Jurnal
Jurnal
LAPORAN TUTORIAL
Disusun oleh :
Kelompok Tutorial II
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Tutorial Skenario 2 yang
membahas tentang ”Tumor Jinak Odontogen dan Nonodontogen”. Pada
kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Tutor kami, drg. Erna Sulistyani, M.kes, yang telah membimbing kami.
2. Seluruh anggota kelompok tutorial 2
3. Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember angkatan
2011 yang telah memberi banyak inspirasi dan support kepada kami.
Tiada gading yang tak retak. Dengan kerendahan hati kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga laporan ini
dapat berguna di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………..... 2
1.3 Tujuan.......................……………………………………….. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..... 3
BAB III. PEMBAHASAN........................................................................... 8
BAB IV. KESIMPULAN …….............................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan
neoplasia ganas (malignant neoplasm). Perlu diperhatikan perbedaan antara
keduanya, bahwa neoplasia jinak merupakan pembentukan jaringan baru yang
abnormal dengan proses pembelahan sel yang masih terkontrol yang lambat,
ekspansif, berkapsul, tidak bermetastasis dan penyebarannya terlokalisir.
Sebaliknya pada neoplasia ganas, tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke
jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ-organ lain/metastase. Pada
neoplasia ganas, sel tidak akan berhenti membelah selama masih mendapat suplai
makanan.
Proses terjadinya neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena sistem
kontrol pembelahan sel terdapat pada siklus sel. Gangguan pada siklus sel dapat
mengganggu proses pembelahan sel sehingga dapat menyebabkan neoplasma.
Kerusakan sel pada bagian kecilnya, misalnya gen, dapat menyebabkan
neoplasma ganas. Tetapi jika belum mengalami kerusakan pada gen digolongkan
pada neoplasma jinak, sel hanya mengalami gangguan pada faktor-faktor
pertumbuhan (growth factors) sehingga fungsi gen masih berjalan baik dan
kontrol pembelahan sel masih ada.
1
Tumor/neoplasma jinak di rongga mulut dapat berasal dari sel odontogen
atau non odontogen. Tumor-tumor odontogen sama seperti pembentukan gigi
normal, merupakan interaksi antara epitel odontogen dan jaringan ektomesenkim
odontogen. Dengan demikian proses pembentukan gigi sangat berpengaruh dalam
tumor ini. Sedangkan tumor non odontogen rongga mulut dapat berasal dari epitel
mulut, nevus/pigmen, jaringan ikat mulut, dan kelenjar ludah.
1.3Tujuan
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya, dan tidak berguna bagi tubuh. Dalam klinik, istilah tumor sering
digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat
disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan.
Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh
neoplasma (Tjarta dkk, 1973). Sel- sel neoplasma berasal dari sel- sel yang
sebelumnya adalah sel- sel normal, namun menjadi abnormal akibat perubahan
neoplastik (Price dan Wilson, 2006).
Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan
neoplasia ganas (malignant neoplasm). Perlu diperhatikan perbedaan antara
keduanya, bahwa neoplasia jinak merupakan pembentukan jaringan baru yang
abnormal dengan proses pembelahan sel yang masih terkontrol dan
penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada neoplasia ganas, pembelahan sel
sudah tidak terkontrol dan penyebarannya meluas. Pada neoplasia ganas, sel tidak
akan berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan.
Proses terjadinya neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena sistem
kontrol pembelahan sel terdapat pada siklus sel. Gangguan pada siklus sel dapat
mengganggu proses pembelahan sel sehingga dapat menyebabkan neoplasma.
Kerusakan sel pada bagian kecilnya, misalnya gen, dapat menyebabkan
neoplasma ganas.
3
Tetapi jika belum mengalami kerusakan pada gen digolongkan pada
neoplasma jinak, sel hanya mengalami gangguan pada faktor-faktor pertumbuhan
(growth factors) sehingga fungsi gen masih berjalan baik dan kontrol pembelahan
sel masih ada.
b. Usia
4
c. Hereditas
Saat ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja
pengaruh lingkungan, tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk herediter kanker
dapat dibagi menjadi tiga kategori.
