Anda di halaman 1dari 28

Makalah Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Integumen

Disusun Oleh :

Prodi / Kelas : PSIK III A

Kelompok : VIII ( Delapan )

Ketua : Willi Andriyani

Anggota : 1. Vera Puspita

2. Yoan Rizki Aditya

3. Ahmad Sidiq

Dosen Pembimbing : Yulius Tiranda ,.S.Kep,.Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan
rahmat dan petunjuk dari-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Pemeriksaan Fisik
pada Sistem Integumen.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami tentang
Pemeriksaan Sistem Integumen serta memenuhi tugas mata kuliah Sistem Integumen.
Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yaitu Bapak Yulius
Tiranda, Skep , Ns., M.Kep , tim penulis serta teman teman yang telah membantu penulis
dalam menghadapi berbagai masalah dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi pembaca
dan kita semua.

Palembang, Oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3


2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen .............................................. 3
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ..................................................... 3
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Rambut ................................................. 10
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Kuku ................................................... 14
2.2 Pemeriksaan Fisik pada Sistem Integumen ..................................... 16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ......................................................... 16
2.2.2 Pemeriksaan Fisik .................................................................... 16
A. Kulit ..................................................................................... 16
B. Rambut ................................................................................. 21
C. Kuku ..................................................................................... 21

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 24

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 24

3.2 Saran ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik keperawatan menggunakan 4 cara yaitu dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan Fisik biasanya dilakukan Head to toe yaitu
dimulai dari bagian kepala dan sampai ke bagian anggota gerak. Pemeriksaan fisik
keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang lebih
difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami.
Pemeriksaan fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum
perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan
data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan,
riwayat psikososial, sosial-ekonomi dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan
tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Setelah mempelajari pemeriksaan fisik pada manusia, Mahasiswa
diharapkan mampu memahami pemeriksaan fisik Sistem Integumen pada manusia.
b. Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fisik kulit, rambut dan kuku.
 Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan Sistem Integumen
 Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
riwayat kesehatan pasien
 Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
 Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan pasien

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana cara pemeriksaan fisik dalam Sistem Integumen ?
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Pembaca
 Agar dapat menambah pengetahuan tentang pemeriksaan fisik pada
Sistem Integumen
1.4.2 Bagi Penulis
 Mampu memahami tentang bagaimana cara pemeriksaan fisik pada
Sistem Integumen

1.4.3 Bagi Akademik

 Dalam bidang akademik, penulis berharap supaya makalah ini dapat


digunakan sebagai salah satu bahan pembelajaran serta dapat dijadikan
sebagai referensi untuk Mahasiswa lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang
ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan
bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

Gambar : Bagian-bagian Kulit

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

1. Epidermis

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis
sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia
dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas sel :

1. Melanosit, menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.Melanosit (sel


pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan
mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis
anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam
produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak
melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan
bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal
puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit
yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah
hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai
contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi
seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang
berbahaya.
2. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang
masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis ,
yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel
Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
3. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
 Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan
lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali.

Lapisan-Lapisan Epidermis :

1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin
berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan
retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.Lebih tebal pada area-area
yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan luar, terutama pada
tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar yang tersusun atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.
2. Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari
protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini
banyak terdapat pada telapak tangan & kaki.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif
terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3
lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana sitoplasma berbutir kasar serta
mukosa tidak punya lapisan inti.
4. Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada
lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop
tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan
terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril sebagai
intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini
memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan
melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di
daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam
sitoplasmanya terdapat melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.
Gambar:Lapisan-Lapisan Epidermis

2. Dermis

Dermis (kulit jangat) yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari
dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan
dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh
dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis bersifat ulet dan elastis yang
berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilla dan stratum retikulosa.

1. Stratum papila, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada
langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat
menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar
keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat,
disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe,
folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung
jaringan ikat jarang.
2. Stratum retikulosa, mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen.
Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, sedikit serat retikulin dan
banyak serat elastin. Sesuai dengan arah jalan serat-serat tersebut terbentuk garis
ketegangan kulit. Bahan dasar dermis merupakan bahan matrik amorf yang
membenam pada serat kolagen, elastin dan turunan kulit. Glikosaminoglikans
utama kulit adalah asamhialuronat, dermatan sulfat dengan perbandingan yang
beragam di berbagai tempat, bahan dasar ini sangat hidrofilik. Lapisan ini terdiri
dari anyaman jaringan ikat yang lebih tebal. Dalam lapisan ini ditemukan sel-sel
fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung
rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak dan otot penegak rambut.

Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur
suhu, melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel khusus
dari dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan kekuatan dan
fleksibilitas untuk kulit. Komponen dermis meliputi:

 Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan
mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit
tubuh.
 Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel
darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan
mikroba.
 Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke
permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
 Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan melindungi
terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
 Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar rambut
dan memberikan nutrisi pada rambut.
 Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan
intensitas panas ke otak.
 Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat dan
memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
 Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit merenggang.
Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.

3. Subkutan atau Hipodermis


Lapisan bawah kulit (fasia superficial) terdiri dari jaringan pengikat longgar.
Komponennya serat longgar, elastic dan sel lemak. Pada lapisan adipose terdapat susunan
lapisan subkutan yang menentukan mobilitas kulit di atasnya, bila terdapat lobules lemak
yang merata di hypodermis membentuk bantalan lemak yang disebut panikulus adi posus.
Pada daerah perut, lapisan ini dapat mencapai ketebalan 3 cm. pada kelopak mata, penis
dan skrotum lapisan hypodermis tidak mengandung lemak. Bagian superficial hypodermis
mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut.
Dalam lapisan hypodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena,
anyaman araf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit dibawah dermis. Lapisan ini
mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan
dibawahnya.

Fisiologis Kulit
Jaras reseptor kulit berada didalam kulit. Jaras visceral berhubungan dengan
persepsi keadaan intern. Pada organ sensorik kulit terdapat empat jaras, yaitu rasa
raba/tekan, dingin, panas, dan rasa sakit. Kulit mengandung berbagai ujung sensorik
termasuk ujung saraf telanjangatau tidak bermielin(selaput). Pelebaran saraf terminal dan
ujung yang berselubung ditemukan pada jaringan fibrosa berakhir sekitar folikel rambut.
Pada pemeriksaan histologist, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang
berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan raba.
Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut yang
menimbulkan perasaan (raba taktil). Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung
saraf pada kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Panas , dingin dan
sakit ditimbulkan karena tekanan dalam rasa dari suatu benda, misalnya mengenai otot dan
tulang.
Indra raba terdapat pada kulit disamping itu juga sebagai pelepas panas yang ada
pada tubuh . kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf rasa raba yang menerima
rangsangan dari luar , diteruskan ke pusat saraf di otak. Reseptor-reseptor tersebar luas
pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia. Di dalam kulit terdapat tempat-tempat
tertentu yang sensitif terhadap panas dan sakit.

Fungsi Kulit :
1. Fungsi Termoregulasi
Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolic dan pergerakan otot. Pengeluaran
panas melalui kulit berlangsung melalui proses evaporasi air (perubahan molekul air)
yang disekresi oleh kelenjar keringat dan juga melalui proses perspirasi (sekresi
keringat), difusi molekul air melalui kulit. Dalam pengaturan suhu tubuh kulit
berperan mengeluarkan keringat dan kontraksi otot dengan pembuluh darah kulit.kulit
kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit dapat nutrisi yang cukup
baik. Tonus vascular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).
2. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis yang dapat
menimbulkan iritasi dan gangguan panas. Bantalan lemak di bawah kulit berperan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit melindungi kulit dari sinar
matahari. Proteksi rangsangan kimia karena stratum korneum yang impermeable
terhadap zat kimia dan air.
3. Fungsi Absorpsi
Kemampuan absorpsi kulit memengaruhi tebal dan tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, dan metabolism. Penyerapan terjadi melalu celah antar sel, menembus
sel-sel epidermis dan saluran kelenjar.
4. Fungsi Eksresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna dalam tubuh berupa NaCl,
asam urat dan ammonia. Lapisan sebum berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebummengandung minyak untuk melindungi kulit, menahan air yang
berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
5. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis untuk
merangsang panas yang diterima oleh dermis dan subkutis. Sedangkan untuk
rangsangan dingin terjadi di dermis. Perbedaan dirasakan oleh papilla dermis markel
renviel yang terletak pada dermis, sedangkan tekanan dirasakan oleh epidermis serabut
saraf sensorik yang lebih banyak jumlahnya didaerah erotic.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Melanosit membentuk warna kulit . enzim melanosom dibentuk alat golgi dengan
bantuan tiroksinasi yang meningkatkan metabolisme sel , ion Cu dan oksigen. Sinar
matahari memengaruhi melanosom, pigmen yang tersebar di epidermis melalui
tangan-tangan dendrite, sedangkan lapisan dibawah oleh melanofag. Warna kulit tidak
selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal atau tipisnya kulit.
7. Fungsi Keratinasi
Sel basal akan berpindah ke atas dan erubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin
keatas sel ini semakin gepeng dan ergranula menjadi sel granulosum. Selanjutnya
intisel menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung terus menerus seumur hidup.keratinosit melalui proses sintesis dan
generasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari. Keratin
memberi perlindungan kulit terhadap infeksi melalui mekanisme fisiologis.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Rambut

