Anda di halaman 1dari 146

1

3
Koordinasi dan Supervisi Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara : Temuan-Tindak Lanjut-Capaian
LAPORAN

Tim Penyusun
Maryati Abdullah
Rizky Ananda Wulan SR
Meliana Lumbantoruan
Aryanto Nugroho
Asri Nuraeni
Agung Budiono
Lizha Mashita

Pereview
Dian Patria
Epa Kartika

Penyunting
Maryati Abdullah

Penerjemah dalam Bahasa Inggris


Jensi Sartin

Desain & Layout


Robby Wahyudi Gusti

Laporan Koordinasi dan Supervisi Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara (Korsup Minerba) disusun
oleh tim Sekretariat Nasional Publish What You Pay Indonesia dengan masukan dari tim Korsup Minerba
GNPSDA, Divisi Litbang KPK, yang selama ini terlibat langsung dalam pelaksanaan Korsup Minerba.

Hak Cipta Dilindungi Undang Undang, 2017 | Cetakan Pertama : 2017

Publish What You Pay Indoensia - Yayasan Transparasi Sumber Daya Ekstraktif
Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No.12, Tebet, Jakarta Selatan, 12820, INDONESIA
Telp/Fax : +621-290-69727 | E : sekretariat@pwyp-indonesia.org | W: www.pwyp-indonesia.org
5
Kata Pengantar
Pertambangan mineral dan batubara (Minerba) merupakan salah satu sumber daya alam
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

(SDA) tak terbarukan (unrenewable) yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
Indonesia untuk dapat dikelola dengan baik.  Pengelolaan sumber daya alam tersebut harus
mengacu pada UUD 1945, khususnya pasal 33 yang mengamanatkan pengelolaan demi sebesar-
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

besarnya kemakmuran rakyat.

Keberadaan Undang-Undang (UU) Nomor (No.) 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara merupakan salah satu wujud pelaksanaan hak pengelolaan negara terhadap sumber
daya tersebut. UU Pertambangan Minerba membawa semangat pengelolaan pertambangan
Minerba yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan,
guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan. UU tersebut juga menekankan
6 pentingnya pengelolaan pertambangan mineral dan batubara yang dapat memberikan nilai
tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan.

Memperhatikan nilai strategis dari sumber daya alam (SDA) termasuk sektor pertambangan
mineral dan batubara (Minerba), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencetuskan lahirnya
Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GN-PSDA) yang dideklarasikan pada 9
Juni 2014 di Ternate. Deklarasi tersebut ditandai dengan penandatanganan piagam oleh Ketua
KPK, Panglima TNI, Kapolri, dan Jaksa Agung. Deklarasi penyelamatan SDA tersebut berisi
komitmen untuk mendukung tata kelola SDA yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; dan
mendukung penyelamatan kekayaan SDA Indonesia; serta melaksanakan penegakan hukum di
sektor SDA sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Koordinasi dan supervisi sektor mineral dan batubara (Korsup Minerba) merupakan salah satu
bagian dari GN-PSDA. Fungsi koordinasi dan supervisi ini merupakan peran trigger mechanism
yang dijalankan oleh KPK sesuai dengan mandat UU No.30/2002 tentang KPK. Karenanya KPK
mendorong pelibatan banyak pihak dalam kegiatan serta mengakselerasi berbagai bentuk
upaya yang dapat membantu penyelamatan SDA Indonesia. Korsup Minerba sendiri mencakup
5 (lima) aspek sasaran utama, yakni : (1) penataan izin usaha pertambangan (IUP); (2) Pelaksanaan
kewajiban keuangan pelaku usaha; (3) Pelaksanaan pengawasan produksi pertambangan; (4)
Pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian hasil tambang; dan (5) Pelaksanaan pengawasan
penjualan & pengangkutan/pengapalan hasil tambang.
Sebagai bentuk dokumentasi perjalanan Korsup Minerba, laporan ini disusun dengan
mengumpulkan, melakukan rekap, dan pengolahan data hasil-hasil Korsup Minerba. Termasuk
melakukan interpretasi dan analisis singkat mengenai tindak lanjut dan perkembangan capaian
dari pelaksanaan Korsup Minerba. Laporan disusun oleh tim kerja Publish What You Pay
Indonesia yang berkolaborasi dengan tim Litbang KPK yang membidangi GN-PSDA, khususnya
di sektor Minerba dan Energi. Penyusunan laporan menggunakan metode deskriptif, berdasarkan
data-data hasil rekonsiliasi yang dilaporkan dalam pelaksanaan Korsup, dengan melakukan
klarifikasi dan cross-check kepada pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan Korsup
Minerba.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun dan segenap pihak yang 7

membantu dan mendukung penerbitan laporan ini: Aryanto Nugroho dan Rizky Ananda yang
merupakan tim pelaksana Program SETAPAK dari Publish What You Pay Indonesia; Bapak Dian
Patria dan Ibu Epa Kartika serta anggota tim Korsup Minerba lainnya di Divisi Penelitian dan
Pengembangan, Kedeputian Pencegahan KPK RI; Mas Roby yang membantu proses layout,
serta pihak-pihak terkait lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu di sini. Akhir
kata, kami sangat terbuka atas masukan, saran dan kritik dari pembaca dan berbagai pihak,
bagi kesempurnaan dan manfaat dari laporan ini bagi perbaikan tata kelola pertambangan dan
sumber daya alam di Indonesia.

Jakarta, Desember 2017

Maryati Abdullah
Koordinator Nasional
Publish What You Pay Indonesia
Daftar Isi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Kata Pengantar 6
Daftar Isi 8
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Daftar Tabel 9
Daftar Gambar 11
Ringkasan Eksekutif 13

1. Latar Belakang dan Konteks


1.1. Latar Belakang 21
1.2. Peran Koordinasi dan Supervisi KPK 22

8 1.3. KPK dan Penyelamatan Sumber Daya Alam 23


1.4. Koordinasi dan Supervisi Mineral dan Batubara 27

2. Koordinasi dan Supervisi Sektor Mineral dan Batubara


2.1. Permasalahan Utama 31
2.2. Tujuan dan Sasaran 35
2.3. Rencana Aksi dan Target 36
2.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 38
2.5. Peran Pemangku Kepentingan 43

3. Temuan, Tindak Lanjut dan Capaian


3.1. Penataan Izin Usaha Pertambangan (IUP) 47
3.2. Pelaksanaan Kewajiban Keuangan Pelaku Usaha 73
3.3. Pelaksanaan Pengawasan Produksi Pertambangan 96
3.4. Pelaksanaan Kewajiban Pengolahan/Pemurnian Hasil Tambang 106
3.5. Pelaksanaan Pengawasan Penjualan &
Pengangkutan/Pengapalan Hasil Tambang 120

IV. Rekomendasi
4.1. Rekomendasi Kebijakan 135
4.2. Rekomendasi Khusus 137

Referensi 141
Daftar Tabel
Tabel 1. Format Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi 41

Tabel 2. Format Laporan Status Pelaksanaan Kewajiban IUP 42

Tabel 3. Rekapitulasi IUP CNC dan Non-CNC Se-Indonesia 48

Tabel 4. Kategori dan Jumlah Kasus Permasalahan IUP di 12 Provinsi 50

Tabel 5. IUP yang Masa Berlaku Telah Habis per 31 Desember 2016 51

Tabel 6. Hasil Overlay IUP, KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan Hutan
9
dan IPPKH – Nasional 52

Tabel 7. Tumpang Tindih KK dengan IUP 54

Tabel 8. Tumpang Tindih PKP2B dengan IUP 55

Tabel 9. Daftar Korban Lubang Tambang di Kalimantan Timur (2011-2017) 57

Tabel 10. Pola Umum Temuan Monitoring IUP dan Tindak Lanjut 60

Tabel 11. Jumlah IUP dan Status CNC 69

Tabel 12. Peta Masalah Pengelolaan PNBP Minerba 76

Tabel 13. Tunggakan/Piutang PNBP-Iuran Tetap dari Pemegang IUP


Se-Indonesia (2013-2015) 78

Tabel 14. Saldo Piutang PNBP IUP, KK, dan PKP2B (per September 2016) 79

Tabel 15. Rekap Perbandingan Antara Pembayaran Pajak Penghasilan


dengan Nilai Usaha Yang Dilaporkan dalam SPT (2010 – 2012) 83

Tabel 16. Rekap Jumlah Penempatan Dana Jaminan Reklamasi


dan Pasca Tambang (2014) 84

Tabel 17. Rekap Pelaksanaan Penempatan Dana Jaminan Reklamasi 93

Tabel 18. Rekap Pelaksanaan Penempatan Dana Jaminan


Pasca-Tambang (2014 – 2016) 95
Tabel 19. Rekap Penyampaian Laporan Produkasi
Tahun 2012-2013 di 12 Provinsi 98

Tabel 20. Selisih Data Ekspor dan Data Produksi Batubara 100

Tabel 21. Rencana Aksi dan Indikator Output – Mendorong


Kepatuhan Pemegang Izin 102

Tabel 22. Rencana Aksi dan Indikator Output – Mendorong


Kepatuhan Pemerintah Daerah 102

Tabel 23. Rencana Aksi dan Indikator Output – Efektifitas Pengawasan 103
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Tabel 24. Rencana Aksi dan Indikator Output – Menertibkan PETI 103
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Tabel 25. Rekapitulasi Produksi Batubara di Kalimantan Selatan (2012-2013) 106

Tabel 26. Rencana Aksi Mendorong Kepatuhan Pelaku Usaha & Sanksi 110

Tabel 27. Pengawasan Kewajiban Pengolahan & Pemurnian oleh


Pemerintah Daerah 118

Tabel 28. Perkembangan Pembangunan Smelter per Agustus 2016 119

Tabel 29. Perkembangan Pembangunan Smelter Per-Komoditas


10 (Per Agustus 2016) 119

Tabel 30. Perkembangan Kinerja Pembangunan Smelter 119

Tabel 31. Perkiraan Kerugian Negara Akibat Ekspor Bauksit ke China oleh
Perusahaan yang Belum Terdaftar di ESDM pada Tahun 2011 dan 2012 121

Tabel 32. Potensi Kerugian Keuangan Negara (Royalti) di Tahun 2011 122

Tabel 33. Rencana Aksi Mendorong Kepatuhan Pemegang 124


Izin dalam Pelaporan

Tabel 34. Rencana Aksi & Indikator Output –


Mendorong kepatuhan Pemda 125

Tabel 35. Rencana Aksi & Indikator Output –


Mendorong Efektifitas Pengawasan 125

Tabel 36. Daftar Perusahaan Surveyor 128

Tabel 37. Standar Pelaksanaan Pengawasan dan Pembinaan IUP OPK


Pengangkutan dan Penjualan 130
Daftar Gambar
Gambar 1. Peran dan Fungsi KPK 23

Gambar 2. Penandatanganan Piagam Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya


Alam 26

Gambar 3. Nota Kesepahaman antara KPK, Kementerian/Lembaga,


dan Penegak Hukum Terkait 27

Gambar 4. Perjalanan Proses Korsup Minerba 2014-2017 28

Gambar 5. Masalah Utama dalam Pelaksanaan UU Minerba 34

Gambar 6. Sasaran Utama Korsup Minerba 36

Gambar 7. Tahapan Penyusunan Laporan Perkembangan Rencana Aksi 40

Gambar 8. Peran Pemerintah Daerah dalam Korsup Minerba 44

Gambar 9. Diagram Alur Rekonsiliasi IUP Nasional 48

Gambar 10. Klasifikasi Permasalahan IUP Non-CNC 49

Gambar 11. Peta Informasi Wilayah Pertambangan 56

Gambar 12. Pakta Integritas Penanganan Lubang Tambang 59

Gambar 13. Contoh SK Pencabutan IUP oleh Bupati Morowali 61

Gambar 14. Contoh SK Tindak Lanjut oleh Bupati Sarolangun 62

Gambar 15. Contoh SK Pencabutan IUP dan Tindak Lanjut Korsup


Minerba oleh Gubernur 63

Gambar 16. Kategori Penertiban IUP Minerba Menurut Permen 43/2015 66

Gambar 17. Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP 67

Gambar 18. Tindak Lanjut Evaluasi Penertiban IUP 68

Gambar 19. Tren Perkembangan IUP CNC dan Non-CNC (2014-2017) 70

Gambar 20. Perkembangan Penataan IUP dari Tahun ke Tahun: 2011 – 2017 71
Gambar 21. Prosentase IUP CNC dan Non-CNC (2014-2017) 71

Gambar 22. Bagan Penataan Minerba One Map Indonesia 72

Gambar 23. Peta Sebaran Pemda dan Kementerian/Lembaga yang telah mendapatkan
akses MOMI 73

Gambar 24. Bagan Penyelesaian Dispute PPN pada PKP2B Generasi-1 80

Gambar 25. Komposisi IUP dan Kepatuhan Pajak 81

Gambar 26. Peta Sebaran IUP Se-Indonesia dan Identifikasi NPWP 82


SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Gambar 27. Alur Koordinasi dan Pelaporan Data Pemegang IUP 88

Gambar 28. Ketentuan Reklamasi dan Pascatambang 89


LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Gambar 29. Sanksi bagi Pelanggaran Ketentuan Reklamasi


dan Pascatambang 89

Gambar 30. Sistem E_PNBP Minerba 92

Gambar 31. Tahapan Kegiatan Pertambangan 97

Gambar 32. Peta Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Indonesia 101

12 Gambar 33. Alur dan Kepatuhan Pelaporan Produksi dan Penjualan 104

Gambar 34. Dasar Hukum Peningkatan Nilai Tambah Mineral 107

Gambar 35. Anatomi Kegiatan Pertambangan Mineral 108

Gambar 36. Kronologis Tarik-Ulur Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah 109

Gambar 37. Pelaku Usaha Pertambangan Mineral di Indonesia 116

Gambar 38. Komposisi Jumlah IUP Mineral di Indonesia (September 2016) 117

Gambar 39. Rencana Pembangunan Fasilitas Pengolahan


dan Pemurnian (Smelter) 118

Gambar 40. Penataan Stockpile di Terminal Khusus di Sumatera Selatan 127

Gambar 41. Persebaran 14 Rencana Pelabuhan Khusus Minerba 129

Gambar 42. Penataan IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan 130

Gambar 43. Tata Cara Permohonan, Evaluasi, dan Penerbitan Tanda Registrasi
Perusahaan Pengangkutan dan Penjualan Mineral atau Batubara 132
Ringkasan Eksekutif

M
emperhatikan nilai strategis dari sumber daya alam (SDA) termasuk sektor
pertambangan mineral dan batubara (Minerba), Komisi Pemberantasan 13

Korupsi (KPK) mencetuskan lahirnya Gerakan Nasional Penyelamatan


Sumber Daya Alam (GN-PSDA) yang dideklarasikan pada 9 Juni 2014 di Ternate. Deklarasi
tersebut ditandai dengan penandatanganan piagam oleh Ketua KPK, Panglima TNI,
Kapolri, dan Jaksa Agung. Deklarasi penyelamatan SDA tersebut berisi komitmen untuk
mendukung tata kelola SDA yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; dan mendukung
penyelamatan kekayaan SDA Indonesia; serta melaksanakan penegakan hukum di sektor
SDA sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Koordinasi dan supervisi sektor mineral dan batubara (Korsup Minerba) merupakan
salah satu bagian dari GN-PSDA. Fungsi koordinasi dan supervisi ini merupakan peran
trigger mechanism yang dijalankan oleh KPK sesuai dengan mandat UU No.30/2002
tentang KPK. Karenanya KPK mendorong pelibatan banyak pihak dalam kegiatan
serta mengakselerasi berbagai bentuk upaya yang dapat membantu penyelamatan SDA
Indonesia. Kelompok kerja Korsup Minerba meliputi tim Litbang-Divisi Pencegahan KPK
bersama kementerian/lembaga terkait seperti Dirjen Minerba-Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK),
Kementerian Keuangan, serta Pemerintah Daerah dan segenap instansi penegak hukum
lainnya. Korsup Minerba ini juga mengakomodasi keterlibatan masyarakat sipil seperti
akademisi dan organisasi non-pemerintah (NGO) secara intens dalam upaya-upaya
pemberantasan korupsi dan perbaikan tata kelola secara konstruktif.
Korsup Minerba yang berlangsung hingga kini di 31 wilayah Provinsi se-Indonesia ini
mencakup 5 (lima) aspek sasaran utama, yakni : (1) penataan izin usaha pertambangan
(IUP); (2) Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha; (3) Pelaksanaan pengawasan
produksi pertambangan; (4) Pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian hasil
tambang; dan (5) Pelaksanaan pengawasan penjualan & pengangkutan/pengapalan hasil
tambang. Tahapan pelaksanaan Korsup Minerba terdiri atas (a) melaksanakan rapat
koordinasi lintas instansi tingkat pusat maupun daerah, guna mengidentifikasi persoalan
serta menyusun dan menyepakati rencana aksi, (b) melakukan monitoring pelaksanaan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

rencana aksi; (c) pelaporan; serta (d) evaluasi capaian dan tindak lanjut perbaikan tata
kelola secara sistemik dan jangka panjang.
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Temuan, Tindak Lanjut, dan Capaian


A. Aspek Penataan Izin Usaha Pertambangan
•• Temuan utama pada aspek penataan IUP antara lain: Terdapat IUP yang
Non Clean and Clear (Non-CNC) sebanyak 4.877 pada tahun 2014 dikarenakan
permasalahan kewilayahan dan administratif; Terdapat IUP yang telah habis
masa berlakunya sebanyak 5.986 (2016) yang harus diakhiri segera dan memasuki
fase reklamasi dan pasca-tambang; Terdapat IUP yang berada di kawasan hutan
14
konservasi dan hutan lindung (secara open pit) yang melanggar ketentuan
pemanfaatan hutan, luasnya mencapai 6,3 juta hektar dari total 26 juta hektar
kawasan hutan yang ditempati konsesi pertambangan; adanya tumpang tindih
antara konsensi kontrak dan perizinan tambang, jumlahnya mencapai 121 IUP
yang tumpang tindih dengan KK, dan 50 IUP dengan PKP2B; serta adanya lahan
bekas tambang dari pemegang izin yang tidak direklamasi. Di Kaltim, lubang
tambang ini telah menelan korban jiwa sebanyak 27 anak-anak.
•• Tindak Lanjut dari temuan penataan IUP tersebut meliputi: penertiban dan
penataan administrasi terhadap IUP yang Non-CNC, melalui rekonsiliasi dan
pelaporan data, penelusuran keabsahan dan validasi IUP, serta rekomendasi
pengurusan izin kepada instansi terkait – misalnya izin pinjam pakai kawasan
hutan (IPPKH); Pemberian sanksi berupa penciutan wilayah, atau penghentian,
bahkan pencabutan IUP yang berada di hutan konservasi & lindung, yang habis
masa berlakunya, serta IUP Non-CNC; serta Penerbitan Peraturan Menteri
(Permen) untuk melakukan penataan perizinan secara menyeluruh di Indonesia.
•• Capaian-capaian yang dihasilkan oleh Korsup Minerba dari aspek penataan
IUP antara lain: Berkurangnya jumlah IUP Non-CNC secara nasional, dari 4.877
IUP pada tahun 2014 menjadi tinggal 2.517 per Oktober 2017, dengan penurunan
sebanyak 2.363 IUP atau mencapai 48,42%; Penataan IUP menunjukkan hasil
yang positif dari tahun ke tahun, dengan indikasi makin berkurangnya jumlah
IUP secara keseluruhan, termasuk IUP yang Non-CNC; Adanya pemutakhiran
data Minerba One Map dengan Kementerian/Lembaga, hal ini dilakukan dengan
proses migrasi, penyempurnaan, dan integrasi Minerba One Map dengan ESDM
One Map;

B. Aspek Pelaksanaan Kewajiban Keuangan Pelaku Usaha


•• Temuan utama pada aspek pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha
antara lain: Adanya masalah dalam penatakelolaan PNBP, misalnya pungutan
penerimaan negara tanpa dasar hukum, adanya PNBP yang digunakan langsung,
adanya keterlambatan penyetoran dan pelaporan penerimaan negara, acuan
tarif yang dianggap berbeda antara KK/PKP2B dan IUP, lemahnya monitoring
dan pengawasan pembayaran kewajiban keuangan, alotnya proses renegosiasi
kontrak yang berkaitan dengan tarif PNBP, kurang validnya perhitungan
kandungan mineral & batubara yang menjadi dasar pembayaran royalti, adanya
kesalahan rekening setor dan tidak dilaporkannya bukti setor kepada instansi
terkait, proses rekonsilisasi yang tidak optimal dan tidak adanya penyeimbang
informasi, kapasitas dan jumlah SDM yang kurang; Adanya tunggakan PNBP,
jumlahnya mencapai Rp. 25,5 Triliun, dikarenakan adanya dispute PPN untuk
PKP2B generasi -1 sejumlah Rp. 21,8 Triliun, dan selebihnya tunggakan IUP yang
15
sulit dilacak keberadaannya; Terdapat pemegang IUP yang tidak memiliki NPWP,
dari 10 ribuan lebih IUP, hanya 7.519 (70%) yang terdaftar di Ditjen Pajak, dan
dari 7.519 tersebut hanya 84% yang memiliki NPWP-sisanya tidak teridentifikasi.
Dari yang memiliki NPWP tersebut, hanya 88% nya yang melaporkan SPT;
Terdapat pemilik IUP yang tidak menyampaikan SPT Pajak Penghasilan, yang
diindikasikan dengan nilai pajak penghasilan yang dilaporkan tidak sebanding
(jauh lebih rendah) dengan nilai peredaran usaha yang dilaporkan di berbagai
daerah di Indonesia; Pemilik izin/kontrak tidak melaksanakan kewajiban
penempatan dana jaminan reklamasi dan pasca-tambang.
•• Tindak Lanjut dari temuan kewajiban keuangan tersebut meliputi: melakukan
langkah perbaikan penatakelolaan penerimaan sektor minerba, seperti
penertiban dan rekonsiliasi database, melakukan penagihan dan pemberian
peringatan, bekerjasama dengan BPKP untuk meningkatkan cakupan audit;
Penyelesaian proses restitusi (set-off) atas dispute PPN oleh PKP2B Generasi-I;
Pembentukan direktorat baru khusus yang menangani PNBP sektor Minerba;
Penerapan konsekuensi dan sanksi bagi tidak segera melunasi tagihan PNBP,
seperti tidak diterbitkannya sertifikat CNC, Izin Ekspor Terdaftar (ET), Surat
Persetujuan Ekspor (SPE) dan syahbandar.
•• Capaian-capaian yang dihasilkan oleh Korsup Minerba dari aspek pelaksanaan
kewajiban keuangan antara lain: Naiknya jumlah penerimaan negara dari sektor
Minerba, sejak pelaksanaan Korsup terhitung total terdapat kenaikan lebih
dari 30 (tiga puluh) triliun rupiah; Adanya penyempurnaan sistem pembayaran
melalui MPN G-2, SIMPONI, maupun E-PNBP; Berkurangnya jumlah IUP yang
menunggak pengalokasian dana jaminan reklamasi dan pasca tambang.

C. Aspek Pengawasan Produksi Pertambangan


•• Temuan utama pada aspek pengawasan produksi pertambangan antara lain:
Minimnya data pelaporan produksi kepada Pemerintah Daerah; Adanya
perbedaan data ekspor dan data produksi; Persoalan dalam pengawasan produksi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

pertambangan, seperti sistem pelaporan produksi dan penjualan yang belum


tersedia secara real time, masih adanya pelaku usaha yang tidak menyampaikan
data rencana dan realisasi produksi, data yang tidak sinkron antara berbagai
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

sumber; serta adanya penambangan ilegal (PETI).


•• Tindak Lanjut dari temuan tersebut meliputi: Mendorong kepatuhan pemegang
izin dengan memberikan peringatan, melakukan pendataan dan evaluasi,
melakukan sosialisasi kewajiban pelaporan rencana dan realisasi produksi,
pengimplementasian pelaporan berbasis IT, serta melakukan monitoring
dan evaluasi secara rutin; mendorong kepatuhan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pelaporan secara rutin dan akurat, misal dari Pemerintah
16
Kabupaten kepada Pemerintah Provinsi, dan Provinsi ke Pemerintah
Pusat; Mengefektifkan pengawasan good mining practices dalam produksi
pertambangan; serta Melakukan penertiban PETI.
•• Capaian-capaian yang sedang diupayakan dalam meningkatkan pengawasan
produksi pertambangan antara lain melakukan sosialisasi kepada pelaku
usaha dan mengembangkan sistem monitoring dan pengawasan yang lebih
baik. Meski capaianya dalam aspek ini belum begitu terlihat signifikan, namun
ke depannya pengawasan akan dikembangkan baik pada aspek produksi,
pengawasan pemasaran, maupun pengawasan jumlah, jenis dan mutu hasil
usaha pertambangan.

D. Aspek Pelaksanaan Kewajiban Pengolahan/Pemurnian Hasil Tambang


•• Temuan utama pada aspek pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian hasil
tambang antara lain: Rendahnya komitmen perusahaan dalam membangun
fasilitas pengolahan/pemurnian; Adanya tumpang tindih dan miss-koordinasi
antar instansi, seperti antara Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian
dalam pemberian izin pengembangan smelter; Serta adanya tarik ulur peraturan
(relaksasi) mengenai peningkatan nilai tambah;
•• Tindak Lanjut dari temuan tersebut antara lain meliputi: Pemerintah mendorong
kepatuhan pelaku usaha dalam membangun smelter, seperti mendata komitmen
dan pelaporan perusahaan mengenai proggress pembangunan smelter, atau
memberikan sanksi bagi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut; serta
Memperketat pengawasan oleh Pemda melalui monitoring dan pelaporan;
Memberlakukan ketentuan bea keluar melalui penerbitan Peraturan Menteri
(Permen).
•• Capaian-capaian yang dihasilkan oleh Korsup Minerba dari aspek pelaksanaan
kewajiban pengolahan/pemurnian hasil tambang belum menunjukkan tanda-
tanda yang signifikan. Justru sebaliknya, Pemerintah (Cq. Kementerian ESDM)
melakukan relaksasi (penguluran) peraturan dengan konsekuensi masih
dibolehkannya ekspor konsentrat dan sebagian mineral mentah kadar tertentu.

E. Aspek Pengawasan Penjualan dan Pengangkutan/Pengapalan Hasil Tambang


•• Temuan utama pada aspek ini antara lain: Lemahnya pengawasan penjualan
dan pengangkutan/pengapalan hasil tambang, misalnya masih banyak pelaku
usaha yang tidak menyampaikan laporan pengapalan/pengangkutan kepada
Pemerintah, termasuk minimnya laporan dari pemerintah Kabupaten ke Provinsi
dan ke Pusat; Adanya perusahaan yang belum terdaftar di Dirjen Minerba namun
melakukan ekspor, akibatnya terdapat potensi kehilangan penerimaan negara
karena perbedaan ekspor. Kajian KPK di Tahun 2010 melansir potensi kerugian
17
negara dari perbedaan data tersebut mencapai 12.267.781.200 USD (atau sekitar 120
triliunan); serta adanya indikasi pemegang IUP Operasi Produksi yang bertindak
sebagai trader;
•• Tindak Lanjut dari temuan tersebut antara lain meliputi koordinasi dan supervisi
pelaksanaan pengawasan pengapalan penjualan/pengangkutan, mendeteksi
faktor penyebab tidak jalannya pengawasan penjualan dan pengangkutan/
pengapalan, serta sosialisasi pengembangan kawasan integritas dan anti-korupsi
dalam aspek tersebut; Menyepakati langkah aksi dalam mendorong kepatuhan
pelaku usaha, monitoring oleh Pemda, ketertiban pelaporan, serta memperketat
efektifitas pengawasan pelaku usaha.
•• Capaian yang dihasilkan oleh Korsup Minerba bersama Kementerian ESDM
dalam hal ini antara lain pemberlakukan larangan ekspor mineral mentah per
2014 cukup menahan laju pengapalan dan pengangkutan hasil tambang; Adanya
upaya penataan stockpile di terminal khusus oleh Pemerintah Daerah; Penetapan
surveyor yang melakukan verifikasi dan analisis penjualan batubara; serta adanya
koordinasi lintas-instansi dalam pelaksanaan pembangunan pelabuhan khusus
batubara; serta penundanaan pemberian IUP OPK baru untuk Batubara hingga
mei 2016 untuk melakukan penataan dan pembinaan agar praktek penjualan
batubara oleh pemegang IUP OPK dari pihak yang tidak tercantum dalam SK
IUP OPK tidak terjadi lagi;
Rekomendasi
1.1 Rekomendasi Kebijakan (Umum)
1.1.1. Segera melakukan pengembangan sistem database perusahaan pemegang
izin/kontrak Minerba menggunakan sistem registrasi dengan identitas tunggal
(single ID) secara terpadu dan terintegrasi.
1.1.2 Melakukan institusionalisasi model koordinasi dan supervisi lintas lembaga
dan pemangku kepentingan.
1.1.3 Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas di sepanjang rantai
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

tata kelola sektor ekstraktif, mulai dari penentuan wilayah, penerbitan izin,
produksi-pengapalan dan penjualan, hingga realisasi penerimaan negara-bagi
hasil-dan pasca tambang.
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

1.1.4 Mengembangkan mekanisme pengaduan dan penanganan keluhan masyarakat


(grievance mechanism).
1.1.5 Melakukan koordinasi terpadu dalam monitoring perbaikan tata ruang
dan penggunaan lahan/hutan, yang diikuti dengan pengembangan dan
penyempurnaan sistem satu peta (one map) di sektor sumber daya alam.

1.2 Rekomendasi Khusus


18
1.2.1 Rekomendasi Berkaitan dengan Penataan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
•• Segera melakukan penertiban terhadap IUP Non-CNC, IUP di wilayah hutan
konservasi dan hutan lindung, serta IUP yang habis masa berlakunya dalam
batas waktu tertentu.
•• Melengkapi dan menyempurnakan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) dengan database yang lengkap dan terintegrasi dengan sistem yang
terpadu, sebagaimana database yang dimaksud pada rekomendasi point 4.1.1.
dan sistem satu peta (point 4.1.5).
•• Memberikan sanksi yang tegas pada perusahaan yang meninggalkan
lubang tambang tanpa direklamasi dan diberi pengaman (terlebih yang
telah menimbulkan korban), agar tidak menimbulkan preseden buruk bagi
penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran lingkungan dalam kegiatan
pertambangan.

1.2.2 Rekomendasi Berkaitan dengan Pelaksanaan Kewajiban Keuangan Pelaku


Usaha
•• Mengintegrasikan sistem monitoring penerimaan negara dengan sistem data
base single-ID perusahaan Minerba (sebagaimana rekomendasi point 4.1.1).
•• Mengintegrasikan sistem database pajak di DJP dengan database single-ID
perusahaan Minerba (sebagaimana rekomendasi point 4.1.1).
•• Menelusuri dan membangun database kepemilikan sesungguhnya (beneficial
ownership/BO) dari perusahaan sektor Minerba, serta mewajibkan pembukaan
data BO oleh perusahaan Minerba.

1.2.3 Rekomendasi Berkaitan dengan Pengawasan Produksi Pertambangan


•• Mengintegrasikan sistem monitoring produksi pertambangan dengan sistem
data base single-ID perusahaan Minerba (sebagaimana rekomendasi point 4.1.1).
•• Pemberian sanksi yang tegas bagi perusahaan yang tidak menyampaikan data
rencana dan realisasi produksi, salah satunya dengan menangguhkan atau
membekukan perusahaan tersebut dalam mendapatkan layanan perizinan
dan aspek lainnya.
•• Melakukan kajian dan penelusuran lebih dalam mengenai penyebab adanya
PETI, lalu melakukan penertiban, dan terakhir memberikan sanksi bagi PETI
yang tidak dapat ditertibkan. Namun juga perlu diikuti oleh program yang
komprehensif untuk mengalihkan mata pencaharian penambang tersebut
kepada sektor lainnya.

1.2.4 Rekomendasi Berkaitan dengan Pelaksanaan Kewajiban Pengolahan/


Pemurnian Hasil tambang
19
•• Mendorong upaya percepatan pelaksanaan strategi hilirisasi dengan
memperketat monitoring kewajiban pengolahan/pemurnian di dalam negeri
oleh pelaku usaha Minerba.
•• Mengembangkan peta jalan (road map) nasional dalam pengembangan industri
hilir pertambangan dalam periode menengah maupun panjang , disertai
langkah-langkah dan indikator keberhasilan yang terukur serta komitmen
berbagai pihak dalam melaksanakan kewajiban tersebut.
•• Mengintegrasikan sistem monitoring pelaksanaan kewajiban pengolahan/
pemurnian hasil tambang dengan dengan data base single-ID perusahaan
Minerba (sebagaimana rekomendasi point 4.1.1).