5
Selama stadium porgresif, massa tumor yang meluas mendapat lebih banyak
perubahan yang memungkinkan tumor mnginvasi jaringan yang berdekatan,
membentuk pasokan darah sendiri (angiogenesis), penetrasi ke pembuluh darah,
dan bermetastasis untuk membentuk tumor sekunder (Price dan Wilson, 2006).
6
Mutasi pada gen supresor tumor menyebabkan sel mengabaikan
satu atau lebih komponen jaringan sinyal penghambat,
memindahkan kerusakan dari siklus sel dan menyebabkan angka
yang tinggi dari pertumbuhan yang tidak terkontrol¬–kanker.
Neoplasia adalah akibat dari hilangnya fungsi kedua gen supresor
tumor. Gen supresor tumor Rb yang menyandi protein pRb penting
untuk mengontrol siklus sel (master brake) pada titik pemeriksaan
G1-S, sedangkan gen TP53 (yang mengkode untuk protein p53)
adalah emergency brake di titik pemeriksaan G1-S namun biasanya
tidak dalam perjalanan replikasi normal. Tapi bila terjadi
kerusakan DNA, p53 akan memengaruhi transkripsi untuk
menghentikan siklus sel (melalui ekspresi p21). Jika kerusakan
terlalu berat, maka p53 merangsang apoptosis. Contoh lain gen
supresor tumor adalah BRCA1 dan BRCA2 yang berkaitan dengan
kanker payudara dan ovarium.
Gen- Gen yang Mengatur Apoptosis. Kerja gen ini mengatur
apoptosis, dengan menghambat apoptosis, mirip dengan gen bcl-2,
sedangkan yang lain meningkatkan apoptosis (seperti sebagai bad
atau bax).
Gen- Gen Perbaikan DNA. Mutasi dalam gen perbaikan DNA
dapat menyebabkan kegagalan perbaikan DNA, yang pada
gilirannya memungkinkan mutasi selanjutnya pada gen supresor
tumor dan protoonkogen untuk menumpuk. (Price dan Wilson,
2006).
7
BAB III. PEMBAHASAN
MAPPING
Etiologi Umum
Patogenesis Umum
Gambaran
8
3.1 Etiologi Tumor Secara Umum
Faktor internal
Faktor eksternal
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
9
1. Faktor nutrisi yg dikonsumsi
Banyak makanan atau zat yang kita konsumsi tanpa kita sadari dapat
menyebabkan kanker. Berikut adalah zat-zat yang biasa kita konsumsi
yang dapat menyebakan kanker :
b. Bahan kimia
c. Nutrisi
Defisiensi dari vitamin A, C, E, dan Fe dapat menyebabkan
terjadinya kanker. Pada vitamin E misalnya. Level vitamin E yang
rendah dapat menyebabkan keanker payudara.
10
2. Mikroorganisme
3. Radiasi
Pertumbuhan sel diatur dalam suatu regulasi (siklus sel). Siklus sel adalah
suatu tahapan sel normal mengalami pembelahan secara mitosis, berfungsi untuk
menghasilkan sel sel yang baru yang berguna untuk regenerasi dan untuk
memperbaiki kerusakan.
11
Tahap siklus sel antara lain :
1. Fase gap 1 yaitu fase pembesaran sel dalam ukuran sebagai persiapan
pengkopian DNA.
Pada tahap G1 siklus sel, apabila terdapat rangsangan ekstraseluler yang
mengenai sel, maka sel akan memacu keluarnya kinase, yang nantinya
akan teraktivasi dan berikatan dengan cyclin membentuk suatu komplek
yang bernama cyclin dependentkinase ( CDK ), sehingga terjadilah
proliferasi sel ke tahap selanjutnya. Pada tahap G1 ini, sel dewasa akan
masuk ke zona perbatasan untuk menentukan apakah sel itu akan berhenti
tumbuh atau tumbuh terus sehingga masuk ke fase selanjutnya yaitu fase
S.
