Cakul BAB VI Analisa Vektor 18 PDF
Cakul BAB VI Analisa Vektor 18 PDF
Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016
ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
sar
Dot product ba
kh
Contoh yang penting misalnya adalah dalam persoalan dinamika benda yaitu
15
menghitung usaha (kerja). Usaha (kerja) yang dilakukan oleh gaya F sehingga
20
Z Z
m
W = dW = F · dr
se
01
an dibahas kemudian.
l fi
ku
ca
Cross product
τ =r×F
L = r × p = m (r × v)
v =ω×r
131
132 Analisa Vektor
Contoh
rF = î + 5ĵ + 2k̂
Triple product
ar
contoh penggunaannya yaitu dalam persoalan kristalografi. Sedangkan triple
s
ba
vector product adalah operasi yang melibatkan tiga buah vektor dan meng-
kh
hasilkan vektor, yaitu A × (B × C).
Sebagaimana telah dipahami bahwa B×C menghasilkan vektor yang tegak
15
lurus bidang yang dibentuk vektor B dan C. Jika kemudian vektor hasil
20
cross product tersebut dicrosskan lagi dengan suatu vektor A maka dapat
1
dipahami bahwa hasilnya adalah vektor yang terletak pada bidang yang
m
6.1.
01
21
B×C
l fi
ku
ca
B C
khbasar2015
c
6.2 Diferensial Vektor 133
Karena vektor A×(B × C) terletak pada bidang yang dibentuk oleh vektor
B dan vektor C, maka dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari B dan
C, misalnya αB + βC.
Triple cross product antara tiga buah vektor memenuhi persamaan berikut
A × (B × C) = (A · C) B − (A · B) C
(6.1)
(A × B) × C = (A · B) C − (A · C) B
Tinjau suatu vektor dalam ruang tiga dimensi yang dinyatakan dengan
A = Ax î + Ay ĵ + Az k̂ yang direpresentasikan menggunakan sistem kordi-
nat kartesian. Vektor-vektor satuan î, ĵ, k̂ adalah vektor-vektor yang tetap
(besar dan arahnya). Sedangkan jika Ax , Ay dan Az merupakan fungsi yang
bergantung waktu, maka akan dapat diperoleh turunan (diferensial) terhadap
waktu dari vektor A tersebut, yaitu
ar
dA d dAx dAy dAz
s
= îAx + ĵAy + k̂Az = î + ĵ
ba + k̂
dt dt dt dt dt
(6.2)
kh
d2 A d2 d 2 Ax d2 Ay d2 Az
= 2 îAx + ĵAy + k̂Az = î 2 + ĵ 2 + k̂ 2
15
dt2 dt dt dt dt
20
1
Turunan orde lebih tinggi dapat diperoleh dengan cara yang serupa.
m
Diferensial terhadap waktu dari operasi aljabar yang melibatkan dua atau
se
lebih vektor (misalnya dot product ataupun cross product) adalah sebagai
01
berikut
21
d dB dA
l fi
(A · B) = A · + ·B
dt dt dt
ku
(6.3)
d dB dA
ca
(A × B) = A × + ×B
dt dt dt
Contoh
Benda titik bergerak dalam ruang dengan posisi tiap saat yang di-
nyatakan sebagai r = t2 î − 2tĵ + (t2 + 2t)k̂. Tentukan kecepatan, per-
cepatan gerak, energi kinetik serta momentum sudut terhadap titik
pusat kordinat untuk benda tersebut.
