Anda di halaman 1dari 7

2.

Spherical Divergence

Akibat pengaruh geometri bumi yang spheric, energi akan semakin melemah jika
semakin jauh dari sumber. Maka diperlukan faktor koreksi untuk meningkatkan amplitudo
sesuai fungsi waktunya. Koreksi spherical divergence ditujukan untuk meningkatkan resolusi
di kedalaman yang lebih dalam.

Koreksi spherical divergence sendiri menggunakan formula P. Newman sebagai berikut :

Koreksi ini merupakan koreksi yang digunakan akibat geometri bumi, dengan
pengaruh velocity untuk setiap time. Sehingga data yang dikenai spherical
divergence masih preserve. Berbeda dengan ekualisasi (automatic gain control) yang
merupakan multiplikasi untuk amplitudo pada window tertentu menggunakan rata-rata
amplitudo pada window tersebut. Data yang dikenai AGC tidak lagi preserve.
Selain dengan menggunakan koreksi spherical divergence, untuk membantu
meningkatkan resolusi di kedalaman dapat juga dilakukan time gain function dengan formula
(T/250)^n dengan n tertentu Berikut adalah perbandingan data sebelum dan setelah
koreksi spherical divergence :

Berikut adalah data setelah diberikan time gain function :


3. Variasi Koefisien Refleksi Terhadap Sudut Datang Dan Offset

A. Koefisien Refleksi
Koefisien Refleksi (KR) adalah kontras Impedansi Akustik pada batas lapisan
batuan yang satu dengan batuan yang lain. Pada dasarnya setiap koefisien refleksi dapat
dianggap sebuah respon dari wavelet seismik terhadap sebuah perubahan impedansi
akustik (IA) di dalam bumi yang didefinisikan sebagai hasil perkalian antara kecepatan
kompresional dan densitas. Secara matematis, Koefisien Refleksi meliputi pembagian
selisih Impedansi Akustik dengan jumlah Impedansi Akustik dari dua medium
berbeda.Hal ini akan memberikan persamaan koefisien refleksi pada batas antara kedua
lapisan yaitu;

Jika harga impedansi akustik suatu lapisan diketahui, maka harga impedansi akustik
lapisan berikutnya adalah;

Besar kecilnya nilai Koefisien Refleksi selain tergantung pada Impedansi Akustik, juga
tergantung pada sudut datang gelombang atau jarak sumberpenerima. Koefisien Refleksi,
merupakan cerminan dari bidang batas media yang memiliki harga Impedansi Akustik
yang berbeda. Di dalam seismik refleksi, Koefisien Refleksi biasanya ditampilkan pada
jarak sumber-penerima sama dengan nol (zero offset). Koefisisen Refleksi, jika
dikonvolusikan dengan wavelet akan menghasilkan tras seismik (Sukmono, 1999a). Harga
Koefisien Refleksi dapat diperkirakan dari amlitudo refleksinya. Koefisien refleksi
berbanding lurus dengan amplitudo gelombang seismik refleksi, semakin besar amplitudo
refleksinya semakin besar koefisien refleksinya artinya semakin besar kontras Impedansi-
nya.

Gambar 2. Impedansi Akustik dan Koefisien Refleksi (Sukmono, 1999a)

Gambar 3. Hubungan Koefisien Refleksi dan amplitudo dan hubungan nilai Impedansi
Akustik terhadap amplitudo (Sukmono, 1999a)

B. Metode Seismik Refleksi


Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang
elastik yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan
dinamit (pada umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut menggunakan sumber
getar (pada media air menggunakan sumber getar berupa air gun, boomer atau
sparker). Gelombang bunyi yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus sekelompok
batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas permukaan
melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang yang dipantulkan
ke permukaan ini diterima dan direkam oleh alat perekam yang disebut geophone (di darat)
atau Hydrophone (di laut), (Badley, 1985, dalam Sukmono, 1999).
Komponen gelombang seismik yang direkam oleh alat perekam berupa waktu
datang gelombang seismik. Dari waktu datang tersebut dapat didapatkan waktu tempuh
gelombang seismik yang berguna untuk memberi informasi mengenai kecepatan
gelombang seismik dalam suatu lapisan. Gelombang seismik merambat dari source ke
receiver melalui lapisan bumi dan mentransfer energi, sehingga dapat menggerakkan
partikel batuan. Kemampuan partikel batuan untuk bergerak jika dilewati gelombang
seismik menentukan kecepatan gelombang seismik pada lapisan batuan tersebut.

