Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Gerak gelombang muncul di dalam hampir tiap-tiap cabang fisika. Kita semua telah
mengenal banyak jenis gelombang antara lain: gelombang bunyi, gelombang cahaya,
gelombang radio, gelombang elektromagnetik dan lain sebagainya. Gelombang-geombang
dapat juga diklasifikasikan sebagai gelombang bermedium satu, gelombang bermedium dua,
dan gelombang bermedium tiga, sesuai dengan banyaknya dimensi di dalam gelombang
tersebut menjalarkan tenaga. Gelomabang juga dapat diklasifikasikan lagi lebih jauh menurut
sifat partikel materi yang mengangkut gelombang tersebut selama waktu penjalaran
gelombang tersebut. Keseluruhan entitas fisis di alam semesta ini dapat dikelompokkan ke
dalam dua golongan besar yaitu partikel dan gelombang. Kedua golongan entitas itu dapat
dikenali secara mudah berdasarkan kehadirannya: partikel bersifat terlokalisir atau dalam
ruang sedangkan gelombang bersifat menyebar. Perbedaan kedua golongan entitas itu juga
dapat dikenali dari gejala interferensi. Sebagaiman diketahui, gejala interferensi hanya dapat
ditunjukkan oleh gelombang. Jadi, jika suatu entitas dapat menunjukkan gejala interferensi
maka dapat dipastikan bahwa entitas tersebut tergolong gelombang. Sebaliknya, jika suatu
entitas tidak dapat menunjukkan gejala interferensi maka entitas tersebut tergolong partikel.

Jika benar bahwa alam tidak terbagi atas partikel dan gelombang, yang menjadi
pertanyaan berikutnya adalah apakah partikel itu sebenarnya hanyalah salah satu watak yang
sedang ditonjolkan oleh suatu entitas pada saat tertentu saja; artinya pada saat yang lain
sebenarnya ia juga menunjukkan watak gelombang (tetapi kita tidak mengenalinya). Untuk
foton, pertanyaan ini telah kita temukan jawabnya; ya. Bagaimana dengan partikel lainnya?.

Fenomena yang dapat dialami oleh materi adalah khas materi, artinya tidak akan
pernah terjadi gelombang, sebaliknya fenomena gelombang hanya dapat terjadi pada
gelombang. Materi mengalami tumbukan, sedangkan gelombangmengalami interferensi dan
difraksi. Semua fenomena fisika yang dikenal saat itu dapat dijelakan dengan baik
menggunakan dua makhluk nateri dan gelombang ini. Pada akhir abad sembilan belas, para
ahli fisika memperoleh distribusi energi radiasi benda hitam dan ternyata tidak dapat
dijelaskan dengan menggunakan konsep materi dan gelombang yang ada. Fisika mengalami
kebuntuan dan krisis. Masalah baru teratasi setelah Max Planck ahli fisika Jerman
memperkenalkan paket (kuanta) energi bagi gelombang elektromagnetik di dalam rongga
benda hitam. Gelombang elektromagnetik yang direpresentasikan sebagai osilator hanya
dapat menyerap h.v dan kelipatan bulatannya.

Meskipun ide aneh paket ini berhasil gemilang, tatapi Planck sendiri masih merasa
tidak yakin bahwa idenya sungguh-sungguh benar sehingga dia terus mencari gagasan dan
penjelasan yang sesuai dengan teori yang telah mapan. Ketika Planck belum menemukan
jawaban yan diharapkan, Einstein mengadopsi dan mempertajam paket gelombang dengan
menyatakan bahwa cahaya terpaket adalah partikel. Gelombang mempunyai sifat partikel,
demikian ide Planck,Einstein, dan Compton yang menyalahi pakem fisika. Sampai ada
seorang mahasiswa yang bernama de Broglie ini menghasilkan dualisme gelombang, materi
dapat bersifat materi sekaligus gelombang sebaliknya gelombang juga dapat bersifat
gelombang sekaligus materi. Dengan demikian telah lahir era baru di mana materi tidak lagi
hanya bersifat materi yang diskrit dan terkurung dalam ruangan dan gelombang hanya
bersifat kontinu serta menyebar di dalam ruang. Era baru, yaitu era kuantum yang merujuk
istilah awal dari Planck kuanta ditandai sifat yang lebih kompleks, yakni dualisme materi-
gelombang. Makhluk baru berwajah ganda yang membawa sifat materi yang terkurung dan
sifat gelombang yang kabur tidak lain adalah paket gelombang (wave pocket).