Rambut berupa benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis dan tersebar
di sekujur tubuh kecuali telapak kaki, telapak tangan, permukaan dorsal falang distal,
sekitar lubang dubur, dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan
akar yang tertanam di dalam kulit. Akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang
berbentuk tabung terdiri dari bagian berasal dari epidermis (epitel) dan bagian berasal dari
dermis (jaringan ikat). Pada ujung bawah folikel menggembung membentuk bulbus
rambut, beberapa kelenjar sebasea, dan seberkas otot polos (erector pili). Kontraksi otot ini
menyebabkan tegaknya rambut.

Struktur rambut :

1. Medulla : Bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis sel kubis mengerut
satu sama lain, dipisahkan oleh ruang berisi udara. Bulu halus pendek jenis bulu roma,
sebagian rambut kepala, dan rambut pirang tidak mempunyai medulla. Sel-selnya
sering mengandung pigmen dan keratin. Sel-sel medulla termasuk keratin lunak.
2. Korteks : Bagian utama rambut beberapa lapis sel gepeng, panjang berbentuk,
gelondong membentuk keratin keras. Fibril keratin tersusun sejajar dan granula
pigmen terdapat di dalam dan diantara sel-selnya. Rambut hitam mengandung pigmen.
Oksidasi udara yang terkumpul di dalam ruang antara sel korteks mengubah warna
rambut.
3. Kutikula : Terdapat pada permukaan selapis sel tipis jernih, yaitu kutikula tidak berinti
kecuali yang terdapat pada akar rambut. Sel-selnya tersusun seperti genting dengan
ujung menghadap ke atas. Penampang melintang rambut beragam sesuai dengan ras.
Misalnya, rambut lurus pada bangsa Mongol, Eskimo, sedangkan Indian Amerika
tampak bundar pada potongan melintang dan rambut berombak, pada beberapa bangsa
Afrika dan Papua penampangnya lonjong.

Gambar : Struktur Rambut

Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung jaringan ikat bagian luar
(sarung akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian dalam berasal
dari epidermis. Folikel yang menggembung membentuk bulbus rambut yang berhubungan
dengan papilla tempat persatuan akar rambut dan selubungnya. Sarung akar asal dermis :

a. Lapisan paling luar berkas serta kolagen kasar yang berjalan memanjang sesuai
dengan lapisan reticular dermis.
b. Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla dermis. Lapisan ini padat
sel dan mengandung serat jaringan ikat halus yang tersusun melingkar.
c. Lapisan dalam berupa sabuk homogeny sempit yang disebut glassy membrane
basal di bawah epidermis.

Sarung akar sel epidermis (epitel) mempunyai lapisan luar yang menyambung
dengan lapis-lapis dalam epidermis yang sesuai dengan lapis-lapis pemukaan yang sudah
berkembang. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel poligonal yang menyerupai
sel-sel stratum spinosum epidermis. Sarung akar rambut dalam adalah sarung berzat tanduk
membungkus akar rambut yang sedang tumbuh, menghasilkan keratin lunak, juga
ditemukan pada epidermis. Sarung ini tidak tampak lagi di atas muara kelenjar sebasea
dalam folikel.