2. Fase sintesis yaitu fase pengkopian DNA. Fase ini mengalami 3 tahapan
antara lain, tahap replikasi, transkripsi dan translasi.
3. Fase gap 2 yaitu fase ini terjadi persiapan pemisahan kromosom
4. Fase mitosis, pada fase ini terjadi pemisahan kromosom untuk
menghasilkan 2 sel baru. Pada fase ini akan terjadi pembelahan sel dari
satu sel induk menjadi 2 sel anak yang mempunyai struktur genetika yang
sama dengan induknya. Fase ini dibagi lagi menjadi 4 tahapan antara lain
fase profase, metafase, anafase dan telofase.
1. Cyclin
Cyclin menghasilkan growth-inhibitory molecule dengan cara melepas
pRb. Apabila terjadi mutasi pada pRb dapat mengakibatkan kanker.
Protein lain sebagai growth inhibitory factor adalah gen P-15 dan gen P-16
juga merupakan growth-inhibitory factors yang bekerja dengan cara
memblok cyclin dependent kinase (cdk) dan menyebabkan siklus tidak
dapat berjalan dari G1 ke S. Selain gen P-15 dan gen P-16, ada juga gen P-
21 yang merupakan protein inhibitor Cdk lainnya. Gen P-21 ini
merupakan suatu protein di bawah control gen P-53 (tumor suppressor
gen).
12
2. Cyclin Dependent Kinase (Cdk) .
Cdk merupakan protein yang mengatur pergerakan dari fase satu ke fase
berikutnya
Sinyal stop disebabkan teraktivasinya supresor gen P-53. Gen p53 akan
aktif apabila terjadi kesalahan dalam transkripsi dan translasi dalam sel.
Sinyal stop terzsebut akan menyebabkan terhentinya siklus sel sehingga
memberikan waktu untuk perbaikan DNA.
Sinyal go ahead, sinyal ini dihasilkan oleh suatu partikuler protein kinase,
biasanya protein ini tidak aktif dan diaktifkan oleh adanya cyclin yang
kemudian membentuk suatu komplek CDK (cyclindependentkinase), CDK
ini akan bekerja sama dengan faktor pertumbuhan sehingga akan
merangsang terjadinya proliferasi sel, sehingga sel akan meneruskan
perjalanannya ke fase selanjutnya dalam siklus sel.
Gen P-53 merupakan gen yang mempunyai peranan yang sangat penting
bagi proses repair gen pada damage DNA. Proses repair ini sendiri dengan
jalan mempercepat apoptosis DNA yang mengalami kerusakan tersebut.
13
Apabila gen tersebut gagal melakukan proses pemeberhentian (stop) bagi
gen-gen yang mengalami kerusakan tersebut, maka damage DNA tersebut
akan terus mengalami pembelahan.
Jadi peran gen p53 ini sangatlah krusial, apabila terjadi gangguan pada gen
P-53 tersebut maka proses proliferasi sel tersebut tidak akan terkontrol
dengan pembelahan sel secara berlebihan dan tidak terkendali ( neoplasi ).
Kanker
Sel carcinoma yang telah terbentuk dapat menjadi ganas ataupun tidak
tergantung imun surveillance (yang dijalankan oleh NK cell) ataupun promoting
agent (seperti: hormone, iritasi, defisiensi vtamin).
Bila imun lebih rendah daripada promoting agent dapat menyebabkan keganasan
neoplasia tersebut makin tinggi.
Selain itu, sel carcinoma juga dapat melindungi diri sehingga tidak bisa
menembus imun.
14
Neoplasia ganas : sel mengalami mutasi yang lebih besar, sudah bermetastase
Sel neoplasma akan mempengaruhi sel normal melalui produksi hormone dan
faktor pertumbuhan.
