Anda di halaman 1dari 8

H U KU M ACARA PTU N

KA RA KTERISTIK
HUKUM ACARA
PTUN
Disusun oleh Okti Aditia Wirawan, S.H., M.H.
DASAR
TUJUAN
Tujuan p e m e b e n t u k a n PTUN s e p e r t i t e r d a p a t d a l a m p e r t i m b a n g a n
UU t e n t a n g P e r a d i l a n Tata U s a h a N e g a r a , juga t e r c e r m i n d a l a m
K e t e r a n g a n P e m e r i n t a h di H a d a p a n Sidang Pa r i pur na DPR RI
m e n g e n a i RUU PTUN t a n g g a l 25 April 1986 y a ng m e n y e b u t k a n tujuan
p e m b e n t u k a n PTUN a da l a h ;

Petama; M e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n hak- hak rakyat yang


b e r s u m b e r pada hak –hak i n d i v i d u ;

Kedua, M e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p hak – hak m a s y a r a k a t


y an g d i d a s a r k a n k e p a d a k e p e n t i n g a n b e r s a m a dari i n d i v i d u y a ng
hidup dalam masyarakat tersebut.
HUBUNGAN DENGAN
ASAS
Dalam hubungan dengan asas hukum peradilan tata usaha negara itu
Indroharto (1993:43), Untuk melakukan control terhadap tindakan hukum
pemerintah dalam bidang hukum publik harus memperhatikan ciri-ciri
sebagai berikut :
Sifat atau karakteristik dari suatu keputusan TUN yang selalu mengandung
asas praesumptio iustae causa , yaitu suatu Keputusan Tata Usaha Negara
(Beschikking) harus selalu dianggap sah selama belum dibuktikan
sebaliknya sehingga pada prinsipnya harus selalu dapat segera
dilaksanakan
Asas perlindungan terhadap kepentingan umum atau public yang
menonjol disamping perlindungan terhadap individu ;
Asas self respect atau self obidence dari aparatur pemerintah terhadap
putusan putusan peradilan administrasi, karena tidak dikenal adanya upaya
pemaksa yang langsung melalui
hukum f o o te r juru sita seperti halnya dalam prosedur
perdata.
PERBEDAAN DENGAN HUKUM ACARA
PERADILAN LAIN
hal-hal yang merupakan ciri atau karakteristik hukum acara Peradilan
Tata Usaha Negara sebagai pembeda dengan peradilan lainnya,
khususnya Peradilan Umum (Perdata), sebagai berikut:
Adanya tenggang waktu mengajukan gugatan (Pasal 55)
Terbatasnya tuntutan yang dapat diajukan dalam Petitum gugatan
penggugat (Pasal 53)
Adanya proses dismisal (rapat permusyawaratan) oleh
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) (Pasal 62).
Dilakukannya pemeriksaan persiapan sebelum diperiksa di
persidangan yang terbuka untuk umum (Pasal
63)
Peranan hakim TUN yang aktif (dominus untuk mencari
litis) kebenaran materiil (Pasal 63,80,85,95, dan
103)
Kedudukan yang tidak seimbang antara penggugat dan tergugat, oleh
karenanya “kompensasi” perlu diberikan karena kedudukan
penggugat diasumsikan dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan
dengan tergugat selaku pemegang kekuasaan publik.
Sistem pembuktian yang mengarah pada pembuktian bebas yang
terbatas (Pasal 107).
Gugatan di pengadilan tidak mutlak menunda pelaksanaan Keputusan
Tata Usaha Negara yang digugat (Pasal 67).
Putusan hakim yang tidak boleh bersifat ultra petita yaitu melebihi
apa yang dituntut dalam gugatan penggugat, akan tetapi
dimungkinkan adanya reformatio in peius (membawa penggugat
pada keadaan yang lebih buruk) sepanjang diatur dalam perundang-
undangan.
Putusan hakim TUN yang bersifat erga omnes, artinya putusan
tersebut tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa, akan
tetapi berlaku juga bagi pihak-pihak lainnya yang terkait.

Berlakunya asas audit alteram partem, yaitu para pihak yang terlibat
dalam sengketa harus didengar penjelasannya sebelum hakim
menjatuhkan putusan.
KARAKTERISTIK KHUSUS
Selain ciri utama tersebut di atas, ada beberapa ciri khusus yang menjadi karakteristik
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha:

a. Negara yaitu antara lain sebagai berikut; Hakim berperan lebih aktif dalam proses
persidangan, guna mencari kebenaran materiil. Keaktifan hakim dapat ditemukan
antara lain dalam ketentuan Pasal 63 ayat (2) butir a dan b, Pasal 80, Pasal 85,
Pasal103 ayat (1), Pasal 107.

b. Sistem pembuktian mengarah kepada pembuktian bebas (vrijbewijs) yang terbatas


(Indroharto, 1996:189). Menurut Pasal 107 hakim dapat menentukan apa yang harus
dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian, tetapi Pasal
100menentukan secara limitatif mengenai alat-alat bukti yang digunakan
KARAKTERISTIK KHUSUS
c. Gugatan di Pengadilan TUN tidak bersifat menunda Pelaksanaan Keputusan
Tata Usaha Negara yang digugat (vide Pasal 67). Hal ini terkait dengan
dianutnya azas Presumtio Justae Causa dalam Hukum Administrasi Negara,
yang berarti adalah bahwa suatu Keputusan TUN harus selalu dianggap benar
dan dapat dilaksanakan, sepanjang belum ada Putusan engadilan yang telah
bekekuatan hukum tetap yang menyatakan sebaliknya. Namun demikian
apabila terdapat kepentingan Penggugat yang cukup mendesak, atas
permohonan Penggugat, Ketua Pengadilan atau Majelis Hakim dapat
memberikan penetapan sela tentang penundaan pelaksanaan keputusan TUN
yang disengketakan.

d. Terhadap Putusan Hakim Pengadilan TUN berlaku asas erga omnes, artinya
bahwa putusan itu tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa tetapi
juga berlaku bagi pihak-pihak lain yang terkait.
KARAKTERISTIK KHUSUS
e. Dalam proses pemeriksaan di persidangan berlaku asas audi alteram partem yaitu para
pihak yang terlibat dalam sengketa harus diberi kesempatan yang sama untuk
didengarkan penjelasannya sebelum Hakim memberikan putusan.

f. Dimungkinkan adanya peradilan in absentia (tanpa kehadiran Tergugat) sebagaimana


diatur dalam pasal 72 ayat (2).

g. Adanya kemudahan bagi masyarakat pencari keadilan antara lain :


 Bagi yang tidak pandai membaca dan menulis dibantu panitera pengadilan dalam
merumuskan gugatannya.
 b. Bagi masyarakat golongan tidak mampu diberikan kesempatan untuk beracara
secara cuma-Cuma
 Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak, atas permohonan
penggugat, Ketua Pengadilan yang berwenang mengadilinya.
 Penggugat dapat mengajukan gugatannya kepada Pengadilan TUN yang paling dekat
dengan tempat kediamannya untuk kemudian diteruskan ke Pengadilan yang
berwenang mengadilinya.
 Badan atau pejabat TUN yang dipanggil sebagai saksi wajib untuk datang sendiri.

Anda mungkin juga menyukai