Gambar 4. Prinsip kerja seismik refleksi

Koefisien refleksi memegang peran penting dalam analisis AVO,karena koefisien refleksi
akan bervariasi terhadap perubahan offset. Amplitudo seismik juga merupakan
representasi dari koefisien refleksi. Perubahan amplitudo selain dipengaruhi oleh offset,
juga dapat dipengaruhi oleh perubahan kandungan fluida di dalam lapisan. Presentasi
fluida dalam lapisan yang mengubah pola refleksi tersebut disebut sebagai anomali
amplitudo. Secara teoritis, AVO ini dapat digunakan dengan baik untuk lapisan pasir.
Metode AVO awalnya dikembangkan oleh Ostrander (1984), yang mengembangkan
suatu teknik dengan melihat indikasi adanya perubahan Poisson’s ratio di sub-surface
pada data seismik pada satu CDP gather. AVO (Amplitude Variation with Offset)
adalah refleksi dan transmisi gelombang seismik yang dinyatakan oleh perumusan
Zoeppritz. Analisis AVO berdasarkan pada perubahan amplitudo sinyal terefleksikan
terhadap jarak dari sumber gelombang ke geophone penerima. Dalam hal ini semakin
besar jarak sumber ke penerima (offset) semakin besar pula sudut datangnya. Adanya variasi
perubahan koefisien refleksi dan transmisi terhadap sudut datang yang berkaitan dengan
hubungan jarak reflektivitas merupakan dasar berkembangnya teori AVO
(Castagna,1997).
Gambar 5. Pengaruh Amplitudo Gelombang Seismik

Koefisien refleksi pada gas terjadi karena pasir gas dapat menurun dengan kedalaman
tertentu. Dengan demikian, terjadi anomali amplitudo karena gas di dalam terdapat akumulasi
yang kecil. Kontras kuat lainnya terjadi serpihan batu kapur di atasnya, mungkin juga
menimbulkan refleksi yang kuat, namun jika batu kapur mengandung gas bebas,
kecepatannya dan kepadatan akan diturunkan. Dengan demikian, gas dalam batu kapur dapat
dibuktikan dengan yang lebih lemah. Refleksi gas yang tidak hadir (fenomena "titik redup").

Koefisien refleksi besar dari pasir gas menyiratkan lebih sedikit energi yang
ditransmisikan dan sedikit penurunan amplitudo peristiwa refleksi di bawah gas akumulasi
hanya karena lebih sedikit energi mencapai reflektor. Jika 9% dari
energi tercermin di masing-masing bagian atas dan pangkalan pasir gas baik untuk
downgoing gelombang dan untuk gelombang pantulan yang akan datang, energi yang
ditransmisikan dua arah akan menjadi 68% (= (0,91)) 4 atau amplitudo 82% dari nilai tanpa
adanya pasir gas. Menjadi reflektor yang kuat, pasir gas juga harus menjadi generator
kelipatan yang baik. Kelipatannya tercermin pertama dari pasir gas, kemudian dari dasar
pelapukan, dan lagi dari pasir gas akan memiliki amplitudo (menggunakan
angka dalam tabel, 0,29 x 0,69 x 0,29) dari 0,06, yang memeringkatnya dengan wajar
refleksi utama.

Secara umum, amplitudo yang direfleksikan berkurang sedikit ketika sudut timbul
meningkat dari nol, tetapi selanjutnya meningkat. Terutama di sekitar yang kritis
sudut, pantulan mungkin sangat kuat ("refleksi sudut lebar" yang lazim)
efek). Refleksi pada kejadian tidak normal juga menghasilkan gelombang yang dikonversi,
meningkatkan kemungkinan campur tangan berbagai peristiwa. Variasi energi yang
dipantulkan dengan sudut datang. Ketika berbagai peristiwa different tiba pada waktu yang
sama, interferensi mereka mempengaruhi amplitudo yang dihasilkan. Jika mereka
menambahkan dalam-fase atau secara konstruktif, hasilnya amplitudo lebih besar dari
amplitudo masing-masing; sebaliknya jika out-of-phase atau destruktif. Berada dalam fase
atau tidak untuk gelombang air melibatkan frekuensi. Demikian juga, Koefisien refleksi di
bagian atas dan bawah pasir gas akan menjadi besarnya hampir sama meskipun dari tanda
yang berlawanan, tanda yang menunjukkan fase pembalikan. Di mana pasir sangat tipis,
pantulan dari atas dan dasar pasir hampir akan saling membatalkan, lainnya. Dimana pasir
adalah seperempat panjang gelombang tebal,interferensi akan konstruktif. Refleksi dangkal
cenderung memiliki konten frekuensi tinggi dan melibatkan pasir gas kecepatan, sedangkan
pasir gas dalam akan memiliki kecepatan dan pantulan lebih tinggi sebagian besar konten
frekuensi rendah.

REFERENCES
SHERIFF, R. E., 1975, Factors Affecting Seismic Amplitudes, Geophysical
Prospecting 23, 125-138.
Sheriff, E.G. and Geldart, L.P. (1995). Exploration Seismolgy, (2nd ed.). Cambridge
University Press, Cambridge, 592 pp
Simm R., and Bacon, M.: “Seismic amplitude: an interpreter’s handbook” Cambridge
Univ. press, 2014.

Anda mungkin juga menyukai