Tumor ganas berbeda dari tumor jinak, karena tumor ganas bersifat
anaplasia, metastatis, dan invasif. Pertumbuhan tumor ganas juga lebih cepat dari
tumor jinak. Tingkat mutasi yang lebih tinggi menyebabkan suatu tumor menjadi
ganas, dengan banyak sifat sel yang menyimpang dari sifat sel normal.
Tumor ganas dapat menyebar dari suatu organ yang telah terjangkit, ke
jaringan lain didekatnya atau ke organ lain yang terletak jauh dari asal sel tumor
tersebut, membentuk anak sebar. Sel tumor ini menyebar secara limfogen
(menyebar melalui pembuluh limfe) atau secara hematogen (menyebar melalui
pembuluh darah). Untuk mencapai pembuluh limfe atau pembuluh darah ini,
terlebih dulu sel tumor melepaskan diri dari jaringan dimana dia berada. Pada
suatu jaringan tumor, sel tumor terintegrasi dengan sel-sel lainnya dan dengan
matriks interseluler yang banyak mengandung fiber dan protein-protein matriks
jaringan ikat, seperti kolagen, elastin, retikulin, dll. Karena mutasi yang terjadi,
sel tumor menghasilkan suatu enzim yang membuatnya bisa melepaskan diri dari
integritas tersebut, contohnya enzim Matriks Metaloproteinase (MMP). MMP
merusak protein perlekatan sel tumor tersebut dengan matriks interseluler dan sel
lainnya. Akibatnya sel tumor dapat menuju pembuluh darah atau pembuluh limfe
terdekat dan menyebar melalui alirannya. Pada sel tumor yang menyebar melalui
pembuluh darah, sel tumor ini memiliki kecendrungan menyebar ke jantung, paru-
paru dan otak.
15
Sel tumor yang melekat pada jaringan baru selanjutnya akan kembali
tumbuh. Beberapa sel tumor juga dapat menghasilkan faktor angiogenik, faktor
untuk membentuk pembuluh darah baru yang akan menyuplai nutrisi untuk sel-sel
tumor yang tumbuh. Akibatnya pertumbuhan sel tumor menjadi lebih kondusif
karena memiliki suplai nutrisinya sendiri. Suplai nutrisi ini lama-lama akan
mengambil suplai nutrisi menuju sel-sel normal, akibatnya sel tumor semakin
tumbuh pesat sedangkan sel normal menuju kematian. Akibatnya pada jaringan
tersebut menjadi jaringan tumor seluruhnya.
3.4.1 Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan
ektomesenkim edogen
A. Ameloblastoma
• Gambaran Radiografi :
- Pada ameloblastoma multikistik : gambaran, radiografi
sangat khas pada lesi-lesi yang radiolusen
multikistik, jika berkembang menjadi lokus yang besar
digambarkan seperti buih sabun (soap bubble) & jika lokus
masih kecil digambarkan seperti honey combed, terlihat
bukal dan lingual korteks terekpansi, resorbsi akar gigi,
pada beberapa kasus berhubungan dengan erupsi M3.
- Pada ameloblastoma solid : menunjukkan adanya
radiolusen yang unilokuler, sebagian besar menyerupai
tipe multikistik. Gambaran Radiolusen berbentuk skallop
tidak teratur.
16
• HPA:
Ameloblastoma solid atau ameloblastoma
intraosseous multikistik secara histologi dapat menunjukkan
beberapa tipe tetapi yang paling umum adalah tipe folikular
dan tipe flexiform
- Type follikular : Mengandung pulau-pulau epitel yang
menyerupai epitel organ enamel di dalam stroma jaringan
ikat fibrous yang matang. Sarang-sarang epitel tersebut
mengandung sebuah inti yg tersusun longgar menyerupai
stellate reticulum organ enamel.
Ket :
17
Ket :
2 : Jaringan stroma
b. Ameloblastoma unikistik
• Gambaran Klinis:
- Pada umumnya pada usia muda,
- asymptomatik,
- menimbulkan pembengkakan pada rahang, pertumbuhan
lambat,
- lokalis.