Susunan rambut adalah sebagai berikut :

1. Batang rambut merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Bila dibuat
potongan sebuah rambut akan terlihat dari luar ke dalam :
a. Selaput rambut , merupakan lapisan yang paling luar terdiri dari sel-sel yang
tersusun seperti sisik ikan, dapat diketahui bila rambut disasak dengan baik.
Rambut yang sering disasak akan meregangkan hubungan sel-sel selaput
rambut sehingga merusak selaput rambut dan cairan mudah masuk ke dalam
rambut.
b. Kulit rambut : korteks rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal,
terdiri dari lapisan tanduk berbentuk kumparan tersusun memanjang butir-
butir myelin. Sel tanduk terdiri dari serabut keratin. masing-masing sel tanduk
yang disebut fibril diuraikan menjadi satuan serat yang lebih halus disebut
myofibril. Rambut mempunyai sifat daya elastic yang akan bertambah apabila
dalam keadaan basah dan dihangatkan.
c. Sumsum rambut (medulla) : bagian yang paling dalam dibentuk oleh sel
tanduk. Bentuknya seperti anyaman dengan rongga yang berisis udara.
Bagian ini sangat tipis, mengandung ,edula dan sumsum rambut. Ini hanya
terdapat pada rambut yang tebal, misalnya pada alis, kumis, dan sebagian
rambut kepala.

2. Akar rambut , merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit,
terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini tertanam amat
dalam, dapat mencapai lapisan hypodermis.
a. Kandung rambut adalah tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari
permukaan kulit sampai bagian bawah umbi rambut. Pada selubung ini
terdapat unsur-unsur :
 Unsure dari lapisan dermis. Jaringan ikat yang berasal dari lapisan
dermis atau kulit jangat membentuk tiga lapisan, lapisan serabut
kolagen dan elastic yang teratur mengandung pembuluh darah dan
saraf, serta lapisan serabut sirkuler yang tersusun selang-seling dengan
sel yang berbentuk kumparan dan selaput bening (hialin) yang tidak
mempunyai bentuk tertentu.
 Unsure lapisan epidermis, terdapat pada umbi rambut yang terdiri dari
lapisan-lapisan kandung akar luar dan kiandung akar dalam. Kandung
akar dalam tersusun dari luar ke dalam lapisan hanle, terdiri dari sel
lapis kuboid dengan inti gepeng, dan terdiri dari 1-2 lapis sel tanduk
gepeng yang mengandung inti dan selaput kutikula. Kandung akar
rambut bentuknya seperti sisik ikan. Kandung akar rambut (akar luar
dan akar dalam).
b. Papil rambut : Bagian bawah folikel ranmbut berbentuk lonjong seperti
telur yang ujung bawahnya terbuka, berisi jaringan ikat tanpa serabut
elastic, ke dalamnya masuk pembuluh kapiler untuk menyuplai nutrisi ke
umbi rambut. Diantara sel-sel papil terdapat sel-sel melanosit yang
menghasilkan pigmen melanin yang memberi warna pada kulit yang
disebarklan ke dalam korteks dan medulla rambut.
c. Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar rambut yang melebar,
merupakan sel bening yang terus menerus bertambah banyak berkembang
secara mitosis. Daerah ini subur, berdekatan dengan pembuluh-pembuluh
papil rambut, dan menghasilkan sel-sel baru untuk korteks rambut, dan
menghasilkan sel-sel baru untuk korteks untuk korteks rambut pengganti
sel-sel, yang sudah tua akan terdorong ke atas.

M. elektorpili adalah otot penegak rambut yang terdiri dari otot polos yang terdapat
pada kandung rambut dengan perantaraan serabut elastic. Bila otot ini berkontraksi rambut
akan tegak, kelenjar akan mengalami kompresi sehingga isinya didorong keluar untuk
melimasi rambut.
Ada beberapa fungsi rambut, diantaranya :

 Melindungi kulit dari pengaruh buruk: Alis mata melindungi mata dari keringat
agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae).
 Menyaring udara pada hidung.
 Sebagai pengatur suhu.
 Pendorong penguapan keringat.
 Indera peraba yang sensitive.

