𝐹𝑘3
𝐶= ..................................................................(2.18)
𝐴1+𝐴2+𝐴3
Dengan pengertian :
C1,C2,C3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan kondisi
permukaan.
A1,A2,A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai
dengan kondisi permukaan .
Fk = faktor limpasan sesuai guna lahan .
2 𝑛𝑑 0,167
t1 = (3 𝑥 3,28 𝑥 𝑙𝑜 𝑥 ) ...............................................................(2.20)
√𝑖𝑥
𝐿
t2 = 60 𝑥 𝑉 ...............................................................................................(2.21)
dengan pengertian :
Tc = waktu konsentrasi (menit)
t1 = waktu untuk mencapai awal saluran dari titik terjauh (menit)
t2 = waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari ujung saluran (Menit)
lo = jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L = panjang saluran (m)
Nd = koefisen hambatan ( tabel 2.5)
Is = kemiringan saluran memanjang
V = kecepatan air rata – rata pada saluran drainase (m/detik)
29
Berikut ini adalah tabel koefisien hambatan (nd) berdasarkan kondisi permukaan
Tabel 2.5 : Koefisien hambatan (nd) (Departemen Pekerjaan Umum, 2006)
Dengan pengertian :
Q = debit aliran (m3/detik)
C = koefisien pengaliran rata – rata dari C1, C2, C3
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah layanan (km2) terdiri atas A1, A2, A3
Q =V.A ......................................(2.23)
1
V = 𝑛 𝑥 𝑅 2/3 𝑥 𝑆𝑜1/2 ......................................(2.24)
Dimana :
Besarnya kekasaran dasar saluran berdasarkan Manning dapat dilihat pada tabel
2.6 berikut.
Tabel 2.8 : Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material
Tabel 2.9 : Hubungan Kemiringan Saluran (I) dan Pematah Arus (Ip)
I (%) 6 7 8 9 10
Ip ( m ) 16 10 8 7 6
1 0,00-0,75 1:1
2 0,75-15 01:01,5
3 15-80 1:02
Q = Debit =Fxv
35
Dengan pengertian :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
N = Koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.5)
R = F/P = Jari – jari hidrolis (m)
F = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
36
Sumur resapan dapat dikatan sebagai suatu rekayasa teknik konservasi air,
berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
sumur galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan ini
adalah sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya kedalam tanah.
Sementara itu , manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan pembuatan sumur
resapan air menurut Kusnaedi (2011:7) diantaranya adalah :
Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan
ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan
tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap kedalam tanah
(Kusnaedi : 2011) .
𝜋 𝑥 𝐾 (ℎ𝑤 2 − ℎ𝑜2 )
Q = ..........................................................(2.42)
ln(𝑟𝑜/𝑟𝑤)
Q = Debit Aliran
ln = Logaritma natural
RAB
BIAYA LANGSUNG
HARGA SATUAN
PEKERJAAN
BIAYA TIDAK
LANGSUNG
Dimana;
𝑉 𝑥 𝐻𝑆𝑃
𝑃𝐷𝐵 = 𝑥 100% ..................................................................................(2.45)
𝐻𝐵
Dimana:
V : Volume
HB : Harga Banguan
2.7 Penjadwalan
2.7.1 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek merupakan alat yang dapat menunjukan kapan
berlangsungnya setiap pekerjaan yang digunakan untuk mengendalikan
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Penjadwalan berfungsi untuk
mengendalikan pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Penjadwalan merupakan
cara grafis untuk menggambarkan kegiata-kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan proyek.
Bulan
No. Jenis Pekerjaan Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pek. Persiapan
2 Galian Tanah Biasa ±50 m
3 Pasangan Batu Kali
4 Pekerjaan Finishing
EST LST
Nama
Pekerjaan
TF D
Dimana:
EST (Earliest Start Time) = waktu mulai paling awal melakukan suatu pekerjaan
LST (Lastest Start Time) = waktu memulai paling lambat/akhir suatu pekerjaan
46
2.7.4 Kurva S
KURVA S 100
90
80
70
Prestasi kerja %
60
50
40
30
20
10
Waktu Penyelesaiaan 0
Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga yang
dibutuhkan untuk menyeselaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan.