khbasar2015
c
134 Analisa Vektor
L = r × p = r × (mv) = mr × v
ar
= m t2 î − 2tĵ + (t2 + 2t)k̂ × 2tî − ĵ + (2t + 2)k̂
s
ba
kh
tuan yang tidak konstan (arahnya tidak tetap). Misalnya jika menggunakan
m
sistem kordinat polar atau silinder atau bola. Maka perubahan arah vektor
se
satuan ini juga akan berpengaruh pada turunan terhadap waktu suatu besar-
01
an. Misalnya suatu vektor yang dinyatakan dengan V = Vr uˆr + Vθ uˆθ dengan
21
= uˆr + Vr + + Vθ (6.4)
dt dt dt dt dt
Contoh
Vektor-vektor satuan dalam sistem koordinat polar dinyatakan de-
ngan ûr dan ûθ yang bila dinyatakan dalam vektor-vektor satuan
kartesian adalah ûr = cos θî + sin θĵ dan ûθ = − sin θî + cos θĵ. Su-
khbasar2015
c
6.2 Diferensial Vektor 135
dA d
= (Ar ûr + Aθ ûθ )
dt dt
dAr dûr dAθ dûθ
= ûr + Ar + ûθ + Aθ
dt dt dt dt
Karena ûr = cos θî + sin θĵ dan ûθ = − sin θî + cos θĵ, maka
dûr d dθ dθ
= cos θî + sin θĵ = − sin θ î + cos θ ĵ
dt dt dt dt
dθ
= − sin θî + cos θĵ
dt
dθ
= ûθ
dt
dûθ d dθ dθ
= − sin θî + cos θĵ = − cos θ î − sin θ ĵ
dt dt dt dt
dθ
ar
= − cos θî + sin θĵ
dt
s
ba
dθ
= −ûr
kh
dt
15
Dengan demikian
20
= ûr + Ar + ûθ + Aθ
m
dt dt dt dt dt
se
dAr dθ dAθ dθ
= ûr + ûθ Ar + ûθ − ûr Aθ
01
dt dt dt dt
21
dAr dθ dAθ dθ
= − Aθ ûr + + Ar ûθ
l fi
dt dt dt dt
ku
ca
Suatu fungsi vektor dapat juga merupakan fungsi dari kordinat posisi
(x, y), misalnya dalam bentuk F = x exp(y)î − xy ĵ + y k̂, dan disebut se-
bagai medan vektor. Turunan fungsi tersebut terhadap variabel-variabelnya
dapat diperoleh menggunakan turunan parsial dan hasilnya adalah berupa
besaran vektor. Misalnya
∂F
= exp(y)î − y ĵ
∂x
∂F
= x exp(y)î − xĵ + k̂
∂y
khbasar2015
c
136 Analisa Vektor
Besaran skalar atau vektor yang didefinisikan tidak hanya pada satu titik da-
lam ruang melainkan dalam setiap bagian titik dalam ruang dikenal sebagai
medan (field ). Jika besaran medan ini dapat berupa medan skalar ataupun
medan vektor. Suatu fungsi dua variabel φ(x, y) adalah contoh medan skalar,
sedangkan misalnya F(x, y) merepresentasikan suatu medan vektor. Tem-
peratur, tekanan dalam ruang merupakan contoh medan skalar sedangkan
medan listrik, percepatan gravitasi merupakan contoh medan vektor. Karena
besaran medan mempunyai variabel ruang, maka perubahan pada variabel
ruang akan membuat perubahan pada fungsi medan. Turunan terhadap va-
riabel ruang menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas sebagaimana
perubahan terhadap waktu (dinamika) yang telah dibahas sebelumnya.
6.4 Gradien
Untuk fungsi yang terdiri dari satu variabel, turunan menyatakan kemiring-
an kurva di titik tertentu. Fungsi dua variabel dapat digambarkan sebagai
permukaan pada sistem kordinat tiga dimensi. Turunan fungsi di suatu titik
ar
tertentu dapat diperoleh dari turunan parsialnya. Tinjau suatu fungsi dua va-
s
ba
riabel yang dinyatakan dengan φ(x, y). Jika permukaan φ(x, y) dipotong oleh
kh
permukaan datar yang sejajar bidang xz (yang berarti bidang y konstan) ma-
15
ka kurvaperpotongannya
akan mempunyai turunan yang dapat dinyatakan
∂φ
20
φ(x, y) berubah terhadap x untuk suatu nilai y tertentu yang konstan (lihat
se
gambar 6.2).
01
pada arah mana perubahan terjadi (dengan kata lain turunan di suatu titik
pada permukaan φ bergantung pada arah bidang datar yang memotongnya).