1.2.5 Rekomendasi Berkaitan dengan Pengawasan Penjualan dan Pengangkutan/


Pengapalan hasil Tambang
•• Mengintegrasikan sistem monitoring penjualan dan pengangkutan/
pengapalan hasil tambang dengan sistem data base single-ID perusahaan
Minerba (sebagaimana rekomendasi point 4.1.1).
•• Melakukan pengawasan dan memperketat standar penunjukan surveyor
dalam proses pengapalan dan penjualan hasil tambang.
•• Mempercepat pembangunan dan standarisasi pelabuhan (termasuk pelabuhan
khusus batubara), sehingga hanya pada pelabuhan terstandar tersebut
batubara diizinkan untuk dikapalkan/dijual untuk kebutuhan ekspor.
KPK mendorong pelibatan banyak
pihak dalam kegiatan serta
mengakselerasi berbagai bentuk
upaya yang dapat membantu
penyelamatan SDA Indonesia.
Latar Belakang
dan Konteks

1.1   Latar Belakang sumber daya alam (SDA) tak terbarukan

P
asal 33 Undang-Undang (unrenewable) yang diberikan oleh 21

Dasar Tahun 1945 (UUD 1945) Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
menyebutkan, bumi, air, dan Indonesia untuk dapat dikelola dengan
kekayaan alam yang terkandung di baik.  Pengelolaan sumber daya alam
dalamnya dikuasai oleh Negara dan tersebut harus mengacu pada UUD 1945,
dipergunakan untuk sebesar-besarnya khususnya pasal 33 yang mengamanatkan
bagi kemakmuran rakyat. Perekonomian pengelolaan demi sebesar-besarnya
nasional diselenggarakan berdasar atas kemakmuran rakyat. Keberadaan
demokrasi ekonomi dengan prinsip Undang-Undang (UU) Nomor (No.) 4
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, Tahun 2009 tentang Pertambangan
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, Mineral dan Batubara merupakan salah
kemandirian, serta dengan menjaga satu wujud pelaksanaan hak pengelolaan
keseimbangan, kemajuan dan kesatuan negara terhadap sumber daya tersebut.
ekonomi nasional. Dengan demikian, UU Pertambangan Minerba membawa
sudah selayaknya jika bangsa ini menjaga semangat pengelolaan pertambangan
anugerah sumber daya alam baik yang ada Minerba yang mandiri, andal, transparan,
di darat maupun yang ada di laut, untuk berdaya saing, efisien, dan berwawasan
keberlangsungan pembangunan. lingkungan, guna menjamin pembangunan
nasional secara berkelanjutan. UU tersebut
Pertambangan mineral dan batubara juga menekankan pentingnya pengelolaan
(Minerba) merupakan salah satu pertambangan mineral dan batubara  yang
dapat memberikan nilai tambah secara dengan ketentuan dalam UU, yang
nyata kepada pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui amandemen kontrak.
nasional dan pembangunan daerah secara
berkelanjutan. 1.2 Peran Koordinasi dan Supervisi KPK
KPK sebagaimana dimandatkan dalam
Minerba merupakan salah satu sektor UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
sumber daya strategis yang menopang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
perekonomian nasional. Sektor ini adalah lembaga negara yang dalam
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

diusahakan melalui skema Kontrak melaksanakan tugas dan wewenangnya


Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan bersifat independen dan bebas dari
Pertambangan Batubara (KK/PKP2B) serta pengaruh kekuasaan manapun (Pasal
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Izin Usaha Pertambangan (IUP). KK, PKP2B, 3). Secara umum, UU ini mengatur
dan IUP ini menggunakan total luasan lima tugas utama KPK, yakni: (1) Tugas
hutan hampir sebesar 38,9 juta hektar di Koordinasi (Pasal 7); (2) Supervisi (Pasal 8);
seluruh Indonesia. Bahkan ditengarai, (3) Penyelidikan, Penyidikan & Penuntutan
masih ada yang berada di wilayah hutan (Pasal 11); (4) Pencegahan (Pasal 13); dan
konservasi dan hutan lindung. Sektor (5) Monitoring (Pasal 14). Dimana Pasal 6
ini juga ditarget memberikan kontribusi UU tersebut juga menyebutkan bahwa
22
terhadap penerimaan negara bukan pajak KPK mempunyai tugas antara lain
(PNBP) berupa royalti dan iuran tetap melakukan ‘koordinasi’ dengan instansi
sebesar Rp. 32,4 triliun di tahun 2017 (Rp. yang berwenang untuk melakukan
41,59 triliun di tahun 2016), atau sekitar pemberantasan tindak pidana korupsi
13,5% dari keseluruhan target PNBP yang (huruf a), dan melakukan ‘supervisi’
mencapai Rp. 240,4 triliun (APBN 2017) terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana
UU Minerba No.4/2019 juga korupsi. Lalu, pasal 8 ayat (1) UU No. 30
mengamanatkan adanya peningkatan Tahun 2002 tersebut menegaskan bahwa:
nilai tambah, diantaranya dengan “Dalam melaksanakan tugas supervisi
melakukan pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
di dalam negeri, yang konsekuensinya huruf b, KPK berwenang melakukan
pada pembatasan (bahkan pelarangan) pengawasan, penelitian, atau penelaahan
ekspor bahan mentah yang belum terhadap instansi yang menjalankan tugas
diolah dan dimurnikan pada batas dan wewenangnya yang berkaitan dengan
waktu tertentu. Selain itu, UU tersebut pemberantasan tindak pidana korupsi,
juga mengamanatkan untuk dilakukan dan instansi yang dalam melaksanakan
penyesuaian KK/PKP2B – agar sejalan pelayanan publik”.
Gambar 1
Peran dan Fungsi KPK

TUGAS KPK (UU No. 30 Tahun 2002): KOORDINASI DAN SUPERVISI

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga 1. Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002,
negara yang dalam melaksanakan tugas dan Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai
wewenangnya bersifat independen dan bebas dari tugas antara lain:
pengaruh kekuasaan manapun (Pasal 3) - Huruf a: “Koordinasi” dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
Koordinasi
- Huruf b: “Supervisi” terhadap instansi yang
(Pasal 7)
berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
2. Pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 30 Tahun
Monitoring Supervisi 2002: ‘Dalam melaksanakan tugas supervisi
(Pasal 14) (Pasal 8) sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf b,
TUGAS KPK KPK berwenang melakukan pengawasan,
penelitian, atau penelaahan terhadap instansi
yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana
Penyelidikan,
Pencegahan Penyidikan, korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan
(Pasal 13) Penuntutan
(Pasal 11) pelayanan publik.’

Sumber: UU No. 30 Tahun 2002, Diolah (2016)

KPK dalam melaksanakan kerja-kerja supervisi (Korsup) pemberantasan korupsi


23
Korsup, secara umum menggunakan sesuai dengan amanat UU No. 30 Tahun
pendekatan pencegahan yang lebih ofensif 2002 tentang Komisi Pemberantasan
dengan mengedepankan perbaikan sistem Korupsi (KPK). Karenanya, KPK
dan pembangunan budaya anti korupsi. mendorong pelibatan banyak pihak dalam
Kegiatan ini juga merupakan gabungan kegiatan serta mengakselerasi berbagai
dari berbagai pola perbaikan sistem yang bentuk upaya yang dapat membantu
telah dilakukan KPK selama ini, yakni penyelamatan SDA Indonesia.
kegiatan pemantauan terhadap tindak
lanjut atas hasil kajian serta kegiatan Terpanggil untuk berperan serta dalam
koordinasi dan supervisi atas pengelolaan melakukan penyelamatan SDA Indonesia
berbagai sektor SDA. inilah, sejak tahun 2011 KPK telah memulai
sebuah kajian tentang sistem pengusahaan
1.3  KPK dan Penyelamatan Sumber Daya batubara. Dari berbagai temuan dalam
Alam kajian ini, lahir beberapa rekomendasi
Penyelamatan sumber daya alam tindak lanjut, diantaranya:
merupakan tugas bersama semua elemen 1. Perlunya dilakukan perbaikan
bangsa. Dalam hal ini, KPK menjalankan regulasi, misalnya berupa Peraturan
fungsi trigger mechanism dengan Menteri (Permen);
menggunakan peran koordinasi dan
2. Perlunya dilakukan penguatan yang berlaku pada PKP2B lebih tinggi
kelembagaan; dibandingkan dengan yang berlaku
3.
Perlu adanya perbaikan pada IUP Batubara;
ketatalaksanaan perizinan; 4. Tidak semua KK/PKP2B bersedia
4. Perlunya dibangun database minerba, untuk melakukan renegosiasi
salah satunya Minerba One Map kontrak termasuk aspek penyesuaian
Indonesia-MOMI pembayaran royalti/iuran tetap;
5. Pengawasan kepatuhan pelaksanaan 5. Tidak akuratnya perhitungan volume
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

kewajiban pemda dan pelaku usaha; dan kualitas mineral dan batubara yang
6. Mendorong penetapan batas wilayah akan dijual oleh pelaku usaha, sebagai
pertambangan; dasar untuk perhitungan kewajiban
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

7. Membenahi izin usaha pertambangan royalti;


melalui proses Clean and Clear (CNC); 6. Tidak tertagihkannya semua piutang
8. Mendorong renegosiasi kontrak agar negara (royalti dan iuran tetap) oleh
sesuai dengan semangat UU No. pemerintah kepada pelaku usaha;
4/2009; dan 7. Tidak terbayarkannya kewajiban PNBP
9. Perlu adanya pelatihan inspektur secara secepatnya ke kas negara sesuai
tambang untuk menguatkan dengan amanah UU No. 20 Tahun 1997
24
pengawasan. tentang PNBP;
8. Tidak dilengkapinya bukti setor
Pada tahun 2013, KPK melanjutkan kajian royalti dan iuran tetap (Surat Setoran
mengenai ‘Sistem Pengelolaaan PNBP Bukan Pajak) dengan informasi yang
Minerba’ yang menghasilkan 19 temuan jelas tentang tujuan pembayaran dan
utama, yakni: identitas penyetor;
1. Tarif dan jenis tarif yang ditetapkan 9. Tidak ditembuskannya bukti setor
tidak sesuai dengan perkembangan PNBP kepada pihak-pihak terkait;
di lapangan, termasuk dalam pasar 10. Penyetoran PNBP melewati batas
produk mineral dan batubara dunia; waktu pembayaran satu bulan setelah
2. Penetapan RPP jenis dan tarif atas pengapalan
jenis PNBP menjadi PP memakan 11. Terdapat setoran yang bukan jenis
waktu yang lama untuk ditetapkan; PNBP Mineral dan Batubara yang
3. Tarif dan jenis tarif PNBP yang berlaku masuk ke dalam akun penerimaan
terhadap mineral dan batubara PNBP Mineral dan Batubara;
yang berlaku pada KK lebih rendah 12. Rekonsiliasi PNBP antar kementerian/
dibandingkan tarif yang berlaku pada lembaga dan antar pemerintah daerah
IUP Mineral. Tarif PNBP untuk royalti yang masih bersifat manual;
13.
Ketimpangan informasi antara
pemerintah pusat dan pemerintah Selain itu, KPK juga melakukan tindak
daerah; lanjut terhadap Nota Kesepakatan Bersama
14. Ketidaksinkronan substansi aturan (NKB) mengenai Percepatan Pengukuhan
UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP Kawasan Hutan (2013) yang secara garis
dengan sejumlah aturan perundang- besar tujuan NKB tersebut adalah untuk:
undangan yang lain; (1) Meningkatkan kerjasama dan koordinasi
15. Keterbatasan struktur dan tupoksi dalam percepatan pengukuhan kawasan
organisasi; hutan, dan (2) Meningkatkan kerjasama dan
16. Keterbatasan sumber daya manusia; koordinasi dalam mendorong percepatan
17.
Kerugian keuangan negara pembangunan nasional dan pencegahan
berdasarkan hasil audit BPK; korupsi (Pasal 1). Tiga agenda utamanya:
18. Kerugian keuangan negara dari (1) Harmonisasi kebijakan dan peraturan
PNBP minerba berdasarkan hasil perundang-undangan, (2) Penyelarasan
perhitungan tim Optimalisasi teknis dan prosedur, serta (3) Resolusi
Penerimaan Negara (OPN); konflik berprinsip keadilan dan Hak Asasi
19. Potensi hilangnya pendapatan negara Manusia (HAM).
dari PNBP minerba berdasarkan
25
perhitungan dengan menggunakan
data laporan surveyor. Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber
Daya Alam (GN-PSDA)
Tindak lanjut dari kajian ini adalah: (1) Kajian soal NKB-Percepatan Pengukuhan
Perbaikan regulasi: Surat Edaran (SE) revisi Kawasan Hutan ini kemudian semakin
Peraturan Pemerintah (PP) secara regular berkembang sehingga mendorong lahirnya
dan pengaduan tentang tata cara revisi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber
PP tarif dan jenis PNBP; (2) Inventarisasi Daya Alam (GN-PSDA) yang dideklarasikan
pelabuhan, terutama pelabuhan khusus melalui penandatanganan piagam deklarasi
(pelsus), terminal khusus (tersus) dan “Penyelamatan Sumber Daya Alam” oleh
terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) Ketua KPK, Panglima TNI, Kapolri, dan
minerba; (3) Witness survey minerba; (4) Jaksa Agung pada 9 Juni 2014 di Ternate,
Audit pada IUP/KK/PKP2B berukuran Maluku Utara.
besar dengan hasil temuan sekitar 1 triliun.
Gambar 2
Penandatanganan Piagam Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumber Daya Alam
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

26 Sumber: Kejaksaan RI (2014)

Deklarasi penyelamatan SDA tersebut Kementerian Energi dan Sumber Daya


berisi pernyataan tekad secara tegas untuk: Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan
1. Mendukung tata kelola SDA Indonesia Hidup dan Kehutanan (KLHK),
yang bebas dari korupsi, kolusi dan Kementerian Keuangan, serta pemerintah
nepotisme; daerah dan segenap instansi penegak
2. Mendukung penyelamatan kekayaan hukum lainnya. Di dalam GN-PSDA ini juga
SDA Indonesia; mengakomodasi keterlibatan masyarakat
3. Melaksanakan penegakan hukum di sipil secara penuh dan intensif, seperti
sektor SDA sesuai dengan kewenangan akademisi dan organisasi non-pemerintah
masing masing. (Non-Governmental Organization – NGO).
Sejak Tahun 2014 inilah Korsup Minerba
GN-PSDA yang meliputi sektor kelautan/ secara resmi mulai dilaksanakan oleh
perikanan, pertambangan, serta KPK bersama-sama dengan kementerian/
kehutanan dan perkebunan tersebut lembaga terkait dengan melibatkan pemda,
terdiri atas kelompok kerja yang antara akademisi dan organisasi masyarakat sipil/
lain meliputi tim Litbang KPK bersama organisasi non-pemerintah, baik di tingkat
kementerian/lembaga terkait seperti nasional maupun di daerah.
Gambar 3
Nota Kesepahaman antara KPK, Kementerian/Lembaga,
dan Penegak Hukum Terkait

Sumber: Korsup Minerba KPK (2015)

1.4. Koordinasi dan Supervisi Minerba masing instansi terkait–baik kementerian/ 27

Korsup Minerba yang merupakan lembaga maupun pemerintah daerah.


bagian dari GN-PSDA berjalan sejak
awal tahun 2014, yang dimulai dengan Lalu, setelah diadakan pertemuan
kick-off meeting antara KPK dan jajaran puncak pada akhir 2014, cakupan wilayah
kementerian dan penegak hukum terkait Korsup ini ditambah lagi dengan 19
yang dihadiri oleh kepala-kepala daerah provinsi lainnya (Banten, Jawa Barat,
di bulan Februari 2014. Pada mulanya, di Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah
tahun 2014 ini Korsup Minerba mencakup Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara
12 provinsi (Kepulauan Riau, Jambi, Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku,
Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu,
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Lampung, Sulawesi Barat, Gorontalo,
Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat).
Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Sehingga total pelaksanaan Korsup
Utara). Dimana dalam pelaksanaannya Minerba mencapai 31+1 provinsi penghasil
dilakukan beberapa kali koordinasi untuk pertambangan mineral dan batubara di
melakukan monitoring dan evaluasi seluruh Indonesia (ditambah Kalimantan
(monev) mengenai perkembangan Utara yang merupakan pemekaran dari
rencana aksi yang disusun oleh masing- Provinsi Kalimantan Timur). Hingga kini,
Korsup Minerba masih terus berlangsung, sektor sumber daya energi seperti Migas,
dan sejak Februari 2016 dinamakan Korsup Kelistrikan, serta Energi Baru Terbarukan
Energi – dengan perluasan cakupan, tidak dan Konservasi Energi (EBTKE).
hanya di sektor Minerba, melainkan juga

Gambar 4
Perjalanan Proses Korsup Minerba 2014-2017
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

2014 2016
Tindak Lanjut
Pelaksanaan
(Penertiban, Perbaikan
Penandatanganan Rencana Aksi Korsup Minerba
Sistem, Pemberian
disatukan dalam
MOU Rapat-Rapat Sanksi)
Korsup Energi
Kick Off Meeting Korsup Monitoring dan
Tindak Lanjut Korsup
Penyusunan Monitoring, Evaluasi Tindak Lanjut
(Penertiban, Perbaikan
Evaluasi & Korsup
Rencana Aksi Sistem)
Rekomendasi Rekomendasi
Rapat-Rapat Monitoring, Evaluasi
dan Rekomendasi Perbaikan sistem
Korsup

2015 2017
28

Sumber: Bahan Presentasi Korsup Minerba KPK RI, Diolah (2016)


Namun hingga studi KPK
berlangsung, belum ada upaya
sistematis dari pemerintah
untuk meningkatkan kewajiban
pemenuhan kebutuhan dalam
negeri...
Koordinasi dan Supervisi
Sektor Mineral dan Batubara

2.1 Permasalahan Utama dilakukan dengan menggunakan sistem

H
asil kajian KPK tentang teknologi dan informasi. Selain itu, dengan
pengelolaan pertambangan adanya pengembangan sistem teknologi 31

minerba yang dimulai sejak tahun dan informasi, harapannya diperoleh


2011 hingga tahun 2013 menyimpulkan data minerba yang lebih akurat, real-time
adanya sejumlah permasalahan dalam dan menjadi acuan tunggal bagi semua
proses implementasi UU Pertambangan stakeholder pengambil kebijakan, baik di
Minerba No.4/2009. Setidaknya terdapat tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
sepuluh permasalahan utama yang Namun, menurut kajian KPK saat itu (2011
menghambat pelaksanaan tugas – 2013), data yang ada belum dikelola secara
pemerintah dalam pengelolaan sumber terintegrasi dan belum bisa dimanfaatkan
daya mineral dan batubara, yang tertuang untuk mengawasi kegiatan pertambangan
dalam Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) secara real time.
Pelaksanaan Korsup Minerba. Sepuluh
permasalahan utama tersebut, yaitu: 2. Penerbitan aturan pelaksana UU No.
4/2009
1. Pengembangan sistem data dan Sesuai amanat pasal 174 UU No. 4/2009
informasi minerba tentang Pertambangan Minerba, semua
Untuk mendorong tata kelola aturan pelaksana UU tersebut harus
pertambangan minerba yang lebih diselesaikan paling lambat 12 Januari 2010.
baik, menghindari terjadinya kesalahan Namun, pada implementasinya Peraturan
manusia (human error), serta mempercepat Pemerintah Pelaksana UU tersebut
pengambilan kebijakan dan keputusan ditetapkan setelah batas waktu 12 Januari
yang tepat, sistem pendataan sejatinya 2010.
3. Renegosiasi kontrak karya Batubara. Saat studi KPK dilaksanakan,
pertambangan mineral dan batubara pemerintah belum memiliki penegasan
Pasal 169 UU Minerba mewajibkan adanya dan sanksi yang jelas terkait pelaksanaan
penyesuaian ketentuan yang tercantum kewajiban pemurnian oleh KK dan
dalam kontrak dengan UU Minerba, paling pengolahan-pemurnian oleh IUP dan
lambat satu tahun sejak 12 Januari 2009. IUPK.
Jumlah kontrak yang harus direnegosiasi
terdiri atas 34 KK dan 78 PKP2B. Dalam 5. Penataan Kuasa Pertambangan (KK/
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

kerangka acuan pemerintah terkait PKP2B)/Izin Usaha Pertambangan


renegosiasi kontrak, setidaknya terdapat (IUP)
enam isu krusial yang akan dinegosiasikan UU Minerba mewajibkan adanya
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

ulang (renegosiasi) dengan pemegang penyesuaian Kuasa Pertambangan


kontrak. Hal tersebut mencakup: (1) luas menjadi Izin Usaha Pertambangan. UU
wilayah kontrak, (2) penerimaan negara, (3) Minerba juga memberikan kewenangan
divestasi, (4) penggunaan komponen dalam secara bertingkat dalam pemberian izin
negeri, (5) tenaga kerja, dan (6) kewajiban kepada pemerintah pusat, pemerintah
pengolahan dan pemurnian di dalam provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
negeri. Hingga saat studi KPK tersebut Namun hingga studi KPK dilaksanakan
32
dilaksanakan (tahun 2011), belum ada saat itu, jumlah IUP yang belum berstatus
satupun kontrak baru (hasil renegosiasi) clean and clear sebesar 4.912 (44, 99%) dari
yang ditandatangani bersama antara sebanyak 10.916 IUP (status per Desember
pemerintah dengan pemegang kontrak. 2013).

4. Peningkatan nilai tambah melalui 6. Kewajiban pemenuhan kebutuhan


pengolahan dan pemurnian hasil pasar dalam negeri (Domestic
tambang mineral Market Obligation)
Pasal 170 UU Minerba mewajibkan adanya UU Minerba mewajibkan adanya
kegiatan pengolahan hasil pertambangan pemenuhan kebutuhan dalam negeri dari
oleh pemegang kontrak karya yang sudah hasil produksi yang dihasilkan, sebelum
berproduksi, paling lambat 12 Januari 2014. hasil tambang mineral dan batubara
Sedangkan kewajiban pengolahan dan di ekspor. Namun hingga studi KPK
pemurnian oleh pemegang IUP dan IUPK berlangsung, belum ada upaya sistematis
operasi produksi, paling lambat dilakukan dari pemerintah untuk meningkatkan
12 Januari 2017 sesuai dengan pasal 112, PP kewajiban pemenuhan kebutuhan
No. 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan dalam negeri, misalnya melalui sinergi
Usaha Pertambangan Mineral dan dengan sektor hilir yang menyerap bahan
tambang sebagai bahan bakunya. Hal menimbulkan dampak kerusakan
ini menyebabkan sebagian besar barang lingkungan.
tambang mineral dan batubara masih
diekspor ke luar negeri. 9. Pelaksanaan pengawasan kegiatan/
operasi pertambangan
7. Pelaksanaan kewajiban pelaporan UU minerba mewajibkan dilaksanakannya
secara regular pengawasan secara intensif kepada pelaku
UU Minerba No. 4/2009 mewajibkan usaha sejak dari perencanaan (eksplorasi),
pemegang IUP/IUPK melaporkan secara produksi, pengapalan/penjualan, hingga
reguler kegiatan pertambangannya kepada reklamasi dan pascatambang. Namun
pemberi izin, demikian juga pelaporan oleh jumlah pengawas (termasuk infrastruktur)
pemda kepada pemerintah pusat. Namun di lapangan sangat terbatas, sehingga
faktanya, pemegang IUP banyak yang tidak pengawasan tidak berjalan optimal.
melaporkan kegiatan pertambangannya
kepada pemberi izin. Hal yang sama juga 10. Pengoptimalan penerimaan negara
terjadi pada pemerintah daerah, yang tidak Pelaku usaha diwajibkan untuk menyetor
melaporkan kegiatan pertambangannya kewajiban penerimaan negara baik berupa
ke pemerintah pusat. pajak maupun non pajak (royalti dan iuran
33
tetap) kepada pemerintah. Kewajiban
8. Pelaksanaan kewajiban reklamasi dan tersebut tertuang dalam kontrak dan PP
pasca-tambang No. 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif
UU minerba mewajibkan pelaksanaan atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
kegiatan reklamasi dan pascatambang. (PNBP) yang berada di Kementerian ESDM.
Untuk menjamin pelaksanaan Hasil temuan tim OPN (Optimalisasi
kewajiban tersebut, pemegang IUP/ Penerimaan Negara) menunjukkan adanya
KK/PKP2B wajib menyerahkan/ kurang bayar PNBP oleh pelaku usaha dari
menempatkan dana jaminan reklamasi tahun 2003 sampai dengan 2011 sebesar
dan pascatambang sebesar yang sudah Rp 6,7 triliun. Demikian juga dengan hasil
ditetapkan oleh pemberi izin. Faktanya, perhitungan berdasarkan evaluasi laporan
sulit untuk menelusuri pelaksanaan surveyor, diperkirakan selisih pembayaran
penempatan dana jaminan reklamasi dan royalti oleh pelaku usaha sebesar US$ 24,66
pascatambang. Karena tidak semua pemda juta tahun 2011 untuk lima mineral utama
melaporkan keberadaan jaminan tersebut dan sebesar US$ 1,22 miliar untuk batubara
kepada pemerintah pusat. Di lapangan, dalam kurun waktu tahun 2010 sampai
pelaksanaan reklamasi dan pascatambang dengan 2012.
jauh dari yang seharusnya, sehingga
Gambar 5
Masalah Utama dalam Pelaksanaan UU Minerba

Sistem Data &


Informasi
Optimalisasi
Penerimaan Peraturan
Negara Pelaksana UU
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Pengawasan Renegosiasi
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Operasi Masalah Kontrak

Utama dalam
Pelaksanaan
Reklamasi &
UU Minerba Peningkatan
Nilai Tambah &
Pasca-Tambang Pengolahan
-Pemurnian

34 Kewajiban Penataan
Pelaporan KK/PKP2B/IUP
Pemenuhan
Pasar Dalam
Negeri (DMO)

Sumber: Kajian KPK Tahun 2011-2013, Diolah (2017)

Permasalahan-permasalahan pelaporannya kepada pemerintah


tersebut semakin mengemuka pusat. Setiap pemberi izin (pusat untuk
manakala pelaksanaan UU No. 4/2009 KK/PKP2B dan daerah untuk IUP)
diimplementasikan di daerah. Sejumlah masing-masing bermain dalam lingkup
hal mengindikasikan minimnya pengawasannya saja tanpa adanya
koordinasi dalam pengelolaan kegiatan koordinasi yang baik dalam setiap
pertambangan antara pemerintah pusat kegiatan pengawasan, serta aliran data
dengan pemerintah daerah. Pemerintah dan informasi antara pemerintah pusat
daerah tidak menyampaikan kewajiban dan pemerintah daerah tidak terjadi secara
sistematis dan transparan. Dampak dari Perbaikan sistem ini menjadi bagian dari
tidak terlaksananya peran pemerintah upaya perbaikan tata kelola sektor sumber
dalam mengimplementasikan peraturan daya alam, untuk mewujudkan amanat
perundang-undangan terkait dengan UUD 1945 demi sebesar-besarnya untuk
pertambangan mineral dan batubara, kemakmuran rakyat.
sangat berpotensi menjadi peluang
terjadinya tindak pidana korupsi yang Tujuan
pada akhirnya merugikan negara dan 1. Pengembangan sistem informasi
perekonomian nasional. dan data mineral dan batubara yang
memungkinkan adanya pelaporan
Oleh karenanya, perlu dilakukan perbaikan yang akurat dan tepat waktu
sistem dan regulasi di tingkat pusat dan 2. Pengembangan sistem pelaporan
daerah sebagai upaya untuk mendorong yang memungkinkan pengawasan
tata kelola pertambangan mineral dan atas laporan produksi sehingga dapat
batubara yang lebih baik, demi mencegah mencegah atau mendeteksi secara dini
terjadinya korupsi. Karenanya kegiatan terjadinya tindak pidana korupsi
koordinasi dan supervisi atas pengelolaan 3. Penyusunan aturan yang memadai
pertambangan mineral dan batubara sehingga memungkinkan pelaksanaan
35
dengan melibatkan lintas instansi tata kelola pertambangan minerba
pemerintah pusat dan daerah, dipandang yang baik.
perlu untuk segera dilakukan. Korsup
Minerba, yang menjadi salah satu bagian Sasaran
dari GN-PSDA merupakan salah satu 1. Penataan Izin Usaha Pertambangan
upaya yang ditempuh dalam mengurai (IUP)
dan menyelesaiakan masalah-masalah 2. Pelaksanaan kewajiban keuangan
tersebut. pelaku usaha
3. Pelaksanaan pengawasan produksi
2.2 Tujuan dan Sasaran pertambangan
Kegiatan penyelamatan sumber daya 4. Pelaksanaan kewajiban pengolahan/
alam Indonesia pada prinsipnya bertujuan pemurnian hasil tambang
untuk mendorong perbaikan sistem 5. Pelaksanaan pengawasan penjualan
guna mencegah terjadinya tindak pidana & pengangkutan/pengapalan hasil
korupsi dan kerugian keuangan negara. tambang.
Gambar 6
Sasaran Utama Korsup Minerba

SASARAN
5 UTAMA
Korsup Minerba
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

#1 #2
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Penataan IUP Kewajiban


Keuangan

Perusahaan Tambang Hrus C7C, Perusahaan Tambang Tidak Memiliki Tung-


Memiliki NPWP & IPPKH Taat Aturan Tata gakan Iuran Tetap, Royalti, Pajak, Jamrek &
Ruang & Lingkungan Pasca-Tambang dan Jaminan Kesungguhan

#3 #4
36 Kewajiban
Pengawasan Pengolahan/
Produksi Pemurnian

Laporan Produksi dan Pengawasan Perusahaan Tambang Wajib Melakukan


Produksi Disampaikan Secara Regular Pengolahan & Pemurnian

#5
Kewajiban Penjualan &
Pengangkutan/
Pengapalan

Laporan Kegiatan dan Pengawasan Penjualan Hasil


Tambang disampaikan secara regular

Sumber: Korsup Minerba KPK, Diolah (2016)

2.3. Rencana Aksi dan Target Rencana Aksi:


Rencana aksi dan target dari kelima 1. Fasilitasi pelaksanaan koordinasi
sasaran Korsup Minerba meliputi: penyelesaian status IUP non-Clean
1. Penataan Izin Usaha Pertambangan and Clear
(IUP) Minerba 2. Supervisi pembekuan/
penghentian/pencabutan IUP
yang tidak memenuhi syarat
3. Deteksi faktor dan aktor tetap, iuran produksi, pajak, jaminan
penghambat proses penataan izin reklamasi dan pascatambang, jaminan
4.
Sosialisasi dan kampanye kesungguhan, serta kewajiban
perbaikan sistem/kebijakan keuangan lainnya.
sebagai upaya pencegahan
korupsi. 3. Pelaksanaan pengawasan produksi
pertambangan minerba
Target: Tidak ada lagi IUP yang tidak
memenuhi persyaratan sertifikasi Rencana Aksi:
clean and clear (CnC), tidak ada IUP 1. Koordinasi dan supervisi
yang tidak memiliki Nomor Pokok pelaksanaan pengawasan
Wajib Pajak (NPWP) dan Izin Pinjam produksi
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), serta 2. Deteksi faktor dan aktor tidak
tidak ada lagi IUP yang melanggar dilaksanakannya kegiatan
aturan pertanahan, tata ruang dan produksi sesuai dengan ketentuan
lingkungan. 3.
Sosialisasi dan kampanye
kegiatan antikorupsi dalam upaya
2. Pelaksanaan kewajiban keuangan pengawasan produksi
37
pelaku usaha pertambangan minerba
Target: Seluruh pelaku usaha
Rencana Aksi: menyampaikan laporan produksi
1. Koordinasi dan supervisi secara reguler, semua pemda
pelaksanaan kewajiban melaporkan secara reguler laporan
pembayaran pajak, iuran tetap, pengawasan produksi di wilayahnya,
dan royalti terutang sesuai hasil semua pemda menindaklanjuti
audit BPK dan Tim Optimalisasi pemberian sanksi atas pelaku usaha
Penerimaan Negara yang tidak melaksanakan praktek
2.
Koordinasi dan supervisi pertambangan yang baik (good mining
pengelolaan dana jaminan practices) dan melanggar aturan
reklamasi dan pascatambang yang ada, serta tidak ada lagi praktek
3. Deteksi faktor dan aktor tidak pertambangan tanpa izin (PETI).
dilaksanakannya kewajiban
keuangan pelaku usaha 4. Pelaksanaan kewajiban pengolahan/
4.
Sosialisasi dan kampanye pemurnian hasil tambang mineral
antikorupsi sebagai upaya
penyelamatan keuangan negara. Rencana Aksi:
1. Koordinasi dan supervisi
Target: Seluruh pelaku usaha pelaksanaan kewajiban
sektor minerba melunasi kewajiban pengolahan/pemurnian
keuangannya yang meliputi iuran
2. Deteksi faktor dan aktor penyebab penjualan dan pengangkutan/
tidak dilaksanakannya kewajiban pengapalan hasil tambang serta
pengolahan/pemurnian pemberian sanksi bagi pelaku
3. Sosialisasi dan kampanye kegiatan usaha dan pihak terkait lainnya
antikorupsi dalam pelaksanaan yang melakukan penjualan dan
kewajiban pengolahan/pemurnian pengangkutan/pengapalan hasil
tambang secara ilegal.
Target: Tidak adanya pelaku
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

usaha yang tidak melaksanakan 2.4 Tahapan Pelaksanaan


kewajiban pengolahan/pemurnian Pelaksanaan kegiatan Korsup Minerba
dan penegakan sanksi bagi yang dilakukan melalui beberapa tahapan,
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

melanggar. sebagai berikut:


