Anda di halaman 1dari 3

Nama : Iklila Millatina Nadhifa

Nim : 1710301017

Kelas : 3A2 Fisioterapi

Pembahasan Learning Objective (LO) Tutor 1.2 Gizi Masyarakat

1. Contoh makanan MPASI dan makanan pendukung untuk menghindari stanting ?


MPASI adalah makanan pendamping asi, makanan pendamping asi ini dapat diberikan
kepada bayi setelah berumur 6 bulan. Namun, pemberian MPASI harus dilakukan dengan
cermat dan hati-hati. Banyak orang masih memberikan MPASI terlalu dini pada bayi, yaitu
sejak bayi berusia empat bulan atau kurang. Padahal sebaiknya makanan padat baru mulai
diberikan saat usia bayi enam bulan. Ada kalanya orang tua terburu-buru dalam
memberikan makanan pada bayi karena mengira bayinya menunjukkan tanda-tanda siap
makan. Padahal suatu tanda dari bayi belum tentu menunjukkan bahwa dia lapar dan siap
makan. Misalnya, bayi memasukkan jarinya ke mulut, belum tentu pertanda menginginkan
ASI lebih banyak dibandingkan biasanya.
Contoh makanan MPASI :
 MPASI pada bayi 6 bulan
Makanan yang sebaiknya diberikan pada bayi usia 6 bulan adalah sayur dan buah
yang sudah dihaluskan seperti kentang, apel, pisang, alpukat atau melon. Bubur
atau nasi yang dihaluskan juga dapat diberikan kepada bayi yang sudah terbiasa
dengan buah dan sayur. Setelah terbiasa dengan buah dan sayur dapat diberikan
juga makanan jenis lain yang dihaluskan seperti daging ayam, ikan, roti atau telur.
 MPASI pada usia bayi 8-9 bulan
Umumnya usia 8 bulan, bayi sudah makan 3 kali dalam sehari. Selain makanan
yang dihaluskan, dapat diperkenalkan juga dengan makanan padat yang dipotong-
potong memanjang seukuran jari dewasa (finger foods). Sayuran yang biasanya
dijadikan finger foods antara lain wortel, buncis serta kentang yang sudah dimasak
hingga lunak. Pastikan bayi juga mengkonsumsi berbagai jenis kelompok makanan
mulai dari sayur, buah atau nasi hingga makanan berprotein tinggi seperti ikan,
telur, dan kacang. Disamping itu, tetap berikan ASI kapan saja bayi mau.
 MPASI pada usia bayi mulai 12 bulan
Berikut adalah menu yang dapat diberikan saat bayi mencapai usia 1 tahun
- 3-4 porsi nasi, kentang atau nasi
- 3-4 porsi sayur dan buah potong
- 2 porsi ikan, telur atau daging
2. Apa penyebab terjadinya stanting ?
Pemantauan status gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia
masih tinggi, yakni 29,6% diatas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Untuk menekan
angka tersebut masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting.
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak)
akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak
normal diusiannya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Hal tersebut dapat terjadi
karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi , rendahnya asupan vitamin dan mineral.
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada prilaku dan praktek pemberian
makanan terhadap anak juga menyebabkan terjadinya stunting apabila ibu tidak
memberikan makanan asupan gizi yang cukup baik. Ibu yang masih remajanya kekurangan
nutrisi,bahkan dimasa kehamilan dan laktasi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tubuh dan otak anak. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk
akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruhi
pertumbuhan anak. Untuk mencegahnya, makan makanan bergizi yang berasal dari buah
dan sayur sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja
perempuan agar tidak kekurangan gizi pada saat dia mengandung ketika dewasa. Selain
itu, perhatian pada lingkungan untuk menciptakan sanitasi dan air bersih dalam lingkungan
tersebut.
3. Apa upaya yang dilakukan untuk menjegah terjadinya stanting ?
pencegahan stunting menjadi prioritas nasional pemerintah dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 2018 dan 2019, mengingat saat ini, 1 dari 3 anak balita Indonesia
menderita stunting. Pada 2018, pemerintah fokus melakukan pencegahan dan penurunan
stunting di 100 kabupaten/kota prioritas. Angka tersebut meningkat menjadi 160
kabupaten/kota pada 2019. Dalam pelaksanaan, penurunan stunting harus dilakukan
dengan memperkuat koordinasi lintas sektor dan lintas kementerian/lembaga. Penurunan
stunting yang juga merupakan prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019, harus sejalan dengan penurunan anemia, bayi dengan berat lahir
rendah, bayi dengan berat badan di bawah rata-rata (underweight), anak dengan berat
badan kurang untuk ukuran tinggi badannya (wasting), obesitas, serta peningkatan cakupan
ASI eksklusif. Mencegah stunting sangat penting untuk mencapai SDM Indonesia yang
berkualitas dan pertumbuhan ekonomi yang merata, serta memutus rantai kemiskinan antar
generasi. Komitmen pemerintah daerah sangat penting dalam memastikan program
penurunan stunting dapat direncanakan dan dianggarkan dalam dokumen perencanaan di
daerah. Kepala daerah harus turun tangan untuk mengawal dan memantau pelaksanaan
setiap kegiatan agar berjalan dengan baik dan tepat sasaran. (kemenkes, 2014)

Anda mungkin juga menyukai