(Ibrahim Bachtiar, 1993:193)
Dalam Penjadwalan tenaga kerja diatur mengenai persediaan tenaga kerja di
lokasi proyek agar dapat dilaksanakan sesuai rencan.
Hasil dari suatu proyek tergantung dari kualitas dan kuantitas mutu, dari
suatu pekerjaan dalam suatu proyek tersebut. Dari segi kualitas, mutu dari suatu
pekerjaan dalam suatu proyek ditentukan oleh kemampuan tenaga kerja dalam
menangani sebuah pekerjaan. Tenaga kerja yang terampil dan berkualitas akan
menghasilkan pekerjaan yang bermutu dan berkualitas.
Sedangkan dari faktor kualitas yang diperhatikan adalah pengaturan jumlah
tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan volume pekerjaan. Oleh
karena itu diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaan pekerjaan
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kerja.Pada dasarnya penjadwalan bahan
adalah cara untuk mendapatkan jumlah bahan setiap pekerjaan dalam batas waktu
tertentu.
%𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑀𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
∑Tenaga/Minggu = Koef. Pekerja x Kuantitas x ......................(2.46)
%𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Dimana :
Jalan Jalinbar ( Jalur Lintas Barat ) Kota Batu berada di daerah Kecamatan
Junrejo dan Kecamatan Batu , Jalan ini membentang sebesar 2,6 km , dengan
lebar jalan antara 7 – 8 meter . Berikut ini adalah peta jalan Jalinbar :
50
51
Berikut tabel 3.1 adalah data – data sekunder yang dibutuhkan dalam perencanaan
drainase berwawasan lingkungan :
BAB IV
METODOLOGI PERENCANAAN
54
55
Mulai
Perancangan Debit
Dimensi Sumur Resapan
Rencana
1. Gambar Bestek
Perencanaan Dimensi
2. Spesifikasi Teknis
Saluran, dan Slope
3. Volume Pekerjaan
Rencana Anggaran
Biaya
1. Jadwal Pelaksanaan
2. Metode Pelaksanaan
Selesai
1. Langkah awal yang dilaksanakan adalah pengumpulan data curah hujan , peta
topografi , data permeabilitas tanah , dan HSP Kota Batu. Data ini merupakan
aspek yang sangat penting dalam perencanaan maka data mutlak untuk
didapatkan penulis.
2. Setelah data curah hujan diperoleh langkah berikutnya adalah perencanaan
debit rencana dan diikuti perencanaan debit saluran dengan merencanakan
dimensi saluran dan slope terlebih dahulu .
3. Sementara itu data permeabilitas tanah dipakai untuk digunakan dalam
perencanaan sumur resapan yang ada.
4. Setelah didapatkan detail sumur resapan , dimensi saluran dan slope langkah
berikutnya adalah pembuatan gambar bestek dan perhitungan volume masing -
masing item pekerjaan.
5. Volume dan data HSP Kota Batu dipakai dalam perencanaan rencana anggaran
biaya .
6. Setelah dibuat rencana anggaran biayanya langkah berikutnya adalah
pembuatan hubungan pekerjaan yang nantinya digunakan sebagai rencana
pembuatan jadwal pekerjaan .
7. Setelah jadwal pelaksanaan pekerjaan selesai langkah berikutnya adalah
pembuatan metode pelaksanaan pekerjaan , yang sangat erat kaitannya dengan
waktu dan juga volume pekerjaan.
57
Mulai
Data Curah
Topografi Peta Situasi
Hujan
Tidak Konsisten
Luas Daerah
Menentukan Arah Layan, Koefisien
Uji Konsistensi
Aliran Pengaliran, Faktor
Limpasan
Konsisten
Pemilihan Metode
Perhitungan Hujan
Rencana
Tidak
sesuai
Uji Kesesuaian
Distribusi
Sesuai
Analisa Hidrolika :
1. Dimensi saluran
2. Tinggi Jagaan
3. Kemiringan Saluran
4. Terjunan
Tidak
Ya
Selesai
1. Langkah awal yang dilaksanakan adalah memplot rute jalan yang ada
(eksisting) pada peta topografi, hal ini bertujuan untuk mengetahui
ketinggian jalan untuk dijadikan skema jaringan drainase .
2. Menentukan panjang segmen jalan , daerah pengaliran , luas wilayah (A),
kemiringan lahan(Ip) dari peta topografi yang ada.
3. Mengidentifikasi jenis bahan permukaan daerah pengaliran.
4. Menentukan koefisien aliran (C) berdasarkan kondisi permukaan kemudian
mengalikan dengan faktor limpasan sesuai dengan penjelasan lebih lanjut.
5. Menghitung koefisien aliran rata – rata , dikarenakan Jalinbar terdiri dari
beberapa unsur area (pegunungan, bukit dan perkebunan) .
6. Menentukan kondisi permukaan dan juga koefisien hambatan.
7. Menghitung waktu konsetrasi yang dibutuhkan (Tc) sesuai dengan rumus
yang telah ada .
8. Langkah berikutnya adalah melengkapi data penunjang penting lainnya,
yaitu data curah hujan selama 10 tahun .
9. Mengolah data curah hujan , dengan aspek perhitungan uji konsistensi, uji
homogenitas , hingg analisa curah hujan rancangan .
10. Menghitung intensitas curah hujan .
11. Menghitung debit air (Q) dengan bagian rumusnya adalah yang telah
dihitung sebelumnya .
12. Langkah selanjutnya adalah analisa hidrolika dan dimensi saluran .
13. Setelah didapat debit air, kita dapat menghitung dimensi saluran yang kita
butuhkan, langkah awalnya adalah merencanakan bentuk dan material
drainase yang akan dipakai .
14. Setelah dihitung bentuk drainasenya langkah berikutnya adalah perhitungan
jagaan dan terjunan sesuai rumus yang telah dtentukan .
15. Menghitung kemiringan saluran .
16. Menghitung kecepatan aliran yang telah direncanakan slope nya .
59
17. Mengecek kecepatan aliran apakah sudah sesuai dengan peraturan yang
sudah ada .
18. Merencanakan gorong – gorong yang akan dipakai untuk memotong jalan
sesuai dengan kondisi topografi jalan yang telah ada.
Untuk data – data curah hujan bulanan selama 10 tahun akan dicari tinggi
hujan rata – ratanya dengan metode Thiessen Polygon . Besarnya faktor pengaruh
daerah stasiun hujan dapat diketahui dengan memplot-kan polygon pada peta
topografi yang menunjukan posisi stasiun hujan.
Selama rentan waktu 10 tahun tersebut, ada beberapa rentan waktu dimana
tidak terjadi hujan. Oleh karena itu, perlu diperkirakan berapa besar peluang
(frekuensi) terjadinya hujan dengan metode Distribusi Normal , Distribusi
Gumbel dan metode Log Pearson, dimana metode – metode distribusi tersebut
dianalisa kebenarannya dengan Uji Chi-Kuadrat, maka akan diperoleh tinggi
curah hujan yang terjadi .
Data – data lay out / site plan , long section (potongan melintang) dan cross
section (potongan melintang) pada jalan digunakan untuk merencanakan skema
drainase , luas daerah limpasan dan memperkirakan waktu masuknya air hujan
menuju inlet – inlet terdekat (to). Kemudian dengan menghitung kecepatan aliran
pada saluran (v) dengan rumus yang telah ada, maka setelah itu akan didapatkan
waktu konsentrasi (tc) .
Output dari analisa hidrologi adalah debit limpasan (debit hidrologi) yang
terjadi pada jalan Jalibar. Debit limpasan itu dipakai sebagai input dalam kontrol
penampang saluran drainase jalan.
60
Analisa Curah Hujan maksimum tahunan didapatkan dari data curah hujan
tertinggi dalam satu tahun pada masing – masing stasiun hujan. Perhitungan curah
hujan maksimum menggunakan metode Poligon Thiessen dengan (rumus 2.1) .
Uji konsistensi perlu dilakukan pada ketiga stasiun yang digunakan karena
mengingat perkembangan Kota Batu sendiri yang sangat pesat, selain itu iklim
yang terus mengalami inkonsistensi pada beberapa tahun terakhir sehingga
indentifikasi apakah data curah hujan dapat memenuhi syarat ataupun tidak perlu
dilakukan. Cara yang digunakan untuk menghitung konsistensi data dari stasiun
penangkap curah hujan agar dapat dikategorikan konsisten terhadap data dari
stasiun yang lainnya adalah sebagai berikut :
1. Parameter nilai rata – rata (Xbar) yang dapat dihitung melalui (rumus 2.4) .
2. Setelah didapatkan nilai Xbar langkah berikutnya adalah perhitungan
simpangan baku (Sd) pada (rumus 2.5).
3. Setelah nilai Xbar dan Sd diketahui maka nilai koefisien variasi (Cv) dapat
62
3. Menetapkan nilai Yn dan Sn dengan yang didapat dari tabel 2.1 dan 2.2 .
4. Setelah semua parameter didapatkan maka langkah berikutnya adalah
menghitung curah hujan T tahunan dengan (rumus 2.6)
4. Sementara itu Intensitas hujan berasal dari olahan data curah hujan hingga
menjadi curah hujan rancangan , yang nantinya juga dipengaruhi oleh waktu
limpas aliran permukaan dan waktu limpas aliran ketika disaluran .
5. Ketika semua aspek tersebut sudah diketahui maka Q rencanadapat
diketahui, dan dibandingkan dengan Q saluran yang direncanakan, jika Q
rencana < Q saluran maka dianggap sudah baik, namun jika sebaliknya
maka perlu adanya revisi pada bagian perencanaan dimensi saluran .
Keterangan gambar :
- Luar kota (rural area) tergantung topografi ± 100 meter, karena wilayah
bukit Panderman bervariasi hingga puncak bukit .
Koefisien
NO Kondisi Permukaan Tanah Pengaliran Faktor limpasan
(C) (fk)
Bahan
1 Jalan Beton dan Jalan aspal 0,70-0,95 -
2 Jalan Kerikil dan Jalan Tanah 0,40-0,70 -
3 Bahu Jalan
a. Tanah Berbutir Halus 0,40-0,65 -
b. Tanah Berbutir Kasar 0,10-0,20 -
c. Batuan Masif Keras 0,70-0,85 -
d. Batuan Masif Lunak 0,60-0,75 -
Tata Guna Lahan
1 Daerah Perkotaan 0,70-0,95 2,0
2 Daerah Pinggiran Kota 0,60-0,70 1,5
3 Daerah Industri 0,60-0,90 1,2
4 Pemukiman Padat 0,40-0,60 2,0
5 Pemukiman Tidak Padat 0,40-0,60 1,5
6 Taman dan Kebun 0,20-0,40 0,2
7 Persawahan 0,45-0,60 0,5
8 Perbukitan 0,70-0,80 0,4
9 Pegunungan 0,75-0,90 0,3
Maka didapatkan nilai C yang akan dipakai sesuai tabel 2.1 adalah
1. C1 (Persawahan )
2. C2 (Perbukitan)
3. C3 (Pegunungan)
68
Keterangan :
- Harga koefisien pengaliran (C) untuk daerah pegunungan adalah diambil
dari nilai C yang terbesar sementara untuk area Jalinbar yang lain
disesuaikan nilai C yang ada pada tabel .
- Harga faktor limpasan (fk) digunakan karena pada Jalinbar terdapat bahu
jalan sebelum menuju saluran drainase.
- Karena di area Jalinbar terdiri dari beberapa area yaitu terdapat pegunungan,
perbukitan dan perkebunan maka perhitungan yang dipakai adalah pada
(rumus 2.18) , yaitu :
𝐶1. 𝐴1 + 𝐶2 . 𝐴2 + 𝐶3 . 𝐴3. 𝐹𝑘3
𝐶=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3
Dengan pengertian :
C1,C2,C3 = koefisien pengaliran yang terdiri dari perbukitan,
pegunungan dan persawahan
A1,A2,A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai
dengan kondisi permukaan .
Fk = faktor limpasan sesuai guna lahan .
69
Dari data – data long section (potongan memanjang) dan cross section
(potongan melintang) diketahui elevasi permukaan jalan dan elevasi permukaan
tanah eksisting . Terutama dengan data elevasi permukaan tanah eksisting dapat
menjadi patokan dalam menentukan kedalaman dasar saluran yang akan dibuat .
70
Beda tinggi antara dasar saluran rencana dibagian hulu dan hilir saluran
(∆H) jika dibagi dengan panjang saluran rencana (L), diperoleh kemiringan dasar
saluran (S) yang menjadi data input rumusan perhitungan kecepatan aliran .
Luas basah (A) dan keliling basah (O) penampang saluran dicari dengan
cara coba – coba dengan mengganti besarnya tinggi muka air aktual (h aktual) di
saluran drainase.
Output dari analisa hidrolika adalah debit hidrolika pada saluran. Debit
hidrolika pada saluran. Debit hidrolika (Qhidrolika) kemudian akan dikontrol dengan
debi hidrologi (Qhidrologi) dimana : ∆Q = Qhidrolika - Qhidrologi ≈ 0,000
Perhitungan slope harus bernilai positif (+), apabila terdapat nilai (-) , maka
akan terjadi back water atau aliran yang kembali. Maka perlu pembuatan tabel
yang berfungsi untuk mempermudah perhitungan . Berikut adalah rencana tabel
yang akan digunakan :
Karena area Jalinbar adalah pegunungan yang slope jalannya besar maka
perlu juga direncanakan adanya terjunan untuk menghindari arus dengan
kecepatan tinggi yang dapat merusak drainase, maka terjunan tersebut
direncanakan , perencanaan pematah arus atau terjunan dapat ditentukan dengan
melihat (tabel 2.9)
Elevasi rencana dasar saluran didapat dari elevasi muka air sungai yang
merupakan outlet dari saluran drainase di sepanjang sisi kanan dan kiri jalan
Jalinbar Kota Batu. Maka akan direncanakan slope yang sesuai dengan
perhitungan yang ada agar tidak terjadi back water (air kembali) . Berikut ini
adalah tata cara perhitungan kemiringan saluran Jalinbar :
1. Mengambil parameter perhitungan kemiringan saluran pada perhitungan
sebelumnya.
2. Parameter yang diambil adalah kecepatan aliran, koefisien kekasaran
Manning pada (tabel 2.6), jari – jari hidrolis (R) , Luas penampang basah
(F), dan keliling basah (P).
3. Setelah didapatkan parameternya maka kemiringan memanjang saluran
dapat dihitung dengan menggunakan (rumus 2.41).
74
Mulai
1.Data Permeabilitas
tanah
2. Tinggi Muka Air
< 3 meter
Tinggi Muka Air
> 3 meter
< 2 cm/jam
Permeabilitas
> 2 cm/jam
Jarak Sumur
Resapan
Selesai
Mulai
RAB
Jadwal
Pelaksanaan
Metode
Pelaksanaan
Selesai
1. Bar chart
2. PERT
3. Critical Path Method (CPM)
4. Presedent Diagram Method (PDM)
1. Pekerjaan Persiapan
a. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
2. Pekerjaan Tanah
a. Galian Tanah Biasa
b. Galian Tanah Sumur Resapan
c. Urugan Tanah Kembali
d. Urugan Pasir
3. Pekerjaan Pasangan
a. Pasangan Batu Kali 1:2
b. Pasangan Batu Kali 1:3
c. Siaran 1:2
d. Plesteran 1:3
e. Lubang Inlet
4. Pekerjaan Beton
a. Beton Precast Gorong – Gorong
5. Dokumentasi dan Pelaporan
80
Dalam sebuah proyek konstruksi langkah yang harus diambil pada awal
pelaksanaan pekerjaan adalah pembuatan rencana kerja atau disebut juga dengan
metode pelaksanaan pekerjaan, hal ini penting dilaksanakan agar proyek dapat
dikerjakan dengan standar mutu , biaya dan waktu yang baik.
DAFTAR PUSTAKA