Paket gelombang merupakan gelombang yang terkonsentrasi di area tertentu dan


secara matematis merupakan jumlah dari banyak gelombang individual dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Jika dinyatakan dalam bilangan k sebagai besaran yang
berbanding terbalik dengan panjang gelombang, k = 2π/λ, maka paket gelombang merupakan
jumlah dari banyak gelombang dengan aneka bilangan gelombang. Selisih antara bilangan
gelombang terbesar dan terkecil, ʌk, dan ukuran paket gelombang yang dihasilkan, ʌx,
ternyata mempunyai hubungan yag menarik. Perkalian antara dua kuantitas ini memberikan
nilai minimum jika distribusi bagi bilangan gelombang dan distribusi ruang sama, yakni
distribusi Gaussian yaitu ʌkʌx = ½.
PAKET GELOMBANG

Untuk menyelidiki watak gelombang materi, diperlukan perangkat eksperimen yang


dapat mendeteksi gejala interferensi dan atau difraksi untuk gelombang materi tersebut. Ini
disebabkan karena gejala itu hanya dapat ditunjukkan oleh gelombang. Efek difraksi hanya
dapat diamati jika peralatan yang digunakan memiliki ukuran karakteristik (apertur) seorde
atau kurang dari panjang gelombang. Sebagaimana kita ketahui, dalam optika geometri
cahaya cukup digambarkan sebagai sinar yang arahnya sama dengan arah rambat cahaya.
Dalam hal ini kita tidak perlu mengetahui secara persis apa hakekat cahaya itu, sebagai
gelombang ataukah sebagai partikel. Namun demikian, dalam optika geometri sebenarnya
kita telah mengidentikkan cahaya sebagai partikel; arah sinar identik dengan trayektori
partikel. Jika sinar menjumpai bidang pantul maka akan dipantulkan pada arah tertentu persis
seperti trayektori bola tenis yang dipantulkan lantai.

Mengingat kecilnya nilai tetapan Planck maka panjang gelombang de Broglie pada
umumnya juga sangat pendek. Oleh karena itu diperlukan apertur yang sangat kecil untuk
menyelidiki munculnya watak gelombang materi tersebut. Perlu dicacat bahwa, meskipun
partikel hanya sebesar debu dan bergerak dengan sangat lambat, ternyata λ gelombang de
Broglie-nya masih terlalu kecil untuk dapat diditeksi. Untuk partikel makroskopik lainnya,
tentu saja panjang gelombangnya akan lebih kecil lagi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa aspek gelombang pada gerak partikel makroskopik sangat sulit dideteksi, bahkan
cenderung tidak mungkin dideteksi. Dengan kata lain partikel makroskopik tidak akan
menunjukkan watak gelombang.

Setelah kita yakini adanya gelombang yang diasosiasikan dengan partikel material
yang bergerak, pertanyaan selanjutnya adalah seperti apakah wujud gelombang materi
tersebut? Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita bicarakan
gelombang materi yang diasosiasikan dengan partikel bebas. Partikel bebas adalah partikel
yang tidak dipengaruhi oleh gaya apapun. Jadi momentum linirtnya (p=m v) dan energi
totalnya (E) konstan, artinya tidak bergantung waktu atau tempat. Dengan demikian,
gelombang de Broglie yang diasosiasikan dengannya haruslah memiliki frekuensi dan vektor
gelombang yang konstan, yaitu ω= E/h dan k=p/h di mana-mana. Untuk penyederhanaan, kita
andaikan partikel tersebut bergerak searah sumbu X positif. Pertimbangan rasional
mengharuskan bahwa gelombang yang diasosiasikan dengannya juga bergerak sumbu X
positif. Selanjutnya, karena gelombang tersebut memiliki frekuensi dan bilangan gelombang
yang sudah tertentu nilainya, maka wujudnya dapat dinyatakan sebagai gelombang
monokromatis:

Ψ(x,t) = 𝐴0 sin (kx - ωt)

Sebagai pendekatan terhadap konsep paket gelombang yang merupakan kumpulan


gelombang dan terkurung dalam ruang tertentu yakni:

𝜓1 (x,t) = A cos (𝜔1 t - 𝑘1 x)

