Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2016


UNIVERSITAS HALU OLEO

Gangguan Tic Sementara


( F95.0 )

OLEH:
Andi Gunawan, S.Ked

K1A1 12 063

PEMBIMBING

dr. Junuda RAF, M.Kes., Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
RSJ PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2016

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tik adalah gangguan pergerakan yang paling sering terjadi pada masa
kanak-kanak. Prevalensi terbesar terjadi pada masa sekolah dan remaja.
Kebanyakan gangguan tik adalah sementara tetapi beberapa dari mereka
menjadi kronik yang melibatkan dampak negatif terhadap pendidikan,
keluarga, dan sosial.1
Gangguan tik pertama kali dimasukkan dalam DSM-III (DSM, edisi
ketiga) sebagai diagnosis. Dalam DSM-IV (DSM, edisi keempat), batas umur
kejadian gangguan tik menurun menjadi 18 dari 21, dan diagnosis hanya
terbatas pada kasus yang mempengaruhi kehidupan normal. Walaupun dalam
DSM-IV-TR (DSM, edisi keempat, revisi) batasan diagnosis meluas dan juga
termasuk kasus yang dalam kehidupan normal tidak mempengaruhi. Dalam
DSM-V (DSM, edisi kelima) istilah gangguan tik diubah menjadi gangguan
tik persisten dan gangguan tik transien diubah menjadi gangguan tik
sementara.2
Gangguan tik termasuk sejumlah kondisi yang transien dan kronik
yang cukup berat untuk menyebabkan gangguan. Diagnostik and Statistik
Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) memiliki empat
gangguan tik; gangguan toruette, gangguan tik motorik atau vokal kronis,
gangguan tik transien, dan gangguan tik yang tidak ditentukan. Berbeda
dengan DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), DSM-IV memberikan
definisi gangguan tik dengan disisipkan dalam kriteria masing-masing
gangguan tik kecuali untuk gangguan tik yang tidak ditentukan.3
Tik adalah gerakan motorik atau vokalisasi involunter tiba-tiba,
rekuren, tidak berirama, dan stereotipik. Tik motorik dan vokal dibagi
menjadi tik yang sederhana dan kompleks.3

1
Pada semua gangguan tik, situasi yang menimbulkan stress dan kecemasan
dapat menyebabkan eksaserbasi tik. Beberapa orang dengan gangguan tik
memiliki kemampuan untuk menekan tik mereka atau merasakan bahwa
tiknya tidak dapat ditahan. Tik menjadi diperlemah oleh tidur, relaksasi, atau
terlibat dalam aktivitas. Tik seringkali menghilang selama tidur, tetapi tik
memang terjadi saat beberapa orang tertidur.3

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Tik adalah suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu
kelompok otot khas tertentu) yang tidak dibawah pengendalian, berlangsung
cepat, dan berulang-ulang, tak berirama, ataupun suatu hasil vokal yang
timbul mendadak dan tidak ada tujuannya yang nyata. Tik jenis motorik dan
jenis vokal mungkin dapat dibagi dalam golongan yang sederhana dan yang
kompleks sekalipun penggarisan batasannya kurang jelas. Gangguan ini pada
umumnya memenuhi kriteria untuk diagnosis gangguan tik, tetapi tidak
melampaui 12 bulan.4
Gangguan tik transien terdiri dari tik motorik atau vokal tunggal atau
multipel yang terjadi banyak kali dalam sehari hampir setiap hari selama
sekurangnya empat minggu tetapi tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut.
Menurut DSM-IV, gangguan harus memiliki onset sebelum usia 18 tahun;
gangguan tidak didiagnosis jika gangguan Tourette atau gangguan tik motorik
dan vokal kronis telah pernah didiagnosis.3

B. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa 4% sampai 12% dari semua anak menderita tik
pada beberapa waktu selama pengembangan mereka. Sekitar 3% -4%
menderita oleh kronis gangguan tik dan 1% dengan sindrom Tourette. Anak-
anak dan remaja adalah 10 kali lebih mungkin untuk menderita tik daripada
orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat remisi spontan tinggi
pada pasien yang lebih muda. Anak laki-laki menderita tiga sampai empat
kali lebih sering daripada gadis. Sebuah kecenderungan familial telah
ditetapkan.5
Tik umumnya terjadi untuk pertama kalinya antara usia dua dan 15
tahun. Namun, usia puncak onset adalah antara enam dan delapan tahun.
Biasanya, yang pertama Gejala adalah tik motorik sederhana di wajah, seperti

