Anda di halaman 1dari 3

Gangguan Tic Motorik atau Vokal Kronik

A. Definisi
Gangguan Tic Motorik atau Vokal Kronik adalah suatu kondisi yang terdidi dari
geraakan tiba tiba, berulang, tidak berirama dan tidak terkendali. Kondisi ini terjadi
secara terus menerus atau episodik (tic dan vokal) dan berlangsung lebih dari 1 tahun
(Eapen, 2013).

B. Etiologi
Gangguan Tic Motorik atau Vokal Kronik terjadi adanya faktor herediter.
Penelitian anak kembar telah menemukan kesesuaian yang tinggi pada gangguan motorik
kronis dan vokal pada kembar monozigotik (Sadock, 2007). Beberapa literatur
menyebutkan bahwa penyebab CMVTD (Chronic Motor Vocal Tic Disorder) adalah
idiopatik karena tidak terdapat penjelasan mengenai proses medis atau subatansi yang
menginduksi (Walkup et al, 2010).
C. Epidemiologi
Angka gangguan tic motorik dan vokal kronis diperkirakan dari 100 sampai 1000
kali lebih besar dari angka untuk gangguan tourette sindrom. Pada anak laki-laki berusia
sekolah berada dalam resiko yang paling tinggi. Meskipun gangguan ini pernah dianggap
langka, perkiraan prevalensi gangguan tik motorik atau vokal kronis, sekarang ini adalah
antara 1% hingga 2% (Cubo, 2012).
D. Patofisiologi
Patofisiologi pada penyakit ini masih bersifat hipotesis. Gangguan tik transien
terjadi karena adanya gangguan pada ganglia basal yang dapat menyebabkan kegagalan
disinhibisi dari sistem motorik dan sistem limbik sehingga mendesak motor dan tic vokal
dan terjadi ketidak seimbangan fokus di daeraah ganglia basalis hingga akhirnya
memunculkan gejala mata berkedip, hidung berkedut, lengan tersentak,pengulangan
vokal dan gejala lain dari penyakit ini (Mills, 2014).
E. Manifestasi Klinis
Onset gangguan tik motorik dan vokal kronis tampak pada masa anak-anak awal
yang dimulai antara usia 6 sampai 8 tahun. Tipe tik dan lokasinya adalah serupa dengan
gangguan tik trnasien. Tik vokal kronis dianggap lebih jarang daripada tik motorik
kronis. Tik vokal kronis biasanya jauh kurang mencolok daripada gangguan tourette. Tik
vokal biasanya tidak keras atau nyaring yang terdiri dari dengkuran atau suara lain yang
disebabkan oleh kontraksi toraks, abdomen, serta tik tidak berasal dari pita suara
(Shadock, 2010). Adapun tanda dan gejala dari gangguan tik motorik dan vokal kronis
dibagi menjadi simple motorik, kompleks motorik dan tik vokal. Pada simple motorik
gejalanya yaitu berkedip, mengangkat bahu dan wajah meringis. Pada kompleks motorik
melibatkan beberapa otot dalam serangan misalnya gerakan melompat, menyentuh
ataupun menekan dan bahkan bisa tiba-tiba tik seperti gerakan vulgar, gerakan cabul atau
ekopraksia. Sedangkan tik vokal seperti suara mendengus, sniffing dan kicau (Jiminez,
2012).
F. Diagnosis Banding
Tik motorik kronis harus dibedakan dengan berbagai gerakan motorik lain seperti
distonia, mioklonus, restless legs, epilepsi, stereotipi, akatisia dan blepharospam. Suara
vokal involunter dapat terjadi pada gangguan neurologis tertentu seperti penyakit
parknson dan huntington (Shadock, 2010 ; Mills, 2014).
G. Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk gangguan tik motorik atau vokal kronik berdasarkan
PPDGJ III :
1. Umumnya memenuhi kriteria untuk suatu gangguan tic motorik atau vokal (namun
bukan kedua-duanya) dan berlangsung selama lebih dari setahun.
2. Tic dapat tunggal atau multipel (tetapi lebih sering bersifat multipel).

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM IV :


1. Satu atau beberapa motorik atau tiks vokal (yaitu tiba-tiba, cepat, berulang, tidak
berirama, stereotipik gerakan motorik atau vokalisasi), tapi tidak keduanya dan terjadi
beberapa waktu.
2. Tik terjadi hampir setiap hari atau sebentar dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun dan
selama periode ini tidak pernah ada periode tik (bebas lebih dari 3 kali berturut-turut).
3. Onset terjadi sebelum usia 18 tahun.
4. Ganggan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (misalnya stimulan)
atau kondisi medis umum (misalnya penyakit huntington).
5. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan Tourette.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah EEG. Tujuan dilakukannya
EEG adalah untuk menyingkirkan penyakit lain yang dapat menyebabkan terjadinya
gejala. Pemeriksaan penunjang MRI, EKG, tes fungsi tiroid dan lainnya tidak diperlukan
kecuali ada temuan patologis (Storch, 2013).
I. Tata Laksana
Medikamentosa (Roessner et al , 2011):
1. Alpha Adrenergic Agonists
a. Clonidine
b. Guanfacin
2. Antipsikotik
a. Haloperidole 0,5mg-5mg
b. Pimozide 4mg
c. Risperidone 2mg
d. Olanzapine 5mg-10mg

Non medika mentosa (Roessner et al , 2011) :


1. Psycoeducation
2. Psycotheraphy
a. Pelatihan mengembalikan kebiasaan
b. Expossure atau pencegahan terulangnya perilaku
c. Latihan relaksasi
d. Pekerjaan kelompok
J. Pencegahan
Secara umum tic tidak dapat ditahan tetapi bisa ditekan dan dihilangkan dalam
waktu yang bermacam-macam. Pencegahannya seperti beristirahat, melakukan banyak
kegiatan dan dari individu dapat menahan terjadinya tik jika dia menyadari tik akan
muncul (Walkup et al, 2010).
K. Komplikasi

Self injury karena pergerakan tidak disadari dari tic ini jadi pergerakkan menjadi
tidak menentu (Eapen, 2013)

Anda mungkin juga menyukai