l fi
arah yang dimaksud dinyatakan dengan suatu vektor v, maka turunan fung-
ca
∂φ ∂φ ∂φ
∇φ = grad φ = î + ĵ + k̂ (6.5)
∂x ∂y ∂z
khbasar2015
c
6.4 Gradien 137
φ(x, y) φ(x, y)
permukaan φ
permukaan φ
kurva
kurva perpotongan
perpotongan
y y
bidang x konstan
bidang y konstan
x x
Dengan demikian turunan berarah fungsi φ dalam arah suatu vektor satuan
tertentu û adalah
dφ
= ∇φ · û (turunan berarah) (6.6)
ar
ds
s
ba
kh
∂φ ∂φ ∂φ ∂φ
20
∇φ · î = î + ĵ + k̂ · î =
∂x ∂y ∂z ∂x
1
m
se
Contoh
01
A 1
û = = (2î − 2ĵ + k̂)
|A| 3
∂φ ∂φ ∂φ
∇φ = î + ĵ + k̂ = (2xy + z)î + x2 ĵ + xk̂
∂x ∂x ∂x
∇φ = 3î + ĵ + k̂
(1,2,−1)
khbasar2015
c
138 Analisa Vektor
Dalam sistem kordinat silinder (r, θ, z) bentuk gradien dari suatu fungsi
skalar adalah sebagai berikut
∂φ 1 ∂φ ∂φ
∇φ = eˆr + eˆθ + eˆz (6.7)
∂r r ∂θ ∂z
dengan eˆr , eˆθ dan eˆz masing-masing menyatakan vektor-vektor satuan dalam
sistem kordinat silinder. Sedangkan bentuk gradien dalam sistem kordinat
bola (r, θ, ψ) adalah
∂φ 1 ∂φ 1 ∂φ
∇φ = eˆr + eˆθ + eˆψ (6.8)
∂r r ∂θ r sin ψ ∂ψ
Bila dikaitkan dengan bidang singgung dan vektor normal bidang sing-
s ar
gung suatu permukaan φ(x, y, z) = konstan di titik tertentu, maka gradien
ba
∇φ(x, y, z) menyatakan vektor yang tegak lurus permukaan bidang singgung
kh
Contoh 1
1
m
∂φ ∂φ ∂φ
∇φ = î + ĵ + k̂ = 2xy 3 z î + 3x2 y 2 z ĵ + x2 y 3 k̂
ku
∂x ∂y ∂z
ca
1
Lihat kembali pembahasan tentang bidang singgung dan integral permukaan,
tersedia di http://kuliah-khbasar.blogspot.co.id/2015/10/catatan-tambahan-bidang-
singgung.html
khbasar2015
c
6.4 Gradien 139
Contoh 2
Contoh 3
ar
Vektor normal permukaan bidang singgung diperoleh dari gradien
s
ba
∇φ(x, y, z). Dengan demikian untuk φ(x, y, z) = x2 + y 2 − z akan
kh
diperoleh
15
∂φ ∂φ ∂φ
20
∇φ = î + ĵ + k̂
∂x ∂y ∂z
1
= 2xî + 2y ĵ − k̂
m
se
∇φ = 6î + 8ĵ − k̂
l fi
(3,4,25)
ku
khbasar2015
c
140 Analisa Vektor
∂φ ∂φ
Gradien suatu fungsi φ(x, y, z) yang dinyatakan sebagai ∇φ = î + ĵ +
∂x ∂y
∂φ
k̂ dapat pula dituliskan dalam bentuk lain
∂z
∂φ ∂φ ∂φ ∂ ∂ ∂
î + ĵ + k̂ = î + ĵ + k̂ φ (6.9)
∂x ∂y ∂z ∂x ∂y ∂z
yang berarti adanya suatu operator diferensial vektor yang bekerja pada su-
atu fungsi skalar φ. Operator diferensial vektor tersebut dituliskan kembali
dalam bentuk
∂ ∂ ∂
∇= î + ĵ + k̂ (6.10)
∂x ∂y ∂z
Operator diferensial vektor ∇ juga dapat beroperasi pada fungsi med-
an vektor, misalnya untuk suatu medan vektor V(x, y, z) = Vx (x, y, z)î +
Vy (x, y, z)ĵ + Vz (x, y, z)k̂ maka dot product antara ∇ dengan V dinamakan
divergensi (divergence) dari V atau disingkat divV, yaitu
∂ ∂ ∂
ar