𝜓2 (x,t) = A cos (𝜔2 t - 𝑘2 x)

Untuk sementara kita tidak perlu membicarakan apa arti fisis dari 𝐴0 maupun ψ. Jika suatu
partikel cukup kecil sehingga kinetika klasik dapat digunakan, maka E = ½ m 𝑣 2 (𝐸𝑝 dapat
diberi nilai nol sebab partikel dalam kedaan bebas), dan p = mv. Dengan substitusi nilai-nilai
ini ke dalam persamaan 𝑉𝑓 = E/p diperoleh kesimpulan 𝑉𝑓 = ½ v. Jadi kecepatan gelombang
separoh kecepatan partikel. Kenyataan ini akan menimbulkan kesulitan penafsiran tentang
bagaimana gelombang tersebut diasosiasikan dengannya.

Jika kehadiran gelombang tersebut dikaitkan dengan suatu partikel, maka haruslah
memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan partikel. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa gelombang monokromatis tadi tidak layak digunakan sebagai gelombang
materi. Ketidaktepatan penggunaan gelombang monokromatis sebagai gelombang materi
juga dapat dilihat dari kehadiran spasial gelombang tersebut. Gelombang monokrokatis
menyebar ke seluruh ruang. Karena gelombang materi harus dapat mendeskripsikan partikel,
maka seharusnya gelombang tersebut tidak terlalu menyebar. Idealnya harus terlokalisir di
sekitar titik di mana partikel berada. Artinya, amplitudo gelombang tersebut harus bernilai
nol kecuali di sekitar titik di mana partikel yang bersangkutan berada.

POSTULAT DE BROGLEI TENTANG GELOMBANG DAN MATERI

Kita mengetahui bahwabgelombnag bersifat menyebar dan mengalami interferensi ,


sedangkan partikel bersifat terlokalisir dan tidak dapat mengalami interferensi. Dengan
demikian kita dapat mengetahui perbedaan jelas antara keduanya. Fisika klassik mengatakan
bahwa antara partikel dan gelombang itu sesuatu yang berbeda. Tetapi, setelah peristiwa foto
listrik baru gagasan fisika klassik di ragukan kebenarannya, sebab pada peristiwa tersebut
gelombaang yang berupa foton yang dipancarkan ternyat berprilaku seperti partikel.sehingga
teori klassik sedikit demi sedikit dapat dipatahkan.

Hingga pada akhirnya ilmuan prancis, Lois de broglie mengajukan hipotesis bahwa
watak ganda yang dimiliki oleh cahaya juga dimiliki olek partikel. Maksudnya, menurut de
boglie setiap partikel yang berenergi E yang bergerak dengan momentum p terdapat
gelombang yang diasosisikan dengannya. Nah, gelombang yang diasosiasikan dengan
gelombang yang bergerak tersebut adalah gelombang de broglie sehingga dapat dikatakan
bahwa gelombang elektromagnet adalah gelombang broglie yang diasosiasikan dengan foton.
Panjang gelombang de broglie dapat ditulis dengan persamaan λ = h / p dengan frekuensi v =
E/ h. Persamaan ini deperoleh dari kaitan antara momentum dan energi foton dengan panjang
gelombang dan frekuensinya seperti yang sudah di gagaskan oleh planck dan einstien dengan
p = h / λ dan E = hv.

HEISENBERG UNCERTAINTY PRINCIPLE (PRISIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG)

Adanya sifat partikel dari cahaya (gelombang elektroemagnetik) dan sifat gelombang
dari partikel menyebabkan adanya ketidakpastian dalam pengukuran momentum dan posisi
partikelnya, hal ini dapat dilihat berdasarkan prinsip tumbukan dalam mekanika klassik,
tumbukan antara foton dan elektron menjadikan pengukuran yang tidak pasti antara
momentum dengan dengan posisinya. Dalam artian ketika harga momentum diketahui, maka
nilai posisi tidak dapat diketahui begitu juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, ilmuan fisika prancis w. Heisenberg memaparkan gagasannya yang
dikenal dengan prinsip ke ketidakpastian Heisenberg. Prinsip ketidakpastian Heisenberg
dapat juga didefinisikan secara singkat sebagai prinsip yang menyatakan bahwa semakin
pasti posisi suatu benda kita ketahui, akan semakin tidak pastilah kita mengetahui
momentumnya, dan sebaliknya. Secara Matematik Prinsip ketidakpastian Heisenberg dapat
di tulis dengan persamaan