1. Rapat koordinasi lintas instansi pusat
5. Pelaksanaan pengawasan penjualan dan daerah
dan pengangkutan/pengapalan § Rapat koordinasi (rakor) ini
melibatkan 12 instansi pusat
Rencana Aksi: (Kementerian ESDM, Kementerian
1. Koordinasi dan supervisi Keuangan, Kementerian Dalam
38
pelaksanaan pengawasan Negeri, Kementerian Perdagangan,
penjualan dan pengangkutan/ Kementerian Perindustrian,
pengapalan Kementerian Perhubungan,
2. Deteksi faktor dan aktor Kementerian Lingkungan
penyebab tidak dilaksanakannya Hidup, Kementerian Kehutanan,
pengawasan penjualan dan Kementerian Pemberdayaan
pengangkutan/pengapalan Aparatur Negara dan Reformasi
3. Sosialisasi dan kampanye kegiatan Birokrasi-Kemen PANRB, Badan
antikorupsi dalam pengawasan Pertanahan Nasional-BPN, Badan
penjualan dan pengangkutan/ Pemeriksa Keuangan Pemerintah-
pengapalan BPKP, Bapak Pemeriksa Keuangan-
BPK) dan 31 Pemerintah Provinsi
Target: Seluruh pelaku usaha dan Kabupaten/Kota. Pertemuan
menyampaikan laporan kegiatan tersebut mensosialisasikan
penjualannya, pemda menyampaikan rencana aksi Korsup Minerba 2014
hasil pengawasan atas pelaksanaan di 12 provinsi.
§ Rakor bertujuan sebagai kick off 3. Pelaporan dan Format Laporan
lintas instansi dan menyepakati § Tujuan pelaporan adalah untuk
rencana aksi, membahas metode memudahkan pemantauan dan
pelaksanaan dan tahapannya, evaluasi terhadap pelaksanaan
termasuk kerangka waktu, serta rencana aksi kegiatan serta
kerangka metode monitoring dan pelaksanaan kewajiban Izin Usaha
evaluasinya. Pertambangan dalam 5 aspek yang
menjadi fokus kegiatan Korsup
§ Rakor biasanya dilakukan lintas Minerba.
region, dan kadangkala dilakukan
berdasarkan region (Sumatera, § Jenis pelaporan terdiri atas 2,
Kalimantan, Sulawesi dan yakni (1) pelaporan pelaksanaan
Indonesia Bagian Timur). rencana aksi oleh daerah (Format-1,
Lampiran), dan (2) Laporan
2. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kewajiban IUP yang
Pelaksanaan Rencana Aksi dilaporkan oleh pemberi izin.
§ Kegiatan monitoring dilakukan § Waktu penyampaian laporan
sepanjang masa berlangsungnya biasanya dalam jangka waktu 3
39
korsup, yakni pengawasan bulanan (Quarterly) sesuai dengan
atas penyampaian laporan kesepakatan dalam Rakor atau
rutin perkembangan (progress) kick off meeting.
pelaksanaan rencana aksi, § Metode penyerahan laporan
observasi lapangan, dan dilakukan melalui penyerahan
pengawasan yang melibatkan secara langsung (hard copy dan
civil society organization/non- soft copy), melalui email, dan dapat
governmental organization (CSO/ juga melalui jasa pos.
NGO). § Selain form laporan, dokumen
§ Kegiatan evaluasi biasanya pendukung lainnya dalam
dijadikan satu dengan kegiatan penyampaian laporan terdiri dari
monitoring, sehingga disebut namun tidak terbatas pada:
Monev. Pelaksanaannya juga 1. Dokumen pendukung yang
kadangkala disatukan dengan diperlukan dari setiap kolom
Rakor, sehingga seringkali disebut isian dari Format Laporan,
sebagai Koordinasi-Monitoring- seperti bukti terima bank
Evaluasi (Kormonev). untuk alokasi dana jaminan
reklamasi&pasca-tambang, 3. Surat pengantar penyampaian
bukti pembayaran royalti, dan laporan dari Gubernur – untuk
sebagainya. laporan dari Provinsi ke KPK
2. Surat pengantar penyampaian dan ESDM
laporan dari Bupati/Walikota § Tahapan penyusunan laporan
– untuk Laporan dari diilustrasikan pada Gambar 7.
Kabupaten/Kota ke Provinsi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Gambar 7
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Tahapan Penyusunan Laporan Perkembangan Rencana Aksi

Laporan harus
Kabupaten/Kota Provinsi dilengkapi Data
melaporkan ke Provinsi merekap menyampaikan Lengkap PJ
Provinsi (Format laporan dari Laporan ke KPK Implementasi Renaksi
laporan beserta berbagai Kab/Kota dan ESDM (Hard (Kepala Dinas ESDM
Lampirannya) Copy + So Copy) Provinsi/Kabupaten/
Kota)

40 Sumber: Korsup KPK, Diolah (2017)

Format Laporan laporan ini disampaikan oleh


§ Format laporan terdiri atas kementerian/lembaga dan pemda
laporan pelaksanaan rencana aksi kepada tim Korsup Minerba KPK
dan format laporan kewajiban untuk dilakukan kompilasi dan
IUP sebagaimana digambarkan pemantauan serta evaluasi.
pada tabel 1 dan tabel 2. Format
Tabel 1. Format Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi

Rekomendasi &
Temuan Penanggung Jawab Instansi Terkait Renaksi Indikator Output Ket (KPK & ESDM)
Target

1 2 3 4 5 6 Status 7

Bukti Verifikasi
Tenggat Penjelasan
No Deskripsi No Deskripsi Instansi Unit Instansi Unit No Deskripsi No Deskripsi Pendukung dari (KPK & Open Closed
Waktu (oleh Pemda)
PEMDA ESDM)

I Pelaksanaan penataan izin usaha pertambangan

II Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha pertambangan minerba

III Pelaksanaan pengawasan produksi pertambangan minerba

IV Pelaksanaan pengawasan pengolahan/pemurnian hasil tambang minerba

V Pelaksanaan pengawasan penjualan/pengapalan hasil tambang minerba


41
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

42
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Tabel 2. Format Laporan Status Pelaksanaan Kewajiban IUP


4. Evaluasi dan tindak lanjut § Begitu seterusnya, siklus tersebut
pelaksanaan rencana aksi dilaksanakan, hingga terdapat
§ Secara umum, perkembangan perubahan tata kelola yang lebih
pelaksanaan rencana aksi baik.
disampaikan oleh kementerian/ § Rekomendasi tindak lanjut
lembaga dan pemda sesuai dengan dari temuan-termuan tersebut
format pelaporan dan tenggat dilaporkan oleh tim Korsup kepada
waktu yang telah disepakati pimpinan instansi yang memiliki
bersama. kewenangan penuh, misalnya ke
§ Perkembangan pelaporan tersebut level direktorat jenderal, menteri,
disampaikan, dan dipresentasikan bahkan ke Presiden RI.
di hadapan berbagai pemangku
kepentingan (termasuk unsur 2.5 Peran Pemangku Kepentingan
masyarakat) dalam pertemuan- a. Peran KPK
pertemuan Kormonev baik 1. Melakukan koordinasi dan
yang dilaksanakan per-provinsi supervisi terhadap pelaksanaan
maupun per-wilayah. rencana aksi dan rencana kegiatan
§ Setelah laporan dipresentasikan/ oleh para pihak terkait
43
disampaikan dalam Rakor. 2. Melakukan monitoring dan
Kormonev, dilakukan klarifikasi/ evaluasi atas implementasi
pertanyaan, kemudian instansi rencana aksi
terkait termasuk pemangku 3. Fasilitasi untuk pengembangan
kepentingan masyarakat diberi integritas dan sistem pencegahan
kesempatan untuk memberikan korupsi pada lembaga terkait
masukan dan rekomendasi. 4. Kampanye, sosialisasi, dan edukasi
§ Selanjutnya dari kormonev untuk hal-hal yang mendukung
tersebut, disepakati rekomendasi- kegiatan
rekomendasi untuk rencana 5. Deteksi dan profiling terhadap
aksi selanjutnya, baik berupa aktor dan faktor yang menghambat
penyepakatan rencana aksi proses pelaksanaan kegiatan
yang belum selesai, maupun 6. Kolaborasi dengan berbagai pihak
rencana aksi yang baru untuk untuk mendorong akselerasi
menindaklanjuti temuan-temuan. pelaksanaan kegiatan.
7. Pengembangan sistem pelaporan c. Peran Pemerintah Daerah
progress kegiatan berbasis Pemerintah daerah merupakan
teknologi informasi. pemangku kepentingan yang krusial
b. Peran Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan Korsup Minerba
1. Menyiapkan data dan informasi khususnya terkait penataan izin.
yang mendukung terlaksananya Hal tersebut karena sebagian besar
kegiatan izin berada di wilayah provinsi dan
2. Menyusun aturan perundang- kabupaten yang notabene dikeluarkan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

undangan kebijakan yang oleh bupati/walikota (sebelum


berhubungan dengan pelaksanaan berlakunya UU 23/2014 tentang
kegiatan Pemda) dan gubernur. Pembagian
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

3. Melakukan monitoring dan peran pemda dalam desain awal


evaluasi terhadap pelaksanaan pelaksanaan Korsup Minerba secara
rencana aksi khusus ditunjukkan pada gambar 7
4. Melakukan tindak lanjut terhadap
hasil evaluasi pelaksanaan
rencana aksi

44

Gambar 8
Peran Pemerintah Daerah dalam Korsup Minerba

Pemerintah
Provinsi

Pemerintah Menyiapkan Data & Informasi IUP yang


Kabupaten/Kota diterbitkan oleh Kabupaten/Kota
Melaksanakan rencana aksi di wilayahnya
Menyiapkan Data & (monitoring-evaluasi dan pelaporan)
Informasi IUP yang Mengkoordinasikan pengumpulan data dari
diterbitkan oleh Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota Memfasilitasi rapat koordinasi lintas-instansi
Melaksanakan rencana dan lintas-Kabupaten/Kota.
aksi di wilayahnya Mengkoordinir pelaksanaan rencana aksi
(monitoring-evaluasi (monitoring-evaluasi-dan pelaporan) di tingkat
dan pelaporan) Kabupaten/Kota.

Sumber: Korsup Minerba KPK RI, Diolah (PWYP, 2016)


d. Peran Lembaga Penegak Hukum e. Peran Akademisi dan Masyarakat
Lainnya Sipil
1. Menindaklanjuti laporan baik 1. Berperan secara partisipatif dalam
terkait kasus pidana maupun menjalankan fungsi monitoring
perdata oleh masyarakat
2. Melakukan monitoring terhadap 2. Melakukan kajian bersama-
pelaksanaan rencana aksi dan sama dengan tim Korsup dan
kewajiban para pihak terutama memberikan masukan kepada
untuk mendeteksi tindakan- Korsup KPK maupun kementerian/
tindakan yang melanggar hukum, lembaga terkait
misalnya penertiban PETI. 3.
Mengangkat isu strategis
korsup kepada publik dan
mengkampanyekan pentingnya
korsup bagi perbaikan tata kelola
sumber daya alam

45
Total terdapat 5.986 IUP yang telah
habis masa berlakunya (per 31
Desember 2016) dengan luas wilayah
mencapai 11,9 juta hektar.
3
3
Temuan, Tindak Lanjut,
dan Capaian

3.1 Penataan Izin Usaha Pertambangan region, dan melalui rapat-rapat koordinasi
(IUP) rekonsiliasi teknis di tingkat Kementerian.
47
Proses penataan IUP diawali dengan Rapat Data-data IUP yang dikumpulkan dan
Koordinasi (Rakor) lintas Pemerintah direkonsiliasi antara lain meliputi : jumlah
Pusat-Daerah yang menghasilkan IUP dan status Clean and Clear (CNC)
rekomendasi dan rencana aksi, kemudian maupun Non-CNC nya; jumlah IUP yang
dilakukan proses pengumpulan dan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
pengayaan data IUP di tingkat daerah, (NPWP) dan penyebabnya; jumlah IUP dan
proses pemantauan dan penyampaian luasannya yang berada di kawasan hutan
laporan, lalu dilanjutkan dengan rapat konservasi dan hutan lindung; Jumlah
rekonsiliasi dan integrasi data-data IUP IUP yang tidak memiliki Izin Pinjam Pakai
antara Pemerintah Pusat (Kementerian Kawasan Hutan (IPPKH); serta jumlah IUP
ESDM) dengan Pemerintah Daerah yang tidak memiliki/belum menyetorkan
(Provinsi dan Kabupaten). Rekonsiliasi dana jaminan reklamasi dan pasca-
dilakukan beriringan dengan pelaksanaan tambang. Diagram alur rekonsiliasi IUP
Kormonev di tiap daerah atau wilayah/ nasional ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9
Diagram Alur Rekonsilisasi
Gambar 9 IUP Nasional

Rapat Koordinasi
Pemerintah Pusat & Daerah Rekomendasi & Rencana Aksi

Pemantauan dan Penyampaian Pengumpulan & Pengayaan Data


Laporan IUP tingkat Daerah
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Rapat Rekonsiliasi & Integritas Data


LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Hasil Rekonsiliasi IUP


IUP (KESDM & Pemda
Prov/Kab/Kota)

Sumber: Bahan Paparan Korsup Minerba KPK, Diolah (PWYP, 2016)

Proses penataan IUP selama ini berjalan dilaksanakan dan dicapai bersama-sama
sangat dinamis, dimana dari setiap dalam kerangka waktu yang disepakati.
tahapan Rakor dan Kormonev, dilakukan
48 perbaruan/update data hasil rekonsiliasi, A Temuan-Temuan
sehingga datanya terus berkembang A.1 Terdapat IUP Non Clean and Clear
secara dinamis, baik angka agregat (Non-CNC).
maupun angka detail (dissagregated) Dari hasil koordinasi dan supervisi dalam
karena terdapat tambahan data-data penataan IUP, data awal dalam rapat
yang dikumpulkan, dan juga pengurangan Kormonev di Bali, 3 Desember 2014, terdapat
data-data IUP setelah dilakukan IUP berstatus Non-CNC sebanyak 4.877
penertiban. Bahkan, dari setiap rapat (yang terdiri atas IUP Mineral sebanyak
yang dilaksanakan, terdapat rekomendasi 3.416 dan IUP Batubara sebanyak 1.461).
rekomendasi aksi tindak lanjut yang akan Rincian hasil temuan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3
Rekapitulasi IUP CNC dan Non-CNC Se-Indonesia

IUP Mineral IUP Batubara


Status Operasi Operasi Jumlah
Eksplorasi Eksplorasi
Produksi (OP) Produksi (OP)
CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041

Non-CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877

Sub Total 2.966 4.030 2.536 1.386


10.918
TOTAL 6.996 3.922

Sumber: Diolah dari Paparan Ditjen Minerba pada Kormonev Korsup Minerba di Palu (2014)
Secara umum, IUP berstatus Non-CNC kewilayahan dan administrasi. Klasifikasi
(terutama IUP Mineral non-batuan) detail dari permasalahan IUP Non-CNC
dikarenakan memiliki permasalahan tersebut dipaparkan pada gambar 10.
yang dikategorikan menjadi tiga, Sementara data temuan awal mengenai
yakni (1) permasalahan kewilayahan, kategori dan jumlah kasus permasalahan
(2) permasalahan administrasi, dan (3) IUP di 12 provinsi pada Korsup Minerba
campuran dari kedua permasalahan putaran pertama dipaparkan pada tabel 3.

Gambar 10
Klasifikasi Permasalahan IUP Non-CNC
Gambar 10

Permasalahan IUP
Non-CnC
(non Bantuan)

Kewilayahan Administrasi Kewilayahan &


Administrasi

Kelompok - 1 Kelompok - 2 Kelompok - 3 Kelompok - 4 Kelompok - 5 49


Kelompok - 6
1. Pergeseran/Per- 1. Koordinat tidak 1. Tumpang tindih administrasi 1. Tidak ada KP eksplorasi,
luasan Koordinat tegak lurus beda komoditas umum langsung KP eksploitasi Kelompok 3 + 4
untuk bahan galian
2. Tumpang tindih 2. Masuk kawasan 2. IUP masuk seba- mineral dan batubara
sama komoditas hutan konservasi gaian/seluruhnya Kelompok - 7
< 50% pada batas adminis- 2. Permohonan pencadangan Kelompok 2 + 4
3. Masuk kawasan trasi kabutaten lain wilayah diajukan sebelum
hutan konservasi UU 4/2009 pada wilayah
> 50% KK/PKP2B/KP/IUP
yang masih aktif, wilayah Kelompok - 8
4. Tumpang tindih KK/PKP2B/KP baru Kelompok 1 + 5
sama komoditas diciutkan setelah UU
dan batas 4/2009. IUP nya diterbitkan
administrasi sebeum/setelah penciutan
WIUP.

3. KP terbit setelah adanya


UU4/2009 (12 Januari 2009)

Sumber: Paparan Ditjen Minerba, Kementerian ESDM dalam Korsup Minerba KPK,

Diolah (PWYP, 2016)


Tabel 4
Kategori dan Jumlah Kasus Permasalahan IUP Di 12 Provinsi

Kategori Permasalahan IUP


Provinsi IUP Tumpang Tumpang Tumpang Jumlah Kasus
Jumlah Adminis-
Non Tindih Sama Tindih Beda Tindih Permasalahan
IUP/KP trasi
CNC Komoditas Komoditas Kewenangan IUP
Sulawesi
443 199 1 1 21 176 199
Tengah

Kepulauan
160 46 4 0 8 36 48
Riau
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Kalimantan
1443 450 77 40 69 320 506
Timur

Kalimantan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

845 441 19 91 14 325 449


Selatan

Klaimantan
866 311 37 40 39 215 331
Tengah

Sumatera
358 82 12 2 10 58 82
Selatan

Jambi 398 198 21 7 5 166 199

Kalimantan
682 312 32 55 8 218 313
Barat
50
Bangka
1085 601 22 25 0 554 601
Belitung

Sulawesi
472 146 24 8 9 106 147
Tenggara

Sulawesi
414 242 14 10 1 218 243
Selatan

Maluku Utara 335 108 16 7 3 84 110

Total 7501 3136 279 286 187 2476 3228*)

Prosentase
Permasalahan 8,64% 8,86% 5,79% 76,70% 100,00%
IUP

Sumber: Kementerian ESDM dalam Rakor Korsup Minerba 2014, Diolah (PWYP, 2016)

A.2 IUP Yang Habis Masa Berlakunya 31 Desember 2016) dengan luas wilayah
Dalam pelaksanaan Korsup ini juga mencapai 11,9 juta hektar. Data rincian
dilakukan identifikasi IUP-IUP yang telah IUP yang telah habis masa berlakunya di
habis masa berlakunya. Total terdapat 5.986 seluruh Indonesia terdapat pada Tabel 5.
IUP yang telah habis masa berlakunya (per
Tabel 5
Daftar IUP yang Telah Habis Masa Berlaku per 31 Desember 2016

No Provinsi Jumlah IUP Luas Lahan (Ha)

1 Kalimantan Timur 776 2,513,695.59

2 Kalimantan Barat 183 1,678,570.98

3 Kalimantan Tengah 280 1,477,640.15

4 Kep. Riau 617 675,213.22

5 Sulawesi Tengah 179 649,287.73

6 Papua 36 625,976.00

7 Kalimantan Selatan 546 591,176.96

8 Kep. Bangka Belitung 617 500,197.16

9 NTT 77 391,887.02

10 Maluku Utara 110 329,627.81

11 Jambi 127 307,198.80

12 Sulawesi Selatan 312 245,720.18

13 Sulawesi Utara 107 242,870.46

14 Sumatera Barat 175 206,812.64 51


15 NTB 27 195,797.73

16 Papua Barat 8 183,576.41

17 Jawa Barat 521 182,347.26

18 Jawa Tengah 521 180,759.64

19 Sulawesi Tenggara 97 150,680.16

20 Sulawesi Barat 22 119,923.00

21 Bengkulu 78 94,874.35

22 Aceh 8 84,017.00

23 Banten 78 75,554.67

24 Jawa Timur 328 55,716.97

25 Sumatera Selatan 10 49,327.90

26 Kalimantan Utara 10 47,106.13

27 Gorontalo 8 33,000.75

28 Riau 11 25,600.73

29 Maluku 80 15,500.00

30 Lampung 25 7,779.08

31 Sumatera Utara 1 363

32 Bali 10 13.37

33 DIY 1 2.00

Sumber: Ditjen Minerba, ESDM, Diolah (PWYP, 2017)


A.3 Terdapat IUP/KK/PKP2B yang permukaan tanah, berubahnya fungsi
Berada di Kawasan Hutan Konservasi pokok kawasan hutan secara permanen,
dan Hutan Lindung dan terjadinya kerusakan akuifer air tanah
Penggunaan kawasan hutan untuk (lapisan bawah tanah yang mengandung
kegiatan pertambangan sesuai dengan air dan dapat mengalirkan air).
ketentuan Pasal 38 UU Nomor 41 Tahun
2009 tentang Kehutanan, dapat dilakukan Berdasarkan hasil overlay peta IUP serta
dengan ketentuan: (1) Jika dalam kawasan KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

hutan produksi, dapat dilakukan dengan Hutan (PKH) dan IPPKH secara nasional,
pola pertambangan terbuka (open pit); dan diperoleh laporan total luasan Izin/
atau dengan pola penambangan bawah Kontrak pertambangan di Kawasan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

tanah (underground); sedangkan (2) Jika Hutan dan Area Penggunaan Lain (APL)
dalam kawasan hutan lindung, hanya adalah sebesar 38.894.231 hektar. Dimana
dapat dilakukan penambangan dengan IUP menempati kawasan seluas 34.727.334
pola underground, dengan ketentuan hektar; Kontrak Karya seluas 2.210.698
dilarang mengakibatkan turunnya hektar; dan PKP2B seluas 1.956.194 hektar.

Tabel 6
52
Hasil Overlay IUP, KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan Hutan
dan IPPKH – Nasional

Hutan Hutan Kawasan Areal


Kategori Hutan Grand
Konservasi Produksi Hutan Penggunaan
Izin Lindung (B) Total (D+E)
(A) (C) (D=A+B+C) Lain (E)
IUP 1,160,181 3,922,584 17,909,481 22,992,246 11,735,091 34,727,338
Operasi
18,819 173,196 2,022,352 2,214,367 2,232,884 4,447,250
Produksi
CNC 10,852 75,068 1,612,090 1,698,010 1,730,613 3,428,623
Non CNC 7,967 98,128 410,262 516,357 502,271 1,018,627
Survei/
1,141,363 3,749,388 15,887,130 20,777,880 9,498,814 30,276,694
Explorasi
CNC 119,499 1,380,574 8,057,850 9,557,924 5,125,754 14,683,678
Non-CNC 1,021,863 2,368,814 7,829,279 11,219,956 4,373,060 15,593,016
KK 110,219 890,541 837,558 1,838,318 372,380 2,210,698
Operasi
10,166 236,046 285,484 531,696 151,654 683,350
Produksi
Survei/
100,053 654,496 552,075 1,306,624 220,725 1,527,348
Eksplorasi
PKP2B 101,998 123,752 927,171 1,152,921 803,274 1,956,194
Operasi
10,074 16,695 539,780 566,549 698,355 1,264,904
Produksi
Survei/
91,924 107,056 387,390 586,370 104,919 691,290
Eksplorasi
Grand Total 1,372,398 4,936,878 19,674,211 25,983,486 12,910,744 38,894,231

Sumber: Ditjen Planologi KLHK (2014)


Pada tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa A.4 Tumpang Tindih Kontrak dan
masih terdapat IUP/KK/PKP2B yang Perizinan Tambang (IUP/KK/PKP2B)
berada di kawasan hutan konservasi Dari hasil Korsup Minerba ini, terdapat
dengan luasan sebesar 1,37 juta hektar, temuan adanya tumpang tindih antara
dan berada di kawasan hutan lindung sesama kontrak, maupun izin-izin
sebesar 4,93 seluas juta hektar. Padahal, pertambangan di berbagai daerah. Banyak
bila merujuk pada UU 41/1999 tentang IUP yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kehutanan disebutkan bahwa penggunaan Daerah baik di tingkat Provinsi maupun
kawasan hutan untuk kepentingan Kabupaten (sebelum tahun 2015) tumpang
pembangunan di luar kegiatan kehutanan tindih atau berada di kawasan konsesi
hanya dapat dilakukan untuk kegiatan KK dan/atau PKP2B. Tabel 7 merupakan
yang mempunyai tujuan strategis yang temuan tumpang tindih IUP dengan
tidak dapat dielakkan, serta hanya KK yang jumlahnya mencapai 121 IUP.
diperbolehkan di dalam kawasan hutan Sedangkan Tabel 8 menyajikan data
produksi; dan/atau kawasan hutan lindung temuan tumpang tindih IUP dengan
dengan ketentuan khusus. Sedangkan di PKP2B, yang jumlahnya mencapai 50
hutan konservasi (terutama pada cagar IUP di seluruh wilayah pantauan Korsup
alam, zona rimba, dan zona inti (dalam Minerba. Data temuan tahun 2014 tersebut
53
kawasan taman nasional) sama sekali dijadikan sebagai acuan (baseline) dalam
tidak diperbolehkan adanya kegiatan menyusun rencana aksi Korsup Minerba
pemanfaatan hutan untuk pertambangan. – khususnya dalam penertiban perizinan.
Tabel 7
Tumpang Tindih KK dengan IUP

Jumlah IUP
Penerbit IUP Prov/
No Kontrak Karya Lokasi Komoditas yang Tumpang
Kab/kota
Tindih

Tambang Mas
1 Aceh barat dan Pidie Emas Pidie (3 IUP) 3
Sable
Kep.Talaud (6 IUP)
Tambang Mas
2 Sangihe dan Talaud Emas 7
Sangihe Sangihe (1 IUP)
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Luwu timur, morowali


Kolaka Utara (9 IUP)
Vale Indonesia, Kolaka, Kolaka Utara,
3 Nikel DMP 31
Tbk Kendari, Konawe Morowali (22 IUP)
Selatan, Bombana
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Mimika, Paniai, Prov Papua (1 IUP)


Freeport Emas dan
4 Puncak Jaya, 2
Indonesia Tembaga
Jayawijaya,Tolikara Mimika (1 IUP)
Halmahera Tengah
Halmahera Tengah
5 Weda Bay Nickel Nikel (6 IUP) Prov. Maluku 7
dan Halmahera Timur
Utara (1 IUP)
Emas dan
Nusa Halmahera Halmahera Utara, Halmahera Utara (6
6 Logam 6
Minerals Halmahera Selatan IUP)
Dasar
Tapanuli Selatan,
Agincourt Utara, Tengah, Tapanuli Selatan (1
7 Emas 1
54 Resources Mandailing Natal dan IUP)
Kota Padang
Kumamba Logam
8 Sarmi Sarmi (3 IUP) 3
Mining Dasar
9 Natarang Mining Tanggamus Emas Tanggamus (1 IUP) 1
J Resource
Bolang Mongondow
10 Bolang Bolang Mongondow Emas 2
(2 IUP)
Mongondow
11 Indo Muro Murungraya Emas Murungraya (1 IUP) 1
SK Menteri (1 PKP2B)

Banjar, Tanah laut, Tanah Laut (7 IUP)


Pelsart Tambang
12 KOtabaru dan Tanah Emas DMP 47
Kencana
Bumbu Tanah bumbu (32 IUP)

Kotabaru (7 IUP)
Kasongan Bumi
13 Katingan Emas Katingan (1 IUP) 1
Kencana
Gorontalo
14 None Bolango Emas DMP Bone Bolango (2 IUP) 2
Minerals
Toli-Toli (4 IUP)
Luwu, Donggala, Kota
Citra Palu Logam dasar
15 Palu, Parigi Moutong, Kota Palu (1 IUP) 6
Minerals atau Emas
Toli-Toli
Donggala (1 IUP)
Sintang, Murungraya,
Kalimantan
16 Gunung mas, Emas DMP Gunung Mas (1 IUP) 1
Surya Kencana
Katingan
Jumlah Tumpang Tindih dengan IUP 121

Sumber: Bahan paparan Dirjen Minerba dalam Korsup KPK, 27 Agustus 2014
Tabel 8
Tumpang Tindih PKP2B dengan IUP

Penerbit IUP Prov/ Jumlah IUP yang


NO PKP2B Lokasi Komoditas
Kab/Kota Tumpang Tindih

1 Tanjung Alam Jaya Banjar Batubara Banjar (1 IUP) 1


2 Ekasatya Yanatama Tanah Bumbu Batubara Kotabaru (2 IUP) 2
Kadya Caraka
3 Banjar Batubara Banjar (1 IUP) 1
Mulia
Trubando Coal
4 Kutai Barat Batubara Barito Utara (1 IUP) 1
Mining
SK Menteri (1
5 Borneo Indobara Tanah Bumbu Batubara 1
kk:Pelsart)
Barito Utara dan
6 Bharinto Ekatama Batubara Kutai barat (1 IUP) 1
Kutai Barat
Asmin Bara Kapuas dan
7 Batubara Kapuas (7 IUP) 7
Bronang Murungraya
Hulu sungai
Antang Gunung selatan, Hulu
8 Batubara Hulu Sungai (1 IUP) 1
Meratus sungai tengah,
Banjar dan Taipin
Suprabari Mapindo
9 Barito Utara Batubara Barito Utara (1 IUP) 1
Mineral
10 Interex Sacra Raya Pasir dan Tabalong Batubara Tabalong (1 IUP) 1
Bangun Banua
11 Persada Banjar dan Tapin Batubara Tapin (1 IUP) 1
55
Kalimantan
Sarolangun,
Batanghari (4 IUP)
12 Intitirta Primasakti Batanghari, Musi Batubara 10
Sarolangun (6 IUP)
Banyuasin
Firman Ketaun
13 Kutai barat Batubara Kutai Barat (2 IUP) 2
Perkasa
Nusantara Termal
14 Bungo Batubara Bungo (1 IUP) 1
Coal
Kutai Kartanegara;
Kota Balikpapan; Penajam Paser Utara
15 Singlurus Pratama Batubara 1
Penajam Paser (1 IUP)
Utara
Tanah Bumbu; Tanah Bumbu (8 IUP)
16 Arutmin Indonesia Tanah Laut; Batubara 11
Kotabaru Kotabaru (3 IUP)
Barito Selatan;
Multi Tambangjaya
17 Bario Utara; Barito Batubara Barito Timur (3 IUP) 3
Utama
Timur
18 Perkasa Inakakerta Kutai Timur Batubara Kutai Timur (2 IUP) 2
19 Juloi Coal Murungraya Batubara Murungraya (1 IUP) 1
Kalimantan Energi SK Menteri (1KK:
20 Kotabaru Batubara 1
Lestari Pelsart)
Jumlah Tumpang Tindih dengan IUP 50

Sumber: Bahan Paparan Dirjen Minerba, Jakarta, 27 Agustus 2014


Kotak-1

Contoh IUP Non CNC Karena Permasalahan Kewilayahan

Dari hasil pengumpulan data dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh Pemda bersama

Korsup Minerba KPK, ditemukan adanya tumpang tindih wilayah antara IUP yang

dimiliki oleh PT.Energi Swa Dinamika Muda (PT. EDS) dan PT. Perisai Prima (PT. PPU)

di Provinsi Bengkulu. Kedua perusahaan ini memiliki izin eksplorasi untuk komoditas

yang sama, yaitu emas (produksinya banyak memasok pasar dalam negeri). Kedua
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

perusahaan tersebut mendapat izin pada tahun yang sama, yaitu tahun 2014.

Peta di bawah ini menggambarkan luas wilayah tiga perusahan, yaitu PT.Prima
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Mandiri Logistic, PT. EDS, dan PT. PPU. Dari peta tersebut, dapat dilihat terdapat

tumpang tindih wilayah izin antara PT. ESD dengan PT. PPU. Permasalahan tumpang

tindih wilayah seperti ini tidak hanya terjadi di Provinsi Bengkulu, namun juga terjadi

di beberapa provinsi lainnya.

Gambar 11

Peta Informasi Wilayah Pertambangan


56

Sumber: Kementerian ESDM, 2016

A.5 Lahan Bekas Tambang Yang Tidak bagi seluruh pemegang IUP/KK/PKP2B.
Direklamasi Baik Pemerintah pusat maupun Pemda
UU Minerba mewajibkan dilaksanakannya memiliki kewajiban untuk melaporkan dan
kegiatan reklamasi dan pasca-tambang pengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini juga termasuk di berbagai daerah penghasil
harus mengikuti kaidah keteknikan yang tambang, sehingga tidak jarang KPK
baku/standar, agar tidak menimbulkan mendapati laporan adanya kasus lubang
kerusakan lingkungan, dan atau tambang yang menelan korban akibat
permasalahan sosial yang menimbulkan tidak dilakukannya kegiatan reklamasi
korban. Kinerja pelaksanaan kewajiban dan pasca-tambang secara cepat dan
reklamasi dan pasca-tambang juga menjadi tepat. Kotak-2, merupakan contoh kasus
salah satu syarat dalam sertifikasi Clean di Kalimantan Timur, dimana akibat
and Clear. pembiaran lubang tambang, telah
Selain dengan Pemda, KPK juga menjalin menewaskan korban hingga 28 anak-anak
koordinasi strategis dengan organisasi meninggal dunia.
dan kelompok pemantau masyarakat –

Kotak-2
Lubang Tambang Menelan 28 Korban Anak-Anak

Lubang tambang yang memasuki fase reklamasi maupun fase pasca-tambang namun tidak
57
dijalankannya proses reklamasi dan pasca-tambang sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

telah menelan korban di Kalimantan Timur. Lubang tambang yang tidak dilengkapi batas

pengaman tersebut, tercatat hingga Juli 2017 telah menelan korban hingga 28 (dua puluh

delapan) anak-anak meninggal dunia. Tabel di bawah ini mendata lokasi perusahaan,

waktu kejadian dan daftar dua puluh delapan korban tersebut.