∇ · V = divV = î + ĵ + k̂ · Vx î + Vy ĵ + Vz k̂
s
∂x ∂y ∂z ba
(6.11)
∂Vx ∂Vy ∂Vz
kh
= + +
∂x ∂y ∂z
15
20
∇ × V = curlV
21
∂ ∂ ∂
l fi
= î + ĵ + k̂ × Vx î + Vy ĵ + Vz k̂
∂x ∂y ∂z
ku
∂Vz ∂Vy ∂Vx ∂Vz ∂Vy ∂Vx
ca
= − î + − ĵ + − k̂
∂y ∂z ∂z ∂x ∂x ∂y
(6.12)
Satu lagi bentuk operator diferensial parsial yang sering dijumpai dalam
persoalan fisis adalah yang menyatakan divergensi dari suatu gradien yang
dikenal sebagai laplacian. Untuk suatu fungsi skalar φ(x, y, z), laplacian dari
medan skalar φ(x, y, z) adalah
khbasar2015
c
6.5 Operator Diferensial Vektor ∇ 141
∇2 φ = ∇ · ∇φ = div grad φ
∂ ∂ ∂ ∂φ ∂φ ∂φ
= î + ĵ + k̂ · î + ĵ + k̂
∂x ∂y ∂z ∂x ∂y ∂z (6.13)
∂2φ ∂2φ ∂2φ
= + 2 + 2
∂x2 ∂y ∂z
Contoh 1
ar
∂ ∂ ∂
s
k̂ × x2 î + y 2 ĵ + z 2 k̂
∇×V = î + ĵ +
ba
∂x ∂y ∂z
kh
2 2
2
∂z 2
2
∂x2
∂z ∂y ∂x ∂y
− − −
15
= î + ĵ + k̂
∂y ∂z ∂z ∂x ∂x ∂y
20
=0
1
m
se
Contoh 2
01
∇2 φ = + 2 + 2
∂x2 ∂y ∂z
= 6x − 6x + 6y = 6y
khbasar2015
c
142 Analisa Vektor
Ini sangat sering dijumpai dalam persoalan mekanika (misalnya ketika meng-
hitung usaha). Integral garis biasanya dihitung
Z berdasarkan lintasan (garis)
tertentu dan misalnya dilambangkan dengan .
C
Contoh 1
ar
s
F · dr = xydx − y 2 dy
ba
kh
Dengan demikian
15
20
Z Z
W = F · dr = xydx − y 2 dy
1
m
se
dapat dinyatakan
l fi
ku
Z
W = xydx − y 2 dy
ca
parabola
Z2
1 1 1
= x( x2 )dx − ( x2 )2 ( xdx)
4 4 2
0
Z2
1 3 1 5 2
= x − x dx =
4 32 3
0
khbasar2015
c
6.6 Integral Garis 143
Contoh 2
Sebagaimana Contoh 1 namun lintasan yang digunakan adalah garis
lurus yang menghubungkan titik (0,0) dengan (2,1).
Contoh 3
Sebagaimana Contoh 1 dan Contoh 2 namun lintasan yang digu-
nakan adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0) ke (0,1)
kemudian dari (0,1) ke (2,1).
ar
s
ba
Untuk lintasan yang dimaksud terdapat dua segmen garis. Yang per-
kh
tama adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0) dengan ti-
15
(0,1) dengan titik (2,1). Pada garis ini berlaku y = 0, dengan demiki-
se
Z
W = xydx − y 2 dy
ku
ca
lintasan
yang
dimaksud
Z Z
= xydx − y 2 dy + xydx − y 2 dy
segmen 1 segmen 2
khbasar2015
c
144 Analisa Vektor
Z1 Z2
2 1 5
W = (−y )dy + (xdx) = − + 2 =
3 3
y=0 x=0
Dari ketiga contoh tersebut terlihat bahwa hasil integral yang diperoleh
tergantung pada lintasan yang digunakan. Terdapat bentuk fungsi F tertentu
sedemikian sehingga nilai integral lintasan yang menghubungkan dua buah
titik dalam ruang sama dan tidak bergantung pada lintasan yang digunakan.
Dalam pembahasan mekanika, fungsi F yang seperti ini dinamakan fungsi
(medan) yang bersifat konservatif.
