Anda di halaman 1dari 20

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

ANASTESI UMUM PADA TINDAKAN OPERATIF VULNUS CAECUM

PENYUSUN:
Marta Yuliana, S. Ked J510195067
Lana Yusria, S.ked J510195109

PEMBIMBING:
dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC
dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul :ANASTESI UMUM: LaporanKasus


Penyusun : Marta Yuliana, S. Ked J510195067
Lana Yusria, S.ked J510195109

Pembimbing : dr. Bambang Sutanto, Sp. An-KIC


dr. Ricka Lesmana Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo Sp. An M.kes
Surakarta, Oktober 2019

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Ricka Lesmana Sp. An

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


ANASTESI SPINAL PADA TINDAKAN OPERATIF TUMOR JARINGAN LUNAK,
SUSPEK LIPOMA PADA EKSTREMITAS ATAS :LAPORAN KASUS
SPINAL ANESTHESIA IN THE OPERATIVE ACTION OF SOFT TISSUE TUMOR,
SUSPECT LYPOMA ON UPPER EXTREMITY: CASE REPORT

Marta Yuliana*, Lana Yusria**


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RS PKU Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Kata Kunci: Anestesi, Anestesi Umum, Lipoma
PENDAHULUAN anestesi, sehingga me-
Anestesi berasal dari bahasa nyebabkan mati rasa di daerah
Yunani, an-, yang berarti “tanpa” dan yang terbatas secara sementara
aisthēsi, yang berarti sensasi (Holmes, (Press, 2015). Perbedaanya
1864). Fungsi anestesi yaitu dengan anestesi regional
penghilang sensasi, oleh karena itu adalah, anestesi lo-kal hanya
anestesi umumnya digunakan untuk memblok sensasi di area
pasien yang akan menjalani operasi. dimana injeksi diberi-kan,
Anestesi dibagi menjadi tiga tanpa mempengaruhi daerah-
kelompok, yaitu: daerah lain yang diinervasi
(1) Anestesi regional memberi-kan oleh saraf tersebut (Peters,
efek mati rasa terhadap saraf 2011).
yang menginervasi beberapa Dalam pembedahan membutuh-
bagian tubuh, melalui injeksi kan tindakan anestesi karena nyeri
anestesi lokal pada sangat mungkin terjadi saat
spinal/epidural, pleksus, atau pembedahan berlangsung. Usaha
secara Bier block (Mohyeddin, penanggulangan nyeri terutama nyeri
2013). akut akibat trauma atau bedah,
(2) Anestesi general melibatkan dilakukan untuk memperpendek fase
hilangnya kesadaran secara akut/katabolitik pasca trauma atau
penuh. Anestesi umum dapat bedah sehingga pasien segera
diberikan kepada pasien memasuki fase anabolik dan proses
dengan injeksi intravena atau penyembuhan luka lebih cepat (Press,
melalui inhalasi (Royal College 2015).
of Physicians (UK), 2011). Indikasi anestesi general adalah
(3) Anestesi lokal secara re- pasien yang memiliki alergi anestesi
versibel menghambat kon- lokal/regional sebelumnya, pasien
duksi saraf di dekat pem-berian dengan gangguan kejiwaan, pasien
yang menolak dilakukan anestesi
lokal/regional, pasien yang tampak perdarahan pada kassa
membutuhkan posisi tertentu, tersebut. Pasien berespon nyeri pada
pembedahan yang lama, luas dan tangan kiri bila disentuh. Pasien dalam
ekstensif, pembedahan dimana anestesi kondisi mabuk dan dibacok dengan
lokal tidak praktis atau memuaskandan golok tadi malam. Luka pada
penderita dengan pengobatan punggung tangan kiri, berdarah dan
antikoagulan. Kontraindikasi mutlak paha kaki kiri. Tidak memiliki riwayat
dilakukan anestesi umum yaitu penyakit penyerta.
dekompresi kordis derajat III – IV, AV
Pada pemeriksaan fisik tidak
blok derajat II – total (tidak ada
didapatkan adanya kelainan. Tidak ada
gelom-bang P). Kontraindikasi Relatif
gangguan menelan. Buka mulut lebar
berupa hipertensi berat/tak ter-kontrol
dan pergerakan kepala leher bebas.
(diastolik >110), DM tak terkontrol,
Pasien memiliki riwayat kebiasaan
infeksi akut, sepsis, Glumerulo Nefritis
merokok dan minum minuman keras.
Akut (Dewoto, 2012).
Pemeriksaan penunjang Lab
Vulnus caecum adalah luka darah rutin (AL 18,8 Naik), (Hb 10,9
yang disebabkan oleh benda tajam Turun), Angka trombosit, PT, APTT,
seperti gergaji, kapak dan golok. Tepi SGOT, Kreatinin, GDS, HbsAg dan
luka tajam dan rata, luka sering EKG dalam batas normal. BB 90 kg
terkontaminasi, karena itu kemung- dengan tinggi 170 cm. luka nyeri
kinan infeksi lebih besar. (Ansori, tersebut didiagnosis dengan Ruptur
2015). tendo extensor digiti IV manus
sinistra. Pasien direncanakan operasi
LAPORAN KASUS
repair tendo. Estimasi operasi sekitar
Seorang laki-laki berusia 24 60 menit dengan perkiraan perdarahan
tahun, datang ke Instalasi Gawat 100 ml.
Darurat dengan luka terbacok pada Saat dikamar operasi kondisi
tangan kiri. Luka terbalut kassa dan pasien stabil. Tekanan darah sebelum
induksi 160/66 mmHg, nadi 116 Anamnesis dilakukan secara
x/menit, suhu 36,6 °C, SpO2 98%. allonamnesis
Operasi berlangsung selama 60 menit a. Keluhan utama
dan perdarahan sebanyak 100 ml. Luka terbacok serta terasa
kondisi hemodinamik selama operasi nyeri pada tangan kiri
stabil dan tidak terjadi peningkatan b. Riwayat penyakit sekarang
tekanan darah dan nadi signifikan. TD Luka terbacok pada punggung
saat induksi 100/70 mmHg, N 102 tangan kiri dan paha kaki kiri
x/menit, suhu 36,7 °C, RR 20 x/menit. , nyeri punggung tangan kiri
Selama operasi berkisar TD 110- jika disentuh dan tampak
130/70-90 mmHg. N 78-100 x/menit. perdarahan. Pasien dalam
kondisi mabuk dan dibacok
Kondisi pasien pasca operasi
dengan golok tadi malam.
TD 130-140/90-100 mmHg, N 100-90
c. Riwayat penyakit dahulu atau
x/menit, SpO2 98-99%, pasien
penyulit tindakan anestesi
mengeluh nyeri dengan skala nyeri 4-
1). Riwayat alergi : tidak ada
5.
data
A. PRE OPERATIF 2). Riwayat diabetes mellitus
1. IDENTITAS PASIEN : disangkal
Jenis Kelamin : Laki-Laki 3). Riwayat penyakit paru
Usia : 24 tahun kronis : disangkal
Diagnosis pre-operatif : Ruptur 4). Riwayat penyakit jantung :
tendo extensor digiti IV manus disangkal
sinistra 5). Riwayat Hipertensi :
Macam Operasi : Operasi Repair disangkal
tendo 6). Riwayat penyakit hati :
disangkal
2. ANAMNESIS
7). Riwayat penyakit ginjal :
disangkal
8). Riwayat asma : disangkal 2). Kesadaran : Somnolen
d. Riwayat penggunaan obat : 3). Skala Nyeri : -
1). Riwayat alergi obat : tidak 4). TD : 160/66 mmHg
ada data 5). Nadi : 116 x/menit
2). Riwayat pengobatan 6). Respirasi : -
sebelumnya : tidak ada 7). Suhu : 36,6 °C
data 8). Saturasi O2 : 98%
e. Riwayat anestesi/operasi : b. Pemeriksaan Fisik
1) Riwayat anestesi 1). Status Gizi
sebelumnya : tidak ada a). BB : 90 kg
data b). TB : 170 cm
2). Riwayat operasi 2). Pemeriksaan kepala dan
sebelumya : tidak ada data leher
f. Riwayat kebiasaan a). Mata : Edem palpebral
1). Riwayat merokok : diakui (-), konjungtiva tidak
2). Riwayat minum alcohol : anemis, sclera tidak
diakui ikterik
3). Riwayat konsumsi b). Mulut : Gigi Palsu (-),
narkotika : tidak ada data Gigi goyang (-)
g. Riwayat Keluarga c). Hidung : pernapasan
1). Riwayat asma : tidak ada cuping hidung (-)
data d). Mandibula : Fraktur (-),
2). Riwayat diabetes mellitus gerakan sendi temporo
: tidak ada data mandibularis tidak
terbatas
3. PEMERIKSAAN FISIK e). Leher : Pergerakan
a. Status Generalis (Saat masuk leher normal (fleksi
Rumah Sakit) dan ekstensi),
1). keadaan umum : Lemas gangguan menelan (-),
peningkatan JVP (-), e. Pemeriksaan Ekstremitas :
pembesaran KGB (-), Status batas normal
Pembesaran kelenjar f. Pemeriksaan Kelenjar
tyroid (-), gangguan limfe: Dalam batas normal
bernapas (-), deviasi g. Pemeriksaan Genito-
trakea (-), kontrakaksi urinarius : Dalam batas
otot pernapasan tam- normal
bahan m.sternokleido- 4. STATUS LOKALIS
mastoideus (-) a). Ekstremitas atas (Manus) :
c. Pemeriksaan Thorak : 1) Inspeksi :warna
Paru-paru : simetris (+/+), kulit setempat tidak
ketertinggalan gerak (-/-), pucat, warna kulit
fremitus paru kanan sama didaerah distal tidak
dengan paru kiri, sonor di pucat, hematom (+),
kedua lapang paru, sdv deformitas (-)
(+/+), rhonki (-/-), 2) Palpasi :teraba
wheezing (-/-). hangat, refilling
Jantung : ictus cordis capiller < 3 detik,
tidak tampak, ictus cordis nyeri tekan (+), tidak
teraba namun tidak kuat teraba adanya
angkat, batas jantung penonjolan/
normal, BJ I/II murni diskontuinitas
regular, murmur (-) tulang, krepitasi (-)
d. Pemeriksaan Abdomen: 3) Move :gerakan aktif
asites (-), massa (-), dorsofleksi digiti IV
distended (-), peristaltik (-), gerakan pasif
(+), BU (+), turgor kulit digiti IV nyeri (-)
baik dan krepitasi (-),
gerakan jari-jari lain ASA II (Pasien dengan penyakit
(+) normal, sistemik ringan dan tidak ada
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG keterbatasan fungsional).
Darah Rutin
AL 18,8 7. PENATALAKSAAN
Hb 10,9 Berdasarkan anamnesis dan
AT 230 pemeriksaan fisik, maka :
PT 11,7 a).Diagnosis pre operatif: Ruptur
APTT 30,4 tendoextensor digiti IV manus
SGOT 23 sisnistra
Kreatinin 0,7 b).Status Operatif: ASA II,
GDS 100,2 Mallampati I
HbsAg Negatif c). Jenis Operasi: Repair Tendo
EKG irama sinus, HR 110 d).Jenis Anastesi : Anestesi
x/menit Umum dengan intubasi
Rontgen Wrist Joint kiri : lusensi endotracheal tube
linier inkomplit pada OS e). Persiapan operasi
metacarpal digiti IV manus 1). Pro Repair Tendon
sinistra menyokong gambaran 2). Informed Consent Operasi
fraktur linear inkomplit. 3). Informed Consent
CT SCAN : tak tampak infark, Pembiusan
perdarahan maupun SOL 4). Pemasangan infus 6 jam
intracranial, tak tampak fraktur sebelum operasi dilakukan.
pada os cranium yang terlihat. 5). Intravena fluid drip (IVFD)
RL 20 tpm dengan
6. STATUS FISIK ASA menggunakan IV cath no
Laki-laki usia 24 tahun dengan 20, dan dipasang dengan
vulnus caecum pada tangan kiri menggunakan three way.
dan paha kiri dengan status fisik
f). Persiapan pasien notrixum 20 mg dan
1). Pasien dipuasakan selama ketorolac 60 mg.
6-8 jam. b). Persiapan pasien
2). Makanan tidak berlemak 1). Pemeriksaan konfirmasi
diperbolehkan 5 jam identitas pasien
sebelum induksi anestesi. 2). Konfirmasi jenis operasi
3). Minuman air putih dan pemeriksaan lokasi
diperbolehkan sampai 3 operasi
jam sebelum induksi 3). Pemantauan peralatan
Premedikasi yang menempel pada
- Analgetik : pethidine 50 mg pasien
1. PRE ANESTESI (sphygmomanometer
a). Persiapan Alat dan Obat digital, oxymetri)
Anestesi Umum 4). Pemeriksaan akses IV
1). Mempersiapkan mesin
2. INDUKSI ANESTESI
anestesi, sirkuit anestesi,
a). Akses IV: Memasukkan
face mask, monitor,
Petidin 50 mg  Propofol
tensimeter, saturasi serta
100 mg cek refleks bulu
mengecek tabung O2, N2O,
mata, jika telah (-) 
sevoflurane, dan isoflurane
pasang face mask dan mulai
2). Mempersiapkan stetoskop,
ambu O2 3 L/menit, N2O 3
laringoskop (lampu
L/menit dan isofluran 2 vol
menyala dan terang), ETT
% (sambil tetap memompa
jenis non kinking ukuran6 ;
sampai airway bagus) 
6,5; dan 7, orofaring tube
artracurium 20 mg setelah
ukuran 8 cm, dan suction.
obat mulai bekerja + 3
3). Mempersiapkan propofol
menit, perhatikan pergera-
100 mg, fentanil 50 mg,
kan dada naik dan simetris L/menit, isoflurane 2 vol%
 segera lakukan intubasi dan N2O 3 L/menit.
b). Intubasi : Lepas face mask,
3. DURANTE OPERATIF /
pegang laringoskop dengan
MAINTENANCE
tangan kiri, masukkan
1. Inhalasi: O2 3 L/menit,
laringoskop dari sisi mulut
isoflurane 2 vol% dan N2O
bagian kanan geser ke kiri
3 L/menit
(dapat meminta bantu pada
Selama Operasi
asisten untuk membuka
mulut pasien dan melakukan Maintenance =2mg/kgBB/jam x BB

chin lift), tangan kanan = 2 x 90


melakukan head tilt, telusuri = 180cc/jam
lidah pasien sampai pangkal
Stress operasi = 6 ml/kgbb x BB
lidah, terlihat epiglotis, di
belakang epiglotis tampak = 6 x 90

plica vokalis, lalu segera =540 cc/jam


masukkan ETT no 6,5 = lama puasa x BB
PP
sampai batas garis hitam
=6 x 90
pada ETT.
c). Sambungkan ujung ETT =540 cc

dengan selang mesin Jumlah =M + SO + ½ PP


anestesi, pompa balon, cairan dalam
= 180 + 540 + ½ (540-
jam pertama
pastikan ETT sudah masuk 500)
ke trachea dan cek suara
= 740 cc
napas kanan = kiri, lalu isi
balon ETT dengan 15 cc
Pasien terpasang infus
udara, fiksasi ETT dengan
sejak enam jam yang lalu
plester/tape, ambu O2 3
sebelum operasi dan sudah
diberikan cairan kristaloid 4. PASCA OPERASI
sebanyak 500cc dengan 1. Posisi : Supine
kecepatan 20tpm. 2. Pemantauan :
Sehingga cairan pengganti Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
puasa yang terpenuhi RR, Saturasi O2 tiap 15 menit
200cc. Setelah dihitung selama 1 jam.
estimasi kebutuhan cairan 3. Keadaan pasca operasi
yang diberikan saat a). Mual/ muntah: Tidak ada data
durante operasi sekitar b). Pusing : Tidak Ada data
740cc, diguyur c). Sianosis : Tidak Ada data
2. Infus RL 1500 ml 4. Skala nyeri : 4-5
3. Dexamethasone 1 amp 5. Obat-Obatan pasca operasi
4. Pemantauan Sistem Saraf Pusat a). Analgesik : Inj. tramadol
a) Pemantauan Tekanan Darah 100 mg /24 jam
b) Pemantauan Nadi 6. Terapi Cairan : Infus RL drip
c) Pemantauan Pernapasan infus 20 tpm
d) Pemantauan refleks-refleks
tubuh Pasca Bedah

5. Pemantauan Sistem Kardiovaskular = 50 cc/KgBB/hari


Kebutuhan air
= 50 cc x 90 cc/hari
a) PemantauanWarna Kulit dalam keadaan
= 5400 cc/hari
basal
b) Pemantauan Suhu Tubuh
c) Pemantauan Produksi Urin 7. Komplikasi pasca bedah : Tidak
d) Pemantauan EKG ada
8. Penilaian Pemulihan Kesadaran
6. Pemantauan Perdarahan
(berdasarkan Skor Alderete) :
Perdarahan durante operasi: 100 ml
7. Durasi operasi : 60 menit

8. Komplikasi selama pembedahan :


tidak ada
No. Kriteria Sko 9. Ekstubasi
r
a). Memastikan pasien
1 Aktivitas Mampu 2
motorik menggerakkan ke-4 telah bernapas
ekstremitas atas 1
spontan
perintah atau secara
sadar. 0 b). Melakukan suction
Mampu
slem pada airway
menggerakkan 2
ekstremitas atas pasien
perintah atau secara
c). Menutup isoflurane
sadar.
Tidak mampu dan N2O, tinggikan
menggerakkan
O2 sampai ± 8
ekstremitas atas
perintah atau secara L/menit
sadar.
d).Mengempiskan balon,
2 Respirasi Nafas adekuat dan 2
dapat batuk 1 pastikan bahwa
Nafas kurang 0
pasien sudah bangun
adekuat/distress/hipo
ventilasi (biasanya pasien
Apneu/tidak bernafas
akan mulai batuk-
3 Sirkulasi Tekanan darah 2
berbeda ± 20% dari 1 batuk). Melepaskan
semula 0 plester/tape. Cari
Tekanan darah
berbeda ± 20-50% waktu yang tepat dan
dari semula segera cabut ETT.
Tekanan darah
berbeda >50% dari Segera pasang face
semula mask dan pastikan
4 Kesadaran Sadar penuh 2
Bangun jika dipanggil 1 airway nya lancar
Tidak ada respon atau 0 dengan triple
belum sadar
5 Warna Kemerahan atau 2 manuver. Setelah
kulit seperti semula 1 pasien benar-benar
Pucat 0
Sianosis bangun, pasien dipin-
dahkan ke RR.
e). Pasien diperbolehkan makan: penunjang disimpulkan bahwa pasien
apabila pasien sudah sadar masuk dalam ASA II.
penuh dan pasien tidak mual
Pada pasien ini dilakukan
dan muntah apabila makanan
operasi repair tendon maka dokter
masuk secara oral.
anestesi memilih menggunakan jenis
f). Pengelolaan nyeri 24 jam
anestesi umum. Hal ini sesuai dengan
pertama: Inj. Amp tramadol
indikasi anestesi yaitu operasi lebih
100 mg/24jam
praktis dengan anastesi umum,
PEMBAHASAN
dibanding dengan anastesi regional.
A. Pre operatif
Selain itu letak dari rupture tendon
Seorang laki-laki berusia 24
yang berada di punggung tangan kiri
tahun, datang ke Instalasi Gawat
dan paha kiri. Anestesi yang
Darurat dengan luka terbacok pada
digunakan adalah anestesi general
tangan kiri. Luka terbalut kassa dan
dengan intubasi karena operasi
tampak perdarahan pada kassa
berlangsung selama 60 menit.
tersebut. Pasien berespon nyeri pada
tangan kiri bila disentuh. Pasien dalam Untuk memberikan cairan pre
kondisi mabuk dan dibacok dengan operasi diberikan terapi cairan basal
golok tadi malam. Luka pada yaitu kebutuhan cairan dewasa/kgBB
punggung tangan kiri, berdarah dan yaitu 2ml/kgBB = 2 ml x 90 kg = 180
paha kaki kiri. Tidak memiliki riwayat cc/jam. Sebelum dilakukan operasi
penyakit penyerta. Pada pemeriksaan pasien dipuasakan selama 6-8 jam,
tanda vital pasien didapatkan keadaan tujuan puasa untuk mencegah
umum pasien lemah, somnolen, terjadinya aspirasi isi lambung karena
tekanan darah 160/66 mmHg, nadi 116 regurgitasi atau muntah pada saat
x/menit, suhu 36,6 °c, SpO2 : 98%. dilakukannya tindakan anestesi akibat
Pada pemeriksaan fisik dalam batas efek samping dari obat- obat anastesi
normal. Dari hasil anamnesis, yang diberikan sehingga refleks laring
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
mengalami penurunan selama (0,5-0,6 mg x 90 kg) yaitu 45 -
anestesia. 54 mg. Pada pasien ini diberikan
Atracurium 50 mg sebagai obat
B. Durante operatif
pelumpuh otot. Kecepatan mula
1. Induksi Intravena
kerja dari pelumpuh otot
a. Inj. Fentanyl 100 mcg IV
diperlukan untuk dengan cepat
Induksi anestesi pada pasien ini
mengamankan jalan nafas pada
dimulai dengan pemberian
pasien emergensi dan pasien
Fentanyl 1-2 mcg/kgBB IV.
dengan resiko aspirasi yang
Pada pasien ini BB: 90 kg,
tinggi. Hal ini dipengaruhi
sehingga dosisnya (1-2 mcg x 90
beberapa faktor diantaranya laju
kg) = 90 – 180 mcg. Pada pasien
penghantaran obat ke sambungan
ini diberikan Fentanyl 100 mcg
otot-saraf, afinitas reseptor,
sebagai obat analgetik narkotik.
bersihan plasma, dan mekanisme
Fentanyl merupakan opioid
penghambatan otot-saraf
sintetik yang lebih larut dalam
(depolarisasi atau
lemak dibandingkan Pethidine.
nondepolarisasi). Mula kerja
Fentanyl juga memiliki efek
berbanding terbalik dengan
depresi lebih lama dibandingkan
potensi obat pelumpuh otot-
efek analgesiknya. Obat ini
saraf. Atracurium memiliki mula
memiliki onset singkat yaitu 30
kerja 3-5 menit dan durasi kerja
detik dan durasi kerja sekitar 30-
20-35 menit.
60 menit.
c. Inj. Propofol 10 mg IV. Pasien
b. Inj. Atracurium Besylate 30 diberikan Propofol 2-2,5
mg IV. Pasien diberikan mg/kgBB. Pada pasien ini BB:
Atracurium 0,5-0,6 mg/kgBB. 90 kg, sehingga dosis
Pada pasien ini BB: 90 kg, pemberiannya (2-2,5 mg x 90
sehingga dosis pemberiannya kg) yaitu 180-225 mg, pada
pasien ini diberikan propofol 10 trombosis. Anestesi dapat
mg IV secara perlahan sebagai dipertahankan dengan infus
sedatif melalui intravena. propofol yang
Propofol memiliki kecepatan berkesinambungan dengan opiat,
onset yang sama dengan N2O dan/atau anestetik inhalasi
barbiturat intravena lainnya, lain. Propofol dapat
namun pemulihannya lebih cepat menyebabkan turunnya tekanan
dan pasien dapat diambulasi darah yang cukup berarti selama
lebih cepat setelah anestesi induksi anestesi karena
umum. Selain itu, secara menurunnya resitensi arteri
subjektif, pasien merasa lebih perifer dan venodilatasi.
baik setelah postoperasi karena Propofol menurunkan tekanan
propofol mengurangi mual dan arteri sistemik kira-kira 80%
muntah postoperasi. Dibanding tetapi efek ini disebabkan karena
dengan tiopental, kejadian vasodilatasi perifer daripada
konvulsi pasca operasi pada penurunan curah jantung.
induksi dengan propofol lebih Tekanan sistemik kembali
minimal. Propofol digunakan normal dengan intubasi trakea.
baik sebagai induksi maupun Setelah pemberian propofol
mempertahankan anestesi. Obat secara intravena, waktu paruh
ini juga efektif dalam distribusinya adalah 2-8 menit,
menghasilkan sedasi dan waktu paruh redistribusinya
berkepanjangan pada pasien kira-kira 30-60 menit.
dalam keadaan kritis. Pemberian
Setelah induksi intravena
propofol (2 mg/kg) intravena
pasien dilakukan sungkup muka
menginduksi anestesi secara
yang telah terpasang pada mesin
cepat. Rasa nyeri kadang-kadang
anestesi yang menghantarkan gas
terjadi di tempat suntikan, tetapi
O2 6 liter/menit dari mesin ke
jarang disertai plebitis atau
jalan napas pasien dengan Pada pemeliharan
melakukan bagging selama anestesi, menggunakan gas N2O
kurang lebih 3 menit untuk dan O2. N2O merupakan gas
menekan pengembangan paru. yang tidak berwarna, berbau
Induksi dengan sevofluran lebih harum manis dan tidak mudah
disenangi karena pasien jarang terbakar. N2O di dalam darah
batuk, walaupun langsung tidak berikatan dengan
diberikan dengan konsentrasi hemoglobin tetapi larut dalam
tinggi sampai 8 vol%. Selain itu, plasma dengan kelarutan 15 kali
induksi lebih cepat dari lebih besar dari kelarutan
isofluran. Efek terhadap oksigen. N2O mampu berdifusi
kardiovaskular lebih stabil dan di semua rongga tubuh, sehingga
jarang menyebabkan dapat menimbulkan hipoksia
anemia.Setelah pemakaian face apabila tidak diberikan
mask pasien dilakukan intubasi bersamaan dengan oksigen. Oleh
endotrakeal dengan karena itu, oksigen harus
menggunakan laringoskop dan diberikan setiap memberikan
pipa trakea ukuran 7.0 untuk N2O. Gas N2O bersifat anestetik
mengamankan jalan napas pada lemah namun analgesiknya kuat
saat dilakukan pembedahan. untuk mengatasi nyeri. Untuk
Pada pasien tersebut didapatkan menghindari terjadinya hipoksia
skor Mallampati I, yang mana difusi, dapat diberikan O2 100%
palatum molle, uvula, dan pilar selama 5-10 menit. Pada pasien
faring terlihat. Lalu sebagai ini diberikan N2O : O2 sebanyak
anestesi inhalasi menggunakan 2 : 2 L/menit.
sevofluran 2-4 vol%. Sevofluran
Pada saat operasi
memiliki efek relatif stabil
berlangsung, pemantauan tanda-
terhadap kardiovaskuler, jarang
tanda vital dan kebutuhan cairan
menyebabkan aritmia.
sangatlah penting. Tindakan Selama di ruang pemulihan, jalan
yang segera untuk mengatasi nafas dalam keadaan baik,
hal-hal yang tidak diinginkan pernafasan spontan dan adekuat
merupakan pencegahan terhadap serta kesadaran somnolen.
komplikasi pasca operasi. Pengelolaan nyeri pada
Sebagai pengganti cairan tubuh pasien ini pada 24 jam pertama
yang hilang, pasien ini diberikan yaitu diberikan Infus RL 20tpm dan
cairan kristaloid, yaitu ringer inj. tramadol 100 mg/24jam. Hal ini
lactat. Pemberian maintenance bertujuan untuk mengurangi nyeri
cairan sesuai dengan berat badan pasca operasi pada 24 jam pertama
pasien yaitu 180 cc/jam dan sampai dengan kurang dari 3 hari
kebutuhan cairan stres operasi atau sebagai pengelolaan nyeri akut
sebesar 540 cc/jam. Untuk pasca operasi.
mengganti puasa selama jam Selain itu kebutuhan cairan
pertama sebesar 270 cc/jam, pasien harus tetap diperhatikan
sehingga total cairan yang untuk memenuhi kebutuhan cairan
diberikan kepada pasien sebesar pasien pasca operasi dalam sehari
990 cc. Cairan diberikan dengan yaitu sebagai berikut 50
kecepatan infus 16 tetes/menit cc/KgBB/hari, 50 cc x 90 =
pada infus set macro. 4.500cc/hari.
Pasien diperbolehkan makan
C. PASCA OPERASI
Setelah pembedahan selesai di bangsal apabila pasien sudah

dilakukan, dilakukan pemantauan sadar penuh. Hal ini bertujuan

akhir TD, Nadi, dan SpO2. supaya makanan yang masuk

Pembedahan dilakukan selama 60 melalui oral tidak masuk ke saluran

menit dengan perdarahan ± 100 cc. napas yang bisa menyebabkan

Pasien kemudian dibawa ke ruang aspirasi. Pasien juga diperbolehkan

pemulihan (Recovery Room). makanan apabila tidak mual dan


muntah. Hal ini bertujuan supaya
makanan yang sudah masuk tidak sebagai pengelolaan nyeri akut pasca
dikeluarkan kembali. operasi.
KESIMPULAN Selain itu kebutuhan cairan pasien
Pada kasus ini, pasien terdiagnosa harus tetap diperhatikan untuk
rupture tendon extensor digiti IV memenuhi kebutuhan cairan pasien
manus sinistra. Pada pasien ini pasca operasi dalam sehari yaitu
dilakukan operasi repair tendon, maka sebagai berikut 50 cc/KgBB/hari, 50
dokter anestesi memilih menggunakan cc x 56 = 2800 cc/hari.
jenis anestesi umum. Hal ini sesuai Setelah operasi pasien dibawa ke
dengan indikasi anestesi umum yang ruang recovery. Pasien diperbolehkan
digunakan pada: pasien yang makan dan minum setelah operasi jika
membutuhkan posisi tertentu, sudah tidak mual dan dipantau tensi,
pembedahan yang lama, luas dan nadi tiap 15 menit selama 1 jam dan
ekstensif, pembedanan dimana anestesi dimonitoring kondisinya.
lokal tidak praktis atau memuaskan Secara umum pelaksanaan operasi
dan penderita dengan pengobatan dan penanganan anestesi berlangsung
antikoagulan. dengan baik meskipun ada hal-hal
Setelah operasi pasien diberikan yang perlu mendapat perhatian.
yang diberikan drip infus RL 20 tpm,
inj. tramadol 100 mg IV/24 jam karena
mengalami nyeri dengan skala nyeri DAFTAR PUSTAKA
VAS 4-6. Pengelolaan nyeri pada
Dewoto HR, et al.
pasien ini pada 24 jam pertama yaitu FarmakologidanTerapi. Edisi
diberikan Infus RL+ drip 20tpm dan 5.Analgesik opioid
inj. Tramadol 100 mg/24jam. Hal ini danantagonisnya. Jakarta:
BalaiPenerbit FKUI. 2012; 210-
bertujuan untuk mengurangi nyeri
218.
pasca operasi pada 24 jam pertama
Harbi M, Kaki A, Dawlatly KAE,
sampai dengan kurang dari 3 hari atau
Daghistani M, Tahan MRE. A
survey of the practice of Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH.
regional anesthesia in Saudi Mekanisme kerja obat anestesi
Arabia. Saudi J Anaesth. lokal. Dalam: Jurnal
2013;7:367–70. Anestesiologi Indonesia. Bagian
anestesiologi dan terapi intensif
Hutzel, P., 2013. [Online] [Diakses 4 FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi.
Septemberi 2019] 2011; 3(1): 48-59.
http://breathing-tube-or-
endotracheal-tube. Sjamsuhidajat R, Jong V. Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi 3. EGC.
Keat S., Bate S. T., Bown, A. & Jakarta. 2010.
Lanham S. Anaesthesia.
Dalam : P. Matthews, Soenarjo, et al. Anestesiologi. Bagian
penyunt. On The Move. PT Anestesiologi dan Terapi Intensif
Indeks. Jakarta. 2013 FK UNDIP. Semarang. 2002.

Latief, S. A., Suraydi, K. A. &


Dachlan, M. R., 2009. Petunjuk
Praktis Anestesiologi. 2 ed.
Jakarta: Bagian Anestesi dan
Terapi Inensif FK UI.

Muhiman, et al. Anestesiologi. Bagian


Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI 2010; 65-71.

Patterson, C., 2016. pulmcast. [Online]


Available at:
http://pulmcast.com [Diakses 4
September 2019].

Said A, Kartini A, Ruswan M.


Petunjuk praktis anestesiologi:
anestetik lokal dan anestesia
regional. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran UI; 2002.

Anda mungkin juga menyukai