3
mata berkedip atau meringis. Dengan waktu, mereka menyebar ke bahu,
ekstremitas dan dada. Sering tiks vokal muncul dua empat tahun setelah
dimulainya tiks bermotor. Dalam kebanyakan kasus tiks berfluktuasi di lokasi
mereka, kompleksitas, jenis, intensitas dan frekuensi. Hal ini dapat
membingungkan dan frustasi bagi orang tua dari anak-anak menderita oleh
tiks. Fluktuasi sering terjadi pada interval yang tidak teratur, kira-kira setiap
enam sampai 12 minggu, tanpa alasan yang jelas. Mengubah kursus ini
adalah salah satu fitur utama yang membedakan ketika membedakan antara
Tourette sindrom dan gerakan abnormal ditemukan dalam hubungannya
dengan penyakit lain, seperti dystonia atau chorea, yang biasanya tidak
mengubah atau menunjukkan kurang menonjolkan fluktuasi.5
Prevalensi Gangguan tik transien atau sementara (TTD; Transient Tik
Disorder) dari 4,9% (98) dalam 2000 anak Taiwan berumur 6-12 tahun
melalui skrining dengan item pertanyaan diikuti dengan wawancara klinis
yang terstruktur. Range di Asia adalah 0,4% sampai 0,56%.6

C. KLASIFIKASI
Dalam buku DSM edisi yang ke-4, gangguan tik dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Transient tic disorder, (Gangguan tik sementara) adalah Gangguan
motorik maupul vokal multipel dalam durasi paling tidak 4 minggu tapi
tidak melampaui 12 bulan
2. Chronic tic disorder, (Gangguan tik motorik atau vokal kronik) adalah
Gangguan tik motorik atau vokal, tapi tidak keduanya yang terjadi lebih
dari 1 tahun.
3. Tourette syndrome, Didiagnosis ketika terjadi tik baik motorik maupun
vokal yang terjadi terus menerus selama lebih dari 1 tahun.
4. Tic disorder NOS, (Not Otherwise Specified) atau Gangguan tik yang
tidak tergolongkan Gangguan tik ini onsetnya terjadi pada masa kanak-
kanak (terjadi sebelum usia 18 tahun dan bukan merupakan efek dari
obat maupun gangguan medis lainnya).7

4
D. ETIOLOGI
Meskipun penyebab gangguan tik primer belum dapat disimpulkan,
secara luas dianggap hasil dari interaksi genetik, faktor neurobiologis dan
psikologis serta pengaruh lingkungan. Sebuah disregulasi dalam sirkuit
cortiko-striato-thalamo-kortikal dengan penyimpangan dalam sistem
dopaminergik dan serotonergik diyakini bertanggung jawab untuk terjadinya
tik. Tampaknya aktivitas yang berlebihan dari sistem dopaminergik di ganglia
basal menyebabkan kekurangan penghambatan subkortikal dan gangguan
otomatis kontrol gerakan, yang kemudian secara klinis menyajikan dirinya
sebagai tik motorik atau vokal.5
Suatu predisposisi familial adalah sebagai faktor risiko. Herediter
telah diperkirakan berada di sekitar 50%. Berbagai prenatal, perinatal dan
faktor postnatal dianggap kemungkinan faktor yang meningkatkan risiko.
Mereka yang termasuk adalah kelahiran prematur, hipoksia perinatal, berat
badan lahir rendah serta nikotin yang berlebihan dan konsumsi kafein oleh
ibu selama kehamilan. Pada kejadian tik yang langka dapat berkembang
sebagai gejala sekunder dari tumor, keracunan, infeksi, trauma kepala atau
penyakit pembuluh darah. teknik pencitraan medis telah menentukan bahwa,
pada tingkat neuroanatomi, pasien dengan tik menunjukkan volume
berkurang pada ganglia basalis serta corpus callosum, tapi heterogenitas
sampel penelitian dalam hal beberapa pembaur (Misalnya, penggunaan
jangka panjang obat, kinerja tik dan penindasan selama bertahun-tahun)
menolak kesimpulan. Selanjutnya, penyimpangan metabolisme glukosa di
basal ganglia, prefrontal dan korteks somatik sensorimotor, insula dan lobus
temporal telah menjadi jelas. Terlepas dari dopaminergik overaktif, lainnya
neurotransmitter yang terlibat termasuk disfungsi dalam serotonergik dan
sistem noradrenergik.5
Dalam hal faktor psikososial, teknik membesarkan anak yang tidak baik
telah dikesampingkan sebagai faktor risiko. Namun, pengaruh lingkungan,
stres psikososial pertama dan utama, tidak diragukan lagi memodulasi