• Rontgenologis:
- Tampak gambaran radiolusen berbatas jelas mengelilingi
mahkota M3 yang tidak erupsi.
- DD: kista primordial, kista radikuler, dan kista residual.
• HPA :
- Variasi gambaran histologis yang tampak: Luminal
ameloblastoma, Intraluminal ameloblastoma, Mural
ameloblastoma.
c. Ameloblastoma periferal
•
18
• Gambaran Klinis:
- Muncul dari sisa-sisa epitelial odontogen di bawah mukosa
rongga mulut atau dari epitel basal.
- Secara klinis simptomatis, bertangkai, ulserasi atau berupa
lesi mukosa alveolar.
- Diameter lesi <1,5cm,
- Ditemukan pada pasien usia lanjut.
- DD: fibroma
• Gambaran Radiografi :
- Tampak radiolusen, permukaan tulang alveolar sedikit
erosi.
• HPA:
- Menunjukan gambaran pulau-pulau epitel di dalam lamina
propia dibawah permukaan epitel, proliferasi epitel
mungkin menunjukkan gambaran mirip ameloblastoma
intraosseous yang type flexiform/folikuler.
• Gambaran Klinis :
Jarang ditemukan, tidak ada faktor predileksi,
kebanyakan pada regio posterior madibula, symptomatis
berupa sakit ringan, terdapat pembengkakan, terlokalisir,
pertumbuhan lambat.
• Gambaran Radiografi :
19
Adanya strktur berkalsifikasi dengan ukuran dan densitas yg
variatif. Berhubungan dengan adanya impaksi pada gigi M3.
Campuran antara radiolusen dan radiopak, denga pulau-pulau
padat banyak tersebar dan bervariasi di seluruh bagian.
• HPA:
Menunjukkan suatu bahan hyaline diantara sel-sel epitel tumor yang berbentuk kuboid
atau polyhedral
20
C. Squamous odontogenic tumor
• Gambaran Klinis:
• Rontgenologis:
21
D. Clear cell Odontogeni Tumor
• Gambaran Klinis :
Disebabkan hanya sejumlah kecil kasus-kasus yang pernah
dilaporkan, jadi hanya sedikit informasi klinis yang dapat diketahui yang
berhubungan dengan tumor ini, yaitu :
- Sebagian besar kasus yang didiagnosis melibatkan penderita pada usia
diatas 50 tahun,
- Dapat melibatkan mandibula dan maksila
- Symptomatis dan pembesaran rahang.
• Gambaran Radiografi :
• HPA :
22
3.4.2 Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan melibatkan
ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa pemebentukan jaringan keras
gigi.
A. Ameloblastic fibroma
• Gambaran Klinis:
Cenderung pada usia muda dekade kedua
Melibatkan laki-laki sedikit lebih umum
dibandingkan perempuan.
Lesi kecil asymtomatic, pada lesi yang besar
menyebabkan pembesaran rahang.
Sisi posterior mandibula paling sering, dan
pertumbuhannya lambat.
• Gambaran Radiografi :
24
• HPA:
B. Ameloblastic fibro-odontoma
25
• Gambaran Klinis:
Tumor ini biasanya ditemukan pada anak-anak
dengan rata-rata usia 10 tahun
Dapat melibatkan kedua rahang
Tidak ada faktor predileksi jenis kelamin
Pada umumnya asymptomatis, terlokalisir dan
terjadi pembengkakan setempat.
• Gambaran Radiografi :
• HPA:
26
C. Odontoma
• Gambaran Klinis :
Asimtomatik
Lebih banyak di maksila
Gambaran Radiografi
- Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang
mirip gigi dengan ukuran dan bentuk variatif dikelilingi daerah
radiolusen yang tipis.
- Complex odontoma menunjukkan gambaran radiopak pada
struktur gigi yang dikelilingi garis radiolusen tipis
27
• HPA
Complex Odontoma, menunjukkan sebuah massa gigi tidak
berbentuk (amorf) yang merupakan bentukan material gigi.
