Anda di halaman 1dari 5

Nama : Feisal Alfi Nusha

NRP : 124219021

Program Studi : Magister Kenotariatan

TUGAS TEORI HUKUM : Analisis Kasus

KASUS NOMOR 1 (SATU)


Kronologi Kasus:

Dua tahun yang lalu, di Surabaya terdapat kasus yang cukup mendapat

perhatian publik. Seorang perempuan bernama Chin Chin, direktur dari

suatu PT yang mengelola “Empire Palace” dituduh melakukan tindak

pidana penggelapan asset. “Empire Palace”. Tuduhan tersebut

berdasarkan Akta Notaris yang mengesahkan hasil RUPS yang dibuat

tanpa kehadiran Chin Chin.RUPS tersebut diadakan oleh suami Chin

Chin yang di PT “Empire Palace” kedudukannya sebagai Komisaris

Utama. Melalui RUPS tersebut, seluruh direksi PT “Empire Palace”

diganti. Adapun posisi Chin Chin digantikan oleh anak dari penasihat

hukums uami Chin Chin. Kasus tersebut telah diputus oleh Pengadilan

Negeri Surabaya (kronologi kasus bisa diakses dari Kutipan Putusan PN

Surabaya).
Pertanyaan :

Bagaimana analisis saudara mengenai kasus tersebut dan teori hokum apa

yang tepat digunakan sebagai pisau analisis dari kasus tersebut?

Analisis :

Kasus yang dialami oleh Chin Chin ini adalah kasus yang sangat

menarik karena untuk menilai sahnya pemecatan Chin Chin ini harus

memahami peraturan perundang – undangan yang berlaku, dalam hal ini

adalah Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas(yang selanjutnya disebut UUPT). Kewenangan direksi untuk

menjalankan pengurusan suatu perseroan akan tetap dilindungi

sepanjang direksi tidak melanggar ketentuan hukum dan merugikan

pihak perseroan atas perbuatannya.

Pada Kasus Chin Chin ini Chin Chin dituduh melakukan

penggelapan uang perseroan, namun Chin Chin tidak melakukan tuduhan

yang dituduhkan oleh dewan komisaris yang merupakan suaminya.

Dewan komisaris tesebut mencabut kewenangan Chin Chin ini sebagai

direksi PT Empire Palace yang kemudian hasil pemecatan tersebut

dibawa pada Rapat Umum Pemegang Saham ( yang selanjutnya disingkat

sebagai RUPS). Pada RUPS ini yang tidak dihadiri oleh Chin – Chin
tersebut menyatakan bahwa keputusan yang dibuat oleh suami Chin Chin

sah dan berlaku sehingga posisi Chin – Chin sebagai direksi dicabut dan

digantikan oleh anak dari penasihat hukum dewan komisaris utama

dalam hal ini suami Chin – Chin.

Perbuatan RUPS tanpa kehadiran Chin Chin tersebut merupakan

perbuatan yang melanggar hukum, karena adanya kewajiban Direksi

yang dipecat oleh Dewan Komisaris untuk hadir dalam RUPS. Kehadiran

direksi ini nantinya untuk membela diri pada RUPS tersebut yang sesuai

dengan ketentuan pasal 105 ayat (2) UUPT yang menentukan :

keputusan untuk memberhentikan anggota direksi sebagaimana yang

dimaksud ayat (1) diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan

untuk membela diri dalam RUPS.

Analisis saya dalam kasus ini adalah perbuatan yang dilakukan

oleh RUPS dan Dewan Komisaris tersebut yang tidak menghadirkan

Chin Chin selaku direksi yang diberhentikan oleh dewan komisaris

merupakan suatu perbuatan yang tidak memiliki kepastian hukum.

Hukum pada penerapannya membutuhkan suatu kepastian agar

melindungi hak subjek hukum yang telah diatur dalam suatu peraturan

hukum tersebut, hal tersebut ditekankan lagi dengan pendapat (Van


Apeeldorn, 1990) yang mengemukakan kepastian hukum adalah jaminan

bahwa hukum dijalankan akan melindungi hak yang sudah diatur oleh

hukum tersebut agar dapat dijalankan sesuai ketentuan hukum tersebut.

Pada kasus ini hak Chin Chin selaku direksi yang dipecat oleh Dewan

Komisaris ini telah dilanggar karena tidak diberi kesempatan untuk

membela diri, sehingga Chin Chin diberhentikan tanpa pembelaan

dirinya terhadap penuduhan kasus penggelapan pajak keuangan PT

Empire Palace tersebut.

Teori Hukum pertama yang tepat digunakan dalam kasus ini

adalah teori keadilan. Karena dalam kasus ini, posisi Chin Chin selaku

direktur utama PT Empire Palace digugurkan atau digantikan sepihak

oleh suaminya sendiri selaku pelaksana atau penggagas Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar oleh Gunawan

Angka Widjaja (komisaris). Maka dari iru ChinChin dapat melakukan

dapat melakukan upaya perdata dengan menggugat PT Blauran Cahaya

Mulia, yang dimana membuahkan hasil. Sebab dalam sidang gugatan

yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, majelis hakim

mengabulkan gugatan Chincin. Dari hasil putusan itu, Chincin bisa

kembali memimpin Empire Palace.


Teori Hukum kedua yang tepat digunakan dalam kasus ini adalah

Teori Positivisme yang dikemukakan oleh H.L.A Hart (1907), yaitu

keputusan-keputusan yang dapat dideduksikan secara logis dari

peraturan-peraturan yang sudah ada terlebih dahulu, tanpa perlu

menunjuk kepada tujuan-tujuan sosial, kebijakan serta moralitas. Dalam

hal ini jelas berdasarkan kronologi kasus tersebut dimana Chin Chin

Mengenai posisi Chin Chin sebagai direktur yang diganti dengan anak

dari penasihat hokum suami Chin Chin, berdasarkan pasal 105 ayat (2)

UUPT yang berbunyi “Keputusan untuk memberhentikan anggota

Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diambil setelah yang

bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS.”

Berarti seharusnya dalam melaksanakan RUPS tersebut Chin Chin

berkewajiban untuk harus berada disana, serta Chin Chin dapat

melakukan pembelaan terhadap dirinya, tetapi dalam kenyataannya

berbeda.

Anda mungkin juga menyukai