Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT MITRA KELUARGA KARYASEHAT TBK

(MIKA) SETELAH DAN SESUDAH MENGAKUISISI PT BINA HUSADA


GEMILANG

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II


yang Dibina oleh Mohammad Iqbal Firdaus, S.A., M.Ak

Oleh:
Septy nur sulistyawati
Sofiela dwi sutari
Wahyu jatiningrum
Windy cind

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2019
Operator RS Mitra Keluarga Akuisisi 80 Persen
Saham Bina Husada
Oleh Agustina Melani pada 04 Feb 2019, 19:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), perusahaan bergerak di


pelayanan kesehatan mengambil alih 80 persen saham PT Bina Husada Gemilang.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin


(4/2/2019), akuisisi saham PT Bina Husada Gemilang (BHG) dilakukan pada 31 Januari
2019.

Akuisisi dilakukan melalui pengeluaran saham baru di PT BHG sebanyak 48.400 saham
dengan nilai Rp 240 miliar. Perseroan mengakuisisi saham BHG untuk meningkatkan kinerja
perseroan.

"Meningkatkan kinerja perseroan secara keseluruhan dan memperkuat eksistensi perseroan di


fokus area yang baru," ujar Sekretaris Perusahaan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk Joyce
Handayani.

Usai akuisisi, kepemilikan saham PT BHG antara lain PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
sebanyak 48.400 saham atau 80 persen, Yayasan Bina Husada sebanyak 12.000 saham atau
19,84 persen, dr. Harsono Setiawan sebanyak 50 saham atau 0,08 persen, dan drg.Lilian
Mangunprawira sebanyak 50 saham atau 0,08 persen.

Adapun PT Bina Husada Gemilang memiliki jaringan Rumah Sakit Bina Husada. RS Bina
Husada di Cibinong, Bogor didirikan oleh Yayasan Bina Husada pada 12 November 1987.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

1. Rasio Likuiditas
Menurut Irham Fahmi (2012:59) rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
Penggabungan usaha yang dilakukan dengan jalan akuisisi seharusnya dapat
menciptakan sinergi finansial dan meningkatkan likuiditas perusahaan.
a. Current Ratio
Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities
 Sebelum Akuisisi
Rp 2. 417.657 .675 .136
=
Rp311.891 .416 .187
= 7,751
 Setelah Akuisisi
Rp 2.438 .733.599 .044
=
Rp 434.186 .138 .409
= 5,617

b. Quick Ratio
Current Asset−Inventory
Quick Ratio =
Current Liabilities
 Sebelum Akuisisi
Rp 16.007 .685.627−Rp 3.544 .142.429
=
Rp 8.202.837 .599
= 1,519
 Setelah Akuisisi
Rp 19.300 .181.253−Rp 4.892.670 .708
=
Rp 11.453 .172 .240
= 1,258

Analisis : Berdasarkan hasil perhitungan current ratio dan quick ratio di atas,
keduanya menunjukkan penurunan nilai setelah melakukan akuisisi. Ini berarti
kemampuan PT Semen Indonesia Tbk dalam memenuhi kewajiban hutang lancarnya
semakin menurun jika dibandingkan dengan sebelum melakukan akuisisi terhadap PT
Holcim Indonesia Tbk.

2. Rasio Solvabilitas
Menurut Sutrisno (2013, 224) rasio Leverage menunjukan seberapa besar kebutuhan
dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Kegiatan akuisisi akan menimbulkan
penggabungan ekuitas diantara dua atau lebih perusahaan. Sehingga perusahaan
seharusnya memiliki tingkat rasio leverage yang lebih rendah dibandingkan sebelum
melakukan akuisisi. Berikut adalah rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur
kinerja PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melakukan akuisisi PT Holcim
Indonesia Tbk.
a. Debt To Asset Ratio (DAR)
Total Debt
DAR =
Total Asset
 Sebelum Akuisisi
Rp 18.419 .594 .705
=
Rp 51.155 .890.227
= 0,360
 Setelah Akuisisi
Rp 43.948 .908 .106
=
Rp 77.964 .024 .166
= 0,564

b. Debt To Equity Ratio (DER)


Total Debt
DER =
Total Equity
 Sebelum Akuisisi
Rp 18.419 .594 .705
=
Rp 32.736 .295 .522
= 0,563
 Setelah Akuisisi
Rp 43.948 .908 .106
=
Rp34.015 .116 .060
= 1,292
c. Long Term To Debt To Equity Ratio (LTDER)
Total LongTerm Debt
LTDER =
Total Equity
 Sebelum Akuisisi
Rp 10.216 .757 .106
=
Rp 32.736 .295 .522
= 0,312
 Setelah Akuisisi
Rp 32.495 .735.866
=
Rp34.015 .116 .060
= 0,955

Analisis : Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang dapat menunjukkan kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) yang dimiliki serta untuk mengetahu
perbandingan antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan kewajiban yang harus
ditanggung perusahaan Nila rata rata DAR, DER dan LTDER menunjukkan kenaikan
sesudah perusahaan melakukan akuisisi, meningkatnya rasio ini dapat menunjukkan
meningkatnya pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang, hal ini berarti risiko
perusahaan untuk tidak dapat membayar hutangnya meningkat sesudah melakukan
akuisisi.