2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Kuku

Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan


dorsal falang jari tangan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis dan
epidermis. Pertumbuhan kuku terjadi sepanjang garis datar lengkung dan sedikit miring
terhadap permukaan pada bagian proksimalnya.
Kuku berproliferasi membentuk matrik kuku. Epidermis yang tepat di bawah
menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas, diapit oleh lipatan kulit dinding
kuku. Di sini terdapat kelenjar keeingat dan folikel. Sel-selnya banyak mengandung fibril.
Sitoplasma hilang pada tahap akhir setelah sel menjadi homogen, menjadi zat tanduk dan
menyatu dengan lempeng kuku. Tidak pernah dijumpai granula keratohialin di dalam sel
matrik dan keratin kuku. Pada lapisan dalam matrik kuku mengandung melanosit sehingga
lempeng kuku mungkin berpigmen pada ras kulit hitam.
Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak
mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada
pembuluh kapiler darah dalam dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding
kuku ke permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula. Dengan
bertambahnya sel-sel baru dalam akar kuku menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di
atas dasar kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm per minggu. Pertumbuhan ini
lebih pesat pada jari tangan dari pada jari kaki dan bila lempeng kuku dicabut paksa,
asalkan matriksnya tidak rusak, kuku akan tumbuh kembali.

Bagian kuku terdiri dari:

 Matriks kuku merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.


 Dinding kuku (nail wall) merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian
pinggir dan atas.
 Dasar kuku (nail bed) merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
 Alur kuku (nail grove) merupakan celah antar dinding dan dasar kuku.
 Akar kuku (nail root) merupakan bagian proksimal kuku.
 Lempeng kuku (nail plate) merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding
kuku.
 Lunula merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
 Eponikium (kutikula) merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit arinya
menutupi bagian permukaan lempeng kuku.
 Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free edge)
menebal.

Gambar : Bagian Kuku


2.2 Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen

2.2.1 Pengkajian Riwayat Kesehatan

Pada saat merawat pasien dengan gangguan dermatologic, perawat mendapatkan


informasi penting melalui riwayat kesehatan pasien dan observasi langsung. Dalam banyak
kasus, pasien atau keluarganya merasa lebih nyaman berbicara dengan perawat dan
menyampaikan informasi penting yang mungkin disimpannya atau lupa disampaikan
ketika berbicara dengan dokter atau petugas kesehatan yang lain.

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kulit, rambut dan kuku adalah inspeksi dan palpasi. Sistem
integument meliputi kulit, rambut, dan kuku. Sistem ini berfungsi memberikan proteksi
eksternal bagi tubuh, membantu dalam proses pengaturan suhu tubuh, sebagai sensor nyeri,
dan indera peraba.

A. Kulit
Keterampilan perawat dalam pengkajian fisik dan pemahamanya terhadap anatomi
dan fungsi kulit dapat menjamin bahwa setiap penyimpangan dari keadaan normal akan
dapat dikenali, dilaporkan, dan didokumentasikan. Pemeriksaan pada kulit adalah non-
invasif. Lesi pada kulit bisa saja hanya terjadi pada epidermis, tapi juga bisa hingga
jaringan kulit yang lebih dalam.
Karakteristik kulit normal meliputi :
a. Warna
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, dan berkisar
dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka,
khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari, cenderung
lebih berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek vasodilatasi yang ditimbulkan
oleh demam, sengatan matahari, dan inflamsi akan menimbulkan bercak merah
muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan tidak adanya atau
berkurangnya tonus, serta vaskularitas kulit yang normal dan paling jelas terlihat
pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukan hipoksia selular dan
mudah terlihat pada ekstermitas, dasar kuku, bibir, serta membrane mukosa.
Ikterus, yaitu kulit yang mengunung, berhubungan langsung dengan kenaikan kadar
bilirubin serum dan sering kali terlihat pada sclera, serta membrane mukosa.
b. Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Pajanan matahari, proses penuaan,
dan perokok berat akan membuat kulit sedikit lembut. Normalnya kulit adalah
elastic dan dapat cepat kembali apabila dilakukan pencubitan yang sering disebut
dengan turgor kulit baik.
c. Suhu
Suhu kulit normalnya hangat, walaupun pada beberapa kondisi pada bagian perifer
seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat suatu kondisi
vasokontriksi.
d. Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh. Pada beberapa kondisi
seperti adanya peningkatan aktivitas dan pada peningkatan kecemasan, kelembapan
akan meningkat.
e. Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan. Bau yang tajam
secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat terutama pada
area aksila dan lipat paha.
Beberapa jenis lesi pada kulit adalah sebagai berikut :