5
keparahan tik. Pengalaman yang menyebabkan rasa takut, trauma emosional
dan tekanan sosial umumnya mengakibatkan eksaserbasi tik.5
Faktor Risiko
Walaupun sedikit yang menyebutkan daripada faktor genetik merupakan
faktor yang menyebabkan gangguan tik, faktor lingkungan memiliki
pengaruh pada tik. Walaupun terlalu banyak batasan dalam penelitiannya.
Contoh dari faktor lingkungan termasuk permasalahan kehamilan atau
perinatal, berbagai obat-obatan, kondisi umum medis, faktor imunologis
seperti autoimunitas dan kejadian lainnya.2

E. PATOFISIOLOGI
Seperti pada OCD (obsessive compulsive disorder), banyak terjadi
kerusakan jalur cortiko-striato-thalamo-kortikal (CS-TC) ini bertanggung
jawab terhadap gangguan tik. Jalur CSTC yang berasal dari korteks motorik
dan korteks dorsolateral diperkirakan memiliki efek yang paling banyak.
Hipotesis jalur CSTC ini pada gangguan tik telah didukung oleh studi seperti
studi neuroimaging. Ganglia basalis mencakup jaringan struktur otak ini.
kerusakan jalur CSTC diduga disebabkan oleh interaksi yang kompleks
antara bagian dari jalur, yang pada gilirannya menyebabkan gejala motorik,
pertanda dorongan, dan gejala emosional. Gangguan sistem neurotransmitter
terlibat dalam sirkuit ini telah diketahui memainkan peran penting dalam
patogenesis TS (Toruette Syndrome), termasuk kelainan pada dopamin, asam
gamma-aminobutyric (GABA), glutamat, dan sistem serotonin.
supersensitivitas reseptor dopamin telah diyakini terdapat pada TS. Sebagian
hipotesis mendukung temuan, seperti penurunan tingkat asam homovanillic
dalam cairan serebrospinal pasien dan efek menghilangkan antagonis reseptor
dopamin. Peningkatan ikatan ke situs dopamin transporter presinaptik di
striatum postmortem dari mayat juga telah diamati.2
Berbagai perubahan volume daerah otak juga telah dilaporkan dalam
studi neuroimaging dari TS, meskipun hasilnya tidak konsisten.
Berkurangnya volume materi abu-abu di lobus frontal dan hilangnya asimetri

6
yang normal dilaporkan. Volume kaudatus telah berkorelasi terbalik dengan
tingkat keparahan tik.2

F. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS


Anak kecil dengan gangguan tik mungkin mengalami kedutan pada
wajah atau kedutan di lengan, kaki, atau area lainnya. Kedutan atau tik dapat
berkaitan dengan 7:
1. Gerakan yang berulang-ulang yang tidak memiliki ritme
2. Dorongan yang sangat kuat untuk membuat gerakan
3. Gerakan yang jelas, singkat, dan kaku yang meliputi:
a. Berkedip
b. Mengepalkan tinju
c. Gerakan pada jari kaki
d. Pembesaran lubang hidung
e. Meringis
f. Menyentak lengan
g. Gerakan membuka mulut
h. Gerakan mengangkat alis
i. Mengangkat bahu
j. Menjulurkan lidah
Tik ini sering terlihat seperti gerakan saraf. tik dapat memburuk dengan
adanya stres dan biasanya tidak terjadi selama tidur. Suara-suara juga dapat
terjadi, seperti7:
1. Mendengkur
2. Berdesis
3. Merintih
4. Mendengus
5. Suara membersihkan tenggorokkan
6. “Clicking”

7
Kriteria DSM-IV untuk menegakkan diagnosis gangguan tik transien
adalah sebagai berikut 3:
1. Tik adalah tik motorik atau vokal tunggal atau multipel.
2. Tik terjadi berulang kali sehari hampir setiap hari selama sekurangnya
empat minggu tetapi tidak lebih lama dari 12 bulan berturut-turut.
3. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan Toruette atau gangguan tik
motorik dan vokal kronis.
4. Onset adalah sebelum usia 18 tahun.
5. Tik tidak terjadi semata-mata selama intoksikasi zat atau kondisi medis
umum. Diagnosis harus menyebutkan apakah episode tunggal atau
episode rekuren ditemukan.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Tik Transien3

Tik vokal dan/atau motorik tunggal atau multipel (yaitu, gerakan


A motorik atau vokalisasi yang tiba-tiba, cepat, rekuren, nonritmik,
stereotipik)
Tik terjadi berulang kali dalam sehari, hampir setiap hari selama
B sekurangnya empat minggu tetapi tidak lebih lama dari 12 bulan
berturut-turut.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau gangguan
c bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
D Onset sebelum usia 18 tahun
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
E (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum (misalnya
penyakit Huntington atau ensefalitis pasca infeksi virus)
Tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan Toruette atau
F
gangguan tik motorik atau vokal kronis

8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada tes yang mudah untuk mendiagnosis gangguan tik
sementara dan gangguan tik lainnya. Sulit untuk mendiagnosa sebagai tik,
kadang-kadang dikaitkan dengan kondisi lain. Misalnya, alergi mungkin
menjadi penyebab untuk pencimuan berulang atau hidung berkedut.8
Jika seseorang memiliki tik, dokter akan mulai evaluasi medis dengan
melakukan pemeriksaan fisik (terutama pemeriksaan neurologis) dan riwayat
medis lengkap. Ini akan membantu untuk menyingkirkan kondisi medis yang
mendasari sebagai penyebab gejala tersebut.8
Dokter mungkin perlu untuk memesan tes lain, seperti CT scan otak
dan tes darah, untuk menentukan apakah tik tersebut adalah gejala dari
sesuatu yang lebih serius, seperti penyakit Huntington.8
Pemeriksaan fisik dan neurologis menyeluruh harus dilakukan,
termasuk EEG. Tujuan utama untuk ini adalah untuk mengecualikan penyakit
lain yang mungkin yang dapat menyebabkan gejala. Biasanya tidak ada
pemeriksaan lebih lanjut, seperti MRI, yang diperlukan kecuali ada temuan
patologis. EKG, tes fungsi tiroid atau prosedur lainnya (misalnya, tes
metabolik) tidak diperlukan dalam ketiadaan temuan yang abnormal.5
Tes kemampuan kognitif tidak diperlukan baik kecuali ada indikasi
belajar masalah. Melengkapi kuesioner memberikan kesempatan yang baik
untuk mengamati pasien dalam situasi yang menantang, meskipun pasien
seringkali mampu untuk menekan tiks untuk jangka waktu tertentu sehingga
tingkat sebenarnya dari gejala mungkin tidak diamati.5

H. DIAGNOSIS BANDING
Tik motor sederhana dapat dibedakan dengan sentakan myoklonik,
yang tidak khas berulang pada bagian tubuh seperti pada tik. Tik sering
dihubungkan dengan sensasi berulang dan dapat ditekan. Tik motorik
kompleks harus dibedakan dengan stereotipik yang perlangsungannya lama,
pergerakan lebih stereotipik (misalnya tubuh berayun, kepala mengangguk,
dan lengan/pergelangan terkepak) atau bunyi (seperti merintih, berteriak)
yang terjadi terus dan terus berlanjut, sedikit paroksismal. Stereotip terlihat

9
khas pada psien dengan autisme, retardasi mental, sindrom down, sindrom
rett, psikosis, atau kebutaan dan ketulian kongenital.1
Beberapa tik lambat dan terputar-putar dalam karakternya seperti
distonia dan diistilahkan sebagai tik distonik. Kebalikan dari tik distonik,
distonia per se cenderung lebih lambat untuk lebih terus –menerus terganggu
pada postur ekstremitas, leher, atau tubuh. Kompulsif sering terjadi
bersamaan dengan tik, kadang-kadang dapat menjadi susah untuk dibedakan
dengan tik motorik kompleks tapi secara khas berbeda pada respon obsesif,
melakukan untuk menghindari masalah selanjtunya atau tergantung pada
kebiasaan ritualistik. Dengan rata-rata komorbiditas dari ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) dan OCD (Obsessive Compusive Disorder),
GTS (General Tik Syndrome) dapat menggambarkan keberagaman gangguan
perkembangan otak neuropsikiatrik.1

I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan farmakologi dari gangguan tik adalah pengobatan
simtomatik dengan ketat dan bukan kuratif. Pengobatan harus diberikan pada
anak-anak dengan tik yang signifikan menyebabkan masalah gangguan
psikososial dan fungsional. Tujuan pengobatan untuk mengurangi tik sampai
ke level yang ditoleransi, menyadari bahwa eradikasi tidak mungkin
dilakukan. Sedangkan pengobatan alternatif nonfarmakologi telah digunakan,
termasuk teknik penyesuaian, relaksasi, biofeedback dan hipnotis.
Farmakoterapi paling sering dilakukan.9
Saat ini ada dua kelas utama pengobatan untuk menghambat tik yaitu
agonis alfa-adrenergik dan neuroleptik. Agen lainnya seperti benxodiazepin,
calcium channel blocker, agen penghambat katekolamin, dan agonis opiat.9
Pada umumnya mengobati tik yang mengganggu aktivitas sekolah
atau kegiatan sehari-hari lainnya karena malu terhadap sosial,
ketidaknyamanan fisik, atau cedera diri. Dalam resep obat penekan tik,
biasanya dilakukan titrasi dosis untuk mengidentifikasi dosis terendah yang
akan menghasilkan resolusi kecacatan. Dalam mempertimbangkan bukti yang

10
mendukung khasiat obat penekan tik adalah penting untuk mengenali bahwa
respon plasebo substansial telah didokumentasikan.10

Tabel 2. Obat Supresi Tik.10


Nama Generik Sediaan Dosis Harian (mg)
Alfa Agonis
Clonidin Tablets: 0.1, 0.2, 0.3 0.05-
mg. Transdermal: 0.1, 0.5
0.2, 0.3 mg/d
Guanfacine Tablets: 1, 2 mg 0.5 4
Antipsychotiks
Risperidone Tablets: 1, 2, 3, 4 mg. 0.5-16
Oral solution: 1 mg/mL
Aripiprazole Tablets: 5, 10, 15, 20,30 5-30
mg.
Oral solution: 1 mg/mL
Haloperidol Tablets: 0.5, 1, 2, 5,10, 0.5-20
20 mg. Oral Solution
2mg/ml
Pimozide Tablets: 1, 2 mg 0.5 - 10
Fluphenazine Tablets: 1, 2.5, 5, 10 0.5-20
mg
Other agents
Clonazepam Tablets: 0.125, 0.5, 1, 0.5-10
2mg
Tetrabenazine Tablets: 25 mg 25-200

Alpha-2-agonists
Alpha-2-agonis memiliki khasiat moderat untuk tik. Meskipun
clonidine adalah alpha agonis paling umum digunakan di masa lalu,
guanfacine sekarang lebih disukai karena cenderung menyebabkan kurang
sedasi dan biasanya dapat dosis tunggal (tidur) atau dua kali (pagi, waktu
tidur) dibandingkan dengan tiga hingga empat dosis harian yang dibutuhkan
untuk clonidine. Guanfacine juga cenderung untuk menghasilkan kurang
sedasi. Clonidine patch transdermal yang mungkin berguna bagi anak-anak

11
muda yang tidak bisa menelan pil. Efek samping potensial yang paling umum
dari guanfacine termasuk sedasi, sakit kepala, pusing, mudah marah, dan
mulut kering. Alpha agonis adalah pilihan yang sangat baik untuk pasien
dengan tik dan ADHD, karena kedua kondisi dapat merespon.10

Agen dopamin blocker


Agonis alpha memberikan manfaat cukup, kita umumnya menambah
atau menggantinya dengan dopamin reseptor blocker. Ini adalah penekan tik
yang paling ampuh dan diduga efektif. Antipsikotik neuroleptik klasik,
termasuk haloperidol, pimozide, dan fluphenazine, telah mendokumentasikan
keberhasilan dalam uji klinis terkontrol. Obat ini terasa tidak nyaman untuk
digunakan karena sering terjadi efek samping, terutama sedasi, depresi dan
menumpulkan mental, dan pengenalan antipsikotik atipikal yang terbaru.
Meskipun kita cenderung menggunakan antipsikotik atipikal (biasanya
risperidone atau aripiprazole) sebagai agen dopamin-blocking awal, sering
terjadi toleransi yang buruk karena sedasi, berat badan meningkat, dan
perkembangan sindrom metabolik (obesitas abdominal, dislipidemia,
hipertensi, dan gangguan metabolisme glukosa). Pendulum dapat berayun
kembali ke lebih sering menggunakan antipsikotik klasik, yang juga
cenderung sedikit mahal. Tidak semua antipsikotik atipikal memiliki efek
penekan tik yang setara. Risperidone dan olanzapine menunjukkan
keberhasilan dalam uji coba terkontrol secara acak, sedangkan clozapine dan
quetiapine tampaknya kurang efektif untuk tik. Laporan awal dalam
penggunaan campuran dopamin agonis / antagonis aripiprazole telah
menunjukkan manfaat bagi tik, tetapi tidak ada percobaan terkontrol yang
telah dipublikasikan. Perlu dicatat bahwa tardive dyskinesia, efek samping
yang buruk dari obat dopamin-blocking tampaknya menjadi kejadian langka
pada pasien yang diobati, mungkin karena gangguan neurotransmisi dopamin
yang mendasarinya. Kami biasanya meresepkan dopamin blocker dalam dosis
tunggal waktu tidur, tetapi dosis dapat dibagi jika diperlukan.10