Zb
d
f (t)dt = f (b) − f (a) (6.14)
ar
dt
s
a ba
kh
Misalkan terdapat fungsi multivariabel yaitu P (x, y) dan Q(x, y) yang turun-
an keduanya merupakan fungsi yang kontinu. Misalkan suatu luasan A adalah
15
bentuk sembarang dengan batas-batas absisnya (batas paling kiri dan batas
20
tas paling bawah dan batas paling atas) adalah y = c dan y = d sebagaimana
m
Bila dicari integral lipat dua dari turunan parsial P (x, y) terhadap y, maka
01
dapat dinyatakan
21
l fi
ZZ Zb Zyu
∂P (x, y) ∂P (x, y)
ku
dydx = dx dy
∂y ∂y
ca
A a yl
Zb
= [P (x, yu ) − P (x, yl )] dx
a
Zb Za
=− P (x, yl )dx − P (x, yu )dx
a b
khbasar2015
c
6.7 Teorema Green 145
y y
xr (y)
yu (x)
C d C
A A
xl (y)
yl (x) c
x x
a b
(a) (b)
Zb
Terlihat bahwa P (x, yl )dx merupakan integral garis dengan lintasan be-
a
rupa bagian bawah dari kurva C dari titik 1 (titik yang absisnya a) ke titik
ar
Za
s
2 (titik yang absisnya b). Demikian juga bahwa integral P (x, yu )dx meru- ba
kh
b
pakan integral garis dengan lintasan berupa bagian atas dari kurva C dari
15
titik 2 ke titik 1. Artinya integral tersebut di atas dapat diganti menjadi in-
20
tegral garis dengan lintasan berupa kurva tertutup C (dari titik 1 kembali
ke titik 1) dengan arah berlawanan arah jarum jam. Dengan demikian dapat
1
m
I ZZ
∂P (x, y)
P dx = − dydx (6.15)
21
∂y
C A
l fi
ku
dahulu) dapat pula diperoleh untuk fungsi yang lain yaitu fungsi Q(x, y)
ZZ Zd Zxr Zd
∂Q ∂Q
dxdy = dy dx = [Q(xr , y) − Q(xl , y)] dy
∂x ∂x
A c xl c
I
= Qdy
C
Artinya diperoleh
khbasar2015
c
146 Analisa Vektor
ZZ I
∂Q
dxdy = Qdy (6.16)
∂x
A C
ZZ I
∂Q ∂P
− dx dy = (P dx + Qdy) (6.17)
∂x ∂y
A C
ar
Z
(xydx − y 2 dy)
s
ba
kh
pada lintasan tertutup yang merupakan garis lurus dari titik (2,1) ke
15
(0,1) kemudian garis lurus dari titik (0,1) ke titik (0,0) dan dilanjutkan
20
(2,1).
m
se
01
dengan demikian
∂Q ∂P
=0 dan =x
∂x ∂y
Maka diperoleh
khbasar2015
c
6.8 Teorema Divergensi 147
I ZZ ZZ
2 ∂Q ∂P
(xydx − y dy) = − dx dy = −x dx dy
∂x ∂y
C A A
√
Z1 2Z y
=− x dx dy = −1
y=0 x=0
ar
s
ba
kh
C
15
20
dr
A
1
m
dy
se
dx
01
21
nds
l fi
dr = dxî + dy ĵ
dengan n p
menyatakan vektor satuan normal (berarah ke luar dari luasan A)
dan ds = dx2 + dy 2 . Dengan demikian dapat dinyatakan
khbasar2015
c
148 Analisa Vektor
ZZ I
(∇ · V) dx dy = (V · n) ds (6.21)
A C
ar
Contoh
s
ba
kh
2 2 2
Untuk
Z Z suatu medan vektor berbentuk V = x î + y ĵ + z k̂, hitunglah
15
permukaan
1
maka berarti
ca
ZZ ZZ ZZ
V · n dσ = V · î dy dz + V · −î dy dz
permukaan kubus perm. 1 perm. 2
ZZ ZZ
+ V · ĵ dx dz + V · −ĵ dx dz
perm. 3 perm. 4
ZZ ZZ
+ V · k̂ dx dy + V · −k̂ dx dy
perm. 5 perm. 6
khbasar2015
c
6.9 Teorema Stoke 149
ZZ Z1 Z1 Z1 Z1
2
V · n dσ = 1 dy dz + 02 dy dz
permukaan kubus y=0 z=0 y=0 z=0
Z1 Z1 Z1 Z1
2
+ 1 dy dz + 02 dx dz
x=0 z=0 y=0 z=0
Z1 Z1 Z1 Z1
2
+ 1 dx dy + 02 dx dy
x=0 y=0 y=0 z=0
=3
ar
s
kemudian ba
kh
ZZZ Z1 Z1 Z1
15
∇ · V dτ = (2x + 2y + 2z) dx dy dz = 3
20
∂Q ∂P ∂Vy ∂Vx
− = − = (∇ × V) · k̂ (6.23)
∂x ∂y ∂x ∂y
Dengan menggunakan notasi-notasi dalam Gambar 6.4, maka diperoleh
khbasar2015
c
150 Analisa Vektor
ZZ I
(∇ × V) · k̂dx dy = V · dr (6.25)
A C
I ZZ
V · dr = (∇ × V) · ndσ (6.26)
kurva C permukaan σ
n
permukaan σ
dσ
ar
C
s
ba
Gambar 6.5 Suatu permukaan σ yang tepinya dinyatakan oleh kurva tertutup C.