Compound Odontoma yang terdiri dari struktur sementum
(1), dentin (2), dan struktur seperti pulpa (3)
3.4.3 Tumor yang Berasal dari Ektomesenkim Odontogen dengan atau Tanpa
Melibatkan Epitel Odontogen
A. Fibroma Odontogen
Gambaran Klinis :
Melibatkan usia 9 – 80 tahun (rata-rata 40 tahun)
Lesi kecil asymptom
Lesi besar ekspansi rahang & gigi goyang
60% terjadi di maksilla (regio Premolar – Molar pertama)
Gambaran Radiografi :
Lesi kecil terdapat radioliusen unilokuler dengan batas jelas &
sering berhubungan dengan apikal gigi yang erupsi
Lesi besar radiolusen multilokuler dan sering terjadi resorbsi
akar gigi
28
HPA
Fibroma odontogen terbagi menjadi 2, yakni :
Sederhana : mengandung fibroblas-fibroblas stellate yang
sering kali tersusun dalm sebuah pola yang bergelung degan
fibril-fibril kolagen yang jelas.
Kompleks : pola lebih kompleks yang mengandung jaringan
ikat fibrous seluler yang jelas dengan serabut-serabut kolagen
yang tersusun dalam jalinan budel
• Gambaran Klinis:
29
Umumnya pada faktor predileksi usia, melibatkan kedua
rahang pada mandibula bisa korpus maupun ramus
Asymptomatis, menyebabkan gigi goyang, ekspansi
menipis.
• Gambaran Radiografi :
• HPA:
30
C. Cementoblastoma
Gambaran Klinis
Asymptom
Lesi besar ekspansi tulang pembengkakkan rahang
Gambaran Radiografi :
Masa radiopaque yang melekat di apeks gigi & batas lesi dengan
jaringan sekitar hanya dipisahkan oleh suatu gambar radiolusen
yang tipis
HPA
Terlihat pembentukan lesi pada apek gigi
(1) pulpa pada apek gigi penyebab, masa dari lesi yang merupakan
proliferasi dari sel – sel cementoblast (selullar) dan mengandung
sum-sum tulang (2) dengan dipisahkan oleh suatu kapsul jaringan
ikat dari tepi tulang normal (3).
3.5.1 Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Epitel Mulut
31
A. Papiloma Squamos
• Gambaran Klinis :
• HPA
32
B. Veruka Vulgaris
• Etiologi
• Gambaran Klinis
• HPA
C. Keratoakantom
33
Hal ini patut diperhatikan bahwa 8% dari keratoakantoma
terjadi pada daerah bibir yang terkena matahari. Lesi-lesi pada kulit
sering sekali menimbulkan rasa agak sakit.
• Gambaran Klinis
• Gambaran Mikroskopis
34
Lesi ini tumbuh eksopitik dengan hiperparakeratinisasi
(keratinisasi core) dan dijumpai adanya mikroorganisme pada
permukaan. Di lamina propria terdapat infiltrasi sel-sel limfosit
yang padat.
3.5.2 Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Nevus / Pigmen
A. Nevus Pigmentasi
Biasa disebut tahi lalat tetapi berada pada jaringan lunak rongga
mulut.
• Gambaran Klinis
• HPA
Melanosis pada mukosa membran terlihat adanya
peningkatan jumlah sel-sel melanin pada basaloid layer.
35
3.5.3 Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Jaringan Ikat Mulut
• Gambaran Klinis
Menunjukan suatu benjolan yang kenyal dan dapat digerakan
Terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut, terutama pada
daerah yang sering mengalami trauma atau injuri seperti tergigit,
atau karena gesekan plat protesa dari gigi palsu
Tidak menimbulkan rasa sakit
• HPA
o Menunjukan suatu proliferasi dari sel – sel fibrous yang mature dan
padat, dengan pembentukan pembuluh darah yang kurang dan lesi
dibatasi oleh kapsul fibrous.
• Gambaran Klinis
Neurofibroma lebih lunak pada pemeriksaan palpasi dibandingkan
mukos normal sekitarnya.