Tabel 9

Daftar Korban Lubang Tambang di Kalimantan Timur (2011 – 2017)

Korban (Nama/ Waktu


Perusahaan Lokasi WILAYAH
Umur) Kejadian
Tidak Kutai
PT. Kitadin Tenggarong Seberang 2011
Teridentifikasi Kartanegara
Miftahul Jannah Sungai Kerbau Kec.
PT. Hymco Coal 13/07/2011 Samarinda
(10) Sambutan
Sungai Kerbau Kec.
PT. Hymco Coal Junaidi (13) 13/07/2011 Samarinda
Sambutan
Sungai Kerbau Kec.
PT. Hymco Coal Ramadhani 13/07/2011 Samarinda
Sambutan
PT. Panca Prima Dede Rahmad (Eza) Sambutan Idaman
24/12/2011 Samarinda
Mining (6) Permai, Pelita 2
PT. Panca Prima Emaliya Raya Sambutan Idaman
24/12/2011 Samarinda
Mining/ PD. PAU Dinata (Ema) (6) Permai, Pelita 2
Muhammad Fariqi Desa Bangun Rejo Kec. Kutai
PT. Kitadin 26/01/2012
(14) Tenggarong Seberang Kartanegara
PT. Insani Bara Maulana Mahendra Blok B RT.20, Simpang
25/12/2012 Samarinda
Perkasa (11) Pasir, Palaran
Korban (Nama/ Waktu
Perusahaan Lokasi WILAYAH
Umur) Kejadian
Sambutan, Pelita 4,
Tak teridentifikasi M. Shendy (8) Handil Kopi, Blok L 14/03/2013 Samarinda
No 4
Kelurahan Jawa
Kutai
PT. Muliana Jaya Budi Maulana (11) RT. 4 Kecamatan 08/2013
Kartanegara
Sangasanga.
PT. Energi Cahaya Nadia Zaskia Putri Kel. Rawa Makmur
08/04/2014 Samarinda
Industritama (10) Kec. Palaran
PT. Graha Benua M Raihan Saputra
Sempaja 22/12/2014 Samarinda
Etam (10)
PT. Cahaya Energi
Ardi Bin Hasyim (13) Sambutan, Samarinda 23/04/2015 Samarinda
Mandiri
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Desa Sebulu Modern,


PT. Bara Sigi RT 14 (jalan poros Kutai
Sanofa M Rian (14) 05/08/2015
Mining (BSM) Tenggarong-Sebulu), Kartanegara
Kecamatan Sebulu
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Muhammad Yusuf
PT. Lanna Harita Sungai Siring 24/08/2015 Samarinda
Subhan (11)
PT. Transisi Energi Aprilia Wulandari
Lok Bahu, Samarinda 18/11/2015 Samarinda
Satunama (12)
CV. Atap Tri Koko Dwi Handoko Bantuas, Palaran,
08/12/2015 Samarinda
Utama (16) Samarinda
RT 3, Kelurahan
PT. Multi Harapan Loa Ipuh Darat, Kutai
Mulyadi (15) 16/12/2015
Utama (MHU) Kecamatan Kartanegara
Tenggarong
KSU Wijaya Desa Sumber sari Kec. Kutai
Dewi Ratna (9) 30/12/2015
58 Kusuma sebulu Kartanegara
PT. Bumi Energi Agus Irawan – Iwan Buluminung, Penajam Penajam Pasir
12/02/2016
Kaltim (20) Paser Utama Utara
Desa Bukit Raya RT.
PT. Bukit Baiduri Noval Fajar Slamat Kutai
19 Kec. Tenggarong 23/03/2016
Energi Riyadi (15) Kartanegara
Seberang
Desa Bukit Raya RT.
PT. Bukit Baiduri Kutai
Diky Aditya (15) 19 Kec. Tenggarong 23/03/2016
Energi Kartanegara
Seberang
PT. Panca Bara
Kusmayadi (22) Samarinda Ulu 03/05/2016 Samarinda
Sejahtera
M. Arham (5) –
PT. Insani Bara (setelah amputasi
Palaran, Samarinda 06/05/2016 Samarinda
Perkasa 6x & operasi 27 hari
di RS)
KM. 9, RT 18, Desa
PT. Insani Bara Kutai
Wilson (17) Purwajaya, Kec. Loa 15/05/2016
Perkasa Kartanegara
janan
PT. Energi Cahaya
Dias Mahendra (15) N/A 08/11/2016 Samarinda
Industri
PT. Energi Cahaya
Edy Kurniawan(15) N/A 08/11/2016 Samarinda
Industri
Desa Belusuh,
PT. Gunung Bayan Kecamatan Siluq
Novita Sari 25 Juni 2017 Kutai Barat
Pratama Coal Ngurai (15)

Sumber : Komnas HAM, JATAM dan Beberapa Pemberitaan Media (2017)

Sejauh ini, beberapa keluarga korban hanya diberikan santunan berupa tali asih dari pihak

perusahaan pemilik lubang tambang. Organisasi Masyakarakat Sipil di Kalimantan Timur

seperti JATAM, Pokja-30, Walhi dan lainnya telah melakukan berbagai advokasi agar kasus

korban lubang tambang ini juga diselesaikan secara hukum. Mulai dari melaporkan ke
Polisi Daerah (Polda), Komisi Pengawas (Komwas) lubang tambang Kaltim, Komnas HAM,

hingga Kantor Staff Presiden (KSP), namun sampai saat ini dari 28 kasus lubang tambang

tersebut sebagian besar belum ada tindak lanjut hukum dan setidaknya terdapat 2 kasus

yang masuk ke ranah hukum berupa pemberian sanksi penjara dan denda terhadap

sekuriti perusahaan pemiliki lubang tambang, PT. Panca Prima Mining.

Idealnya, para perusahaan pemilik lubang tambang harus melakukan peningkatan

pengawasan terhadap lubang-lubang tambang, antara lain dengan:

1. Membuat tanda peringatan yang tidak mudah dirusak;

2. Mengadakan jadwal patrol rutin di area lubang tambang;

3. Melakukan pemagaran dengan bahan yang tidak mudah rusak;

4. Memperkuat tanggul yang tidak mudah dijangkau;

5. Membangun sistem pemipaan apabila air lubang tambang akan dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar tambang.

Hal tersebut diatas juga telah tertuang dalam pakta integritas yang ditandatangani oleh

perusahaan tambang di Kaltim. Pada Juni 2016. Namun, pada praktiknya hingga saat ini

lubang tambang di Kaltim masih saja memakan korban jiwa. Untuk itu, perlu dilakukan
59
penyusunan  aksi bersama berupa complain handling mechanism antara task force di

KLHK maupun Ditjen Minerba yang saat ini masih terpisah, sehingga setiap pelaporan

soal lubang tambang harus ditindaklanjuti secara serius, selain adanya tindakan hukuman

administratif, harapnya juga dapat diproses secara hukum pidana.

Gambar 12

Fakta Integritas Penanganan Lubang Tambang

Sumber : Kantor Staff Presiden (KSP), 2016


B Tindak Lanjut koordinasi dan penyampaian/rekonsiliasi
Tindak lanjut terhadap temuan-temuan data antara Pemerintah Daerah dengan
Korsup Minerba dalam penataan IUP Kementerian ESDM (Dirjen Minerba) guna
meliputi : melengkapi database IUP, penelusuran
keabsahan IUP (validasi alamat yang
B.1 Penertiban dan Penataan tertera di IUP, penelusuran kemungkinan
Administratif Terhadap IUP yang Non- back date), serta rekomendasi pengurusan
CNC Izin yang bersangkutan di Kementerian
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Tindak lanjut dari temuan dalam penataan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
IUP salah satunya adalah dengan (KLHK)-terutama bagi yang belum
melakukan penertiban dan penataan IUP memiliki IPPKH. Langkah-langkah tindak
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

yang Non-CNC secara administratif oleh lanjut/rencana aksi berdasarkan pola-


Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) pola umum temuan dan sesuai dengan
bersama-sama dengan Pemerintantah kesepakatan para pemangku kepentingan
Pusat. Bentuk penertiban dan penataan dalam rapat Kormonev Korsup Minerba
administratif tersebut dilakukan melalui digambarkan dalam Tabel 10.

Tabel 10
60
Pola Umum Temuan Monitoring IUP dan Tindak Lanjut

No Pola Umum Temuan Tindak Lanjut/Rencana Aksi

1 Terdapat IUP status CNC di Kementerian Bupati/Walikota diminta untuk menyampaikan


ESDM namun tidak tercatat di Pemda Surat Keterangan ke Dirjen Minerba-Kementerian
ESDM, ditembuskan ke KPK

2 Terdapat IUP yang diterbitkan Pemda Pemerintah Provinsi dan Dirjen Minerba diminta
tidak tercatat di Kementerian ESDM, untuk memastikan keabsahan dokumen dari
namun direkomendasikan untuk CNC ke kemungkinan adanya IUP yang di back date, agar
Provinsi ditelusuri dan dilakukan langkah-langkah hukum.

3 Terdapat IUP yang sudah berakhir masa Gubernur/Bupati/Walikota diminta untuk segera
berlakunya, namun belum dicabut. menagih semua kewajibannya dan segera dibuatkan
Surat Keputusan (SK) Pengakhiran/Pencabutan IUP.

4 Terdapat IUP yang berada di kawasan Gubernur/Bupati/Walikota diminta untuk


hutan lindung dan hutan konservasi mengirimkan surat pemberitahuan penciutan/
pemberhentian sementara dan meminta
perusahaan untuk mengurus perizinan di
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK)

5 Terdapat IUP dengan alamat yang tidak Gubernur/Bupati/Walikota diminta untuk


valid/tidak jelas. memastikan kembali seluruh alamat IUP di
daerahnya masing-masing.

6 Terdapat IUP yang telah dicabut, namun Gubernur/Bupati/Walikota diminta untuk segera
termasuk IUP yang tidak terdaftar di berkoordinasi dengan Dirjen Minerba agar segera
Kementerian ESDM. dikeluarkan dari database IUP di Kementerian
ESDM.

Sumber: Bahan Presentasi KPK pada KorMonev Korsup Minerba (2014)


B.2 Pemberian Sanksi Penegakan Hukum dan yang tidak memenuhi standar CNC.
(Penciutan/Penghentian/Pencabutan Hasil dari penertiban tersebut kemudian
IUP) secara simultan dan periodik dilaporkan
Sanksi penegakan hukum antara kepada KPK dan Kementerian ESDM baik
lain dilakukan melalui penciutan/ secara langsung maupun melalui forum
pemberhentian sementara/pencabutan Kormonev yang diselenggarakan secara
IUP yang beroperasi di Hutan Lindung periodik oleh Tim Korsup Minerba. Gambar
dan Hutan Konservasi hingga masa 13 adalah salah satu contoh SK pencabutan
perizinannya selesai; serta pencabutan izin yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah
IUP yang telah habis masa berlakunya Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Gambar 13
Contoh SK Pencabutan IUP oleh Bupati Morowali

61

Sumber : Korsup Minerba KPK-ESDM (2014)

Proses penerbitan SK Penciutan atau (c) Pemerintah provinsi mengeluarkan


pencabutan secara umum melalui tahapan daftar usulan/rekomendasi IUP IUP yang
: (a) Pendataan IUP yang akan diciutkan/ CNC maupun yang Non-CNC, (d) Setelah
dicabut karena persoalan tumpang tindih, pemerintah pusat melakukan verifikasi
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/ mana dari daftar tersebut termasuk CNC
Kota; (b) Kemudian daftar IUP-IUP tersebut atau Non-CNC, maka IUP yang tidak lolos
disampaikan kepada Pemerintah Provinsi verifikasi CNC oleh Kementerian ESDM
untuk dilakukan rekap dan pengecekan. direkomendasikan untuk melengkapi
dokumen untuk kemudian dapat atau memenuhi kewajiban-kewajibannya,
direkomendasikan kembali, dan atau maka Pemda (Provinsi/Kabupaten/
IUP yang memang sudah tidak dapat Kota) yang menerbitkan IUP akan
memperbaiki atau melengkapi dokumen mengeluarkan SK Pencabutan.

Gambar 14
Contoh SK Tindak Lanjut oleh Bupati Sarolangun
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

62

Sumber: Presentasi KPK dalam Kormonev di Bali (3 Desember 2014)

Gambar 13 dan Gambar 14 di atas adalah jenis pelanggaran yang dilakukan oleh
contoh SK pencabutan IUP dan tindak perusahaan tersebut. Sementara itu,
lanjut pencabutan IUP yang dilakukan Bupati Sarolangun menyampaikan surat
oleh Bupati Morowali dan Bupati tindak lanjut (Gambar 14) yang ditujukan
Sarolangun. Gambar 13 diatas adalah kepada KPK RI dengan menginformasikan
surat yang dikirimkan oleh Bupati daftar nama perusahaan/IUP yang sudah
Morowali kepada perusahaan pemegang dilakukan pencabutan.
IUP dan menyebutkan secara spesifik
Gambar 15
Contoh SK Pencabutan IUP dan Tindak Lanjut Korsup Minerba
oleh Gubernur

63

Sumber: Presentasi KPK dalam Kormonev di Bali (3-4 Desember 2014)

Dua gambar diatas adalah contoh tindak mengeluarkan Instruksi Gubernur yang
lanjut yang dilakukan oleh Gubernur berisikan langkah-langkah apa saja yang
dalam rangka perbaikan tata kelola harus dilakukan oleh Provinsi Sumsel
pertambangan minerba di provinsi untuk melakukan perbaikan pengelolaan
mereka masing-masing. Sebagai contoh, pertambangan minerba di Sumsel.
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Sementara itu, Gubernur Kalimantan
menindaklanjuti Korsup Minerba dengan Barat (Kalbar) mengirimkan surat kepada
seluruh Bupati di Provinsi Kalbar yang tersebut merupakan bentuk penertiban
secara garis besar isinya hampir sama sebagai tindak lanjut dari temuan dan
dengan Instruksi Gubernur Sumsel dalam rekomendasi Korsup Minerba. 2
rangka tindak lanjut Korsup minerba dan
perbaikan tata kelola pertambangan di Beberapa Permen yang berkaitan dengan
Kalbar. penataan IUP, antara lain :
1. Permen ESDM Nomor 2 Tahun
B.3 Penerbitan Peraturan Menteri ESDM 2013 tentang Pengawasan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha


(PP) Nomor 23 Tahun 2010 (Pasal 102 Pertambangan yang Dilaksanakan
ayat 2),1 yang merupakan pelaksanaan oleh Pemerintah Provinsi dan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

dari Undang-Undang Nomor.4 Tahun Pemerintah Kabupaten/kota.


2009 tentang Pertambangan Mineral Permen ini mengatur pengawasan
dan Batubara, dinyatakan bahwa yang dilakukan Dirjen terkait
Gubernur harus menyampaikan laporan penetapan Wilayah Pertambangan
pengelolaan pertambangan kepada Rakyat (WPR); penetapan dan
Menteri. Selanjutnya dalam PP Nomor 55 pemberian WIUP Mineral bukan
Tahun 2010 (Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 13 ayat logam dan WIUP batuan; pemberian
64
1) tentang Pembinaan dan Pengawasan WIUP mineral logam dan WIUP
Penyelenggaraan Pengelolaan batubara; penerbitan IPR dan IUP;
Pertambangan Minerba, dikatakan bahwa dan penyelenggaraan pembinaan dan
Pemerintah melakukan Pembinaan dan pengawasan kegiatan yang dilakukan
Pengawasan terhadap penyelenggaraan oleh pemegang IPR dan IUP. Dalam
pengelolaan usaha pertambangan yang Permen ini juga secara khusus diatur
dilakukan oleh Gubernur, Bupati dan bahwa WIUP baik mineral bukan
Walikota. logam dan batuan agar dipastikan
tidak tumpang tindih dengan IUP
Dalam rangka melakukan pembinaan dan lainnya yang sama komoditas
pengawasan tersebut, maka Pemerintah tambangnya, tidak tumpang tindih
dalam hal ini Menteri ESDM kemudian dengan batas administrasi wilayah di
mengeluarkan Peraturan Menteri – yang luar kewenangan IUP.
memberikan ketentuan dan pengaturan
lebih teknis dalam upaya melakukan 2 Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2014
pembinaan dan pengawasan terhadap tentang Pelimpahan sebagian urusan
penyelenggaraan pengelolaan usaha pemerintah di bidang ESDM kepada
pertambangan yang dilakukan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah
Pemerintah Daerah. Penerbitan Permen dalam rangka penyelenggaraan

1 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha 2 Sumber : Paparan Dirjen Minerba dalam Rapat Koordinasi
Pertambangan Mineral dan Batubara Korsup 21 September 2016
dekonsentrasi Tahun Anggaran 2014. dan areal reklamasi pada IUP yang
Permen ini mengatur secara spesifik diterbitkan, serta (7) Penerbitan
mengenai pelimpahan sebagian Izin Usaha Jasa Pertambangan
urusan pemerintahan kepada (IUJP) dan pelaksanaan kewajiban
Gubernur sebagai wakil pemerintah pemegang IUJP.
di daerah untuk melaksanakan b. Pengawasan Pengusahaan
program/kegiatan Kementerian mineral dan batubara
ESDM. (pemasaran, pengawasan investasi,
pengangkutan dan penjualan, dsb)
Adapun beberapa contoh kewenangan c. Pengawasan teknik dan
yang dilimpahkan yaitu menyangkut: lingkungan minerba (teknis
a. Bidang Mineral dan batubara : pertambangan, konservasi
(1) Penetapan WPR, dokumen sumberdaya mineral dan
lingkungan dan penerbitan IPR, (2) batubara, pengawasan eksplorasi,
Penetapan dan pemberian WIUP pengawasan persetujuan AMDAL/
mineral bukan logan dan batuan UKL/UPL, studi kelayakan,
(dokumen lingkungan, kewajiban rekomendasi terhadap persetujuan
keuangan dan penerbitan IUP dokumen rencana reklamasi dan
65
mineral bukan logam dan batuan), pasca-tambang, dsb)
(3) Pelaksanaan kewajiban
pemegang IUP Mineral bukan 3 Permen ESDM Nomor 43 Tahun
logam dan batuan (kewajiban 2015 tentang Tata Cara Evaluasi
keuangan, lingkungan termasuk dan Penertiban IUP Sektor Minerba.
reklamasi dan pascatambang, Merupakan salah satu Permen yang
pemberdayaan masyarakat dan dikeluarkan akhir tahun 2015 dalam
Keselamatan dan kesehatan kerja/ rangka mendorong percepatan
K3), (4) Pemberian WIUP mineral pelaksanaan evaluasi CNC kepada
logam dan batubara (administrasi, Gubernur, Bupati dan Walikota,
dokumen lingkungan, kewajiban dengan batas waktu paling lambat
keuangan dan penerbitan IUP 90 hari kerja sejak Permen tersebut
mineral logam dan batubara), dikeluarkan. Permen ini memperkuat
(5) Pelaksanaan kewajiban kewenangan Menteri/Gubernur
pemegang IUP Mineral logam dan sesuai dengan kewenangannya
batubara (kewajiban keuangan, untuk melakukan evaluasi terhadap
lingkungan termasuk reklamasi penerbitan IUP dan KK/PKP2B. Aspek
dan pascatambang, pemberdayaan yang dievaluasi oleh Permen ini antara
masyarakat dan Keselamatan lain aspek administrasi, kewilayah,
dan kesehatan kerja/K3), (6) teknis dan lingkungan, serta aspek
Pendataan luas lahan terganggu finansial.
Pelaksanaan Permen tersebut administrasi dan kewilayahan), (b)
didukung oleh langkah-langkah Rekomendasi sertifikat CNC ( sudah
tindak lanjut untuk mempercepat dievaluasi administrasi, kewilayahan,
prosesnya, diantaranya melalui teknis dan lingkungan serta sudah
penerbitan Surat Edaran Dirjen lunas PNBP), (c) Laporan Pemberian
Minerba No.01.E/30/DJB/2016 tanggal Sanksi Administrasi bagi perusahaan
5 Januari 2016 yang menjelaskan yang tidak melaksanakan kewajiban
Permen ESDM No.43/2015. Hasil finansial, teknis dan lingkungan, dan (d)
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

evaluasi Gubernur yang disampaikan Laporan pencabutan IUP. Cakupan dari


ke Pusat meliputi : (a) Rekomendasi Permen ESDM No.43/2015 secara garis
IUP status C&C (sudah dievaluasi besar diilustrasikan pada Gambar 16.
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Gambar 16
Kategori Penertiban IUP Minerba Menurut Permen 43/2015
Gambar 16

66
#1
5 Kriteria Evaluasi
Penerbitan IUP

Administrasi
Perpanjangan/peningkatan eksplorasi ke eksppoitasi diajukan
#2
sebelum masa berlaku izin berakhir.
KP yang diakui adalah yang ditetapkan sebelum UU 4/2009.
KP Eksploitasi ialah peningkatan KP Eksplorasi.
Bdan usaha publik yang tidak terbuka tidak memiliki lebih dari
1 KP/IUP.
Jangka waktu IUP Eksplorasi tidak melebihi yang ditentukan
Kewilayahan
oleh UU 4/2009. WIUP tidak tumpang tindih dengan WIUP lain
Pengajuan pencadangan wilayah tidak diajukan pada wilayah yang komoditasnya sama.
KK, PKP2B, KP/IUP aktif dan komoditas yang sama. WIUP tidak tumpah tindih dengan WPN.
Jangka waktu IUP Operasi Produksi tidak melebihi KP WIUP tidak tumpang tindih dengan wilayah
Eksploitasi. administratif kabupaten/kota/provinsi.
KP yang masih berlaku setelah UU 4/2009. Koordinat IUP Eksplorasi sesuai dengan
koordinat pencadangan wilayah.
Koordinat IUP OP berada dalam IUP Eksplorasi.

#3 Koordinat IUP sejajar dengan garis lintang


bujur.

Teknis
Laporan Eksplorasi bagi pemegang IUP Eksplorasi
yang belum sampai pada tahap studi kelayakan. #4
Laporan Eksplorasi & Studi Kelayakan bagi
pemegang IUP Eksplorasi yang telah melakukan
studi kelayakan/pemegang IUP OP.

Lingkungan
Dokumen lingkungan hidup yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang.

Finansial
IUP EKSPLORASI: Bukti pelunasan iuran tetap sampai tahun
terakhir saat penyampaian.
IUP OP: Bukti Pelunasan iuran tetap & produksi sampai tahun
terakhir saat penyampaian.
#5
IUP OP yang belum produksi: SUrat Keterangan dari pemda
setempat & bukti pelunasan iuran tetap.
Evaluasi kriteria finansial dilakuakan oleh Direktur Jenderal.

Sumber : Peraturan Menteri ESDM No.43/2015, diolah (PWYP, 2016).


Gubernur mempunyai waktu untuk bupati/walikota (2 Oktober 2016), sehingga
menyampaikan hasil evaluasi penerbitan batas waktu penyampaian rekomendasi
IUP sesuai dengan yang tercantum dalam jatuh pada 2 Januari 2017. Tata cara evaluasi
Permen ESDM no 43/2015 kepada Direktur IUP dan tindak lanjut dari hasil evaluasi
Jenderal Minerba paling lambat 90 hari tersebut diilustrasikan pada gambar 17 dan
kalender sejak penandatanganan berita Gambar 18.
acara serah terima dokumen perizinan dari

Gambar 17
Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP

Tata Cara
Evaluasi Penerbitan
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Mineral & Batubara
Disarikan dari Permen ESDM Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
#2 67

Hasil Evaluasi
Rekomendasi IUP yang penuhi kriteria
“Gubernur wajib sampaikan HASIL EVALUASI administratif & kewilayahan dimasukkan dalam
penerbitan IUP ke Menteri melalui Dirjen maks. 90 pengumuman status IUP CNC
hari sejak penandatanganan berita acara serah
terima dokumen perizinan dari bupati HASIL IUP/KP yang dicabut karena tak penuhi kriteria
EVALUASI berisi...” administratif & kewilayahan

Rekomendasi IUP yang kriteria teknis &


lingkungan untuk pemberian sertifikat IUP CNC.

“Hasil evaluasi bisa disampaikan oleh pejabat IUP yang terkena administratif
pemprov yang membidangi ESDM jika gubernur
berhalangan, belum ada pejabat yang ditentukan
IUP OP yang dicabut
secara definitif & alasan lainnya”
Hasil evaluasi penerbitan KP.

Status Clear & Clean (CNC)

Dirjen a/n Menteri umumkan status IUP CNC Dirjen a/n Menteri umumkan status IUP CNC sesuai hasil
sesuai hasil evaluasi Dirjen (kriteria evaluasi Dirjen & Gubernur (kriteria administratif &
administratif & kewilayahan) kewilayahanteknis, lingkungan & Financial

Dirjen a/n Menteri umumkan status IUP CNC Hasil evaluasi penerbitan IUP & rekomendasi IUP CNC
jika gubernur tidak sampaikan hasil evaluasi yang dilakukan gubernur sebelum Permen ini TETAP
penerbitan IUP setelah lewat jangka waktu BERLAKU & WAJIB disampaikan maks. 90 hri kerja sejak
yang ditentukan Permen ini ditetapkan

Sumber : Peraturan Menteri ESDM No.43 Tahun 2015, Diolah (PWYP, 2016)
Gambar 18
Tindak Lanjut Evaluasi Penertiban IUP

TINDAK LANJUT EVALUASI


Perpanjangan/peningkatan diajukan setelah Seluruh WIUP tumpang tindih dengan
“DIRJEN/gubernur masa berlaku KP/IUP berakhir WPN
akan melakukan Pencadangan & Permohonan KP setelah UU Seluruh koordinat IUP Eksplorasi tidak
4/2009 sesuai dengan koordinat pencadangan
pencabutan Permohonan pencadangan wilayah di KK, wlayah
IUP jika....” PKP2B, KP, IUP yg masih aktif & sama Seluruh koordinat IUP OP berada di
komoditas luar IUP Eksplorasi
KP eksploitasi bukan merupakan peningkatan Pemegang IUP OP tidak penuhi kriteria
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

“Dirjen/gubernur KP eksplorasi (kecuali bagi koperasi) teknis & lingkungan


melakukan PENCIUTAN
IUP jika....” Sebagian WIUP tumpang tindih dengan
Sebagian WIUP tumpang tindih
WIUP lain yang sama komoditas
dengan WPN

“Dirjen/gubernur
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

UU 4/2009 jika jangka waktu IUP KP Eksplorasi jika jangka waktu


melakukan PENYESUAIAN jangka melebihi ketentuan UU 4/2009 IUP OP meebihi KP Eksplorasi
waktu IUP sesuai....”
“Dirjen/gubernur (sebagian) koordinat IUP Eksplorasi tidak
(sebagian) koordinasi IUP OP
menerbitkan PERUBAHAN KEPUTUSAN sesuai dengan koordinasi pencadangan
berada di luar IUP Eksplorasi
PENERBITAN IUP tentang perubahan Koordinasi IUP tidak sejajar garis lintang
koordinat jika ....” Bujur

“Jika seluruh WIUP tumpang tindih Menerapkan prinsip “FIRST COME FIRST SERVED”
dengan WIUP lain yang sama Menggunakan SKEMA PENYELESAIAN LAIN dengan perhatikan asas
komoditas, maka Dirjen/gubernur....” kemanfaatan, keterbukaan, keadilan & kepentingan nasional/daerah

Menggabungkan WIUP, jika WIUP berimpit, memiliki komoditas, dan tahapan


“Bagi badan usaha yang tidak kegiatan yang sama, lalu menerbitkan IUP baru hasil penggabungan WIUP
terbuka namun memiliki lebih dari Memerintahkan pemegang IUP untuk MEMINDAHKAN IUP ke badan usaha baru
1KP/IUP, maka Dirjen/gubernur...” dengan ketentuan pemegang IUP memiiki min. 51% saham pada badan usaha
68 baru, lalu Menerbitkan IUP baru hasil pemindahan ke badan usaha baru

“Dirjen/gubernur Pemegang IUP Eksplorasi tidak memenuhii kriteria teknis & lingkungan/finansial
memberikan SANKSI ADMINISTRATIF Pemegang IUP OP tidak memenuhi kriteria finansial
jika....”
*Sanksi administratif meliputi teguran tertulis, penghentian sementara kegiatan usaha & pencabutan IUP
Jika gubernur tidak berikan sanksi administratif berupa pencabutan IUP, maka
Dirjen akan mencabut
KETENTUAN
KP yang masih berlaku pasca UU4/2009 juga dievaluasi, jika penhi kriteria akan
LAINNYA
dilakukan penyesuaian ke IUP. Jika tidak, akan dilakukan penyelesaian lain sesuai
dengan kriteria yang berlaku

Sumber : Peraturan Menteri ESDM No.43/2015, Diolah (PWYP, 2016)

Sedangkan hasil evaluasi penerbitan Dalam proses penertiban IUP, data IUP
IUP serta rekomendasi IUP CNC yang yang CNC maupun yang Non-CNC terus
dilakukan gubernur sebelum Permen diupdate berdasarkan proses rekonsiliasi
ESDM No. 43/2015 terbit, dinyatakan tetap dan hasil dari Kormonev yang berjalan
berlaku dan wajib disampaikan kepada secara simultan. Data hasil rekonsiliasi
Menteri melalui Dirjen Minerba. Dengan tersebut dicatat, dilakukan integrasi dan
batas waktu paling lambat 90 hari kerja update oleh Dirjen Minerba–Kementerian
sejak permen ini ditetapkan (12 Mei 2016). ESDM. Perkembangan capaian penertiban
IUP Non-CNC status per Juni 2017 per
C. Capaian-Capaian daerah terdapat pada tabel 11.
C.1 Jumlah IUP NON-CNC Berkurang
Secara Nasional
Tabel 11
Jumlah IUP dan Status CNC

Rekomendasi IUP ke
Pusat Setelah Permen
Jumlah IUP Jumlah IUP
Provinsi 43/2015 yang Masih
(Tahun 2014) (Per Juni 2017) Bermasalah
(Per Juni 2017)
CNC Non-CNC CNC Non-CNC
Aceh 48 102 25 13 10
Sumatera Utara 67 44 9 1 0
Riau 45 47 34 3 1
Kepulauan Riau 114 47 101 25 1
Sumatera Barat 136 145 156 125 3
Jambi 200 198 163 32 1
Sumatera selatan 276 83 146 2 0
Bengkulu 91 66 43 8 3
Lampung 148 93 160 26 11
Bangka Belitung 484 601 709 164 33
Banten 27 60 51 44 34
Jawa Barat 329 290 328 291 10
Jawa Tengah 143 132 146 14 0
DIY 1 15 11 1 0
Jawa Timur 187 150 251 221 2
Bali N/A N/A 1 10 0 69
NTB 34 116 66 6 0
NTT 134 172 116 34 158
Maluku 90 12 87 9 1
Papua Barat 34 81 18 37 4
Papua 40 85 76 57 5
Kalimantan Barat 370 312 372 170 67
Kalimantan Tengah 555 311 489 173 22
Kalimantan Selatan 404 441 438 351 40
Kalimantan Timur 993 450 906 275 97

Kalimantan Utara 186 65 91 4 0

Sulawesi Tengah 244 199 228 109 2

Sulawesi Selatan 172 242 193 188 6

Sulawesi Tenggara 314 184 294 84 10

Sulawesi Utara 70 55 73 54 0

Sulawesi Barat 45 28 16 12 0

Maluku Utara 227 108 181 56 12

Gorontalo 23 23 23 12 1

Pusat N/A N/A 32 3 0

Jumlah 6.231 4.957 6.033 2.614 534

Sumber: Hasil Rekonsiliasi Korsup Minerba KPK-ESDM-Pemda, status per Juni 2017.
Pada Gambar 19 di bawah ini terlihat yang dilakukan oleh Kementerian ESDM,
bahwa jumlah IUP Non-CNC memiliki bersama Pemerintah Daerah dan Korsup
kecenderungan berkurang dari tahun ke KPK. Sejak Tahun 2014 hingga Tahun 2017,
tahun, dan secara umum, jumlah IUP dari jumlah IUP Non-CNC berkurang sebanyak
tahun ke tahun menurun, seiring dengan 2.363 IUP (48,42 %) dan Jumlah IUP secara
proses penataan dan penertiban (melalui keseluruhan berkurang sebanyak 1.767 IUP
proses pengakhiran dan pencabutan) (16,17 %).
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Gambar 19
Tren Perkembangan IUP CNC dan Non-CNC (2014-2017)
Gambar 19
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

12000

10000

8000

6000

9662 10917 10922 10322 10331 10294 10066 8647 9155


70 4000

5884 4913 4880 3948 3966 3928 3682 2614 2517


2000
3778 6004 6042 6474 6364 6366 6381 6033 6638
0
1

eb

pr

ep

un

kt
1

01

1
20

20

20

-O
-F

-A

-S

-J
-2

‘16

‘16

‘17

‘17
‘16
21
20

C&C Non C&C Jumlah IUP

Sumber: Kementerian ESDM, Korsup KPK, Diolah (PWYP, 2017)

C.2 Penataan IUP Menunjukkan Hasil dan 5.884 IUP Non-CnC. Setelah hampir
Yang Baik dari Tahun ke Tahun enam tahun, hingga saat ini (per Oktober
Kementerian ESDM sebenarnya telah 2017), IUP Non-CnC menjadi tinggal 2.517
memulai proses penataan IUP sebelum IUP dan IUP CNC bertambah menjadi
adanya Korsup Minerba sejak Mei 2011 6.638 IUP. Matriks perkembangan penataan
dimana total IUP pada saat itu sebanyak IUP dalam Korsup Minerba dari tahun 2011
9.662 IUP, yang terdiri dari 3.778 IUP CNC hingga 2017 dipaparkan dalam gambar 20.
Gambar 20
Perkembangan Penataan IUP dari Tahun ke Tahun: 2011 – 2017
Gambar 20
Perkembangan Penataan IUP dari Tahun ke Tahun: 2011 – 2017
2011 2012-2013 2014 2015 2016 2017

Mei Juni Jan Des Apr-Des Mar-Okt Feb Apr Sept Oktober

Rekonsiliasi IUP Evaluasi IUP oleh Pendelegasian Korsup KPK Kondisi


Pusat ke Provinsi saat ini

Rekonsiliasi IUP Evaluasi IUP oleh Pendelegasian Korsup KPK Kondisi


Pusat ke Provinsi saat ini

Total: 9.662 Total: 10.971 Total: Total: Total: Total: Total: Total:
10.922 10.332 10.331 10.348 10.066 9.155

C&C: 3.778 C&C: 6.004 C&C: C&C: C&C: C&C: C&C: C&C:
6.042 6.374 6.365 6.366 6.384 6.638

Non C&C: 5.884 Non C&C: 4.913 Non C&C: Non C&C: Non C&C: Non C&C: Non C&C: Non C&C:
4.880 3.948 3.966 3.928 3.682 2.517

1 Mei 2011 Okt-Nov 2012 15 April 2014 Korsup KK Status per Status Status per Status per
Rekonsiliasi Rekonsiliasi tahap 2 Penyerahan Sektor Feb 2016 per September Oktober
tahap 1 IUP Non Minerba April 2016 2016 2017
C&C kab/kota
ke Provinsi

Sumber: Kementerian ESDM dan Korsup Minerba KPK, Diolah (PWYP, 2017)

Dari flowchart perkembangan dan capaian IUP yang tidak memenuhi standar
di atas, hingga Oktober 2017, masih terdapat layak operasi baik secara administratif 71

2.517 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang maupun secara kewilayah, sosial dan
berstatus Non-CnC dari Total 9.155 IUP di lingkungan hidup. Tren capaian penataan
seluruh Indonesia Artinya, hanya 72.50% dan penertiban IUP dari tahun ke tahun
atau sejumlah 6.638 IUP dari total IUP yang diilustrasikan pada gambar 21.
layak beroperasi. Selebihnya merupakan

Gambar 21
Gambar
Prosentase IUP CNC 21
dan Non-CNC (2014-2017)

80,00%
72.50%
69.77%
70,00%
63.42%
60.90% 61.75% 61.61% 61.84%
60,00% 48.68%

50,00%
55.00% 55.32%
40,00% CnC
38.25% 38.39% 38.16%
39.10% 36.58%
30,00% Non CnC
30.23%
27.49%
20,00%

10,00%

0
3
11

14

15

eb

ep

un

kt
01

p
20

20

20

-O
-F

-A

-S

-J
-2

‘16

‘16
‘16

‘17
‘17
12
20

Sumber: Kementerian ESDM, Diolah (PWYP, 2017)


Gambar 21 memperlihatkan bahwa dari merupakan bagian dari kebijakan satu peta
kurun waktu 2014 sampai dengan tahun 2017 yang dicanangkan oleh Presiden melalui
prosentase jumlah IUP Non-CNC semakin Perpres No.9 Tahun 2016 tentang Percepatan
berkurang, dan prosentasi jumlah IUP Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada
CNC semakin bertambah. Meski demikian, Tingkat Ketelitian 1 : 50.000. Dimana,
Korsup KPK masih memiliki pekerjaan peta tematik di sektor Minerba dan Migas
rumah untuk menertibkan sejumlah 2.517 ditargetkan dapat selesai di tahun 2016 dan
IUP Non-CNC, atau sebanyak 27.5% dari 2017. Idealnya, pemutakhiran data minerba
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

total IUP di seluruh Indonesia. one map ini dapat mengakomodir metode
pencarian dengan identitas tunggal (single
C.3 Pemutakhiran Data Minerba One Map identity–single ID) bagi perusahaan yang
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

dengan Kementerian/Lembaga bergerak di sektor pertambangan. Dimana,


Dalam rangka penataan IUP/KK/PKP2B pada single ID tersebut terdapat beberapa
di sektor Minerba, Kementerian ESDM informasi yang terintegrasi dan dapat
juga mengembangkan kebijakan sistem digunakan oleh beberapa Kementerian/
satu peta (one map) yang dijadikan acuan Lembaga seperti Kementerian Keuangan,
dalam mendata peta-peta izin usaha Kementerian Perhubungan, kementerian
pertambangan dan konsesi kontrak Perdagangan, KPK, Pemda, KLHK, dan
72
pertambangan. Pengembangan ini juga sebagainya.

Gambar 22
Bagan Penataan Minerba One Map Indonesia (MOMI)

PEMDA Pemilik IUP/ KEMENHUT


KK/PKP2B & LH
DITJEN DITJEN DITJEN DITJEN DITJEN
PAJAK Anggaran Bea Cukai HUBLA DAGLU

METOD E P ENCAR IAN

S ING L E ID *)

Informasi Utama
Na ma perusa ha a n, Kabupaten/Kota/ Prov insi, Nomor & Tahun SK, Luas Wilayah,
Ta ha pa n Keg iata nKomoditas, Tanggal SK, Status C&C, Nomor Ser tifi kat C&C, Single ID

I N FO R M A S I TA M BA H A N

1. NPWP
1. NPWP 1. Terminal
2. DATA 1. NPWP
1. NPWP 2. DATA khusus
PRO- 2. REKOM RE-
2. DATA PRODUKSI & PENJUALAN PRO- 2. NPWP
DUKSI & ET KOMEN-
3. PNBP NPWP DUKSI &
PENJUA- 3. REKOMET DASI
4. DATA JAMREK & PASCA TAMBANG PENJUA- 4. PENJUALAN
LAN ET/SPE
5. REKOM ET/SPE LAN
3. PNBP

*) IDENTITAS TUNGGAL UNTUK SUATU WILAYAH IUP (WIUP) TERDIRI DARI 16 DIGIT
YANG DIGUNAKAN SEBAGAI KODE ACUAN SUATU WIUP DALAM INTEGRASI DATA
UNTAS SEKTORAL ANTAR K/L

Sumber: Bahan paparan Korsup Minerba 10 Provinsi di Bali, 4 Desember 2014


Dalam rapat pelaksanaan Korsup dan berintegrasi menjadi ESDM One Map
Minerba di akhir tahun 2014, peta MOMI – dengan penambahan dan penggabungan
ini telah dapat diakses oleh beberapa antara Peta Minerba dengan Peta Migas
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah di bawah koordinasi Kementerian ESDM.
Daerah, dengan peta sebaran sebagaimana Proses penyelesaian, pengembangan, dan
ditunjukkan pada Gambar 23. Seiring penyempurnakaan peta ESDM ini terus
dengan berjalannya pelaksanaan berlanjut hingga kini-saat laporan ini
kebijakan satu peta yang dicanangkan oleh dipublikasi.
Pemerintah, MOMI kemudian berubah

Gambar 23
Peta Sebaran Pemda dan Kementerian/Lembaga yang telah
mendapatkan akses MOMI

73

Sumber: Bahan paparan Korsup Minerba 10 Provinsi di Bali, 4 Desember 2014

3.2 Pelaksanaan Kewajiban Keuangan penerimaan negara berupa pajak dan


Pelaku Usaha penerimaan non-pajak (berupa royalti dan
Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku iuran tetap/land rent) kepada Pemerintah.
usaha merupakan salah satu standar Kewajiban tersebut merupakan mandat
kepatuhan yang disupervisi dalam dari pelaksanaan UU Minerba (UU
pelaksanaan Korsup Minerba. Sesuai No.4/2009) yang juga diatur dalam PP
dengan ketentuan UU dan peraturan yang Nomor. 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan
berlaku, pelaku usaha di sektor Minerba Tarif atas Jenis PNBP yang berada di
memiliki kewajiban untuk membayar Kementerian ESDM.
Korsup KPK melakukan pengawasan 2. PNBP yang terlambat/belum
dalam pelaksanaan kewajiban ini melalui disetor ke Kas Negara
pengumpulan laporan dari Pemda- 3. PNBP yang digunakan secara
Pemda di seluruh wilayah sasaran Korsup, langsung
mengumpulkan informasi dan melakukan
koordinasi dengan Kementerian/Lembaga ○○ Hasil pemetaan Kementerian
terkait, mengumpulkan informasi dari KK Keuangan, meliputi:
dan PKP2B, serta melakukan pengecekan 1. Proses penyusunan Rencana
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

langsung kepada surveyor. Setelah melalui Peraturan Pemerintah (RPP)


proses pengumpulan data, koordinasi PNBP menjadi lama karena
dan supervisi, KPK melakukan analisa ketiadaan data pendukung
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

perhitungan potensi kehilangan penerimaan 2. Belum ada database jenis tarif


negara akibat dari tidak dilaksanakannya PNBP yang berlaku di sektor
kewajiban keuangan pelaku usaha. Pada ESDM
Korsup Minerba ini sasaran utama untuk 3. Penyusunan Keputusan Menteri
disupervisi adalah pemegang IUP dan KK Keuangan mengenai Persetujuan
serta PKP2B. Penggunaan Sebagian dana PNBP
pada Kementerian/Lembaga
74
A. Temuan-Temuan terkendala karena tidak adanya
Sebelum dilaksanakannya Korsup data yang diyakini terkait realisasi
Minerba, sejumlah pemetaan masalah penerimaan dan penggunaan
terkait pengelolaan PNBP sudah pernah PNBP yang akan menjadi
dilakukan oleh BPK dan Kemenkeu pada dasar perhitungan persetujuan
tahun 2011, serta kajian tentang pengelolaan penggunaan
PNBP di Tahun 2013. Dimana, hasil-hasil 4. Monitoring dan evaluasi PNBP
kajian pemetaan awal tersebut kemudian tidak optimal karena penyampaian
dilanjutkan dengan pelaksanaan Koordinasi laporan oleh Kementerian/
dan Supervisi Sektor Minerba di tahun 2014. Lembaga yang tidak tepat waktu
serta ketidaklengkapan data yang
A.1 Temuan awal masalah pengelolaan disampaikan.
PNBP
A.1.1 Temuan awal oleh BPK dan A.1.2 Temuan awal oleh Kajian KPK Tahun
Kementerian Keuangan Tahun 2011 3 2013
Di tahun 2013, KPK melakukan kajian
○○ Hasil Audit BPK, meliputi: mengenai sistem pengelolaan PNBP
1. Adanya pungutan yang dilakukan Minerba dengan 19 temuan utama dan
tanpa dasar hukum dan/atau rekomendasi tindaklanjutnya.
dikelola di luar mekanisme APBN ○○ 19 (sembilan belas) temuan utama,

3 Bahan presentasi KPK dalam Korsup Minerba.


meliputi:
1. Tarif dan jenis tarif yang Setoran Bukan Pajak) dengan
ditetapkan tidak sesuai dengan informasi yang jelas tentang
perkembangan di lapangan, tujuan pembayaran dan identitas
termasuk dalam pasar produk penyetor;
mineral dan batubara dunia; 9. Tidak ditembuskannya bukti
2. Penetapan RPP jenis dan tarif setor PNBP kepada pihak-pihak
atas jenis PNBP menjadi PP terkait;
memakan waktu yang lama 10. Penyetoran PNBP melewati batas
untuk ditetapkan; waktu pembayaran satu bulan
3. Tarif dan jenis tarif PNBP yang setelah pengapalan
berlaku terhadap mineral dan 11. Terdapat setoran yang bukan
batubara yang berlaku pada KK jenis PNBP Mineral dan Batubara
lebih rendah dibandingkan tarif yang masuk ke dalam akun
yang berlaku pada IUP Mineral. penerimaan PNBP Mineral dan
Tarif PNBP untuk royalti yang Batubara;
berlaku pada PKP2B lebih tinggi 12. Rekonsiliasi PNBP antar
dibandingkan dengan yang Kementerian/Lembaga dan Antar
berlaku pada IUP Batubara; Pemerintah Daerah yang masih
75
4. Tidak semua KK/PKP2B bersedia bersifat manual;
untuk melakukan renegosiasi 13. Ketimpangan informasi
kontrak termasuk aspek antara pemerintah pusat dan
penyesuaian pembayaran royalti/ pemerintah daerah;
iuran tetap; 14. Ketidaksinkronan substansi
5. Tidak akuratnya perhitungan aturan UU No. 20 Tahun 1997
volume dan kualitas mineral dan tentang PNBP dengan sejumlah
batubara yang akan dijual oleh aturan perundang-undangan
pelaku usaha, sebagai dasar untuk yang lain;
perhitungan kewajiban royalti;
6. Tidak tertagihkannya semua 15. Keterbatasan Struktur dan
piutang negara (royalti dan iuran Tupoksi Organisasi;
tetap) oleh pemerintah kepada 16. Keterbatasan Sumberdaya
pelaku usaha; Manusia;
7. Tidak terbayarkannya kewajiban 17. Kerugian Keuangan Negara
PNBP secara secepatnya ke kas berdasarkan Hasil Audit BPK;
negara sesuai dengan amanah UU 18. Kerugian Keuangan Negara dari
No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP; PNBP Minerba berdasarkan Hasil
8. Tidak dilengkapinya bukti setor Perhitungan Tim Optimalisasi
royalti dan iuran tetap (Surat Penerimaan Negara (Tim OPN);
19. Potensi Hilangnya Pendapatan 3. Witness Survey Minerba
Negara dari PNBP Minerba 4. Audit pada IUP/KK/PKP2B
berdasarkan perhitungan dengan berukuran besar dengan hasil
menggunakan data Laporan temuan sekitar 1 triliun.
Surveyor.
A.2 Peta Masalah Pengelolaan PNBP
○○ Tindak lanjut KPK, meliputi: Berdasarkan 19 temuan awal hasil kajian
1. Perbaikan regulasi: KPK di tahun 2013 mengenai sistem
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

dikeluarkannya SE mengenai pengelolaan PNBP, Korsup Minerba


revisi PP secara regular dan melakukan pemetaan masalah dengan
pengaduan tentang tata cara mengklasifikasikan masalah dari aspek
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

revisi PP tarif dan jenis PNBP; ketatalaksanaan, regulasi, organisasi dan


2. Inventarisasi pelabuhan, sumberdaya manusia, serta permasalahan
terutama pelabuhan khusus potensi hilangnya pendapatan negara
(Pelsus), Terminal Khusus dari tidak dilaksanakannya kewajiban
(Tersus) dan Terminal Untuk Wajib Bayar PNBP Minerba. Peta masalah
Kepentingan Sendiri (TUKS) tersebut dijabarkan pada Tabel 12 .
Minerba;
76

Tabel 12
Peta Masalah Pengelolaan PNBP Minerba

No. Komponen Permasalahan


A. Aspek Ketatalaksanaan
Proses Perencanaan: Penetapan A.1.1. Tarif dan jenis tarif yang ditetapkan tidak sesuai dengan
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP perkembangan di lapangan, termasuk dalam pasar
Minerba produk mineral dan batubara dunia.
A.1.2. Penetapan RPP jenis dan tarif atas jenis PNBP menjadi
PP memakan waktu yang lama untuk ditetapkan.
A.1.3. Tarif dan jenis tarif PNBP yang berlaku terhadap mineral
dan batubara yang berlaku pada KK lebih rendah
A.1. dibandingkan tarif yang berlaku pada IUP Mineral.
Tarif PNBP untuk royalti yang berlaku pada PKP2B
lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlaku pada
IUP Batubara.
A.1.4. Tidak semua KK/PKP2B bersedia untuk melakukan
renegosiasi kontrak termasuk aspek penyesuaian
pembayaran royalti/iuran tetap. Kalaupun bersedia,
prosesnya sangat alot dan panjang.
A.2.1. Tidak akuratnya perhitungan volume dan kualitas
Proses Perhitungan mineral dan batubara yang akan dijual oleh pelaku
A.2.
Kewajiban PNBP Minerba usaha, sebagai dasar untuk perhitungan kewajiban
royalti.
A.3.1. Tidak tertagihkannya semua piutang negara (royalti dan
Proses Penagihan
A.3. iuran tetap/land rent) oleh pemerintah kepada pelaku
Kewajiban PNBP Minerba
usaha.
No. Komponen Permasalahan
Proses Penyetoran A.4.1. Tidak terbayarkannya kewajiban PNBP secara secepatnya
ke kas negara sesuai dengan amanah UU No. 20 Tahun
Kewajiban PNBP Minerba 1997 tentang PNBP.
A.4.2. Tidak dilengkapinya bukti setor royalti dan iuran
tetap (Surat Setoran Bukan Pajak) dengan informasi
A.4. yang jelas tentang tujuan pembayaran dan identitas
penyetor.
A.4.3. Tidak ditembuskannya bukti setor PNBP kepada pihak
pihak terkait.
A.5.4. Penyetoran PNBP melewati batas waktu pembayaran
satu bulan setelah pengapalan.

Proses Penyimpanan PNBP A.5.1. Terdapat setoran yang bukan jenis PNBP Mineral dan
A.5. Batubara yang masuk ke dalam akun penerimaan
Minerba PNBP Mineral dan Batubara.
Proses Pembagian PNBP A.6.1. Rekonsiliasi PNBP antar Kementerian/Lembaga dan
Minerba Antar Pemerintah Daerah yang masih bersifat manual.
A.6.
A.6.2. Ketimpangan informasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
B. Aspek Regulasi
B.1. Ketidaksinkronan substansi aturan UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP dengan sejumlah
aturan perundangundangan yang lain.
C. Aspek Organisasi dan Sumberdaya Manusia
C.1. Keterbatasan Struktur dan Tupoksi Organisasi
C.2. Keterbatasan Sumberdaya Manusia
Potensi Hilangnya Pendapatan Negara dari Tidak Dilaksanakannya Kewajiban Wajib Bayar
D.
PNBP

D.1. Potensi Kerugian Keuangan Negara berdasarkan Hasil Audit BPK


D.2. Potensi Kerugian Keuangan Negara dari PNBP Minerba berdasarkan Hasil Perhitungan Tim
Optimalisasi Penerimaan Negara (Tim OPN)
D.3. Potensi Hilangnya Pendapatan Negara dari PNBP minerba berdasarkan perhitungan dengan 77
menggunakan data Laporan Surveyor

Sumber : Diolah dari Hasil Kajian KPK tentang Sistem Pengelolaan PNBP Minerba (2013)

A.3 Tunggakan PNBP dari Pemegang IUP, masuk ke KPK, pada tahun 2015 diketahui
KK dan PKP2B. sebanyak 6.812 IUP memiliki tunggakan
Salah satu temuan Korsup KPK di sektor PNBP berupa pembayaran Iuran Tetap
Minerba adalah banyaknya tunggakan (land rent) yang nilainya mencapai Rp.
PNBP – khususnya jenis pembayaran 2,06 triliun untuk rentang waktu 2013-2015,
royalti (iuran produksi) dan iuran tetap/land dengan rincian sebagaimana disajikan
rent. Berdasarkan laporan dan data yang pada tabel 13.
Tabel.13
Tunggakan/Piutang PNBP-Iuran Tetap dari Pemegang IUP Se-Indonesia (2013-2015)

Total Piutang
Jumlah Piutang PNBP-Iuran Tetap (Rp)
Provinsi PNBP (Rp)
IUP
2013 2014 2015 2013 - 2015
           
Aceh 113 12.255.829.327,00 17.551.879.260,00 19.402.267.400,00 49.209.975.987,00
Sumatra Utara 28 3.789.096.934,42 17.551.879.260,00 19.402.267.400,00 40.743.243.594,42
Sumatera
159 6.552.219.451,75 7.671.407.098,00 8.436.591.762,00 22.660.218.311,75
Barat
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Riau 71 5.793.268.287,00 6.897.962.330,00 7.353.230.213,00 20.044.460.830,00


Bengkulu 99 10.178.324.288,00 7.976.942.432,00 14.342.946.300,00 32.498.213.020,00
Lampung 72 3.848.444.899,24 4.250.746.900,64 4.785.884.146,00 12.885.075.945,88
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Banten 11 479.723.400,00 697.210.240,00 1.591.113.750,00 2.768.047.390,00


Jawa Barat 122 2.256.907.418,60 2.732.147.044,80 4.328.515.483,45 9.317.569.946,85
Jawa Tengah 52 369.581.165,00 968.765.072,00 542.901.250,00 1.881.247.487,00
DI Yogyakarta 12 143.480.127,00 157.144.901,00 170.264.675,00 470.889.703,00
Jawa Timur 69 501.142.882,00 579.690.676,00 1.735.438.950,00 2.816.272.508,00
Nusa Tenggara
248 15.834.438.275,00 18.452.172.802,27 21.869.693.900,00 56.156.304.977,27
Timur
Nusa Tenggara
41 6.791.435.591,00 9.489.000.014,00 11.993.092.950,00 28.273.528.555,00
Barat
Sulawesi Barat 71 10.769.149.394,00 13.579.152.120,00 15.001.300.000,00 39.349.601.514,00
78
Gorontalo 36 3.473.497.744,00 7.618.686.820,00 6.664.447.324,00 17.756.631.888,00
Sulawesi Utara 7 3.817.776.449,60 5.750.414.920,00 6.209.644.596,00 15.777.835.965,60
Maluku 96 10.519.254.240,00 10.888.997.985,00 11.185.007.500,00 32.593.259.725,00
Papua Barat 106 38.644.010.554,00 39.786.767.860,00 41.411.265.000,00 119.842.043.414,00
Papua 124 65.612.791.381,00 65.612.791.381,00 77.299.035.490,00 208.524.618.252,00
Jambi 341 14.768.419.125,81 14.772.342.392,93 23.281.162.718,00 52.821.924.236,74
Kep. Riau 97 8.811.711.374,51 7.915.074.795,36 12.067.375.863,00 28.794.162.032,87
Bangka
577 3.826.645.542,43 4.996.605.088,10 9.940.554.442,27 18.763.805.072,80
Belitung
Sumatera
222 26.750.276.028,77 28.307.385.001,11 76.715.732.164,59 131.773.393.194,46
Selatan
Sulawesi
353 32.706.574.521,88 38.174.876.482,36 40.400.603.156,88 111.282.054.161,11
Tengah
Sulawesi
105 9.721.418.508,00 11.794.688.788,00 15.589.433.920,00 37.105.541.216,00
Selatan
Sulawesi
303 26.895.166.192,94 24.448.067.420,50 22.759.952.467,00 74.103.186.080,44
Tenggara
Maluku Utara 266 14.121.286.910,06 16.420.114.447,00 35.794.864.575,00 66.336.265.932,06
Kalimantan
624 65.098.636.069,31 100.294.989.432,00 109.305.219.218,00 274.698.844.719,31
Tengah
Kalimantan
466 94.959.426.355,56 11.653.080.369,00 12.666.391.705,43 119.278.898.430,00
Barat
Kalimantan
545 17.691.123.746,24 23.109.302.453,52 15.805.886.022,00 56.606.312.221,76
Selatan
Kalimantan
1205 78.672.594.964,27 81.946.229.931,76 128.102.791.402,79 288.721.616.298,82
Timur
Kalimantan
171 27.599.736.907,60 29.219.322.762,96 35.533.703.166,00 92.352.762.836,56
Utara
JUMLAH 6812 2.066.207.805.447,69

Sumber: Korsup Minerba KPK-ESDM, Diolah (2016)


Pada September 2016 lalu, Tim Korsup KPK (piutang) dari seluruh perusahaan IUP, KK,
bersama jajaran Ditjen Minerba melakukan dan PKP2B total nilainya mencapai Rp 25,5
Rapat Koordinasi untuk menindaklanjuti Triliun. Mayoritas piutang dikontribusikan
sejumlah capaian atas Rekomendasi oleh Perusahaan PKP2B Generasi I periode
KPK, secara spesifik membahas soal KK 2008 sampai 2012 yang mencapai Rp 21,85
dan PKP2B. Setelah dilakukan update, triliun, sebagaimana dipaparkan pada
berdasarkan data dari Direktorat PNBP Tabel 14.
per September 2016, total tunggakan PNBP

Tabel 14
Saldo Piutang PNBP IUP, KK, dan PKP2B – Per September 2016.

Kurs
Jumlah Total
Perusahaan Jumlah (*Nilai
Saldo Piutang PNBP (Rp)
Minerba Perusahaan Tengah BI, 31
Des’2015)

6 Rp 3.715.329.731.221,16 1 3.715.329.731.221,16
PKP2B – Terkait
PPN Generasi I USD 1.314.965.388,30 13.180 17.331.243.817.794,00
Sub-Total 21.046.573.549.015,16
57 Rp 27.845.992.794,53 1 27.845.992.794,53
PKP2B USD 19.454.773,92 13.180 256.413.920.265,60 79
Sub-Total 284.259.913.060,13
28 Rp 0,00 1 0,00
KK USD 20.302.845,46 13.180 267.591.503.162,80
Sub-Total 267.591.503.162,80
3145 Rp 1.098.176.673.323,56 1 1.098.176.673.323,56
IUP USD 213.452.100,15 13.180 2.813.298.679.952,20
Sub-Total 3.911.475.353.275,76
TOTAL 25.509.900.318.513,90

Sumber: Direktorat PNBP-Kementerian ESDM dan Korsup Minerba KPK (2016)

Beberapa pola permasalahan dari 2. Terdapat Piutang PNBP terhadap


tunggakan PNBP yang mengemukakan PKP2B Generasi-I periode 2008 s/d 2012
pada Focus Group Discussion (FGD) yang terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dilakukan oleh PWYP Indonesia bersama yang ditahan oleh perusahaan yang
Tim Korsup Minerba dan Direktorat PNBP bersangkutan, karena terdapat PPN
Dirjen Minerba – KESDM pada 6 Maret 2017 Masukan yang telah dibayarkan oleh
lalu, antara lain: perusahaan PKP2B kepada Pemerintah
(Ditjen Pajak), sehingga menjadi beban
1. Perusahaan mengajukan Keberatan
pemerintah dan akan diperhitungkan
atas Hasil Pemeriksaan/Audit yang
(reimburse) dengan mekanisme
dilakukan oleh Tim BPK RI maupun
pengurangan (set off) dari kewajiban
BPKP (Tim Optimalisasi Penerimaan
DHPB/Royalti PKP2B.
Negara).
3. Hasil audit pada tahun 2006 sampai A.4 Terdapat Dispute PPN pada PKP2B
dengan semester-I 2011 yang dilakukan Generasi I
kepada Pemda, sehingga perusahaan Dari total tunggakan PNBP perusahaan
keberatan karena merasa tidak minerba yang mencapai Rp. 25,5 Triliun
mengetahui dan mengklarifikasi hasil tersebut, Rp 21,8 triliun di antaranya
audit tersebut. merupakan tunggakan DHPB dari 5 (lima)
4. Terdapat perusahaan yang mengajukan Perusahaan PKP2B Generasi-I periode
Permohonan Pembayaran Secara tahun 2008-2012 yang masih ditahan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Bertahap atas Hasil Pemeriksaan/Audit . oleh perusahaan yang bersangkutan,


5. Terdapat Piutang PNBP dari perusahaan karena terdapat dispute PPN yang telah
yang izinnya telah berakhir/dicabut/ dibayarkan oleh PKP2B kepada Ditjen
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

terminasi Pajak sebelumnya, yang berdasarkan


6. Terdapat Piutang PNBP dari PKP2B merupakan pajak yang timbul di
perusahaan yang pindah alamat/alamat luar kontrak. Hal tersebut juga diperkuat
tidak diketahui. berdasarkan PP Nomor 144/2000 tentang
Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
dimana batubara merupakan satu diantara
80
barang yang tidak dikenakan PPN. Dispute
tersebut diilustrasikan pada Gambar 24 di
bawah ini.

Gambar 24
Dispute PPN pada PKP2B Generasi-I
Gambar 24

Pemerintah Kontraktor PKP2B Gen. 1

Denda : 2%/bulan
DHPB : 13,5%
(maks. 48%)

Sesuai UU No. 20 Tahun 1997


Reimbursement Bunga : 6%/Tahun
PPN (maks. 48%)

Sesuai Legal Opinion Kejagung RI


Pajak Penjualan Denda : 20%
(KMK 175/1979) (KMK 191/1979)

Biaya Adm. Pengurusan


Piutang Negara : 10%

Sumber: Korsup KPK-ESDM (2016)


A.5 Terdapat Pemegang IUP yang Tidak tidak terindentifikasi (16%). Dan lebih
Memiliki NPWP fatal lagi, hanya 5.557 (88%) dari IUP yang
Pada kick off meeting Korsup Minerba di ber-NPWP tersebut yang melaporkan
19 Provinsi awal Desember 2014 lalu, Ditjen SPT-nya. Jadi, jika dibandingkan dengan
Pajak mengeluarkan data pajak pemegang data total jumlah IUP saat penelusuran
IUP. Hasilnya cukup mengejutkan, hanya itu dilakukan (10.584), maka hanya 5.5557
sekitar 70% (7.519) dari pemilik IUP yang melaporkan SPT, atau hanya sekitar
terdaftar di Ditjen Pajak, yang mana dari 52,4 % dari seluruh pemegang IUP saat itu.
jumlah tersebut hanya 6.297 IUP (84%) Gambar 24 mengilustrasikan kepatuhan
yang memiliki NPWP sedangkan sisanya pajak dari pemegang IUP.