1. Lesi primer kulit.


Jenis Lesi Keterangan Gambar
Bula Lesi yang berisi cairan, diameter
>2cm (disebut juga blister).
Disebabkan oleh keracunan getah
pohon ek (jenis pohon yang
batangnya keras), dermatitis lvy
(sejenis tanaman menjalar), bullous
pemfigoid bulosa, luka bakar derajat
2.
Komedo Disebabkan karena tertutupnya
duktus pilosebaceous, eksfoliatif,
terbentuk dari sebum dan keratin.
Komedo hitam komedo terbuka ,
komedo putih komedo tertutup.

Kista Massa semi padat atau kapsul yang


berisi cairan yang berada dalam
kulit (misalnya jerawat).

Macula Datar, berpigmen, bentuknya


melingkar, luasnya < 1cm
(misalnya, bekas rubella).

Nodul Lesi berupa tonjolan, lebih tinggi


dari jaringan sekitar dan lebih dalam
dari pada papula. Meluas hingga
lapisan dermal, berdiameter 0,5 –
2cm.

Papula Inflamasi dengan lesi naik hingga


0,5 cm. Warnanya bisa sama atau
berbeda dengan warna kulit.
Tumor Lesi padat, lebih tinggi dari kulit
sekitar, meluas hingga jaringan
dermal dan subkutan.

Vesikel Permukaan kulit naik, berbatas


jelas, terisi cairan, diameternya <
0,5cm.

2. Lesi sekunder kulit


Jenis Lesi Keterangan Gambar
Atropi Penipisan kulit pada bagian
tubuh tertentu (misalnya
proses penuaan).

Krusta Sebum yang mongering,


eksudat serosa, purulen, atau
sanguineous di bawah kulit
yang mengalami erosi
sehingga muncul
kepermukaan kulit sebagai
vesikel, bula atau pustula.
Erosi Lesi berbatas tidak tegas,
kehilangan lapisan jaringan
epidermis superficial.
Ekskoriasi/Abrasi Garukan / goresan linear,
dengan daerah sekitarnya
mengalami abrasi. Biasanya
dilakukan oleh diri sendiri.

Likenifikasi Lapisan kulit yang menebal,


kulit yang tampak sering
digaruk (misalnya, atopic
dermatitis kronis).

Fisura Belahan pada kulit yang


bertepi rata, dapat meluas ke
lapisan dermal.

Skar Jaringan ikat yang disebabkan


oleh trauma, inflamasi dalam,
atau pembedahan. Berwarna
merah jika baru terjadi, jika
sudah lama akan tampak
berwarna lebih muda dan
datar.
Ulkus Kerusakan pada lapisan
epidermal dan dermal, dapat
meluas ke jaringan subkutan.
Biasanya sembuh dengan
menyisakan skar.
1. Inspeksi
 Lihat warna kulit klien bahwa sinar matahari. Normalnya kulit berwarna cerah
merah muda hingga kecokelatan ataupun hitam. Kulit yang tidak terkena sinar
matahari akan berwarna lebih terang, dan tampak pucat pada orang yang tidak
pernah / jarang terpapar sinar matahari.
 Lihat adanya lesi pada kulit (primer ataupun sekunder).
 Lihat apakah kulit klien tampak berminyak.
2. Palpasi
 Raba permukaan kulit, rasakan kelembapannya. Normalnya kulit teraba
lembap, tetapi tidak basah.
 Rasakan suhu pada permukaan tubuh, normalnya tubuh akan teraba hangat.
 Cubit sedikit pada bagian dada, atau lengan bagian dalam. Turgor kulit akan
kembali dalam waktu < 2 detik (nilai normal).
 Untuk mengetahui adanya pitting edema, tekan perlahan pada daerah
pretibialis, dorsum pedis, atau sacrum. Jika ditemukan pitting edema, pada area
yang ditekan akan tampak bekas jari pemeriksa dan akan kembali dengan
lambat (> 2 detik).

