Anda di halaman 1dari 3

Skrip Wawancara Penelitian Pekerja Seks Komersial di Solong :

Wawancara ini diambil dari 3 orang narasumber terkait pekeerjaan mereka sebagai PSK
di Solong, Samarinda Kalimantan Timur. 3 PSK yang kami wawancara rata-rata berusia
diatas 35 tahun dan mereka sendiri juga sudah berkeluarga, selain itu mereka sendiri
bukan asli penduduk kota Samarinda merupakan pendatang dari luar pulau dan rata-rata
berasal dari Jawa Timur.

Narasumber : 1. Ibu Ana (usia 28)


2. Ibu Ayu (usia 40)
3. Ibu Fitri (usia 37)

1. Sudah Berapa lama menjalani profesi sebagai PSK ini?


Jawaban dari ketiga narasumber berbeda-beda. Ada yang sudah menjalani
pekerjaan ini selama 6 tahun, 5 tahun dan ada yang baru 3 tahun terakhir. Dapat
diperkirakan sejak tahun 2014.
2. Mengapa narasumber sekalian memilih pekerjaan ini?
Faktor utama dalam melakukan pekerjaan ini yaitu faktor ekonomi. Di lain sisi
mereka mengatakan faktor rumah tangga juga penyebab hal tersebut terjadi
seperti suami mereka selingkuh dan mereka merasa sakit hati. Kemudian berpikir
untuk bekerja menjadi TKW hanya saja mereka gagal dan terpaksa mereka
bekerja di lembah hitam seperti ini. Selain itu faktor pendidika yang kurang juga
mempengaruhi.
3. Kemudian, mengetahui profesi ini berasal dari mana?
Awalnya ada yang menawarkan, tetapi kami berpikir dahulu sebelum mengambil
pekerjaan ini. Pekerjaan ini seperti makelar ada yang membawa dan menawarkan.
Kemudian yang menawarkan berkata jujur soal pekerjaan yang ditawarkan dan
mereka menawarkan perorang.
4. Dalam semalam bisa mendapat berapa banyak pelanggan?
Tidak tentu, kami mulai bekerja jam 9 sampai subuh terkadang hanya dapat satu
orang, dua orang dan bahkan tidak sama sekali. Tergantung rezeki masing-
masing. Karena keadaan juga sudah berbeda dengan dulu. Sekarang juga
ekonomi menadi faktor penghambat dan sekarang paling banyak mereka
mendapat 2 orang pelanggan di setiap harinya.
5. Untuk perhari kira-kira mendapat penghasilan berapa?
Penghasilan cukup untuk makan sehari dan membayar harga kamar. Untuk uang
pulsa.
6. Untuk pelanggan sendiri apakah berasal dari dalam kota atau luar kota?
Mereka para PSK sendiri tidak tau pelanggan berasal dari mana, hanya saja
kebanyakan dari luar kota.
7. Kemudian bagaimana cara narasumber mempromosikan pekerjaan ini karena ini
bersifat tertutup?
Disini tempat lokalisasi, siapapun yang datang pasti tau tujuan. Dan terkadang
mereka pelanggan mengetahui dari teman atau yang sudah pernah berkunjung.
8. Apakah para narasumber memiliki pekerjaan lain selain menjadi PSK?
Mereka tidak memiliki pekerjaan lain selain ini.
9. Pandangan pekerja Seks terhadap lingkungan sekitar yang memandang
pekerjaan sebagai PSK?
Rata-rata disekitar lingkungan ini berprofesi sebagai PSK jadi tidak ada
pandangan apa-apa karena disekitar lingkungan tersebut kecuali orang-orang
kampung. Tapi mereka juga memandang biasa saja dan maklum.
10. Apakah pihak keluarga mengetahui pekerjaan narasumber?
Tidak, pihak keluarga tidak mengetahui dan jangan sampai mengetahui. Dan
mereka sendiri sudah memiliki anak yang mulai beranjak dewasa tapi berada di
Jawa.
11. Apakah ada rencana untuk kedepannya?
Mereka mengatakan jika mereka kembali ke Jawa masih belum mengetahui akan
melakukan apa. Mungkin akan memulai usaha dan untuk di Samarinda mereka
mengatakan tidak mungkin untuk membuka usaha. Mereka sendiri memiliki
keinginan untuk berhenti menjadi PSK.
12. Kemudian tempat sejak kapan tempat ini menjadi lokalisasi?
Pengurus tempat tersebut mengatakan sejak tahun 1991.
13. Sebagai PSK apakah narasumber sekalian menjalankan profesi dengan senang
hati atau justru ada perasaan lain?
Mereka menjawab sebenarnya tidak ada perasaan senang melainkan sedih,
hanya saja karena ekonomi mereka harus melakukan pekerjaan tersebut untuk
membiayai kebutuhan sekolah anak dan lain-lain.

Hasil dari wawancara yang kami lakukan mengenai Pekerjaan Seks Komersial (PSK) ini
factor terbesar yang mendasari adalah ekonomi yang membuat mereka melakukan
pekerjaan ini, dan adanya kemungkinan lapangan pekerjaan yang sempit dan mereka
tidak memiliki skill untuk melakukan pekerjaan yang lebih layak. Akhirnya mereka
memutuskan untuk menerima pekerjaan ini sebagai profesi/pekerjaan yang lazim
mengais rezeki untuk kelangsungan hidup meraka dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menjadi PSK bukanlah jalan alternatif yang baik, banyak peluang pekerjaan yang positif
seperti mejadi pegawai toko, berjualan sembako, dan membuka warung makan yang
tidak menggunakan modal besar dan 1 hal yang paling penting tidak merugikan diri
sendiri.

Dapat kita pahami bahwasanya menjadi PSK bukanlah alternatif untuk bekerja selain
pandangan buruk yang didapat orang sekitar dan resiko besarnya adalah penularan
penyakit HIV yang tidak baik bagi keberlangsungan hidup dan sangat-sangat merugikan
diri sendiri. Kecenderungan pekerjaan ini harus diubah dengan mengubah pola pikir
masyarakat menyadarkan bahwa masih banyak alternatif pekerjaan yang lebih baik,
aman, dan halal untuk diri sendiri. Kemudian bisa dilihat profesi PSK ini bisa disebut cara
instan untuk mendapatkan uang, hanya saja dengan cara yang tidak benar. Meskipun
cara instan mendapatkan uang, tetap saja yang mereka dapatkan tidak sebanding
dengan apa yang mereka berikan hal itu terlihat jelas ketika narasumber mengatakan jika
terkadang hasil yang mereka dapatkan hanya cukup untuk makan sehari. Dari
pernyataan tersebut bisa dinilai jika pekerjaan yang mereka jalani lebih banyak
mengalami kerugian dibanding keuntungan. Sebagai mahasiswa yang mempunyai
pendidikan bisa membedakan dan menelaah secara baik. Memang menjadi PSK
bukanlah pekerjaan yang baik dan bahkan itu dilarang hanya saja kita sebagai orang
berpendidikan harus bisa menghormati pilihan masing-masing dan tidak merendahkan
pekerjaan mereka sebagai PSK meskipun itu pekerjaan yang sangat buruk.

Anda mungkin juga menyukai