Gambar 25
Komposisi IUP dan Kepatuhan Pajak
Gambar 25

Pemegang IUP Yang


Terdaar di Dirjen Pajak

7.519 (100%) 81

Ber-NPWP NPWP Belum


Periode Pajak. 2010 s.d. 2012 Terindentifikasi

6.297 (84%) 1.222 (16%)

Lapor SPT Tidak Lapor SPT

5.557 (88% 740 (12%)

Sumber: Ditjen Pajak dan KPK, berdasarkan data status Oktober 2014
Selain itu, Ditjen Pajak dalam pertemuan potensi pajak yang belum tergali atas wajib
Korsup di Sulawesi Selatan pada Juni pajak minerba yang telah berproduksi
2014 juga memperkirakan Jumlah dan belum melakukan pembayaran pajak,
penerimaan rata rata 4 tahun dari 1.901 adalah sekitar +/- Rp 6 triliun per tahun.
WP IUP yang melakukan pembayaran Ditjen Pajak menargetkan potensi yang
pajak: Rp 9,6 triliun. Jumlah Wajib Pajak diharapkan dapat digali selama 4 tahun ke
yang telah berproduksi namun tidak ada depan adalah sekitar +/- Rp 24 triliun.
pembayaran pajaknya: 1308. Sebenarnya
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Gambar 26
Peta Sebaran IUP Se-Indonesia dan Identifikasi NPWP
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Aceh
150

Sumut Maluku &


111 Kaltara
251 Sulut Maluku
437
Utara
Riau & Kep. Riau Gorontalo 126
252 46
Sumbar Kalbar
280 683 Kalteng
367
Jambi Babel Sulbar Sulteng
399 Sumsel 1.086 Kalsel 73 444 Papua
358 845 238
Bengkulu Sultra
158 Lampung Sulsel 472
414
82 242 Jakarta Jateng
Banten 275 Jatim Bali
87 Jabar 337 10
619 DIY NTB NTT
16 150 306

Jumlah IUP / KP / SIPD 10.922


Jumlah Pemegang IUP 8.410 38%
NPWP Terindetifikasi 5.231
NPWP Belum Terindetifikasi 3.179 62% NPWP Belum
Terindetifikasi
Data per 10 April 2014

Sumber : Korsup Minerba KPK, Kalbar 21 Mei 2014

A.6 Terdapat Pemilik IUP Yang Tidak Pajak Penghasilan yang dilaporkan tidak
Menyampaikan SPT Pajak Penghasilan sebanding dengan Nilai Peredaran Usaha
Korsup ini juga menemukan terdapat yang Dilaporkan. Rekap data hasil Korsup
pemilik IUP yang tidak menyampaikan Minerba KPK di 12 Provinsi ditemui
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). persentase nilai Pph yang dilaporkan jauh
Indikasi ini terjadi di beberapa daerah. di bawah nilai usaha. Beberapa daerah
Akibatnya, perbandingan antara nilai tersebut terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15
Rekap Perbandingan Antara Pembayaran Pajak Penghasilan
dengan Nilai Usaha Yang Dilaporkan dalam SPT (2010 – 2012)

Nilai Pelaporan SPT (2010 - 2012)


Provinsi  
Nilai Usaha Pph Yang Dibayar Prosentase PPh (%)
Kalimantan Tengah Rp 7,680,000,000,000 Rp 52,100,000,000 0.68%
Kalimantan Timur Rp 34,600,000,000,000 Rp 3,200,000,000,000 9.25%
Kalimantan Utara Rp 5,200,000,000,000 Rp 180,300,000,000 3.47%
Kalimantan Barat Rp 6,910,000,000,000 Rp 229,000,000,000 3.31%
Sulawesi Tengah Rp 4,811,000,000,000 Rp 73,071,000,000 1.52%
Sulawesi Tenggara Rp 38,200,000,000,000 Rp 2,900,000,000,000 7.59%
Sulawesi Selatan Rp 4,400,000,000,000 Rp 113,000,000,000 2.57%
Sumatera Selatan Rp 3,100,000,000,000 Rp 152,000,000,000 4.90%
Bangka Belitung Rp 38,400,000,000,000 Rp 904,000,000,000 2.35%

Sumber: Bahan Presentasi Korsup Minerba KPK di berbagai Provinsi, Tahun 2014

Temuan umum dan catatan lainnya terkait menimbulkan kerugian pendapatan


IUP dan kepatuhan di sektor Pajak antara negara dapat dipidana sesuai dengan Pasal
lain : 39 UU KUP.
• Terdapat alamat pemilik izin usaha 83

pertambangan (IUP) yang berbeda A.7 Kewajiban Penempatan Dana Jaminan


dengan alamat yang terdapat pd Reklamasi dan Pasca-Tambang
master file pajak nasional. UU Minerba mewajibkan pemegang IUP/
• Terdapat pemilik izin usaha KK/PKP2B mengalokasikan/menempatkan
pertambangan (IUP) yang tidak dana jaminan reklamasi dan pasca-
menyampaikan Surat Pemberitahuan tambang dengan jumlah yang telah
Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan. ditetapkan oleh pemberi izin. Bahkan,
• Meski telah memenuhi persyarakat komitmen pengalokasian dana jaminan
Subjektif & Objektif (pasal 2 UU KUP), reklamasi dan pasca-tambang tersebut
namun masih ada pemegang IUP tidak merupakan persyaratan awal untuk
memiliki NPWP mendapatkan Izin Usaha Pertambangan
(IUP).
Padahal, menurut ketentuan yang
berlaku dalam UU KUP (Ketentuan Dana jaminan dan pasca-tambang tersebut
Umum Perpajakan) adalah barang wajib ditempatkan dalam rekening
siapa yang dengan sengaja (termasuk bersama antara perusahaan pemegang
pemegang IUP) tidak mendaftarkan IUP dan Pemda (joint account). Begitu
diri, tidak menyampaikan SPT, ataupun juga dengan mekanisme pencairan dan
menyampaikan SPT tidak benar sehingga penggunaannya, harus sesuai dengan
dokumen rencana reklamasi dan usaha. Korsup KPK juga melaksanakan
pasca-tambang yang telah dibuat oleh koordinasi dan supervisi sejauh mana hal
perusahaan dan disampaikan serta tersebut diawasi dan dilaksanakan oleh
disetujui oleh pemberi izin (pemerintah Pemda, terutama terhadap IUP-IUP yang
pusat atau pemerintah daerah). Baik telah diterbitkan.
Pemerintah Pusat maupun Pemda
memiliki kewajiban untuk melaporkan Berdasarkan hasil pendataan Korsup pada
dan mengawasi pelaksanaan kegiatan tahun 2014, terdapat 1.325 IUP yang tidak
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

tersebut. memenuhi kewajiban reklamasi dan 186


IUP tidak memenuhi kewajiban pasca-
Terkait dengan hal tersebut, Korsup tambang. Perkembangan pelaksanaan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Minerba melakukan pengumpulan data, dan penempatan jaminan reklamasi dan


pengawasan dan koordinasi serta supervisi pasca-tambang di masing-masing daerah
pelaksanaan kewajiban penempatan (provinsi, kabupaten/kota) dapat dilihat
dana jaminan tersebut oleh pelaku pada Lampiran-1 laporan ini.

Tabel 16
84 Rekap Jumlah Penempatan Dana Jaminan Reklamasi dan
Pasca Tambang (2014)

Penempatan Dana Jaminan (Data Awal : 2014)


Jumlah Reklamasi Pasca Tambang
Provinsi
Kabupaten
Tidak Ada Pasca Tidak Ada
Reklamasi
Data Tambang Data
Bangka Belitung 7 Prov 4, Kab 380 1 Kab Kab 9 IUP Prov, 6 Kab
Sumatera Selatan 12 Prov 2, Kab 69 4 Kab Kab 33 IUP Prov 5, Kab 5
Jambi 7 Prov 12, Kab 34 3 Kab Kab 14 IUP Prov, Kab 5
Kepulauan Riau 5 Kab 50 Prov 1, Kab 1 Kab 19 IUP Prov 3, Kab 3
Sulawesi Tengah 11   Prov 11, Kab 11   Prov 11, Kab 11

Sulawesi Selatan 23 Kab 34 IUP Prov 22, Kab 22   Prov, 23 Kab

Sulawesi Tenggara 10 Kab 23 IUP Prov 9, Kab 9   Prov, 10 Kab


Maluku Utara 9   Prov 9, Kab 9   Prov, 9 Kab
Kalimantan Barat 12 Kab 19 IUP Prov 9, Kab 9 Kab 7 IUP Prov, 10 Kab
Kalimantan
14 Kab 28 IUP Prov 10, Kab 10 Prov 1, Kab 14
Tengah  
Kalimantan
8 Kab 131 IUP Prov 4, Kab 4 Kab 12 IUP Prov, 7 Kab
Selatan
Kalimantan Prov 1 IUP,
11 1 Kab Kab 98 IUP Prov, 5 Kab
Timur Kab 337 IUP
Kalimantan Utara 5 Kab 8 IUP Prov, 2 Kab   Prov, 5 Kab
Penempatan Dana Jaminan (Data Awal : 2014)
Jumlah Reklamasi Pasca Tambang
Provinsi
Kabupaten
Tidak Ada Pasca Tidak Ada
Reklamasi
Data Tambang Data
Nusa Tenggara
16 Kab 13 IUP Prov, 15 Kab   Prov, 16 Kab
Timur
Aceh 17 Kab 4 IUP Prov, 14 Kab Kab 1 IUP Prov, 16 Kab
Sumatera Utara 10   Prov, 10 Kab   Prov, 10 Kab
Sumatera Barat 13 Kab 27 IUP Prov, 10 Kab   Prov, 13 Kab
Riau 6 Kab 3 IUP Prov, 4 Kab   Prov, 6 Kab
Bengkulu 8 Kab 11 IUP Prov, 6 Kab Kab 5 IUP Prov, 7 Kab
Lampung 11   Prov, 11 Kab   Prov, 11 Kab
DKI Jakarta 0   Prov   Prov
Jawa Barat 17 Kab 97 IUP Prov, 13 Kab   Prov, 17 Kab
Prov 2 IUP, Prov 8 IUP,
Jawa Tengah 14 12 Kab 13 Kab
Kab 29 IUP Kab 7 IUP
DIY 2   Prov, 2 Kab   Prov, 2 Kab
Jawa Timur 18 Kab 7 IUP Prov, 15 Kab   Prov, 18 Kab
Banten 4 Kab 1 IUP Prov, 3 Kab   Prov, 4 Kab
Bali 2   Prov, 2 Kab   Prov, 2 Kab
Nusa Tenggara
9   Prov, 9 Kab   Prov, 9 Kab
Barat
Sulawesi Utara 11   Prov, 11 Kab   Prov, 11 Kab 85
Gorontalo 5   Prov, 5 Kab   Prov, 5 Kab
Sulawesi Barat 5 Kab 1 IUP Prov, 4 Kab   Prov, 5 Kab
Maluku 5   Prov, 5 Kab   Prov, 5 Kab
Papua 13   Prov, 13 Kab   Prov, 13 Kab
Papua Barat 8   Prov, 8 Kab   Prov, 8 Kab

Sumber: Bahan Presentasi Korsup Minerba KPK, Desember 2014

B. Tindak Lanjut • Penertiban Database Piutang,


Upaya tindak yang dilakukan dalam diantaranya meliputi pencatatan saldo
menyikapi persoalan kewajiban keuangan awal, penambahan dari penjualan,
pelaku usaha dalam Korsup Minerba ini pelunasan dan saldo akhir
meliputi : • Inventarisasi Waba (Wajib Bayar)
yang Terdaftar (CnC) dan yang telah
B.1. Tindak lanjut oleh Direktorat PNBP, melunasi Kewajibannya
Ditjen Minerba, Kementerian ESDM • Melakukan Penagihan dan Teguran II
Beberapa upaya tindak lanjut yang dan III kepada Perusahaan yang belum
dilakukan oleh Direktorat PNBP, Ditjen melunasi;
Minerba sebagaimana disampaikan dalam • Melakukan verifikasi untuk
FGD yang diselenggarakan oleh PWYP mengetahui kewajiban Waba yang
Indonesia pada 6 maret 2017, antara lain sebenarnya;
meliputi :
• Kerjasama BPKP untuk meningkatkan B.2 Penyelesaian Restitusi atas Dispute
Audit Coverage Ratio. PPN untuk PKP2B Generasi-I
• Menindaklanjuti Temuan Hasil Dispute PPN yang menyebabkan
Pemeriksaan BPK, BPKP dan ditahannya hak Negara berupa PNBP
Inspektorat; tersebut, karena terdapat PPN Masukan
• Koordinasi dengan KemenKeu yang telah dibayarkan oleh perusahaan
terhadap: (a) Penyelesaian piutang PKP2B kepada Pemerintah (Ditjen Pajak),
khusus yang meminta keringanan yang berdasarkan PKP2B merupakan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

dengan Cicilan; (b) Akses SIMPONI pajak yang timbul di luar kontrak,
(Sistem Informasi PNBP Online) sehingga menjadi beban pemerintah
• Telah memasukkan unsur/variable dan akan diperhitungkan (reimburse)
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

yang diperlukan dalam rangka dengan mekanisme pengurangan (set off)


perhitungan pemenuhan kewajban dari kewajiban DHPB/Royalti PKP2B.
negara dalam sistem yang dibangun Mekanisme ini disebut juga sebagai
oleh Direktorat pembinaan program, restitusi.
antara lain melalui Informasi PNBP
secara real time (minimal Izin Pusat). Untuk mempercepat proses penyelesaiaan
• Melakukan koordinasi dengan Waba set off piutang PKP2B, Kementerian ESDM
86
dalam rangka validasi piutang yang – khususnya direktorat PNBP Dirjen
belum dilunasi. Minerba terus melakukan koordinasi yang
• Melaksanakan sosialiasi terhadap lebih intens antara Kementerian ESDM
Waba tentang tata cara pelunasan dengan Kementerian Keuangan dan BPKP.
kewajiban baik yang keberatan atau Selain melakukan set off, Dirjen Minerba
meminta keringanan dengan cara juga membuka kemungkinan untuk adanya
cicilan. mekanisme restrukturisasi piutang dan
• Sedang menjajaki kerja sama dengan pembayaran angsuran yang lebih fleksibel.
Surveyor untuk pengawasan Penjualan Kementerian ESDM juga melakukan
Domestik baik antar pulau maupun penagihan dan bahkan mengeluarkan
dalam satu pulau. surat teguran II dan III kepada perusahaan
• Pembentukan direktorat baru yang (PKP2B, KK dan IUP) yang belum melunasi.
menangani soal PNBP di Ditjen
Minerba B.3 Tindak Lanjut atas Perusahaan yang
• Penerapan konsekuensi bagi tidak memiliki NPWP
perusahaan yang tdak melunasi Terkait tindak lanjut atas temuan adanya
kewajiban piutang PNBP, sebagai perusahaan pemegang IUP yang tidak
misal tidak diterbitkannya sertifikat memiliki NPWP, langkah-langkah aksi
CNC, Izin Eksportir Terdaftar (ET), yang dilakukan antara lain:
Surat Persetujuan Ekspor (SPE), dan 1. Mewajibkan kepada seluruh
syahbandar. pemegang IUP & IUPK untuk :
(a) Melaporkan jumlah produksi, Melakukan Koordinasi antara K/L
penjualan dan pembayaran royalti (Kemen ESDM dan Kemenkeu).
selama periode 5 (lima) tahun sejak Dimana terdapat konsep agar setiap
2009 s.d. 2013 kepada Kepala Dinas usaha minerba akan diperlakukan
Pertambangan Kab/Kota/Provinsi kebijakan ring fencing sebagaimana
dan Dirjen Minerba; (b) Wajib dalam industri migas. Sehingga
menyampaikan Surat Pemberitahuan setiap 1 IUP hanya akan dimiliki
(SPT) ke KPP tempat pemegang IUP oleh 1 NPWP yang identik dan tidak
& IUPK terdaftar sesuai ketentuan; diperkenankan menggabungkan
dan (c) Dirjen Pajak/DJP melalui laporan pajaknya dengan laba/rugi
unit di tingkat kantor wilayah dan kegiatan usaha di luar laba/rugi IUP
KPP diminta untuk meningkatkan yang bersangkutan.
koordinasi dengan Dinas 4. Pengawasan Penjualan Produk
Pertambangan Provinisi/Kabupaten/ Minerba dengan Melakukan
Kota serta Dinas Penerimaan Daerah Koordinasi antara K/L (Kemen
untuk pengumpulan data tersebut di ESDM, Kemendag, dan Kemenkeu).
atas. Hal ini dilakukan melalui Sistem
2. DJP akan memantau terkait ketaatan pengelolaan laporan surveyor secara
87
pelaporan SPT pemegang IUP & IUPK elektronik & terpadu, sehingga semua
di atas dan akan melaporkan kepada dokumen yang diterbitkan surveyor
KPK setiap 3 bulan sekali untuk minerba dan migas berasal dari
3. Setiap pengajuan izin pertambangan dokumen surveyor yang diterbitkan
baru atau perpanjangan izin yang ada, melalui sistem IT pemerintah
pemohon izin (Wajib Pajak) diwajibkan sebagaimana penerbitan e-invoice
melampirkan NPWP dan Surat dalam penerbitan faktur PPN.
Keterangan Fiskal (Tax Clearance) 5. Himbauan & Konseling untuk
dari KPP terdaftar. Kedepannya, melaporkan dan/atau memperbaiki
diharapkan 1 IUP = 1 NPWP yang SPT
berlokasi di mana IUP berada dengan
Gambar 27
Alur Koordinasi dan Pelaporan
Gambar 27 Data Pemegang IUP

Atas data pemegang IUP yang


Instansi tidak terda ar di wilayah kerja
Terkait KPP KPP, KPP melaporkan data
Koordinasi
tersebut ke Kanwil
(1x / bulan)

Pelaporan

(1x / bulan)
Kanwil melengkapi data
pemegang IUP untuk tiap
Provinsi

Kanwil DJP Atas data pemegang IUP yang


SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Dit.TIP melengkapi
tidak terda ar di wilayah
data pemegang IUP
kerja Kanwil, Kawil melapor-
secara nasional
kan data tersebut ke Dit. TIP
Pelaporan

(1x / bulan)
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Dit. TIP Koordinasi


Dit. P2 Koordinasi
KPK
(1x / 3 bulan)

Instansi Terkait
1. KPP Bea dan Cukai
2. Dinas Pertambangan & Energi
3. Dinas Pendapatan Daerah
4. Dinas Perdagangan
5. Dinas Perhubungan
6. Instansi terkait lainnya
88

Sumber: Paparan Ditjen Pajak di Korsup Minerba Kalteng, 2 April 2014

B.4 Sanksi Bagi Perusahaan Yang Tidak jaminan, dan pelaporan pelaksanaan
Menempatkan Dana Jaminan Reklamasi reklamasi dan pasca-tambang di wilayah
dan Pasca-Tambang IUPnya masing-masing. Meski demikian,
Sebagaimana ketentuan yang berlaku, penempatan dana jaminan reklamasi tetap
baik yang diatur melalui PP maupun tidak menghilangkan kewajiban pemegang
Peraturan Menteri (Permen ESDM No.7 IUP untuk melaksanakan reklamasi.
Tahun 2014) bahwa setiap pemegang IUP Gambar 28 merupakan bagan ilustrasi
wajib melaksanakan kewajiban berupa kewajiban utama pemegang IUP.
penyampaian rencana, penempatan dana
Gambar 28
Ketentuan Reklamasi dan Pasca-Tambang

PELAPORAN
KEWAJIBAN
Sanksi
1. Peringatan tertulis;
PELAKSANAAN 2. Penghentian sementara
sebagian atau seluruh kegitan
JAMINAN pertambangan;
3. Pencabutan IUP Eksplorasi, IUP
Bentuk Jaminan Reklamasi Operasi Produksi, IUPK
1. Rekening Bersama Eksplorasi, atau IUPK Operasi
2. Deposito Berjangka ditempatkan pada bank Produksi.
Pemerintah di Indonesia
3. Bank Garansi yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah
di Indonesia atau Bank Swasta Nasional di Indonesia
4. Cadangan Akuntansi (Accounting Reserve)
Penempatan Jaminan Reklamasi tidak
menghilangkan kewajiban pemegang IUP
Eksplorasi dan Eksplotasi untuk
melaksanakan Reklamasi

Sumber : Permen ESDM No.7/2014, Diolah

Sanksi yang diberikan bagi yang tidak Produksi. Gambar 29 merupakan bagan alur
melaksanakan hal tersebut antara lain Korsup KPK dalam pemberian sanksi atas
89
berupa: peringatan tertulis, penghentian pelanggaran reklamasi dan pelanggaran
sementara sebagian atau seluruh kegiatan Good Mining Practices serta dasar hukum
operasi pertambangan, serta pencabutan bagi Menteri untuk memberikan sanksi.
Gambar 29
IUP/IUPK eksplorasi, IUP/IUPK Operasi

Gambar 29
Sanksi bagi Pelanggaran Ketentuan Reklamasi dan Pasca-Tambang

PELANGGARAN PELANGGARAN PEMBERIAN SANKSI


REKLAMASI GOOD MINING OLEH MENTERI
PRATICE UU 4 2009
Tidak
menyetorkan Tidak melakukan Dalam ha1 pemerintah daerah
jaminan Reklamasi tidak melaksanakan ketentuan
Mengakibatkan sebagaimana dimaksud dalam
Tidak melakukan Pasal 15 1 dan hasil evaluasi
kerusakan serta yang
Reklamasi tidak menerapkan yang dilakukan oleh Menteri
kaidah pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
yang baik Pasal 6 ayat (1) huruf j,
Tidak sesuai dengan Menteri dapat
Pemberian sanksi prinsip perlindungan dan menghentikan sementara
pengelolaan lingkungan dan/atau mencabut IUP
hidup pertambangan, atau IPR sesuai dengan
dan konservasi Mineral ketentuan peraturan
dan Batubara perundang-undangan

Sumber: Paparan KPK dalam Penanganan Kasus Lubang Tambang, 20 Juni 2016
C. Capaian-Capaian C.2 Penyempurnaan sistem pembayaran
C.1 Naiknya penerimaan negara dari melalui MPN G-2, SIMPONI, dan E-PNBP
sektor Minerba Sebagai bagian dari mengatasi persoalan
Dieksposenya tunggakan perusahaan lambatnya penyelesaian pembayaran
PKP2B dan KK yang mencapai puluhan PNBP, dan sejalan dengan tuntutan
triliun beserta daftar perusahaan masyarakat akan pelayanan penerimaan
yang menunggak pada 24 Agustus 2014 negara yang cepat, akurat dan dapat
dalam rapat koordinasi pelaksanaan diandalkan (reliable), pemerintah
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Korsup Minerba di Sumatera Selatan, melalui Kementerian Keuangan telah


menimbulkan dampak positif. menyediakan fasilitas pembayaran/
Beberapa hari setelah kegiatan Korsup penyetoran penerimaan negara melalui
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

tersebut, berdasarkan keterangan yang Modul Penerimaan Negara Generasi ke-2


disampaikan oleh tim Korsup minerba (MPN G-2) yang diluncurkan pada tanggal
KPK dan Kementerian ESDM, terdapat 27 Februari 2014. Modul ini merupakan
setoran pembayaran dari perusahaan aplikasi berbasis web bagi pembayaran
PKP2B dengan nilai sekitar USD 100 juta pajak, cukai, PNBP, dan non-anggaran. 4
atau setara Rp 10 triliun. Hal tersebut
berakibat pada naiknya penerimaan PNBP Salah satu bagian dari sistem MPN
90
dari sektor minerba untuk tahun fiskal G-2 adalah Sistem Informasi PNBP
2014, padahal di saat yang bersamaan Online (SIMPONI)-merupakan sistem
terjadi penurunan harga komoditas secara billing yang dikelola oleh DJA untuk
umum, termasuk batubara. memfasilitasi pembayaran/penyetoran
PNBP dan penerimaan non anggaran.
Dari proses set-off dan restitusi yang SIMPONI memberi kemudahan bagi
dilakukan atas PKP2B Generasi-I atas Wajib Bayar/Wajib Setor untuk membayar/
dispute pembayaran PPN yang dilakukan menyetor PNBP melalui berbagai channel
juga membuahkan hasil berupa naiknya pembayaran seperti teller (Over the
penerimaan sebesar Rp. 21,8 triliun di akhir Counter), ATM (Automatic Teller Machine),
2016. Sehingga tunggakan PNBP yang EDC (Electronic Data Capture), maupun
sebelumnya mencapai Rp. 25,5 triliun, saat internet banking. Dengan demikian,
ini tercatat tinggal sekitar Rp. 3,7 triliun masyarakat bebas memilih berbagai
rupiah. Dengan demikian, terhitung sejak alternatif metode pembayaran yang sesuai
pelaksanaan Korsup Minerba berlangsung dengan kebutuhannya.
telah terjadi kenaikan penerimaan negara
dari sektor Minerba dengan nilai total
mencapai lebih dari 30 triliun rupiah. 4 Sumber : http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/setoran-
pnbp-lebih-mudah-dan-cepat-simponi
Pengimplementasian SIMPONI Namun di sisi lain, penerapan SIMPONI
dalam pembayaran/penyetoran PNBP pada praktiknya ternyata masih memiliki
diharapkan dapat membantu Kementerian beberapa kelemahan, diantaranya
dan Lembaga dalam menjalankan adalah masih banyaknya perusahaan
tugasnya. Salah satu testimoni pengalaman yang terlambat melapor, perhitungan
dari RBA Widjonarko, Kepala Kantor kewajiban perusahaan yang sebenarnya
Kesehatan Pelabuhan Priok misalnya, tidak diketahui karena pemerintah
setidaknya ada 3 manfaat yang diperoleh hanya menerima setoran dan perusahaan
satkernya dengan penerapan SIMPONI: menyetorkan berdasarkan self-assessment,
Pertama, SIMPONI telah merubah audit coverage ratio hanya berkisar 2%
proses bisnis pembayaran dari uang tunai sehingga penerimaan Negara masih masih
menjadi cashless dengan penyediaan kurang maksimal dan pembayaran masih
fasilitas EDC yang ditawarkan. Sehingga, manual.
resiko memegang uang tunai (seperti
kehilangan atau salah hitung) dapat Untuk itu ke depannya, pelaporan PNBP
berkurang dan perhitungan menjadi lebih minerba akan dilakukan melalui E_PNBP
akurat serta akuntabel; Kedua, dengan Minerba yang mana coverage auditnya
sistem online pelayanan bisa berjalan 24 100% masuk E_PNBP Minerba. Selain
91
jam sesuai dengan tuntutan pengguna itu, dengan E_PNBP Minerba kewajiban
layanan satkernya. “Dengan SIMPONI perusahaan terverifikasi langsung
perusahaan dapat melakukan pembayaran dengan data surveyor, syahbandar dan
secara online dan menerima pelayanan kementerian perdagangan, dan bea cukai.
setiap saat”, ujarnya. Selain itu, Ketiga, Dalam E_PNBP Minerba maka masing-
instansi yang dipimpinnya juga tidak masing perusahaan akan dapat melihat
lagi direpotkan dengan penatausahaan jumlah kewajiban dan dendanya secara
pembayaran karena data penerimaan otomatis, dan jika terlambat membayar
sudah tersedia melalui SIMPONI. “Jadi maka denda akan otomatis berjalan, dan
kami tinggal memonitor saja realisasinya”, pembayaran dilakukan secara online. Dari
tambah Widjonarko. sisi pemerintah, Dirjen Perbendaharaan
Negara dapat memantau pergerakan
penerimaan Negara secara real time.
Gambar 30
Sistem E_PNBP Minerba

E_Minerba SIMPONI

Data Integrator
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Automatic
Process
Machine
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Data
Data MODI
Kemendag
DATABASE PERSH MINERBA
(Pusat-Daerah) Data
Data MOMI Lainnya

Data- Data- HPB-


RKAB Suveryor HBA

LS LHV
92
Sumber: Dirjen Minerba, 2017

Upaya melakukan mengoptimalkan kas negara pada hari yang sama.


sistem pelayanan pembayaran melalui
E-PNBP juga mendapat tantangan berupa C.3 Tantangan dalam Penertiban
pengintegrasian E-PNBP dengan layanan perusahaan yang tidak memiliki NPWP
lainnya yang juga ditopang oleh kebijakan Untuk pencapaian hasil Korsup minerba
yang sesuai dengan praturan perundangan bagi perusahaan yang tidak memiliki
terkait. NPWP hingga saat ini belum menjadi
update laporan dari Ditjen Pajak kepada
Setidaknya ada 3 hal utama yang harus KPK. Namun, berdasarkan data 2015
diperhatikan dalam membangun integrasi yang disampaikan melalui keterangan
sebagaimana disebutkan dalam regulasi persnya. Dirjen Pajak, Ken Dwijugiastiadi
peraturan bidang keuangan negara, yaitu: menyampaikan bahwa kepatuhan wajib
(1) Tidak boleh ada pungutan kepada pajak sektor pertambangan mineral
masyarakat di luar aturan yang sudah batubara dan migas yang melapor SPT
ditetapkan; (2) Setoran PNBP tidak boleh hanya 2.500. Sedangkan 3.600 wajib pajak
ditampung dalam rekening yang dibuat lainnya tidak lapor SPT. Sayangnya, hingga
oleh Kementerian atau Lembaga, tanpa laporan ini diterbitkan, tidak terdapat data
seizin Kementerian Keuangan; dan (3) rinci yang dijelaskan lebih jauh, namun
Penerimaan harus disetorkan ke rekening indikasi pernyataan itu menunjukan
bahwa perusahaan sektor minerba juga jaminan reklamasi dan pascatambang.
masih memiliki tingkat kepatuhan yang Kendati begitu, capaiannya masih jauh
rendah, meskipun telah disorot sepanjang dari yang diharapkan. Mayoritas daerah
tiga tahun terakhir. tidak memiliki data dokumen reklamasi
dan pascatambang dari IUP yang ada
C.4 Capaian penertiban perusahaan di daerahnya, terlebih lagi banyak IUP
yang tidak menempatkan dana jaminan yang tidak menempatkan dana jaminan
reklamasi dan pasca-tambang reklamasi dan pascatambang. Tabel 17 di
Tabel di bawah ini menjelaskan pencapaian bawah merupakan rekapan pelaksanaan
dari hasil pendataan yang dilakukan penempatan jaminan reklamasi dan pasca-
oleh Korsup Minerba KPK di 2014 hingga tambang dalam rentang waktu 2014 – 2016.
2016 terdapat progress atas pelaksanaan

Tabel 17
Rekap Pelaksanaan Penempatan Dana Jaminan Reklamasi dan Pascatambang
(2014 – 2016)

93
Jumlah 2014 2016 (Juni)

Provinsi Blm Ada Sdh Ada


Tdk Ada Penempatan Pencabutan
Kabupaten Reklamasi Tindak Tindak
Data Dana Jaminan Izin
Lanjut Lanjut

Bangka Prov 4, Kab Prov 1 TL,


7 1 Kab Kab 4 Prov 4, Kab 22  
Belitung 380 Kab 66 TL

Sumatera Prov 2, Kab


12 4 Kab   Kab 227 TL Prov 3, Kab 30 3 IUP
Selatan 69

Prov 12, Kab Prov 2,


Jambi 7 3 Kab Kab 247 TL Kab 54  
34 Kab 2

Kepulauan Prov 1, Prov 8 TL,


5 Kab 50   Kab 9  
Riau Kab 1 Kab 35 TL

Sulawesi Prov 11, Prov 7,


11   Kab 150 TL    
Tengah Kab 11 Kab 7

Sulawesi Prov 22, Prov 19,


23 Kab 34 IUP Kab 32 TL Kab 34  
Selatan Kab 22 Kab 19

Sulawesi Prov 9, Prov, 5


10 Kab 23 IUP Kab 151 TL Kab 32  
Tenggara Kab 9 Kab

Maluku Prov 9, Prov, 7


9   Kab 8 Kab 7 11 IUP
Utara Kab 9 Kab

Kalimantan Prov 9, Prov 35 TL, Prov 38, Kab


12 Kab 19 IUP 5 Kab  
Barat Kab 9 Kab 360 TL 23

Kalimantan Prov 10, Prov, 6


14 Kab 28 IUP Kab 129 TL Kab 21  
Tengah Kab 10 Kab

Kalimantan Prov 4, Prov 12 TL,


8 Kab 131 IUP 4 Kab Kab 107  
Selatan Kab 4 Kab 1 TL
Jumlah 2014 2016 (Juni)

Provinsi Blm Ada Sdh Ada


Tdk Ada Penempatan Pencabutan
Kabupaten Reklamasi Tindak Tindak
Data Dana Jaminan Izin
Lanjut Lanjut

Kalimantan Prov 1 IUP,


11 1 Kab 4 Kab Kab 296 TL Prov 1, Kab 31  
Timur Kab 337 IUP
Prov 150
Kalimantan
5 Kab 8 IUP Prov, 2 Kab 2 Kab TL, Kab 52    
Utara
TL
Nusa
Prov, 15 Prov, 14
Tenggara 16 Kab 13 IUP Kab 15 TL    
Kab Kab
Timur
Prov, 14 Prov, 12
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Aceh 17 Kab 4 IUP Kab 13 TL Kab 1  


Kab Kab

Sumatera Prov, 10 Prov 76 TL,


10   9 Kab    
Utara Kab Kab 1 TL
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Sumatera Prov, 10 Prov, 13


13 Kab 27 IUP      
Barat Kab Kab

Prov 13 TL,
Riau 6 Kab 3 IUP Prov, 4 Kab 4 Kab Kab 1  
Kab 5TL

Prov 145 TL
Bengkulu 8 Kab 11 IUP Prov, 6 Kab 6 Kab    
, Kab 70 TL

Prov, 11 Prov, 11
Lampung 11        
Kab Kab

DKI Jakarta 0   Prov Prov      


94 Prov, 13 Prov, 15
Jawa Barat 17 Kab 97 IUP   Kab 78  
Kab Kab

Jawa Prov 2 IUP,


14 12 Kab 14 Kab Prov 1 TL    
Tengah Kab 29 IUP
Prov, 2
DIY 2   Prov, 2 Kab      
Kab
Prov, 15 Prov, 17
Jawa Timur 18 Kab 7 IUP   Kab 5  
Kab Kab

Banten 4 Kab 1 IUP Prov, 3 Kab 2 Kab Prov 87 TL Kab 21  


Prov, 2
Bali 2   Prov, 2 Kab      
Kab
Nusa
Prov, 8
Tenggara 9   Prov, 9 Kab Kab 1 TL    
Kab
Barat
Sulawesi Prov, 11 Prov, 10
11   Kab 8 TL    
Utara Kab Kab
Prov, 5
Gorontalo 5   Prov, 5 Kab      
Kab
Sulawesi Prov, 5
5 Kab 1 IUP Prov, 4 Kab      
Barat Kab
Prov, 5
Maluku 5   Prov, 5 Kab      
Kab
Prov, 13
Papua 13   13 kab Prov 4 TL    
Kab
Prov, 8
Papua Barat 8   Prov, 8 Kab      
Kab

Sumber : Korsup KPK – ESDM, Diolah (PWYP, 2016)


Tabel 18
Rekap Pelaksanaan Penempatan Dana Jaminan Pasca-Tambang (2014 – 2016)

2014 2016 (Juni)


Jumlah Belum
Provinsi Sudah Ada Penempatan
Kabupaten Pasca- Tidak Ada Ada Pencabutan
Tindak Dana
Tambang Data Tindak Izin
Lanjut Jaminan
Lanjut
Bangka Prov, 6 Prov 1 TL,
7 Kab 9 IUP 5 Kab    
Belitung Kab Kab 66 TL