B. Rambut
1. Inspeksi
 Perhatikan penyebaran rambut di seluruh tubuh, penyebaran rambut akan
tampak lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Lihat kebersihannya,
catat adanya tinea kapitis, tinea korporis, kutu, dan lain-lain. Lihat warnanya,
warna rambut berbeda-beda tergantung suku bangsanya.
2. Palpasi
 Rasakan apakah rambut berminyak. Tarik sedikit rambut, catat jika ada
kerontokan rambut atau alopesia (rontok berlebihan).

C. Kuku
Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan, dan
tingkat perawatan diri seseorang, bahkan status psikologis juga dapat diungkapkan dari
adanya bukti – bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji, kondisi kuku mencerminkan status
kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan, dan tingkat perawatan diri seseorang bahkan
status psikologis juga dapat diungkapkan dari adanya bukti – bukti gigitan kuku. Sebelum
mengkaji kuku, perawat mengumpulkan riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat
dilihat adalah plat kuku, lapisan transparan sel epitel yang menutupi bantalan kuku.
Vaskularitas bantalan kuku member warna lapisan di bawah kuku. Semilunar, area putih
dibagian dasar bantalan kuku disebut lunula, yaitu merupakan dari nama plat kuku
terbentuk.

1. Inspeksi
 Perhatikan bentuk kuku dan warna dasar kuku. Normalnya dasar kuku
berwarna merah muda cerah karena mengandung banyak pembuluh darah.
 Sudut normal antara kuku dengan pangkalnya adalah 160 derajat.
 Perhatikan sekitar kuku, apakah ada lesi atau perlukaan.
2. Palpasi
 Tekan ujung jari untuk memeriksa Capillary Refil Time (CRT) yaitu waktu
pengisian balik kapiler. Normalnya akan kembali dalam waktu < 2 detik.

Beberapa kelainan pada kuku :


Jenis Keterangan Gambar
Jari gada Terjadi karena kondisi
(clubbing hipoksia dalam waktu yang
finger) lama.
Sudut antara kuku dengan
dasarnya > 180 derajat.

Koilonika Bentuk kuku seperti


(koilonychia) sendok, disebabkan karena
anemia dalam jangka
waktu yang lama.
Paronikia Ditandai dengan adanya
(paronychia) edema pada dasar kuku.
Diakibatkan karena trauma
atau infeksi yang bersifat
local.

Garis Beau Biasa terjadi karena


penyakit infeksi yang
kronis. Ditandai dengan
garis transversal pada
permukaan kuku.

Onikomikosis Terjadi karena adanya


infeksi jamur pada kuku.

Onycholysis Proses terlepasnya kuku


karena onikomikosis yang
tidak ditangani.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik pada sistem integumen meliputi kulit , rambut dan kuku.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan cara Inspeksi dan palpasi. Pada pemeriksaan
fisik kulit hal yang dikaji adalah pada warna, kelembapan, tekstur kulit, suhu, dan bau
busuk. Kalau pada pemeriksaan fisik rambut meliputi pemeriksaan pada
warna,kebersihan, distribusi, dan tekstur. Sedangkan pemeriksaan pada kuku meliputi
pemeriksaan pada warna , bentuk kuku, sudut kuku dan Capillary Refill Time.

3.2 Saran
Makalah ini disusun untuk memudahkan proses belajar mengajar, baik sebagai
materi bimbingan klinik maupun sebagai materi ajar pada mata kuliah Sistem Integumen.
Setelah mengetahui tentang cara pemeriksaan fisik pada sistem integumen diharapkan agar
kita sebagai perawat dapat melakukan pemeriksaan fisik pada Sistem Integumen dengan
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Malang : Salemba
Medika

Arif Muttaqin, Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika

Syaifuiddin.2010. Anatomi dan Fisiologi : Kurikulum berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta ; EGC

Potter, Patricia A. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta : Salemba


Medika

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai