Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
Nuraini 20156320264
A. Kesimpulan ....................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai
konsep penanganan pasien kritis di OK, bangsal, dan ICU. Makalah ini di susun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah program studi Keperawatan Gawat
Darurat. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh semua orang, sehingga lebih mudah
dipahami oleh pembaca. Makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama mahasiswa kesehatan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih
banyak kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah kami, baik dalam
segi bahasa dan pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi mencapainya suatu
kesempurnaan dalam makalah ini.
Penyusun
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi darurat dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan, seseorang yang telah
terlatih dengan baik mengenai teknik-teknik pertolongan dapat memberikan
pertolongan pertama secara cepat. Prosedur umum untuk penanganan kedaruratan
meliputi memeriksa situasi, pemeriksaan pasien.
Pasien yang gagal atau dengan istilah disfungsi pada satu atau lebih sistem
tubuh tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi disebut pasien
kritis. Hal ini harus memerlukan perawatan keahlian di bidang keperawatan dan
kedokteran untuk merawat pasien sakit kritis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pasien kritis
2. Apa indikasi pasien masuk icu
3. Apa perawatan pasien kritis
4. Bagaimana penanganan pasien kritis
5. Apa tindakan yang dilakukan pada pasien kritis
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pasien kritis
2. Untuk mengetahui apa indikasi pasien masuk icu
3. Untuk mengetahui bagaimana perawatan pasien kritis
4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan pasien kritis
5. Untuk mengetahui apa tindakan yang dilakukan pada pasien kritis
1
BAB II PEMBAHASAN
1. Merupakan pasien sakit kritis stabil, tidak stabil, yang melakukan perawatan
intensif.
2. Memerlukan pantauan canggih dari ICU, termasuk pasien beresiko yang
memerlukan pemantauan intensif dengan metode pulmotary arteri cateteter
3. Pasien Jenis ini sakit kritis dan tidak stabil dimana status kesehatan
sebelumnya mendasarinya.
Dalam keadaan terbatas tinggal satu tempat tidur tersedia sedangkan ada 1
atau lebih pasien yang perlu perawatan ICU maka diambil kebijakan, pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas 1) lebih didahulukan dibandingkan dengan
2
3
Kelompok pasien ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya,
atau penyakit akutnya secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien
dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade,
sumbatan jalan nafas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini
hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin
tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung.
4
a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi
intensif dan agresif seperti Gangguan atau gagal nafas akut , Gangguan
atau gagal sirkulasi, Gangguan atau gagal susunan syaraf , Gangguan atau
gagal ginjal .
b. Prioritas 2
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini
mugkin memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya,
tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio
Pulmoner. NB : Pasien prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2
dan 3.
5
b. Pemeriksaan Fisik
1) LLF (Look, Listen & FeeL)
Airway
Breathing & Oxygenation
Circulation
Penurunan kesadaran
2) Tachypneu adalah satu indikator penting pada kegawatan.
7
AIRWAY
Penyebab obstruksi :
BREATHING
Penyebab :
Depresi SSP
Kelumpuhan otot, kerusakan MS, Nyeri pada dinding dada.
Gangguan pada Paru-paru : Pneumo/Haemothorax, Asthma,
COPD, Emboli, contusio paru, edema paru, ARDS
Look : cyanosis, perubahan RR dan polanya, berkeringat, Peningkatan
JVP, penggunaan otot pernafasan, penurunan kesadaran, penurunan
saturasi O2
Listen : Dispneu, kemampuan bicara, nafas yang berisik, perkusi dan
auskultasi
Feel : Gerak dan bentuk dada yang asimetris, posisi trachea, distensi
abdomen.
CIRCULATION
Penyebab :
Primer : Iskemia, Gangguan konduksi, gangguan katup,
cardiomyopathy
Sekunder : Obat-obatan, Hypoksia, Perubahan elektrolit, Sepsis
8
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pada primary survey pemeriksaan yang penting adalah AGD dan GDS.
2) Asidosis Metabolik adalah indikator yang penting pada keadaan yang
kritis.
3) Pemeriksaan selanjutnya tergantung differensial diagnosa yang akan
ditegakkan. Dapat berupa Laboratorium Darah, EKG, Radiologi,
Mikrobiologi, USG dll.
d. Treatment
1) Segera dilakukan begitu menemukan kelainan-kelainan fisiologis
2) Oksigen
3) IVFD
4) Persiapan Resusitasi
5) Segera hubungi orang yang lebih berpengalaman
Pasien yang masuk atau dirawat di unit perawatan intensif (ICU) sering
mengalami gagal napas, desaturasi (hipoksia), hiperkapnia atau kolaps
kardiovaskuler. Jika pasien mengalami gagal napas setelah penanganan jalan
napas konvensional seperti pemasangan orotrakea dengan oksigen tinggi (Non-
rebreathyng mask 12 ltr/menit) akhirnya akan dilanjutkan dengan intubasi
endotrakea dan ventilasi mekanik.
Tujuan dari intubasi pada pasien kritis yaitu untuk menjaga patensi jalan napas
pada pasien gagal proteksi jalan napas akibat kesadaran menurun, untuk memudah
dilakukan ventilasi pada pasien yang butuh ventilasi, untuk memvasilitasi
ventilasi mekanik jangka lama, mencegah aspirasi dan memudahkan penyedotan
lendir. Kriteria objektif untuk dilakukan intubasi pasien kritis di ICU yaitu henti
napas/henti jantung, frekwensi napas kurang dari 10 kali/menit atau lebih dari 35
kali/menit, PaO2 < 50 mmHg, PaCO2 > 50 mmHg.
Teknik intubasi pada pasien kritis dilakukan dengan teknik intubasi cepat
(RSI) atau prosedur intubasi pada pasien lambung penuh. Untuk mengantisipasi
10
komplikasi akibat intubasi pada pasien kritis maka beberapa langkah berikut harus
dilakukan :
A. Kesimpulan
1. Merupakan pasien sakit kritis stabil, tidak stabil, yang melakukan perawatan
intensif.
2. Memerlukan pantauan canggih dari ICU, termasuk pasien beresiko yang
memerlukan pemantauan intensif dengan metode pulmotary arteri cateteter
3. Pasien Jenis ini sakit kritis dan tidak stabil dimana status kesehatan
sebelumnya mendasarinya.
Beberapa hal yang penting mengenai penanganan pada pasien kritis:
1. Identifikasi dini pada pasien-pasien yang berisiko sangatlah penting untuk
mencegah jatuh dalam kondisi kegawatan.
2. Gambaran gejala pada pasien kritis seringkali tidak spesifik. Tachypneu
adalah satu gejala yang penting untuk segera dilanjutkan dengan monitoring
dan pemeriksaan yang lebih lanjut.
3. Setelah resusitasi atau keadaan sudah stabil perlu dilanjutkan dengan
penegakkan diagnosa dan penatalaksanaan pasien berdasarkan penyebab
kegawatan tersebut.
4. Anamnesa yang teliti sangat perlu untuk menegakkan diagnosa.
5. Monitoring terhadap respon klinis maupun laboratoris pasien terhadap
penatalaksanaan yang telah kita lakukan sangat penting untuk kita lakukan.
B. Saran
Diharapkan materi yang ada dalam makalah ini dapat diterapkan dalam
proses keperawatan yang sesungguhnya
12
DAFTAR PUSTAKA
Hudak, CM. Gallo, BM. 2012. Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Edisi
ke-8. Alih Bahasa Subekti. Jakarta: EGC
Kristanty, Paula Ns, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
Trans Info Media