Sumatera Prov 5, Prov 3, Kab


12 Kab 33 IUP   Prov 11 TL 3 IUP
Selatan Kab 5 24
Prov, Kab Prov, 2
Jambi 7 Kab 14 IUP Kab 247 TL Kab 29  
5 Kab
Kepulauan Prov 3, Prov 8 TL,
5 Kab 19 IUP   Kab 6  
Riau Kab 3 Kab 35 TL

Sulawesi Prov 11, Prov, 8


11   Kab 93 TL    
Tengah Kab 11 Kab

Sulawesi Prov, 23 Prov, 21


23   Kab 18 TL    
Selatan Kab Kab
Sulawesi Prov, 10 Prov, 5
10   Kab 151 TL Kab 6  
Tenggara Kab Kab
Prov, 9 Prov, 7
Maluku Utara 9   Kab 8   11 IUP
Kab Kab
Kalimantan Prov, 10 Prov 46 TL,
Barat
12 Kab 7 IUP
Kab
5 Kab
Kab 213 TL
Kab 13   95

Kalimantan Prov 1, Prov, 7


14 Kab 69 TL Kab 17  
Tengah   Kab 14 Kab

Kalimantan Prov, 7 Prov 12 TL,


8 Kab 12 IUP 5 Kab Kab 19  
Selatan Kab Kab 1 TL
Kalimantan Prov, 5 Prov, 5
11 Kab 98 IUP Kab 291 TL Kab 10  
Timur Kab Kab
Kalimantan Prov, 5 Prov 31 TL,
5   2 Kab    
Utara Kab Kab 52 TL
Nusa
Prov, 16 Prov, 14
Tenggara 16   Kab 15 TL    
Kab Kab
Timur
Prov, 16 Prov, 12
Aceh 17 Kab 1 IUP Kab 13 TL Kab 1  
Kab Kab

Sumatera Prov, 10 Prov 76 TL,


10   9 Kab    
Utara Kab Kab 1 TL

Sumatera Prov, 13 Prov, 13


13        
Barat Kab Kab

Prov, 6 Prov 13 TL,


Riau 6   4 Kab Kab 1  
Kab Kab 5TL

Prov, 7 Prov 145 TL,


Bengkulu 8 Kab 5 IUP 6 Kab    
Kab Kab 70 TL

Prov, 11 Prov, 11
Lampung 11        
Kab Kab

DKI Jakarta 0   Prov Prov      


2014 2016 (Juni)
Jumlah Belum
Provinsi Sudah Ada Penempatan
Kabupaten Pasca- Tidak Ada Ada Pencabutan
Tindak Dana
Tambang Data Tindak Izin
Lanjut Jaminan
Lanjut
Prov, 17 Prov, 15
Jawa Barat 17        
Kab Kab

Prov 8 IUP,
Jawa Tengah 14 13 Kab 14 Kab Prov 1 TL    
Kab 7 IUP
Prov, 2 Prov, 2
DIY 2        
Kab Kab
Prov, 18 Prov, 17
Jawa Timur 18     Kab 5  
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Kab Kab
Prov, 4 Prov, 3
Banten 4     Kab 12  
Kab Kab
Prov, 2 Prov, 2
Bali 2        
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Kab Kab
Nusa
Prov, 9 Prov, 8
Tenggara 9   Kab 1 TL    
Kab Kab
Barat
Sulawesi Prov, 11 Prov, 10
11   Kab 8 TL    
Utara Kab Kab
Prov, 5 Prov, 5
Gorontalo 5        
Kab Kab
Sulawesi Prov, 5 Prov, 5
5        
Barat Kab Kab
Prov, 5 Prov, 5
Maluku 5        
Kab Kab
96
Prov, 13
Papua 13   13 Kab Prov 4 TL    
Kab
Prov, 8 Prov, 8
Papua Barat 8        
Kab Kab

Sumber : Bahan Presentasi Korsup Minerba KPK 2014 dan Juni 2016, Diolah (PWYP, 2016)

3.3 Pelaksanaan Pengawasan Produksi pertambangan. Kegiatan ini terdiri dari:


Pertambangan land clearing, penggalian, pengolahan,
Kegiatan produksi pertambangan penimbunan, pengangkutan, reklamasi,
dilakukan setelah kegiatan penyelidikan pengembangan masyarakat, dan pasca
umum, eksplorasi, studi kelayakan amdal, tambang. Gambar 31 merupakan bahan
dan konstruksi fasilitas tambang. Barulah kegiatan pertambangan secara umum.
kemudian dimulai kegiatan produksi
Gambar 31 Tahapan Kegiatan Pertambangan

TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN


1 2 3 4 5
Tahap

P.U *) EKSPLORASI STUDI KONSTRUKSI PRODUKSI


KELAYAKAN
AMDAL

Berbeda-beda, dikelompokan : Mineral Logam, Mineral Bukan Logam (termasuk jenis tertentu antara lain
Luas &
Umur

batu gamping untuk industri semen, intan dan batu mulia), Batuan dan Batubara

Penyelidikan Penyelidikan Kajian Teknis. Pembanguna Produksi dan


Kegi-
atan

Umum Pendahuluan-Rinci Ekonomi, Lingk Fasilitas Tambang Penjualan

kondisi geologi daerah prospek yang akan cadangan dan kualitas; pembebasan lahan; land clearing;
regional; dikembangkan/tingkatkan; kajian geoteknik dan penyiapan lokasi penggalian;
jenis dan kondisi topografi detail; geohidrologi; penggalian; pengolahan;
umum bahan kondisi geologi detail dan perencanaan tambang pembangunan jalan penimbunan;
galian; penyebaran bahan galian; (pengendalian tambang, penimbunan, pengangkutan;
sebara potensi variasi kualitas; transportasi); gudang, bengkel, pemasaran;
bahan galian. sumber daya (terukur, rencana produksi dan kantor, mess, dsb; reklamasi;
terunjuk) umur tambang; eksplorasi tambahan pengembangan
program awal pasca (infill bor, pengukuran, masyarakat;
tambang; sampling);
Hasil

pasca tambang.
program CD; pelatihan karyawan.
program K-3;
program lingkungan;
analisa ekonomi;
lain-lain.

kerangka acuan (KA)


UKL/UPL/Amdal
lain-lain.

Sumber : Presentasi Ditjen Minerba dlm Korsup Sulteng 19 Feb 2014

97
Pengawasan produksi pertambangan koordinasi dan supervisi pelaksanaan
diatur dalam UU nomor 4/2009 tentang pengawasan produksi, 2) mendeteksi faktor
Pertambangan Mineral dan Batubara, PP dan aktor penyebab tidak dilaksanakannya
nomor 55/2010 tentang Pembinaan dan pengawasan produksi, 3) sosialisasi dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan kampanye kegiatan anti korupsi dalam
Usaha Pertambangan Mineral dan upaya pengawasan produksi, dengan target
Batubara, Instruksi Presiden nomor 1/2012 pemerintah daerah bisa memberi sanksi
tentang Pelaksanaan dan Pengawasan pada pelaku usaha yang tidak melakukan
terkait Kegiatan Usaha Pertambangan good mining practices dan atau melanggar
Batubara, Peraturan Menteri ESDM nomor aturan yang berlaku.
34/2009 tentang Pengutamaan Pasokan
A. Temuan-Temuan
Dalam Negeri Mineral dan Batubara, dan
A.1. Minimnya Pelaporan Data Produksi
Peraturan Menteri ESDM nomor 17/2010
Kepada Pemerintah Daerah
tentang Tata Cara Penetapan Harga
Pemegang IUP memiliki kewajiban untuk
Patokan Penjualan Mineral dan Batubara.
menyampaikan data rencana maupun
Dalam aspek pengawasan produksi realisasi produksi kepada pihak pemberi
pertambangan, KPK melalui Korsup izin, dalam hal ini pemerintah daerah
Minerba fokus pada 3 hal yaitu 1) melakukan baik di tingkat provinsi maupun di
tingkat kabupaten. Dari hasil pendataan kurun waktu 2012 – 2013, hanya segelintir
Korsup yang dikumpulkan dari laporan pemegang IUP yang melakukan pelaporan
Pemda mengenai kewajiban pelaporan bulanan, triwulanan, dan menyampaikan
produksi ke pemerintah kabupatan/ RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya)
kota yang dilanjutkan ke Pemerintah tahunan.
Provinsi dan Ditjen Minerba ESDM, selama

Tabel 19
Rekap Penyampaian Laporan Produksi Tahun 2012 – 2013 di 12 Provinsi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Penyampaian Laporan Tahun 2012 - 2013


Pemda Jumlah IUP/KP
Bulanan Triwulanan RKAB Tahunan
Provinsi Sulawesi
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Tengah        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 1 IUP Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 442 IUP Tidak ada data 12 IUP 2 IUP
         
Provinsi Kepulauan
Riau        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
98 IUP Kabupaten/Kota 1 IUP dan 1 KK 1 IUP Tidak ada data 1 KK
         
Provinsi Kalimantan
Timur        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 2 IUP 2 IUP Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 1441 IUP 17 IUP 6 IUP 6 IUP
Provinsi Kalimantan
Selatan        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 845 IUP 2 IUP 4 IUP Tidak ada data
         
Provinsi Kalimantan
Tengah        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 2 IUP Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 860 IUP Tidak ada data 25 IUP 6 IUP
         
Provinsi Sumatera
Selatan        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
         
Provinsi Kalimantan
Barat        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 1 IUP Tidak ada data 1 IUP Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 2 IUP 1 IUP 1 IUP Tidak ada data
Penyampaian Laporan Tahun 2012 - 2013
Pemda Jumlah IUP/KP
Bulanan Triwulanan RKAB Tahunan
         
Provinsi Bangka
Belitung        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
         
Provinsi Maluku Utara        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
         
Provinsi Sulawesi
Tenggara        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
         
Provinsi Jambi        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 1 IUP Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 397 IUP Tidak ada data 4 IUP 1 IUP
          99
Provinsi Sulawesi
Selatan        
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 2 IUP Tidak ada data 2 IUP Tidak ada data

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM (2014)

A.2. Perbedaan Data Ekspor dan Data Mt. Terdapat selisih sekitar 109,81 juta Mt
Produksi (32%). Nilai selisih dari angka ekspor ini,
Hasil kajian KPK mengangkat isu adanya jika dikalkulasikan dengan menggunakan
indikasi selisih data antara ekspor dan HBA rerata di tahun 2010, yakni $ 92,98,
produksi batubara di Indonesia (World menghasilkan potensi kerugian yang
Coal Institute: 2013). Misalnya, data ekspor mencapai US $ 10,2 miliar. Sedangkan dari
batubara Indonesia yang dilansir World selisih angka produksinya, diperkirakan
Coal Institute (WCI) di tahun 2010 sebesar terdapat potensi kerugian sebesar US $
298 juta Mt, sedangkan data ekspor batubara 10 M. Perbedaan (diskrepansi) data ini
yang dicatat oleh Kementerian ESDM menunjukkan indikasi awal bahwa tidak
sebesar 166,06 juta Mt. Terdapat selisih data semua eksportir batubara di Indonesia
ekspor sebesar 131,94 Juta Mt (44%). Begitu melaporkan data ekspornya baik kepada
juga dengan data produksi di tahun yang Kementerian ESDM maupun Kementerian
sama, data WCI menunjukkan produksi Keuangan dalam pembayaran kewajiban
batubara Indonesia sebesar 340 juta Mt, keuangan negara (KPK, 2014).
dan data ESDM menunjukkan 230,19 juta
Tabel 20
Selisih Data Ekspor dan Data Produksi Batubara

Industri Batubara Data WCI (dalam Data ESDM Selisih (dalam Persentase
Indonesia jutaan Mt) (dalam jutaan Mt) jutaan Mt) selisih
Eskpor 2010 298 166,06 131,94 44%
Produksi 2010 340 230,19 109,81 32%

Sumber: Paparan KPK di Korsup Minerba, Kaltim, 2014

A.3. Persoalan dalam Pengawasan 4. Masih lemahnya kegiatan pengawasan


SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Produksi Pertambangan produksi pertambangan minerba.


Pelaksanaan Korsup KPK di sektor Minerba 5. Terdapatnya praktek penambangan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

(2014-2015) menemukan sejumlah peta minerba tanpa izin (PETI) yang


persoalan dalam pengawasan produksi disebabkan karena tumpang tindih
pertambangan, antara lain: lahan dengan kawasan hutan, lahan
masyarakat, dan HGU.
1. Belum adanya sistem yang mendukung
6. Adanya selisih perhitungan produksi
laporan produksi dan penjualan yang
batubara antara Dirjen Minerba dengan
disampaikan secara real time oleh
data BPS, WCA, dan US EIA. Apabila
pelaku usaha KK/PKP2B kepada Ditjen
100 perbedaan data ini dihitung sebagai
Minerba, dan pemegang IUP kepada
penerimaan pajak yang hilang, maka
kepala daerah.
besar potensi hilangnya penerimaan
2. Masih banyak pelaku usaha
pajak pada tahun 2012 ddiperkirakan
pertambangan minerba yang tidak
mencapai Rp. 28.5 T (data Dirjen
menyampaikan laporan produksinya
Minerba kementerian ESDM, dan data
secara reguler kepada pemberi izin,
BPS untuk produksi).
termasuk laporan (PKP2B) yang
tidak lengkap secara substansi, dan
A.4. Adanya Pertambangan Ilegal/Tanpa
pelaporan yang tidak tepat waktu.
Izin (PETI)
3. Masih banyak Pemerintah
Pada kenyataannya, di lapangan
Kabupaten/Kota/Provinsi yang belum
banyak ditemui dan dilaporkan adanya
menyampaikan laporan pengawasan
pertambangan yang tidak memiliki izin/
produksi kepada Pemerintah Provinsi/
ilegal (PETI). PETI tersebut diindikasi
Pusat.  Termasuk, tidak adanya laporan
tumpang tindih dengan kawasan hutan,
IUP yang ditembuskan ke Kementrian
lahan masyarakat dan Hak Guna Usaha
ESDM.
(HGU), tidak melaporkan data produksi Pemerintah. Data sebaran PETI hasil
kepada Pemerintah, serta tidak membayar penelusuran Kementerian ESDM dapat
kewajiban penerimaan negara kepada ditemui pada Gambar 32 berikut.

Gambar 32
Peta Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Indonesia

Prov. Aceh Prov. Sumut Prov. Kalteng Prov. Sulteng Prov. Sulut
Penambangan Emas di Penambangan Emas Di Penambangan Emas Penambangan Emas di Penambangan Emas di
WKK (PT. Woyla Aceh). Kabupten (WKK,PSM) Placer di sekitar WKK WKK PT. Citra Palu WKK PT. TTN, Prosfek
Kab. Aceh, Nagan, Aceh Mandailing Natal dan PT. KSK, PT. EKM, dan Mineral dan PETI Deki, PT. MSM, kab
Barat, Aceh Jaya, Aceh Toba Samosir PT. PTK menggunakan alat berat Minahasa, Sangihe,
Selatan, Pidie Minsel, Bolmong, Bitung,
Durmoga Utara

Prov. Kalsel Prov. Gorontalo

Berada pada Lokasi Penambangan Emas di


Penambangan Emas WKK PT. GM (Blok I
PT Pelsart Tambang Mapuya) dan PT. Citra
Kencana, pelaku Palu Mineral
3500-4500 orang Prov. Papua Barat
Prov. Sumatera Barat
Emas berada di pantai
Lokasi Kab, Solok Selatan. Papua Barat
Penambangan emas placer
menggunakan alat berat
dan pencemarran CIL.

Prov. Jawa Timur

Bt. Gamping Berlokasi di Kab.,


Tulung Agung WIUP PT. Mas
Putih, Kab. Lumajang, Ps Besi Prov. NTB
di WIUP PT. IMMS
Emas berada di lokasi
WKK PT NNT (Blok
Prov. Bangka Belitung Elang), Kab Bima, Prov. Maluku
Lombok, Sumbawa
Sedang dilakukan Prov. Jawa Tengah Emas berada di Gunung Botak, Pulau Buru,
Lombok Tmur
pengendalian dengan Pola Maluku, dengan pelaku mencapai 5000 orang
Kemitraan Timah, Kab. Pasir dan batu andesit dan penggunaan Sianida dalam pengolahannya. 101
Bangka, Bangka Barat, Bangka bersebar di hampir Sudah dibentuk tim pengendalian terpadu
Tengah, Bangka Selatan, semua kabupaten di dengan Kemenhut, LH, Polri, Pemda Maluku,
Belitung Timur Provinsi Jawa Tengah dan KESDM

Sumber: Kementrian ESDM, Korsup Minerba, 2016

B. Tindak Lanjut 1. Mendorong kepatuhan pemegang


Dari peta permasalahan dan pola temuan Izin dalam melaksanakan kewajiban
di atas, tindak lanjut berupa rencana aksi pelaporannya, termasuk penegakan
dan indikator hasil dari Korsup Minerba sanksinya.
meliputi :
Tabel 21
Rencana Aksi dan Indikator Output – Mendorong Kepatuhan
Pemegang Izin

Pelaksana : Pemda/Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Mengirimkan surat kepada pelaku usaha untuk Surat pemberitahuan/peringatan kepada pelaku
melaksanakan kewajiban pelaporan secara rutin usaha untuk melaksanakan kewajiban pelaporan
secara rutin.
Melakukan pendataan dan evaluasi laporan a. Laporan status pelaporan produksi pelaku usaha
Produksi pelaku usaha pertambangan minerba pertambangan -- diisikan dalam Lampiran IV
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

b. Laporan hasil evaluasi isi pelaporan produksi


yang disampaikan oleh pelaku usaha kepada
pemberi izin
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha terkait Laporan sosialisasi pelaksanaan kewajiban pelaporan
kewajiban pelaporan secara rutin secara rutin kepada pelaku usaha pertambangan

Mengimplementasikan sistem pelaporan berbasis Laporan implementasi sistem pelaporan berbasis IT


IT (termasuk laporan implementasi sistem MOMI)
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Laporan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kewajiban pelaporan pelaku usaha pelaksanaan kewajiban pelaku usaha
Memberikan sanksi kepada pelaku usaha yang Laporan pemberian sanksi kepada pelaku usaha yang
tidak melaksanakan kewajiban pelaporan secara tidak melaksanakan kewajiban pelaporan secara
rutin rutin (melampirkan surat teguran, SK pencabutan/
penghentian, dll bentuk pemberian sanksi)
102
Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi Laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pelaksanaan kewajiban pelaporan secara rutin kewajiban pelaporan secara rutin
oleh pelaku usaha, termasuk pemberian sanksi
kepada pelaku usaha yang tidak melaksanakan
kewajibannya

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM, Diolah (2016)

2. Mendorong kepatuhan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewajiban


pelaporannya

Tabel 22
Rencana Aksi dan Indikator Output – Mendorong Kepatuhan
Pemerintah Daerah

Pelaksana : Pemda/Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output

Menyampaikan pelaporan secara reguler kepada Surat penyampaian pelaporan secara reguler
Pemerintah Provinsi/Pusat kegiatan pertambangan kepada pemerintah
provinsi/pusat
Melakukan monitoring dan evaluasi secara reguler Laporan hasil monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kewajiban pelaporan pemda pelaksanaan kewajiban pelaporan pemda

Menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi Surat penyampaian hasil monitoring dan
pelaksanaan kewajiban pelaporan kepada instansi pusat evaluasi pelaksanaan kewajiban pelaporan
terkait (khususnya kepada Kementerian ESDM dan kepada instansi pusat
Kementerian Dalam Negeri)

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM, Diolah (2016)


3. Meningkatkan efektifitas kegiatan pengawasan produksi termasuk penegakan
sanksinya

Tabel 23
Rencana Aksi dan Indikator Output – Efektifitas Pengawasan

Pelaksana : Pemda/Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Mensosialisasikan good mining practices dalam Laporan kegiatan sosialisasi good mining practices
proses produksi pertambangan minerba dalam produksi pertambangan minerba
Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan good a. Status penerapan good  mining practices oleh
mining practices dalam proses produksi setiap IUP --diisikan pada Lampiran IV

b. Laporan monitoring dan evaluasi penerapan


good mining practices
Memberikan sanksi kepada pelaku usaha yang tidak a. Daftar sanksi yang diberikan kepada IUP yang
menerapkan good mining practices tidak menerapkan good mining practices
--diisikan pada Lampiran IV

b. Laporan pemberian sanksi kepada pelaku usaha


yang tidak menerapkan good mining practices
(dokumen; penjelasan, foto, dll)
Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi Surat penyampaian Laporan hasil monitoring dan
penerapan good mining practices, termasuk evaluasi penerapan good mining practices
penerapan sanksi kepada pelaku usaha

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM, Diolah (2016) 103

4. Menertibkan PETI
Tabel 24
Rencana Aksi dan Indikator Output – Menertibkan PETI

Pelaksana : Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Melakukan identifikasi pelaku dan lokasi Laporan hasil identifikasi pelaku dan lokasi PETI
PETI
Melakukan langkah-langkah hukum untuk Laporan langkah-langkah hukum yang telah dan
menertibkan PETI akan diambil terkait penertiban PETI
Melakukan monitoring dan evaluasi Laporan status pelaksanaan dan efektifitas langkah-
terhadap langkah-langkah penertiban PETI langkah penertiban PETI yang telah diambil.
Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi Surat penyampaian hasil monitoring dan
penertiban PETI evaluasi penertiban PETI

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM, Diolah (2016)


C. Capaian-Capaian
C.1. Peningkatan Pengawasan Produksi Pertambangan Minerba
Secara umum, peningkatan pengawasan produksi pertambangan bisa dilakukan dengan
dua cara, pertama, secara administratif, yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap
laporan rencana dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP, IPR,
dan IUPK. Dengan melihat laporan RKAB, triwulan, dwi mingguan, dan bulanan. Kedua,
dengan melakukan inspeksi ke lokasi IUP, IPR, dan IUPK dengan inspeksi paling sedikit
dilakukan sekali dalam satu tahun
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Gambar 33
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Alur dan Kepatuhan Pelaporan Produksi dan Penjualan

Ditjen Minerba
KK/PKP2B Kem. ESDM

104
Pemda Kab/Kota Pemda Provinsi
IUP (Bupati/Walikota) (Gubernur)

Kepatuhan Pelaporan s.d Jan 2013


Jenis Laporan:
Laporan Dwi Mingguan Belum ada pemda yang
Pelaporan bersifat
Laporan Bulanan
manual dan belum menyampaikan laporan ke Ditjen
Laporan Triwulan menggunakan Minerba
Laporan Semesteran aplikasi IT
Laporan RKAB Tidak ada laporan IUP yag
ditembuskan ke Kementerian ESDM
Jenis Laporan:
30 hari kalender untuk Lap Triwulan dan Semester Masalah pelaporan PKP2B :
45 hari sebelum tahun berjalan untuk RKAB substansi yang disampaikan tidak
5 hari kalender untuk lap Dwi Mingguan dan Bulanan lengkap (25%) dan umumnya tidak
tepat waktu dalam menyampaikan
Sanksi jika pelaporan dilanggar : sanksi administratif laporan
(peringatan tertulis, penghentian sementara,
pencabutan lain)

Sumber: Korsup Minerba KPK – ESDM, Diolah (KPK, 2014)

Bagan di atas menunjukkan bagaimana Kota kemudian diteruskan ke Pemda


alur pelaporan yang harus dilakukan Provinsi, dan Ditjen Minerba Kementerian
pemilik IUP, IPR, IUPK, dan KK/PKP2B. ESDM. Ketentuan batas pelaporan yaitu
Untuk KK/PKP2B laporan langsung 30 hari kalender untuk laporan triwulan
disampaikan kepada Ditjen Minerba dan semester, 45 hari sebelum tahun
Kementrian ESDM. Sedangkan IUP berjalan untuk RKAB, dan 5 hari kalender
laporan disampaikan kepada Pemda Kab/ untuk laporan dwi mingguan dan laporan
bulanan. Jika kewajiban lapor ini dilanggar, evaluasi diberitahukan kepada gubernur
sanksi yang diberikan berupa sanksi atau bupati/walikota dengan memberi
administratif, mulai dari peringatan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.
tertulis, penghentian sementara IUP/KK/
Khusus untuk produksi batubara, Menteri
PKP2B, dan pencabutan izin.
melakukan pengawasan atas pelaksanaan
Pengawasan produksi, meliputi: pengutamaan pemasokan kebutuhan
batubara untuk pemenuhan pasar dalam
1. Perencanaan dan pelaksanaan
negeri atau yang biasa disebut domestic
penambangan;
market obligation (DMO). Pasal 13 Permen
2. Perencanaan dan pelaksanaan
34/2009 menyebutkan, bahwa Badan
pengolahan;
Usaha Pertambangan Batubara wajib
3. Perencanaan dan pelaksanaan
menyampaikan laporan kepada Menteri c.q
pengangkutan dan penjualan;
Direktur Jenderal mengenai pelaksanaan
4. Recovery penambangan dan
pemenuhan kebutuhan batubara untuk
pengolahan;
kepentingan dalam negeri setiap tiga bulan
5. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan
sekali, yaitu pada akhir Bulan Maret, Juni,
cadangan marginal;
September, dan Desember.
6. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan
105
batubara kualitas rendah; Perusahaan tambang produsen mineral
7. Pendataan sumber daya serta dan batubara wajib memberikan laporan
cadangan batubara yang tidak bulanan tentang penjualan mineral dan
tertambang; dan batubara. Laporan penjualan tersebut
8. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil terdiri dari: 1) informasi harga jual, 2)
pengolahan. volume penjualan, 3) kualitas, 4) titik
penjualan, 5) biaya penyesuaian, 6) tujuan
Sedangkan PP nomor 55/2010 mengatur penjualan (konsumen)/negara tujuan, dan
pengawasan produksi pertambangan 7) dokumen/bukti pendukung. Adapun
dilakukan oleh Bupati/Walikota atau bukti pendukung terdiri dari: invoice
Gubernur sesuai dengan kewenangannya. penjualan batubara, Bill of Loading (BL)
Hasil pengawasan yang dilakukan bupati/ dan Certificate of Weight (COW), sertifikasi
walikota disampaikan kepada gubernur hasil analisa kualitas mineral logam dan
dan menteri, dan gubernur melakukan batubara, time sheet pengapalan, biaya
evaluasi atas hasil pengawasan dan penyesuaian untuk titik penjualan bukan
menyampaikan hasil evaluasinya kepada FOB vessel, invoice/kontrak barging untuk
Menteri. Sedangkan hasil pengawasan titik penjualan bukan FOB vessel, dan
yang dilakukan oleh gubernur disampaikan pemberitahuan ekspor barang dan laporan
kepada Menteri, dan Menteri melakukan surveyor jika batubara untuk diekspor.
evaluasi atas hasil pengawasan dan hasil
Pengawasan pemasaran, meliputi: 2. Kuantitas dan kualitas produksi untuk
1. Realisasi produksi dan realisasi setiap lokasi penambangan;
penjualan termasuk kualitas dan 3. Kuantitas dan kualitas pencucian dan/
kuantitas serta harga; atau pengolahan; dan
2. Kewajiban pemenuhan kebutuhan 4. Tempat penimbunan sementara (run
kepentingan dalam negeri (DMO); of mine), tempat penimbunan (stock
3. Rencana dan realisasi kontrak pile), dan titik serah penjualan (at sale
penjualan batubara; point).
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

4. Biaya penjualan yang dikeluarkan;


5. Perencanaan dan realisasi penerimaan Contoh rekapitulasi data produksi batubara
negara bukan pajak; per kabupaten di Kalimantan Selatan dari
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

6. Biaya pengolahan batubara. Tahun 2012 hingga Tahun 2013 dipaparkan


pada tabel 25 berikut. Dimana produksi
Pengawasan jumlah, jenis, dan mutu hasil batubara Kalimantan Selatan pada tahun
usaha pertambangan, meliputi: 2012 – 2013 menyuplai kurang lebih 30 - 35%
1. Jenis komoditas tambang; dari produksi nasional.

Tabel 25
106
Rekapitulasi Produksi Batubara di Kalimantan Selatan (2012-2013)

Tahun 2012 Tahun 2013


Kabupaten
IUP PKP2B Total IUP PKP2B Total
Baniar 989.317 6.057.128 7.046.445 903.820 3.310.050 4.213.870
Tapin 8.159.910 - 8.159.910 3.839.014 - 3.839.014
Hulu Sungai
- 3.489.428 3.489.428 - 4.623.733 4.623.733
Selatan
Balangan/
- 47.186.828 47.186.828 - 53.490.859 53.490.859
Tabalong
Tanah Laut 3.030.824 17.170.813 20.201.637 16.094.456 17.983.856 34.078.312
Tanah Bumbu 16.478.666 15.436.548 31.915.213 17.046.162 17.591.331 34.637.493
Kotabaru 7.701.676 4.547.047 12.248.723 9.270.287 3.628.237 12.898.525
Total 36.360.393 93.887.791 130.248.184 47.153.739 100.628.066 147.781.805

Sumber : Presentasi Dirjen Minerba dalam Korsup Minerba Kalsel (2014)

3.4. Pelaksanaan Kewajiban Pengolahan/ dan pemurnian hasil penambangan di


Pemurnian Hasil Tambang dalam negeri. Sedangkan di Pasal 170,
Pelaksanaan Hilirisasi dan Peningkatan pemegang KK yang sudah berproduksi
Nilai Tambah (PNT) merupakan amanat wajib melakukan pemurnian selambat-
dari UU Minerba khususnya Pasal 102 lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU
dan 103, yang mewajibkan perusahaan Minerba diundangkan, sehingga per 12
minerba (IUP, IUPK maupun IUPK Operasi Januari 2014 seluruh perusahaan minerba,
Produksi) untuk melakukan pengolahan baik KK maupun IUP dilarang untuk
melakukan ekspor mineral mentah - tanpa dimurnikan. Gambar 34 memaparkan
pengolahan. Sedangkan per 12 Januari dasar hukum kewajiban peningkatan nilai
2017, larangan ekspor tidak hanya berlaku tambah (PNT) terhadap bahan tambang
bagi bahan tambang mentah, melainkan mineral.
juga konsentrat hasil olahan yang belum

Gambar 34
Dasar Hukum Peningkatan Nilai Tambah Mineral
DASAR HUKUM PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL

UU 4/2009
Pasal 103:
Kewajiban bagi Pemegang PP No 23/2010
IUP dan IUPK Operasi Pasal 93: PP 1/2014
Produksi untuk melakukan Kewajiban melakukan
pengolahan dan Sejak 12 Januari 2014,
pengolahan dan pemurnian
pemurnian hasil penjualan mineral ke luar Permen 1/2004
dapat dilakukan secara negeri dapat dilakukan
penambangan di dalam langsung maupun melalui untuk produk hasil Pengaturan batasan
negeri kerja sama pengolahan mineral logam minimum
Pasal 170: Pasal 95: (konsentrat) Pengolahan dan
Kewajiban pemegang KK PNT mineral logam pemurnian
untuk melakukan dilaksanakan melalui
pemurnian kegiatan pengolahan logam Penjualan konsentrat ke
selambat-lambatnya 5 atau pemurnian logam luar negeri sampai tanggal
(lima) tahun sejak Pasal 112: 12 januari 2017
diundangkan Kewajiban pengolahan dan
pemurnian di dalam negeri
dalam jangka waktu paling
lambat 5 (Lima) tahun sejak
berlakunya undang-undang 107
No. 4 Tahun 2009

Sumber : Kementerian ESDM (2016)

A. Temuan-Temuan oleh berlarut-larutnya proses


A.1 Rendahnya Komitmen Perusahaan renegosiasi KK khususnya terkait
dalam Membangun Fasilitas Pengolahan/ dengan pasal PNT.
Pemurnian ○○ KPK menemukan bahwa
○○ Setelah 5 (lima) tahun masih banyak pelaku usaha
diundangkannya UU Minerba, pertambangan minerba yang
pelaksanaan kewajiban PNT di tidak menjalankan kewajiban
dalam negeri belum mengalami pengolahan/pemurnian hasil
perkembangan yang signifikan. pertambangan.
○○ Sampai dengan awal tahun ○○ KPK juga menemukan bahwa
2014, tercatat hanya 76 IUP yang pengawasan terhadap pelaksanaan
berkomitmen untuk membangun kewajiban pengolahan/pemurnian
fasilitas pengolahan/pemurnian hasil pertambangan juga masih
hasil tambang (smelter) (ESDM, lemah.
2014).
Padahal pelaksananaan kebijakan PNT ini
○○ Lambannya pelaksanaan
sangat penting bagi Indonesia yang selama
kewajiban PNT juga dipengaruhi
ini menggantungkan perekonomiannya menjadi alumina harga jualnya akan
melalui ekspor bahan mentah. Kebijakan meningkat lebih dari 10 kali lipat menjadi
PNT di dalam negeri ini akan memberikan US$ 274 per ton. Bahkan jika kembali
nilai tambah bagi industri yang secara diolah menjadi alumunium, nilai jualnya
langsung berkonsekuensi pada kenaikan meningkat menjadi US$ 3.822 per ton, yang
penerimaan negara, baik penerimaan pajak mana 139 kali lipat dibandingkan dengan
maupun penerimaan negara bukan pajak. harga bauksit (PUSDATIN, Kementerian
Sebagai contoh, harga bauksit di tahun 2011 ESDM, 2012).
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

adalah sebesar US $ 29 per ton. Jika diolah

Gambar 35
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Anatomi Kegiatan Pertambangan Mineral

ANATOMI KEGIATAN PERTAMBANGAN MINERAL


SDA Usaha Pertambangan Mineral Usaha Pengolahan Lanjut
Kegiatan Hulu Minerba Kegiatan HilirMinerba Industri Berbasis
SDA Mineral
(Menambang dari perut bumi) (Meningkatkan Nilai Tambah Pertama) (Meningkatkan Nilai Tambah Kedua)

Mineral Logam (Bijih Mineral Produk Akhir


Cadangan Logam)
Pengolahan
Eksplorasi Eksploitasi Proses Lanjut
Pemurnian
- Separasi Logam
Industri Mesin, logam alloy
- Ekstraksi Dasar
dan elektronika
- Refining Industri logam-besi baja
Mineral
108 Bukan Logam
Cadangan
(Bijih Mineral
Logam)
Produk Akhir

Eksplorasi Eksploitasi Pengolahan Proses Lanjut

- Penggerusan Produk
SUMBER Olahan - Industri kimia dasar
DAYA - Pencampuran
- Aneka Industri
MINERAL - Upgrading
Kimia (sabun, obat dll)
Konstruksi
Bantuan (Bantuan) Produk Akhir
Cadangan
Pemolesan/
Eksplorasi Eksploitasi Pengolahan
Pemotongan
- Crushing Produk - Barang Seni
- Grinding Olahan - Bahan Bangunan
- Sizing

Sumber : Kementerian ESDM (2016)

A.2. Tumpang Tindih Kewenangan Antar- kebutuhan bahan baku industri


Instansi pemurnian dalam negeri; serta produk
○○ Secara umum, kondisi pelaksanaan pengolahan dan pemurnian hasil
PNT di Indonesia saat ini pertambangan di dalam negeri, belum
menunjukkan bahwa fasilitas semuanya dapat diserap industri hilir
pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri (ESDM, 2016)
logam yang ada belum memadai ○○ Sebelumnya, Kementerian
untuk menampung semua hasil ESDM menyampaikan sejumlah
produksi mineral; Cadangan untuk permasalahan yang menyebabkan
komoditas Tembaga, Bauksit, Nikel, tidak dilaksanakannya kewajiban
Besi, Timbal dan Seng masih cukup pelaksanaan pengolahan/pemurnian
besar dan dapat memenuhi prognosa hasil pertambangan, yaitu :
1) Belum ada kebijakan yang jelas dalam negeri. Situasi ini kemudian
dalam hal penetapan batas waktu mendorong Pemerintah membuat
kewajiban pelaksanaan PNT kebijakan penguluran atau “relaksasi”
mineral bagi IUP; dengan menerbitkan sejumlah peraturan,
2) Tumpang tindih kewenangan baik PP maupun Permen, yang masih
antara Kementerian ESDM dan membolehkan perusahaan pertambangan
Kementerian Perindustrian untuk melakukan ekspor konsentrat
terhadap perizinan fasilitasi mineral hingga tiga tahun sejak aturan
pengolahan/pemurnian (smelter); tersebut berlaku, yaitu 11 Januari 2017. Meski
Infrastruktur, energi dan ditentang oleh banyak pihak, kebijakan
pembiayaan yang masih lemah. relaksasi tersebut dimaksudkan untuk
(ESDM, 2014). memberikan kesempatan bagi pelaku
usaha pertambangan untuk mempercepat
A.3. Tarik-Ulur (Relaksasi) Peraturan penyelesaian pembangunan fasilitas
Mengenai Peningkatan Nilai Tambah pengolahan dan pemurnian (smelter).
Hingga batas waktu yang ditentukan Kebijakan tersebut disandingkan dengan
oleh UU Minerba (Januari 2014), ternyata ketentuan bea ekspor yang disesuaikan
tidak semua pelaku usaha pertambangan dengan progress pembangunan smelter di
109
melaksanakan kewajiban PNT di dalam negeri.