Batas dengan jaringan normal sekitarnya kadangkala sulit ditentukan
Neurofibroma dapat menunjukan variasi warna, antara warna pucat
hingga agak kekuningan, dengan dilindungi warna yang bervariasi
cokelat.
Kulit atau mukosa diatasnya kelihatan normal
Neurofibroma kutan dan mukosa dapat terjadi dalam dua keadaan yang
terpisah. Lesi ini jarang sebagai lesi tersendiri, tanpa ada riwayat
keluarga atau berhubungan dengan penyakit yang serupa.
36
Kejadian yang lebih umum dari neurofibroma adalah sebagian dari
gangguan dominan autosom neurofibromatosis type I. Penyakit ini juga
diketahui sebagai penyakit von Recklinghausen’s pada kulit.
Karakteristik umumnya adalah bersamaan dengan adanya pigmentasi
pada kulit yang dikenal sebagai café au lait spot (menyerupai kopi
susu). Neurofibromatosis type II (central neurofibromatosis)
merupakan sindrom yang melibatkan nervus kranialis ke-8 dan
umumnya melalui meningioma dan glioma.
Neufibroma pada kulit dapat mempunyai variasi bentuk, antara lain
tumor – tumor bertangkai nodular (pedunculated), terlokalisir,
bersegmen, linier, ekspansi batang saraf lobular (seperti kacang polong
dan dahulu dikenal sebagai neufibroma pleksiform). Jika lesi besar,
maka akan menimbulkan deormasi, mempunyai masa tumor. Semua ini
menunjukkan bentuk – bentuk neurofibroma dan kadang-kadang ri
rongga mulut akan menunjukkan tumor – tumor yang demikian.
• HPA
Secara histology mengandung campuran dari sel – sel schwan
neoplastik dan akson – akson yang tersebar
Sering digambarkan sebagai suatu konsistensi kistik atau
menyerupai tekstur jaringan adipose
37
3. Jaringan Adiposa
Lipoma
Lipoma adalah neoplasia jinak yang berasal dari jaringan adiposa.
• Gambaran Klinis
Lesi ini lazim di dalam jaringan subkutan kulit, tetapi jarang terjadi
di dalam rongga mulut
Sebagian besar ditemukan pada orang dewasa dan biasanya terjadi
berupa tumor tunggal di punggung, bahu dan leher
Terkadang dijumpai sebagai lesi jamak
Lipoma rongga mulut biasanya tunggal, berbatas jelas, dan lunak
bila dipalpasi
Lesi biasanay berukuran kurang dari 2 cm, tetapi pernah diketahui
lipoma mencapai ukuran yang patut dipertimbangkan
Lipoma berwarna kekuningan jika berlokasi di bawah mukosa
mulut
• HPA
38
3.5.4 Tumor Jinak Kelenjar Ludah
A. Adenoma Plemorfik
• Gambaran klinis
• HPA
39
Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya
struktur papil yang tersusun dari lapisan ganda sel granular
eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi limfostik
yang matang. Cairan kista kadang- kadang tampak dalam lumen.
Stroma terdiri dari jaringan limfoid yang membentuk lympholikel.
40
BAB IV. KESIMPULAN
41
b. Tumor jinak non odontogen yang berasal dari nevus / pigmen
Nevus Pigmentasi
c. Tumor jinak non odontogen yang berasal dari jaringan ikat mulut
:
a. Jaringan ikat fibrous :
o Fibroma
b. Jaringan pembuluh saraf
o Neurofibroma
c. Jaringan Adiposa
o Lipoma
4. Macam – macam tumor jinak pada kelenjar ludah
a. Adenoma Pleomorfik
b. Warthin Tumor
42
BAB V. DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Harty, F.J dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Robbins. 1995. Buku Ajar Patologi I. Alih bahasa : Staff Pengajar Laboratorium
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Jakarta
: EGC
Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut Tumor Neoplastik & Non Neoplastik
Rongga Mulut Ed-1. Yogyakarta: Andi
43