kh
15
20
sedangkan permukaan yang digunakan dalam teorema Stoke tidak perlu ber-
01
Contoh
l fi
Z
ku
∇ × V = −3k̂
khbasar2015
c
6.9 Teorema Stoke 151
r xî + y ĵ + z k̂
n= =
|r| a
z = r cos θ
dσ = r2 sin θdθdφ
Sehingga
Z Z2π Zπ/2
z a cos θ 2
−3 dσ = −3 a sin θ dθdφ
a a
perm. stgh. bola φ=0 θ=0
ar
Z2π Zπ/2
= −3a2
s
sin θ cos θdθ = −3πa2
dφ
ba
kh
0 0
15
diubah menjadi integral garis (lintasan). Dalam hal ini kurva tertutup
m
Sehingga
ca
I Z2π
V · dr = a 2
(−4 sin2 θ + cos2 θ)dθ
lingkaran θ=0
Karena
khbasar2015
c
152 Analisa Vektor
Z
x sin 2ax
sin2 axdx =− + C, dan
2 4a
Z
x sin 2ax
cos2 axdx = + +C
2 4a
sehingga akan diperoleh
I Z2π
V · dr = a 2
(−4 sin2 θ + cos2 θ)dθ = −3πa2
lingkaran θ=0
(∇ × V) · n = −3k̂ · k̂ = −3
ar
Selanjutnya
s
Z Z ba
dσ = −3πa2
kh
(∇ × V) · ndσ = −3
15
Terbukti bahwa hasil yang diperoleh sama dengan hasil dari cara sebe-
20
lumnya, namun terlihat bahwa hitungan yang terakhir ini jauh lebih
1
khbasar2015
c
Paket Soal Bab 6
ar
singgung di titik tersebut.
s
ba
4. Tentukanlah gradien permukaan φ = z sin y − xz di titik (2, π/2, −1) dan
kh
tentukan arah penurunan yang paling cepat dari nilai fungsi φ di titik
tersebut.
15
1
b. φ = xy(x2 + y 2 − 5z 2 ) c. φ = p
p
a. φ = x2 − y 2
01
x2 + y2 + z2
21
r r
ku
a. ∇ × k̂ × r b. ∇ · c. ∇ ×
|r| |r|
ca
153
154 Paket Soal Bab 6
a (4, 2)
(1, 1)
b
x
10. Gunakan
I teorema Green untuk menghitung integral lintasan tertutup
xydx + x2 dy dengan C adalah lintasan tertutup seperti ditunjukkan
C
gambar berikut
ar
y
s
ba
kh
√
y = 1/ x
15
20
C
1
m
x
se
1 4
Z
01
C
l fi
segitiga yang titik sudutnya (0, 0), (1, 1) dan (2, 0).
ku
Z
12. Hitunglah integral (y 2 − x2 )dx + (2xy + 3)dy sepanjang sumbu x dari
ca
√
√ 0) sampai ( 5, 0) kemudian sepanjang lengkungan busur lingkaran dari
(0,
( 5, 0) ke (1, 2). Z
13. Hitunglah integral r·n̂ dσ pada seluruh permukaan silinder yang dibatasi
x2 + y 2 = 1, z = 0 Zdan
Z Z z = 3, dengan r = xî + y ĵ + z k̂.
14. Hitunglah integral ∇·V dτ pada kubus satuan yang terletak di oktan
pertama (first octant) jika V = (x3 − x2 )y î + (y 3 − 2y 2 + y)xĵ + (z 2 − 1)k̂.
khbasar2015
c
155
ZZ
15. Hitunglah integral (∇ × V) · n̂ dσ pada bagian permukaan z = 9 −
x2 − 9y 2 di atas bidang xy jika V = 2xy î + (x2 − 2x)ĵ − x2 z 2 k̂.
sar
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar