KELAS :2B
TUGAS : ESSAY BIOPSIKOLOGI
DOSEN PENGAMPU : Dr. Raihanatu Binqalbi Ruzain , M.Kes
Sindrom Tourette (TS) adalah kondisi perkembangan saraf onset masa kanak-
kanak yang ditandai dengan tics motorik multipel dan setidaknya satu tic phonic
yang telah bertahan selama lebih dari satu tahun sejak onsetnya (American
Psychiatric Association, 2013 ) .
Tics didefinisikan sebagai gerakan paroksismal, cepat, tidak berirama (motor
tics) atau vokalisasi (phonic tics) (Cohen et al., 2013). Tics motorik berkisar dari
gerakan tunggal, pendek, tiba-tiba, seperti mata berkedip atau hidung berkedut
hingga rangkaian perilaku kompleks seperti jongkok, melompat, atau bahkan
gerakan cabul (copropraxia). Tics vokal dapat berkisar dari vokalisasi tunggal yang
tidak jelas hingga echolalia (seseorang mengulangi kata-kata orang lain), paralilia
(seseorang mengulangi kata-katanya sendiri) atau bahkan fitur kontroversial
coprolalia (pengucapan kata-kata kotor) (Leckman, et al., 2013 ) . Tics
menunjukkan fluktuasi frekuensi, jenis, tingkat keparahan, dan kompleksitas di
dalam dan di antara individu. (Knight, dkk., 2012 ).
TS umumnya dikaitkan dengan kondisi komorbid lainnya – seperti Obsessive-
Compulsive Disorder (OCD), Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder
(ADHD), gangguan kecemasan dan afektif – pada sekitar 90% orang dengan TS
(Cavanna dan Rickards 2013., Freeman, dkk., 2000 ).
Antipsikotik atipikal
Antipsikotik atipikal adalah penghambat D2 reseptor dopamin yang lebih
selektif, meskipun obat ini juga dapat memengaruhi serotonin. Obat-obatan ini
termasuk risperidone, clozapine, olanzapine, quetiapine dan aripiprazole agonis
parsial. Antipsikotik atipikal dapat dianggap sebagai pengobatan yang lebih
aman untuk tics karena penurunan risiko efek samping akut atau subakut.Meja 2
daftar studi yang menilai kemanjuran antipsikotik atipikal dalam mengobati tics.
Efektivitas risperidone dalam pengobatan tics telah diteliti secara ekstensif.
Banyak penelitian melaporkan respon positif ( Bruun dan Budman, 1996 ;
Lombroso, dkk., 1995 ; Shulman, et al., 1995 ).
Daftar Pustaka
Cohen, S. C., Leckman, J. F., & Bloch, M. H. (2013). Clinical assessment of Tourette
syndrome and tic disorders. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 37(6), 997–1007.
Cohen, SC, Leckman, JF, & Bloch, MH (2013). Penilaian klinis sindrom Tourette dan
gangguan tic. Ulasan Neuroscience & Biobehavioral, 37 (6), 997–1007.
Freeman, RD, Fast, DK, Burd, L., Kerbeshian, J., Robertson, MM, & Sandor, P. (2000).
Perspektif internasional tentang sindrom Tourette: Temuan terpilih dari 3500 individu
di 22 negara. Kedokteran Perkembangan dan Neurologi Anak, 42 (7), 436–447.
Leckman, J. F., Bloch, M. H., Sukhodolsky, D. G., Scahill, L., & King, R. A. (2013).
Phenomenology of tics and sensory urges: The self under siege. Tourette syndrome (pp.
3–25). New York: Oxford University Press.
Robertson, M.M. and Stern, J.S. (2000) Gilles de la Tourette Syndrome: symptomatic
treatment based on evidence. Eur Child Adolesc Psychiatry 9: 6075.
Scahill, L., Erenberg, G., Berlin Jr, C. M., Budman, C., Coffey, B. J., Jankovic, J., ... &
Walkup, J. (2006). Contemporary assessment and pharmacotherapy of Tourette
syndrome. NeuroRx, 3(2), 192-206.
Dhamayanti, M., Riandani, I., & Resna, L. 2004. Tourette’s Syndrome. Paediatrica
Indonesiana, 42, 31-40
Glickman, E. 2008. Robert Lamelson: Minds over Matter. Lifestyles Magazine, 54-58
(didownload dari http://www.lifestylesmagazine.com 26 April 2008)
Hoekstra, P. J., Kallenberg, C. G. M., Korf, J., & Minderaa, R. B. 2002. Is Tourette’s
Syndrome an Autoimmune Disease? Molecular Psychiatry, 7, 437-445
Shulman LM, Penyanyi C., Weiner WJ (1995) Risperidone pada sindrom Gilles de la
Tourette . Neurologi 45 : 1419–1419