Anda di halaman 1dari 3

PROGRAM SARJANA REGULER

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Isi formulir ini dengan sebenar-benarnya dan cetak sebagai cover tugas.
Harap naskah tugas dicetak bolak-balik sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup

Nomor Pokok Mahasiswa : 1835070029


Nama Mahasiswa : Elok Faiqoh Fajrin
Nama Mata Kuliah : Hubungan Internasional Eropa (pagi)
Dosen : Anna Kharisma Fehmita Mubin, M.Si
Batas Waktu Pengumpulan : 18 November 2019
(Tanggal/Bulan/Tahun)

Kebijakan Integritas Akademik


Tugas-tugas mata kuliah benar-benar merupakan hal yang orisinil, karya mahasiswa yang
otentik. Perhatikan kaidah penulisan dan pengutipan yang benar dan konsisten (APA Style).
Semua karya orang lain yang digunakan di dalam tulisan harus dikutip atau disadur dengan
tepat. Plagiarisme dapat berakibat ketidaklulusan di mata kuliah ini.

Salinan Karya
Pastikan Saudara/I menyimpan salinan tugas dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Softcopy
wajib dikirimkan ke email pengajar (anna.kharisma.fm@gmail.com) sebelum kelas di mulai dan
hardcopy dikumpulkan di kelas.

Lembar Penilaian Dosen

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
Nilai:

Paraf Dosen :
Tanggal :
READING REPORT
Felayati, Reza Akbar. 2011. “Perluasan Uni Eropa: Aksesi Turki dan Kontestasi Identitas”
”. Academia.

Secara garis besar isi dari artikel Reza Akbar Felayati “Perluasan Uni Eropa: Aksesi Turki
dan Kontestasi Identitas” mengenai beberapa proses perluasan (enlargement) Uni Eropa dalam
perbedaan aksesi masuknya beberapa negara di Eropa, serta dinamika pertimbangan Turki untuk
masuk dalam keanggotaan Uni Eropa .
Enlargement adalah proses perluasan Uni Eropa dengan cara penambahan anggota baru
dari beberapa negara. Sejak tahun 2004, keanggotaan Uni Eropa telah berkembang dari 15 anggota
menjadi 27 anggota (Archick 2012, 1). Untuk bergabung dengan Uni Eropa, sebuah negara perlu
memenuhi persyaratan ekonomi dan politik yang disebut kriteria Kopenhagen (ditetapkan pada
Pertemuan Kopenhagen Juni 1993), yang mensyaratkan adanya pemerintahan demokratis stabil
yang menghormati aturan hukum, dan kebebasan serta institusi terkait di dalam suatu negara (Krok
et.al 2007, 372). Sepuluh anggota baru anggota baru masih perlu untuk dilakukan. Bulgaria dan
Rumania yang berada di ambang penerimaan sebagai anggota baru Uni Eropa, Turki dan Kroasia
telah melakukan banyak proses aksesi sebelum mereka bergabung. Karena , mereka akan
berhadapan dengan Uni Eropa dengan negara-negara anggota yang sangat berbeda dalam
pembangunan ekonomi dan sosial, serta harus berusaha untuk mengintegrasikan masing-masing
pada tingkat yang sama.
Enlargement di saat yang sama juga menyebabkan isu – isu imigran dari negara – negara
anggota Uni Eropa yang menginginkan pindah ke negara anggota yang memiliki kondisi lebih baik
(Zeff dan Pirro 2006, 5). Pada tahun 2005, beberapa negara anggota Uni Eropa mengalami insiden
berbasis rasial yang menargetkan imigran dan warga negara naturalisasi, dan menggambarkan
dilema dari imigrasi dan kewarganegaraan Uni Eropa yang digagaskan dalam Schengen Treaty
(Borzel 2002, 21). Prancis menghadapi kerusuhan dan pembakaran mobil beberapa hari perihal
isu imigran tersebut. Hal ini juga menjadi menjelaskan bahwa perbatasan Uni Eropa yang semakin
luas, menyebabkan ketidakamanan tersendiri, dan isu-isu yang dihasilkan termasuk kriminalitas,
perdagangan manusia, penyelundupan, dan bahkan terorisme. Uni Eropa mulai
mempertimbangkan kebijakan luar negeri untuk seluruh Uni Eropa. Pembentukan kebijakan
keamanan umum bagi warga Uni Eropa merupakan komponen utama yang dibahas dalam isu
perluasan Uni Eropa (Borzel 2002, 23).
Prospek keanggotaan penuh Turki ke dalam Uni Eropa terdapat dalam Perjanjian Asosiasi
1963 antara Turki dan Uni Eropa, yang pada saat itu masih bernama European Economic
Community (EEC) hingga sampai saat ini jalan menuju keanggotaan, Turki penuh dengan
hambatan dan rintangan sehingga membuat tujuan akhir menjadi tidak menentu.
Permasalahan aksesi Turki ke dalam Uni Eropa merupakan permasalahan yang dapat
dilihat dari kacamata identitas dan budaya, yang mana ternyata berakar dari perbedaan konsepsi
akan pembentukan identitas bersama dari Uni Eropa dan identitas Turki itu sendiri. Identitas Uni
Eropa secara umum dapat ditarik benang merahnya dari kesamaan sejarah dan kebudayaan yang
didasarkan oleh era Christendom dan kentalnya corak – corak kekristenan di dalamnya. Di saat
yang sama, kemudian terjadi pergeseran kebudayaan dan corak pola pikir di Eropa dengan
munculnya era Renaissance dan ditandai dengan pergeseran pola pikir yangt cenderung rasional
dan skeptis akan nilai - nilai agama. Adanya kesamaan dinamika sejarah tersebut membuat Uni
Eropa secara konseptual tersatukan dalam wadah identitas yang bercorak Christendom –
Renaissance tersebut.
Sementara itu, Turki sendiri merupakan entitas yang meski secara geografis memiliki letak
yang relatif berdekatan dengan Eropa, namun dalam perkembangannya memiliki corak – corak
identitas dan budaya yang berbeda. Dengan latar belakang persaingan agama dan peradaban
dengan Eropa, hingga muncul dengan julukan “sick man of Europe” dan hingga saat ini masih
kental dengan corak budaya Islam; Turki dianggap terlalu berbeda dari negara – negara anggota
Uni Eropa lainnya. Hal ini, meski tidak terlihat secara pragmatis dalam kaitannya dengan upaya
aksesi menuju Uni Eropa, merupakan salah satu faktor adanya cara pandang berbeda dari negara
– negara anggota Uni Eropa dalam melihat Turki. Turki tidak dilihat sebagai satu negara dengan
prospek yang besar bagi Uni Eropa kedepannya, namun banyak yang melihat Turki sebagai
ancaman baru terhadap identitas dan budaya Uni Eropa yang telah terbentuk sejak lama.
Berangkat dari hal tersebut, maka menjadi masuk akal jika hingga saat ini upaya aksesi Turki
menuju Uni Eropa menemui banyak ganjalan, terutama dari negara – negara anggota lainnya yang
merasa terancam dengan kehadiran Turki di Eropa. Meski Turki memenuhi Kriteria Copenhagen
yang merupakan persyaratan untuk menjadi anggota Uni Eropa, namun nyatanya hingga saat ini
tidak ada kejelasan mengenai perkembangan Turki dalam aksesinya menuju Uni Eropa.

Anda mungkin juga menyukai