3. Rasio Aktivitas
Menurut Sutrisno (2013, 224) Rasio aktivitas ini mengukur seberapa besar aktivitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumberdananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai
pembanding penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai penggunaan
dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Dalam
kegiatan akuisisi akan terjadi penggabungan sumberdayasumberdaya yang dimiliki
oleh kedua perusahaan atau lebih. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya-sumberdaya tersebut diharapkan perusahaan dapat mencapai efisiensi
dibandingkan ketika sebelum melakukan akuisisi. Berikut adalah rasio aktivitas yang
digunakan untuk mengukur kinerja PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah
melakukan akuisisi PT Holcim Indonesia Tbk.
a. Total Asset Turn Over (TATO)
Sales
TATO =
Total Asset
 Sebelum Akuisisi
Rp 6.617 .534 .441
=
Rp 51.155 .890.227
= 0,129
 Setelah Akuisisi
Rp 8.127 .076 .099
=
Rp 77.964 .024 .166
= 0,104
Analisis : Berdasarkan hasil perhitungan TATO, menghasilkan bahwa TATO
sebelum akuisisi dan setelah akuisisi mengalami penurunan. Nilai TATO yang
menurun dapat menunjukkan bahwa perusahaan belum mengoptimalkan aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan lebih besar setelah melakukan
akuisisi.

b. Fixed Asset Turn Over (FATO)


Total
FATO = Sales
¿ Asset ¿
 Sebelum Akuisisi
Rp 6.617 .534 .441
=
Rp 35.148 .204 .600
= 0,188
 Setelah Akuisisi
Rp 8.127 .076.099
=
Rp 58.663 .842.913
= 0,139
Analisis : Berdasarkan hasil perhitungan FATO, terlihat bahwa nilai FATO
sebelum akuisisi dan setelah akuisisi mengalami penurunan. Nilai FATO yang
menurun dapat menunjukkan bahwa terdapat perputaran yang lambat dari hasil
kegiatan investasi yang telah dilakukan perusahaan, atau dengan kata lain tidak
ada perbedaan yang signifikasn antara ketika perusahaan sebelum melakukan
akusisi dan sesuda melakukan akuisisi.

c. Inventory Turn Over (ITO)


Sales
ITO =
Inventory
 Sebelum Akuisisi
Rp 6.617 .534 .441
=
Rp 3.544 .142 .429
= 1,867
 Setelah Akuisisi
Rp 8.127 .076 .099
=
Rp 4892670708
= 1,661
Analisis: Berdasarkan hasil perhitungan ITO, terlihat bahwa nilai ITO sebelum
akuisisi dan setelah akuisisi mengalami penurunan. Nilai ITO yang menurun
dapat menunjukkan bahwa terjadi penurunan kecepatan perusahaan dalam
menjual persediannya setelah melakukan akuisisi.

d. Account Receivable Turn Over (ARTO)


Sales
ARTO =
Account Receivable
 Sebelum Akuisisi
Rp 6.617 .534 .441
=
Rp5.914 .411 .426
= 1,119
 Setelah Akuisisi
Rp 8.127 .076 .099
=
Rp 6.563 .477 .566
= 1,238
Analisis: Berdasarkan hasil perhitungan ARTO, terlihat bahwa nilai ARTO
sebelum akuisisi dan setelah akuisisi mengalami kenaikan. Meningkatnya nilai
ARTO menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan (lebih cepat)
perusahaan dalam mengkonversi penjualannya menjadi piutang setelah
melakukan akuisisi.

4. Rasio Profitabilitas
Menurut Sutrisno (2013, 228) rasio profitabilitas (rasio keuntungan) ini untuk
mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan.
Semakin besar tingkat keuntungan menunjukan semakin baik manajemen dalam
mengelola perusahaan. Berikut adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kinerja PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melakukan akuisisi
PT Holcim Indonesia Tbk.
a. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit
GPM =
Sales
 Sebelum Akuisisi
Rp 1.716 .713 .869
=
Rp 6.617 .534 .441
= 0,259
 Setelah Akuisisi
Rp 2.213 .670 .417
=
Rp 8.127 .076 .099
= 0,272

b. Net Profit Margin (NPM)


EAT
ROA =
Sales
 Sebelum Akuisisi
Rp 402.542 .887
=
Rp 6.617 .534 .441
= 0,061
 Setelah Akuisisi
Rp 32.093 .851
=
Rp 8.127 .076 .099
= 0,004

c. Return On Asset (ROA)


EAT
ROA =
Total Asset
 Sebelum Akuisisi
Rp 402.542 .887
=
Rp 51.155 .890.227
= 0,009
 Setelah Akuisisi
Rp32.093 .851
=
Rp 77.964 .024 .166
= 0,0004

d. Return On Equity (ROE)


EAT
ROE =
Total Equity
 Sebelum Akuisisi
Rp 402.542.887
=
Rp 32.736 .295.522
= 0,012
 Setelah Akuisisi
Rp 32.093.851
=
Rp 34.015 .116 .060
= 0,001

Analisis:Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba pada suatu periode tertentu.
Berdasarkan hasil perhitungan Profitabilitas (ROA & ROE) tersebut, menghasilkan
bahwa mengalami penurunan setelah perusahaan melakukan akuisisi. Sehingga motif
akuisisi perusahaan dalam meningkatkan laba persusahaan tersebut dikatakan belum
dapat tercapai selama periode pengamatan.

Anda mungkin juga menyukai