12
Obat Penekan Tik lainnya
Meskipun biasanya pengobatan obat untuk tik berpusat pada agonis
alpha dan antipsikotik, jenis obat lain mungkin bermanfaat bagi pasien yang
memiliki respon memadai atau yang bermasalah dengan tolerabilitas.
Clonazepam telah melaporkan efek penekan tik sederhana dalam menerbitkan
serangkaian kasus. Obat ini mungkin sangat berguna pada pasien dengan
gangguan kecemasan terkait. Hal ini biasanya diberikan dua atau tiga kali
setiap hari, dan efek samping yang paling umum adalah sedasi dan
kegoyangan. Obat Dopamine depleting tetrabenazine memiliki kemungkinan
keberhasilan. Dalam sebuah pengkajian open-label, obat menunjukkan
berkelanjutan moderat untuk pengurangan ditandai tik lebih rata-rata 2 tahun
follow-up. Namun, hanya 22% dari subyek bebas dari efek samping. Itu yang
paling umum efek samping yang sedasi, depresi, insomnia, dan parkinson.
Anak-anak mungkin mentolerir dosis yang lebih tinggi dari tetrabenazine
daripada orang dewasa. Pada kedua kelompok usia, obat ini biasanya
diberikan dalam dua atau tiga dosis harian. Meskipun tetrabenazine tidak
menyebabkan fenomena dyskinesia, agen dopamin-depleting dapat
menyebabkan Sindrom neuroleptik ganas bahkan setelah bertahun-tahun
digunakan.10

J. PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS


Normalnya, tik menghilang setelah beberapa bulan. Tetapi sebaiknya
orang tua tetap memantau anaknya. Pada beberapa kasus, gangguan tik
sementara dapat berlanjut ke kondisi yang lebih serius seperti Sindrom
Tourette.7
Sindrome Tourette adalah tik motorik multipel dengan satu atau
beberapa tik vokal yang tidak harus timbul secara serentak dan dalam
riwayatnya hilang timbul. Onset hampir terjadi pada masa anak-anak dan
remaja. Lazimnya, ada riwayat tik motorik sebelum timbulnya tik vokal,
sindrom ini sering memburuk pada usia remaja dan dapat pula menetap
sampai usia dewasa.7

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ortiz, Blair. Cornejo, W. Blazicevich, L. Epidemiology Of Tics. Child and.


Colombia : Adolescent Diseases Research Group PEDIACIENCIAS.
Universidad de Antioquia, Child Neurology Group ; Intech : 2012: 163-188p

2. Park, Tae Won. Park, Juhyun. Tic & Tourette Syndrome and Motor
Disorders. Korea : College of Medicine, Seoul National University ; Hanyang
Med Rev: 2016;36:46-54p

3. Kaplan, HL. Sadock, BJ. Grebb, JA. Synopsis of Psychiatry. Tangerang :


Binarupa Aksara Publishing; 2010.

4. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya ; Nuh Jaya : 2013.

5. Metzeger, H. Wanderer, S. Roessner, V. Tic Disorder. Germany :


Psychotherapy, Technische Universität Dresden ; IACAPAP; 2012.

6. Chummun, VS. Seetaram, V. Rickards H. The Prevalence of Tic Disorder in


Primary School Children in an Electoral District of Mauritius. Birmingham :
Journal of US-China Medical Science; David Publishing : 2016 (13);13-18p

7. Lepianda, J. Transient Tic Disorder. Jakarta : Ilmu Kesehatan Jiwa FK-


Ukrida; 2013.

8. Krans, B. Transient Tic Disorder. Medically Reviewed by Steven Kim, MD


New York : 2015.

9. Kock, KB. Tic Disorder in Childhood : Physician Awareness is Key. New


York OHSU Consult.

10. Spherecher, D. Kurlan, R. The Management of Tics, Movement Disorder.


Online Published : 2009, 24(1); 15-24p

14

Anda mungkin juga menyukai