Pembahasan Learning Objective (LO) Tutor 1.2 Gizi Masyarakat
1. Contoh makanan MPASI dan makanan pendukung untuk menghindari stanting ?
MPASI adalah makanan pendamping asi, makanan pendamping asi ini dapat diberikan kepada bayi setelah berumur 6 bulan. Namun, pemberian MPASI harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Banyak orang masih memberikan MPASI terlalu dini pada bayi, yaitu sejak bayi berusia empat bulan atau kurang. Padahal sebaiknya makanan padat baru mulai diberikan saat usia bayi enam bulan. Ada kalanya orang tua terburu-buru dalam memberikan makanan pada bayi karena mengira bayinya menunjukkan tanda-tanda siap makan. Padahal suatu tanda dari bayi belum tentu menunjukkan bahwa dia lapar dan siap makan. Misalnya, bayi memasukkan jarinya ke mulut, belum tentu pertanda menginginkan ASI lebih banyak dibandingkan biasanya. Contoh makanan MPASI : MPASI pada bayi 6 bulan Makanan yang sebaiknya diberikan pada bayi usia 6 bulan adalah sayur dan buah yang sudah dihaluskan seperti kentang, apel, pisang, alpukat atau melon. Bubur atau nasi yang dihaluskan juga dapat diberikan kepada bayi yang sudah terbiasa dengan buah dan sayur. Setelah terbiasa dengan buah dan sayur dapat diberikan juga makanan jenis lain yang dihaluskan seperti daging ayam, ikan, roti atau telur. MPASI pada usia bayi 8-9 bulan Umumnya usia 8 bulan, bayi sudah makan 3 kali dalam sehari. Selain makanan yang dihaluskan, dapat diperkenalkan juga dengan makanan padat yang dipotong- potong memanjang seukuran jari dewasa (finger foods). Sayuran yang biasanya dijadikan finger foods antara lain wortel, buncis serta kentang yang sudah dimasak hingga lunak. Pastikan bayi juga mengkonsumsi berbagai jenis kelompok makanan mulai dari sayur, buah atau nasi hingga makanan berprotein tinggi seperti ikan, telur, dan kacang. Disamping itu, tetap berikan ASI kapan saja bayi mau. MPASI pada usia bayi mulai 12 bulan Berikut adalah menu yang dapat diberikan saat bayi mencapai usia 1 tahun - 3-4 porsi nasi, kentang atau nasi - 3-4 porsi sayur dan buah potong - 2 porsi ikan, telur atau daging 2. Apa penyebab terjadinya stanting ? Pemantauan status gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% diatas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Untuk menekan angka tersebut masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal diusiannya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Hal tersebut dapat terjadi karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi , rendahnya asupan vitamin dan mineral. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada prilaku dan praktek pemberian makanan terhadap anak juga menyebabkan terjadinya stunting apabila ibu tidak memberikan makanan asupan gizi yang cukup baik. Ibu yang masih remajanya kekurangan nutrisi,bahkan dimasa kehamilan dan laktasi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tubuh dan otak anak. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruhi pertumbuhan anak. Untuk mencegahnya, makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja perempuan agar tidak kekurangan gizi pada saat dia mengandung ketika dewasa. Selain itu, perhatian pada lingkungan untuk menciptakan sanitasi dan air bersih dalam lingkungan tersebut. 3. Apa upaya yang dilakukan untuk menjegah terjadinya stanting ? pencegahan stunting menjadi prioritas nasional pemerintah dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 dan 2019, mengingat saat ini, 1 dari 3 anak balita Indonesia menderita stunting. Pada 2018, pemerintah fokus melakukan pencegahan dan penurunan stunting di 100 kabupaten/kota prioritas. Angka tersebut meningkat menjadi 160 kabupaten/kota pada 2019. Dalam pelaksanaan, penurunan stunting harus dilakukan dengan memperkuat koordinasi lintas sektor dan lintas kementerian/lembaga. Penurunan stunting yang juga merupakan prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, harus sejalan dengan penurunan anemia, bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan berat badan di bawah rata-rata (underweight), anak dengan berat badan kurang untuk ukuran tinggi badannya (wasting), obesitas, serta peningkatan cakupan ASI eksklusif. Mencegah stunting sangat penting untuk mencapai SDM Indonesia yang berkualitas dan pertumbuhan ekonomi yang merata, serta memutus rantai kemiskinan antar generasi. Komitmen pemerintah daerah sangat penting dalam memastikan program penurunan stunting dapat direncanakan dan dianggarkan dalam dokumen perencanaan di daerah. Kepala daerah harus turun tangan untuk mengawal dan memantau pelaksanaan setiap kegiatan agar berjalan dengan baik dan tepat sasaran. (kemenkes, 2014)