∆x ∆px > h crt

∆x = ketidak pastian posisi

∆p = ketidakpastian momentum
Jauh sebelum prinsip ketidakpastian Heisenberg tercipta, para fisikawan percaya
bahwa kenyataan Albert Einstein berupaya mati-matian untuk membuktikan bahwa prinsip
ketidakpastian Heisenberg sebenarnya salah dan upayanya itu terungkap salah satunya dalam
pernyataannya yang paling sering dikutip:”Tuhan tidak bermain dadu dengan alam
semesta.” terposisikannya prinsip ketidakpastian Heisenberg sebagai salah satu pilar dalam
fisika modern merupakan salah satu faktor yang membuat Einstein mengucilkan dirinya dari
kajian-kajian fisika modern, lalu memusatkan 30 tahun sisa hidupnya dalam upaya
penciptaan teori medan bersatu/teori segala hal (unified field theory).

Pertanyaannya kemudian adalah: mengapakah Albert Einstein, sang fisikawan jenius


yang berjasa merubah cara pandang manusia terhadap ruang-waktu dengan teori
relativitasnya bersikap antipati terhadap prinsip ketidakpastian Heisenberg dan bahkan
berupaya membuktikan bahwa prinsip itu salah?.

Jawaban dari pertanyaan di atas terletak pada implikasi filosofis yang dimunculkan prinsip
ketidakpastian Heisenberg. Implikasi filosofis tersebut dapat diuraikan sebagai
berikutobjektif (materi fisis beserta hukum-hukum yang mengaturnya) merupakan sesuatu
yang bersifat fixed (tetap), bergerak sesuai dengan hukum-hukum yang rigid dan pasti, serta
dapat diprediksi arahnya berdasarkan pengetahuan manusia akan hukum-hukum tersebut.
Kepercayaan ini terutama mewujud dalam prinsip determinasi Laplace yang menyatakan
bahwa arah gerak materi fisik dapat diramalkan berdasarkan kecepatan dan posisinya:
bila saja manusia dapat mengetahui secara bersamaan kecepatan dan posisi tiap benda yang
ada di alam semesta ini, maka manusia pastilah sanggup meraih pengetauan paripurna
mengenai totalitas kenyataan beserta tujuannya.
Sejak prinsip ketidakpastian Heisenberg menunjukkan bahwa manusia tak akan
mungkin mengetahui posisi dan kecepatan materi secara bersamaan (semakin manusia tahu
kecepatan suatu benda akan semakin tidak tahulah ia posisi benda itu, dan sebaliknya), maka
kepercayaan para fisikawan terhadap adanya kenyataan objektif yang bersifat fixed dan rigid
berubah. Optimisme mereka terhadap kemampuan manusia untul memprediksi arah
kenyataan objektif runtuh: prinsip ketidakpastian Heisenberg telah membuktikan bahwa alam
semesta bukanlah sesuatu yang bersifat rigid dan pasti, selalu ada energi yang dapat merubah
kecepatan dan posisi tiap materi, sehingga selalu ada peluang bagi terjadinya proses-proses
fisis, kimiawi, biologis yang bersifat random, menghasilkan bangun kenyataan yang semata-
mata terjadi akibat chance (kebetulan belaka), bukan necessity (keniscayaan).
Bagi Einstein, implikasi filosofis yang dibawa prinsip ketidakpastian Heisenberg di
atas merupakan sesuatu yang sama sekali bertentangan dengan iman pantheistik yang
dianutnya: Einstein mengimani Tuhan sebagai personalisasi bangun kenyataan objektif yang
bersifat tetap, pasti, selalu sama untuk selamanya, serta tidak tergantung keberadaannya pada
ada tidaknya manusia. Iman pantheistik ini membuat Einstein hingga akhir hayatnya tetap
menganggap bahwa pastilah ada perhitungan matematis yang salah dalam lahirnya prinsip
ketidakpastian Heisenberg, sehingga ia menolak kebenaran prinsip tersebut.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Agus. 20008. Ayat-ayat Semesta Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung:
Mizan

Halliday dan resnick. 1987. Fisika Jilid I edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

Sutopo. 2005. Pengantar Fisika Kuantum. Malang: UM Press

Anda mungkin juga menyukai