Gambar 36
Kronologis Tarik-Ulur Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah

Kronologis Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah

Kewajiban pegolahan & Batas Waktu Izin


Pemurnian Mineral : Ekspor Konsentrat
12 Januari 2014 12 Januari 2017

PP1/2014 &
Permen ESDM Permen ESDM
PP 52/2011 Permen ESDM
UU No 4/2009 No 11/2012 No 8/2015
(Fasilitas Pajak) No 1/2014
12 Jan 2009 16 Mei 2012 4 Maret 2015
22 Des 2011 11 Jan 2014

<2009 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

UU No 11/1967 PP No 23/2010 Permen ESDM Permen ESDM Permen ESDM Permen ESDM
PP No 17/1986 1 Feb 2010 No 7/2012 No 20/2013 No 11/2014 No 05/2016
Kepres No 16/1987 6 Feb 2012 20 Agustus 2013 17 April 2014 5 Februari 2016

Sumber: Kementerian ESDM (2016)


lah IUP & Jumlah Smelter
B. Tindak Lanjut 3. Sosialisasi dan kampanye kegiatan
Untuk menyelesaikan persoalan terkait antikorupsi dalam pelaksanaan
pelaksanaan kewajiban pengolahan/ kewajiban pengolahan/pemurnian
permunian hasil pertambangan, terdapat hasil tambang. Pelaksanaan kegiatan
tiga sasaran utama kegiatan yang di atas diterjemahkan dalam rencana
dilakukan, yaitu: aksi yang tidak hanya berlaku
1. Koordinasi dan supervisi pelaksanaan bagi kementerian/lembaga terkait
kewajiban pengolahan/pemurnian namun juga pemerintah provinsi dan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

hasil tambang; kabupaten.


2. Deteksi faktor dan aktor penyebab
tidak dilaksanakannya kewajiban B.1. Mendorong kepatuhan pelaku usaha
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

pengolahan/pemurnian hasil dalam membangun smelter


tambang;

Tabel 26
Rencana Aksi & Indikator Output - Mendorong Kepatuhan Pelaku Usaha

110 Pelaksana Rencana Aksi Indikator Output

Gubernur/Bupati/Walikota Menyampaikan data dan Daftar unit pengolahan (smelter) yang


informasi terkait progress mencakup Nama Perusahaan, Lokasi
Ditjen Minerba, Kementerian pengembangan unit pengolahan operasi, IUP yang berafiliasi, Kapasitas,
ESDM hasil pertambangan di dan lain-lain informasi yang terkait
wilayahnya dengan smelter.

Progres pembangunan smelter

Ditjen Bea Cukai, Kemenkeu; Melakukan monitoring dan Laporan hasil monitoring dan evaluasi
Kanwil Bea Cukai; Kantor evaluasi terhadap pelaksanaan terkait pelaksanaan kewajiban
Pengawasan Dan Pelayanan kewajiban pengolahan/ pengolahan dan atau pemurnian bagi
Bea Dan Cukai (KPPBC) pemurnian IUP mineral
Ditjen Industri Berbasis Memberikan sanksi kepada Daftar sanksi yang diberikan kepada
Logam, Kementerian pelaku usaha yang tidak pelaku usaha yang tidak melaksanakan
Perindustrian melaksanakan kewajiban kewajiban pengolahan dan atau
pengolahan/pemurnian pemurnian

Melaporkan hasil monitoring dan Surat penyampaian hasil monitoring


evaluasi pelaksanaan kewajiban dan evaluasi pelaksanaan kewajiban
pengolahan/pemurnian pengolahan dan atau pemurnian
termasuk sanksi yang diberikan
kepada pelaku usaha yang
tidak melaksanakan kewajiban
pengolahan/pemurnian

Sumber: Korsup Minerba KPK-ESDM, 2014


B.2. Koordinasi dan Harmonisasi Perbankan untuk memberikan insentif
Kewenangan Antar-Instansi fiskal, peningkatan infrastruktur dan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi fasilitas pembiayaan;
persoalan tumpang tindih kewenangan 3. Kementerian ESDM dan Kementerian
adalah : Perindustrian perlu melakukan
1. Verifikasi perkembangan pembangunan harmonisasi perizinan (Misalnya IUP
fasilitas pemurnian kepada IUP yang Operasi Produksi khusus Pengolahan
telah berkomitmen membangun dengan Pemurnian v.s. Izin Usaha Industri) yang
melibatkan tim independen (akademisi, difasilitasi Kemenko Perekonomian.
litbang, LIPI, BPPT) berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Nomor B.3. Pengawasan Kewajiban Pengolahan
240.K/73.07/DJB/2014; & Pemurnian oleh Pemerintah Daerah
Hasil pengawasan dan upaya tindak lanjut
2. Koordinasi dengan Kementerian dari kewajiban pengolahan dan pemurnian
Keuangan, Kementerian PU, bahan hasil tambang oleh Pemerintah
Kementerian Perhubungan dan Daerah direkap dalam Tabel 27 berikut

Tabel 27
111
Pengawasan Kewajiban Pengolahan & Pemurnian oleh Pemerintah Daerah

Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Nanggroe Aceh Untuk mineral logam bijih besi sudah melaksanakan sampai ke tahap 25 Maret 2015
Darussalam  pengolahan yaitu dengan melakukan pengecilan ukuran (sizing) dan
pencucian (washing)

Kegiatan pemurnian untuk mineral logam bijih besi belum ada pengajuan
permohonan pembangunan smelter.

Pembangunan pabrik pemurnian (smelter) di Aceh terkendala


keterbatasan deposit dan infrastuktur pendukung lainnya yang memadai
untuk kelayakan pembangunan smelter.

Untuk batubara sudah melaksanakan sampai ke tahap pengolahan


yaitu dengan melakukan pengecilan ukuran (sizing) dan pencampuran
(blending)

Sumatera Utara Pengolahan/pemurnian hasil tambang mineral dan batubara di Sumatera 25 Maret 2015
Utara masih belum dapat dilakukan oleh pemegang IUP logam dan
batubara

Pada saat ini pengolahan dan pemurnian hasil tambang hanya dilakukan
oleh pemegang Kontrak Karya PT. Agincourt Resources untuk pengolahan
emas DMP di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Khusus untuk pembangunan smelter pemegang Kontrak Karya PT.


Dairi Prima Mineral (bahan galian logam Pb dan Zn) yang terdapat di
Kabupaten Dairi, sampai saat ini masih belum dapat dilaksanakan.
Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Sumatera Barat Belum ada pembangunan smelter di Sumatera Barat baik yang 25 Maret 2015
dilaksanakan oleh pemegang IUP maupun investor lainnya.

Riau Pengolahan hasil produksi batubara hanya dengan menggunakan Unit 25 Maret 2015
Crusher Plant untuk mendapatkan besar butir batubara (produk dalam
bentuk bulk/curah) sesuai dengan permintaan konsumen/pembeli,

Pengolahan mineral logam yg diproduksi telah diolah menjadi logam


batangan (ingot) namun operasi produksi baru efektif sejak bulan Oktober
2014 pada 1 unit smelter logam timah.

Pasir laut yang diproduksi digunakan untuk material timbunan/


SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

pengurukan areal proyek pembangunan kawasan industri di kota Dumai.


LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Kepulauan Pabrik pengolahan dan pemurnian bahan galian tambang yang terdapat 20 November
Riau di Provinsi Kep. Riau yaitu Smelter Timah di Karimun (PT. Timah(Persero) 2014
Tbk, PT. Karimun Mining, PT. Unindo dan Dabo Singkep (PT. Cipta
Persada Mulia)

Untuk bahan galian tambang bauksit dan biji besi belum ada pabrik
pengolahan dan pemurniannya, dan kegiatan penambangannya saat ini
terhenti,

Terdapat rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih


Bauksit di Pulau Bintan Yaitu PT. Bintan Alumina Indonesia, saat ini
112 dalam proses pematangan lahan dan pinjam pakai kawasan hutan.

Jambi Produksi mineral logam (bijih besi) terdapat di kabupaten Merangin, 20 November
namun potensi dan produksi kecil sehingga tidak ekonomi untuk 2014
dilakukan pengolahan dan pemurnian sendiri

Sampai saat ini belum ada pembangunan pabrik pengolahan dan


pemurnian mineral di provinsi Jambi

Sumatera Tidak dilaksanakan karena IUP OP Mineral logam belum berproduksi 20 November
Selatan 2014

Bangka Tidak ada informasi


Belitung
Bengkulu Tidak ada informasi 22 April 2015

Lampung Tidak ada informasi 22 April 2015

DKI Jakarta Tidak ada pertambangan minerba


Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Jawa Barat Progress 20 Mei 2015

Terdapat 50 pemegang IUP yang telah memiliki rencana pengolahan/


pemurnian

Terdapat 2 pemegang IUP yang sedang membangun smelter pasir besi,


yaitu PT. Megatop (Kab. Cianjur) dan PT. Sumber Suryadaya Prima (Kab.
Sukabumi), namun belum melaporkan progress kegiatannya

Kendala

Terbatasnya dukungan infrastruktur dan pasokan energi bagi operasional


smelter

Pelaksanaan pengawasan oleh kab/kota tidak intensif

Pengelolaan pabrik pengolahan oleh Ditjen Minerba bagi pemegang IUP


modal asing tidak dikoordinasikan ke Pemda
Banten Terdapat 3 (tiga) perusahaan dengan IUP pengolahan pemurnian (IUP 22 April 2015
diterbitkan Pusat). Selebihnya merupakan penambangan tidak termasuk
penambangan yang wajib memiliki pengolahan (pasir, batu, lempung,
gamping)
Jawa Tengah 3 IUP OP K Pengolahan dan Pemurnian Yang Telah Diterbitkan 20 Mei 2015

Pemohon :

H. Bambang Jatmiko, SE (UD Kurnia)

UD Prawira
113
Eko Suryanto
DIY Belum semua pemegang IUP melaksanakan kegiatan pengolahan/ 20 Mei 2015
pemurnian, karena sebagian besar komoditas tambang yang dihasilkan
berupa mineral bukan logam dan batuan (andesit, pasir dan batugamping)

Untuk pemegang IUP mineral logam sampai saat ini belum produksi

Dilakukan upaya pembinaan kepada pemegang IUP Operasi Produksi


untuk dapat melakukan proses pengolahan/pemurnian
Jawa Timur Inventarisasi Kegiatan Pengolahan/Pemurnian 20 Mei 2015

2014 : 5 IUP; 2015 : 2 IUP


Bali NA
Nusa Tenggara Pemegang IUP Operasi Produksi mineral logam sudah mengetahui 4 Juni 2015
Barat kewajiban ini, namun karena tidak ada kegiatan maka kegiatan
pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian tidak ada.
Nusa Tenggara Menyampaikan rekomendasi untuk mendorong para pemegang IUP OP 4 Juni 2015
Timur untuk melaksanakan kewajiban pengolahan/pemurnian

Kalimantan Terdapat 9 perusahaan yang sudah membangun unit pengolahan dan 27 November
Barat pemurnian mineral 2014

Terdapat 7 perusahaan yang sedang merencanakan pembangunan unit


pengolahan dan pemurnian mineral
Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Kalimantan Yang telah dilakukan : 27 November
Tengah 2014
Mengeluarkan surat edaran No. 540/017/Tamben tanggal 8 Januari
2014 tentang penghentian ekspor mineral mentah dan melaksanakan
kewajiban pengolahan dan pemurnian serta mengawasi pelaksanaannya
kepada Bupati/Walikota

Mendata unit pengolahan dan/atau pemurnian (smelter) yang berada di


Kab/Kota dan melaporkannya kepada Dirjen Minerba

Bupati Kotawaringin Timur dan Lamandau telah meminta laporan


perkembangan pembangunan smelter kepada masing-masing pemegang
IUP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Bupati Kotawaringin Barat dan Walikota Palangka Raya telah


menerbitkan surat penghentian kegiatan ekspor mineral mentah
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Hasil yang dicapai :

Telah dibangun pabrik pengolahan zirkon di Kotawaringin Barat,


Palangka Raya, Pulang Pisau, Kotawaringin Timur, Kapuas, dan Katingan

Sedang dibangun smelter bauksit di Kotawaringin Timur dan smelter


timbal dan seng di Kotawaringin Barat (masa konstruksi)

Telah tersedia data pabrik pengolahan/pemurnian di Kabupaten/Kota

Kendala:

Belum tersedia listrik yang cukup untuk mendukung pembangunan


smelter di Kalimantan Tengah
114

Kalimantan Terdapat 1 fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten 27 November


Selatan Hulu Sungai Tengah 2014

Terdapat 5 fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten


Kotabaru

Terdapat 2 fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral bijih besi di


Kabupaten Tanah Bumbu

Terdapat 1 fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten


Tanah Laut

Terdapat 1 fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten


Kotabaru

Kalimantan Secara umum kegiatan pengolahan pada batubara hanya pada merubah 27 November
Timur partikel menjadi kecil (Crushing) 2014
Kalimantan Kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral logam (emas) hanya 27 November
Utara terdapat 1 IUP di kabupaten Nunukan 2014

Sulawesi Utara Rencana akan dibangun smelter bijih besi di Provinsi Sulawesi Utara 10 Juni 2015
Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Sulawesi Barat Progress : 10 Juni 2015

Belum semua pemegang IUP melaksanakan kegiatan pengolahan/


pemurnian, karena sebagian besar komoditas tambang yang dihasilkan
berupa mineral bukan logam dan batuan (andesit, pasir dan batugamping)

Untuk pemegang IUP mineral logam sampai saat ini belum produksi.

Sulawesi Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Nikel oleh PT. 6 November
Tengah Sulawesi Mining Investment di Kabupaten Morowali, 2014

Tahap I, kapasitas 300.000 metrikton feronikel/tahun, direncanakan


selesai maret 2015

Tahap II, kapasitas 600.000 metrik ton feronikel/ tahun telah dimulai.

Sulawesi Progress : 6 November


Tenggara 2014
13 IUP Tahap Administrasi

13 IUP Tahap Kostruksi

1 IUP Tahap Operasi

Pemerintah Provinsi Sultra telah bekerjasama dengan ITS Surabaya


dalam pembangunan industri pengolahan mineral khususnya nikel 115

Kendala :

Masih minimya infrastruktur kelistrikan

Tidak jelasnya proses pengurusan izin pembangunan pengolahan dan


pemurnian karena masih tarik ulur kepentingan antara ESDM dan
Perindustrian.

Sulawesi Melaporkan pelaksanaan kegiatan pembangunan smelter dalam rapat 6 November


Selatan evaluasi pelaksanaan pembangunan smelter pada tanggal 14 Mei 2014 2014

Gorontalo Belum dilaksanakan karena 2 (dua) Pemegang IUP Operasi Produksi 10 Juni 2015
belum melaksanakan kegiatan di lapangan

Maluku Tidak ada informasi 13 Mei 2015

Maluku Utara Tidak ada informasi 6 November


2014
Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Papua Barat PT. Anugerah Surya Pratama di Kabupaten Raja Ampat berhenti 13 Mei 2015
sementara melalui Surat Permohonan No. 050/ASP/YH/II/2014 tangal 5
Februari 2014 karena belum siap untuk membangun smelter

Provinsi Papua Barat belum menerbitkan IUP Operasi Produksi khusus


untuk pengolahan dan atau pemurnian

Selebihnya merupakan penambangan tidak termasuk penambangan yang


wajib memiliki pengolahan/pemurnian (pasir, batu, tanah urug, gamping)
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Papua Belum dilaksanakan karena IUP Gubernur Papua 13 Mei 2015

Masih dalam tahap Eksplorasi sedangkan IUP Bupati tahap Operasi


LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Produksi tidak melaporkan kegiatan kepada Pemda Provinsi Papua

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM, 2016

C. Capaian-Capaian Karya (KK), Izin Usaha Pertambangan (IUP),


C.1. Pendataan Pelaku Usaha Mineral di BUMN, IUP Pengolahan, IUP Pemurnian,
Indonesia IUP Pengangkutan dan Penjualan, serta
116
Pelaku usaha di sektor pertambangan IUP Mineral yang diterbitkan baik oleh
Mineral terdiri atas perusahaan- Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
perusahaan yang memegang perjanjian Daerah. Gambar 37 menjabarkan komposisi
usaha pertambangan seperti Kontrak pelaku usaha Minerba di Indonesia.

Gambar 37
Pelaku Usaha Pertambangan Mineral di Indonesia

35 Kontrak Karya (14 KK Operasi Produksi, 4 KK Konstruksi,


16 KK Eksplorasi dan Feasibility Study, 1 KK PU)

25 IUP Terbitan Pemerintah Pusat

19 IUP Pengolahan dan Pemurnian (4 Nikel, 1 Emas, 1 Mangan,


1 Bauksit, 3 Besi, 3 Galena, 4 Zirkon, 1 Zeolit, 1 Kuarsa)

3 IUP BUMN (PT. Antam, PT. Timah, PT. Inalum)

84 IUP Pengangkutan dan Penjualan

6.541 IUP Mineral (Logam, Bukan Logam, & Batuan) –


Yang Diterbitkan oleh Pemda

Sumber : Kementerian ESDM (2016)


P & Jumlah Smelter
Sedangkan jumlah IUP Mineral di seluruh Non CNC. Jika kewajiban pengolahan
Indonesia, saat ini mencapai 6.541, yang dan pemurnian bahan mineral di dalam
terdiri atas IUP Mineral Logam (62,2%), negeri kembali dilonggarkan, hal tersebut
IUP Mineral Bukan Logam (9,6%), dan IUP dikhawatirkan akan memicu adanya ilegal
Mineral Batuan (27,9%). Dimana sejumlah ekspor, apalagi jika harga-harga komoditas
2.596 (39,7%) diantaranya masih berstatus bahan mineral kembali naik di pasar.

Gambar 38 .
Komposisi Jumlah IUP Mineral di Indonesia (September 2016)

IUP
Eksplorasi
IUP Mineral (2.236)
Logam 62,5 %
(4.088) IUP Operasi
Produksi
(1.852)

IUP
Eksplorasi
(166)
IUP Mineral IUP Mineral
Bukan Logam
(6.541) 9,6 % (628) IUP Operasi
Produksi 117
(462)

IUP
Eksplorasi
(120)
IUP Mineral
Batuan 27,9 %
(1.825) IUP Operasi
Produksi
(1.705)
Jumlah IUP & Jumlah Smelter

Sumber : Kementerian ESDM (2016)

C.2. Rencana Pembangunan Fasilitas yang diajukan oleh pelaku usaha yang
Pengolahan dan Pemurnian (Smelter) terdiri atas komoditas Nikel, Bauksit, Besi,
Pada Rapat Korsup Minerba (Yang telah Mangan, Zirkon, Timbal & Seng serta Kaolin
menjadi bagian dari Korsup Energi) pada dan Zeolit. Tidak semua pemilik IUP harus
Bulan September 2016, Dirjen Minerba- memiliki fasilitas pengolahan/pemurnian
Kementerian ESDM memaparkan sendiri, melainkan dapat bergabung dalam
data rencana pembangunan fasilitas IUP lainnya untuk proses pengolahan dan
pengolahan dan pemurnian (Smelter) pemurniannya.
Gambar 39
Rencana Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian (Smelter)

Jumlah IUP & Jumlah Smelter 50

43
38

34 Jumlah IUP Jumlah Smelter

25
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

13
13 13
11
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

7 2 2
5 5 4 4 4 4
0
Nikel Bauksit Besi Mangan Zirkon Timbal & Seng Kaolin & Zeolit

Komoditas Mineral

Sumber: Kementerian ESDM, Diolah (2016)

C.3 Kemajuan Pembangunan Fasilitas penyusunan AMDAL sampai dengan tahap


Pengolahan/Pemurnian (Smelter) commissioning (produksi). Jumlah IUP
118 Hingga Agustus 2016, terdapat total 84 dan persentase kemajuan pembangunan
IUP yang melaksanakan pembangunan smelter dapat dilihat pada tabel 28 dan
fasilitas pengolahan dan pemurnian tabel 29.
di berbagai tahapan, mulai dari tahap

Tabel 28
Perkembangan Pembangunan Smelter per Agustus 2016

Perkembangan (%) Capaian Kegiatan Jumlah IUP (2014) Jumlah IUP (2016)

6 – 10 Progress mencapai AMDAL 15 16

11 - 30 Progress mencapai 12 15
Ground Breaking dan Awal
Konstruksi Pabrik
31-50 Progress mencapai 20 13
Pertengahan Tahap
Konstruksi Pabrik
51-80 Progress mencapai Akhir 4 6
Tahap Konstruksi
81-100 Progress mencapai tahap 25 34
commissioning/Produksi

Sumber: Kementerian ESDM (2016)


Tabel 29
Perkembangan Pembangunan Smelter Per-Komoditas (Per Agustus 2016)

Jumlah IUP Jumlah IUP Jumlah Smelter


Jumlah Smelter
No Komoditas
(2014)
(2014) (2016) (2016)
1. Nikel 36 43 30 34

2. Bauksit 11 13 6 7

3. Besi 7 5 7 5

4. Mangan 3 2 3 2

5. Zirkon 13 13 13 11

6. Timbal dan Seng 2 4 2 4

7. Kaolin dan Zeolit 4 4 4 4

Total 76 84 65 67

Sumber : Korsup Minerba KPK – ESDM, 2016

Tabel 30
Perkembangan Kinerja Pembangunan Smelter

6% - 8% 16
10
Perkembangan/Kinerja (%)

119

15
11% - 30%
14

31% - 50% 13
11

51% - 80% 6
6

81% - 100% 34
26
0 10 20 30
Jumlah IUP & Jumlah Smelter
Progress (%) Jumlah IUP Jumlah Smelter

Sumber : Kementerian ESDM (2016)

Hingga laporan ini ditulis, belum ada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea
laporan perkembangan terbaru dari hasil Dan Cukai (KPPBC) dan Ditjen Industri
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Berbasi Logam, Kementerian Perindustrian.
kewajiban pengolahan dan atau Dalam rangkaian kegiatan Koordinasi,
pemurnian bagi IUP mineral, termasuk Supervisi, Monitoring dan Evaluasi
pemberian sanksi bagi pelaku usaha yang (Korsupmonev) yang dilakukan oleh KPK
tidak menjalankan kewajiban pengolahan/ sepanjang tahun 2014 – 2015, Pemerintah
pemurnian. Terutama laporan dari Ditjen Provinsi telah melaporkan perkembangan
Bea Cukai, Kemenkeu; Kanwil Bea Cukai; pelaksanaan kewajiban pengolahan dan
atau pemurnian bagi IUP Mineral. Dari Laporan penjualan harus memuat harga
hasil laporan tersebut, terdapat beberapa jual, volume penjualan, kualitas, titik
kendala yang dihadapi oleh Pemerintah penjualan, biaya penyesuaian, dan pemakai
Daerah seperti : terbatasnya dukungan dalam negeri dan/atau negara tujuan,
infrastruktur dan pasokan energi serta dilengkapi dokumen pendukung.
bagi operasional smelter; Pelaksanaan Adapun dokumen pendukung terdiri dari
pengawasan oleh kab/kota tidak intensif; invoice, analisa perhitungan kualitas (COA),
Pengelolaan pabrik pengolahan oleh dari surveyor terdaftar minerba5, biaya
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Ditjen Minerba bagi pemegang IUP modal penyesuaian, PEB dan biaya barging. 6
asing tidak dikoordinasikan ke Pemda;
Masih minimya infrastruktur kelistrikan; A. Temuan-Temuan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Tidak jelasnya proses pengurusan izin A.1 Lemahnya pengawasan penjualan


pembangunan pengolahan dan pemurnian dan pengangkutan/pengapalan hasil
karena masih tarik ulur kepentingan tambang
antara ESDM dan Perindustrian. Dari hasil kajian dan telaah yang dilakukan,
KPK mencatat tiga persoalan utama terkait
3.5 Pengawasan Penjualan & pengawasan penjualan dan pengangkutan/
Pengangkutan/Pengapalan Hasil- pengapalan hasil tambang yang meliputi
120
Tambang 1) Masih banyak pelaku usaha
Kewajiban penyampaian laporan penjualan pertambangan minerba yang tidak
oleh pelaku usaha pertambangan mineral menyampaikan laporan penjualan
dan batubara telah diatur dalam Permen secara reguler kepada pemberi izin;
ESDM No. 17 Tahun 2010 tentang Tata 2) Masih banyak Pemerintah
Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Kabupaten/Kota/Provinsi yang belum
Mineral dan Batubara. Pemegang IUP menyampaikan laporan pengawasan
Operasi Produksi dan IUPK Operasi penjualan kepada Pemerintah Provinsi/
Produksi Minerba diwajibkan untuk Pusat;
melakukan pelaporan penjualan setiap 3) Masih lemahnya pengawasan terhadap
tanggal 10 setiap bulannya ke pemberi izin penjualan dan pengangkutan/
serta ditembuskan ke: 1) Ditjen Minerba, pengapalan hasil tambang minerba.
jika izin diterbitkan oleh Gubernur;
dan sebaliknya 2) Ditembuskan kepada
5 Perusahaan yang tercatat sebagai surveyor di Ditjen
Gubernur, jika izin diterbitkan oleh Minerba antara lain PT Surveyor Indonesia, PT Sucofindo, PT
Geoservice, PT Anindya Wira Konsult, PT Carsurin dan PT
Surveyor Carbon Consulting Indonesia.
menteri. 6 Agus Suryanto dan Satyo Naresworo, “Sosialisasi
Pengawasan Pembayaran Royalti pada Pengapalan Batubara
Domestik dan Ekspor di Balikpapan”, Artikel Minerba, Edisi
XXIII, Desember 2015, hlm. 19.
A.2 Adanya perusahaan yang belum terdaftar di Dirjen Minerba ESDM yang
terdaftar di Dirjen Minerba yang melakukan ekspor. Akibatnya, pembayaran
melakukan ekspor royalti ke rekening Pemerintah tidak
Dari hasil uji petik yang dilakukan oleh dapat terdeteksi dan tervalidasi, sehingga
Dirjen Minerba, berkoordinasi dengan masih terdapat kekurangan pembayaran
KPK dan Pemda, ditemukan adanya royalti kepada Negara.
perusahaan pemegang IUP yang belum

Kotak-4

Ekspor Bauksit ke China oleh Perusahaan Yang Belum Terdaftar di ESDM

Terdapat tiga perusahaan di Kepulauan Riau yang tidak terdaftar di Ditjen Minerba namun

melakukan ekspor bauksit ke China hingga 2 juta ton pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini

berdampak pada kerugian negara akibat kurang bayar royalti, mengingat pemerintah tidak

bisa mengawasi dan memvalidasi pembayaran royalti. Dalam kurun waktu dua tahun

tersebut, terindikasi potensi kerugian negara mencapai USD 758 ribu atau setara dengan 7,5

miliar rupiah jika dihitung dengan menggunakan kurs Rp 10.000,00.

Tak hanya itu, jika mencermati data Kementerian ESDM, terdapat anomali yang mana PT 121

Pinang Sukses Bersama membayarkan royalti lebih besar daripada perkiraan atau potensi hasil

perhitungan pemerintah, yang mana selisihnya mencapai USD 31 ribu. Hal ini menunjukkan

bahwa bahwa carut-marutnya data pertambangan, termasuk adanya perusahaan eksportir

yang tidak terdaftar, berdampak pada potensi kerugiaan negara.

Tabel 31
Perkiraan Kerugian Negara Akibat Ekspor Bauksit ke China oleh Perusahaan yang Belum
Terdaftar di ESDM pada Tahun 2011 dan 2012

Kurang
Tonase Nilai Perkiraan Royalti
Nama Kabupaten/ Jumlah Bayar
Ekspor Ekspor Royalti Dibayar
Perusahaan Kota Pengapalan Royalti (ribu
(ribu ton) (ribu USD) (ribu USD) (ribu USD)
USD)

Kampong Lingga 15 536,07 8.078,38 302,94 129,04 173.9


Lepan Mulya
Bintan Bintan 32 1.319,86 19.797,94 742,42 126,58 615.84
Karisma
Pratama

Pinang Sukses Tanjung 6 208,96 2.852,74 106,98 138,29 (31.31)


Bersama Pinang
TOTAL 53 2.064,89 30.729,06 1.152,34 393,91 758,43

Sumber: Diolah dari Bahan Paparan Dirjen Minerba di Pangkal Pinang, 6 Maret 2014
Potensi Kehilangan Penerimaan Negara bahwa tidak semua eksportir batubara
Karena Perbedaaan Data Ekspor Indonesia melaporkan ekspornya ke
○○ Kajian KPK menunjukkan adanya Kementerian ESDM maupun dalam
potensi hilangnya penerimaan negara SPT.
hingga mencapai miliaran dolar AS ○○ Permasalahan yang sama juga
yang disebabkan oleh perbedaan ditemukan di tahun 2011. Potensi
data ekspor batubara di tahun kerugian keuangan negara yang
2010. Data Kementerian Energi dan bersumber dari kurang bayar royalti
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Sumberdaya Mineral menunjukkan mineral dan batubara pada tahun


ekspor batubara Indonesia di 2011 mencapai 372 juta dolar AS, yang
tahun 2010 mencapai 166,06 juta Mt. mana 93% diantaranya berasal dari
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Sementara itu, untuk tahun yang batubara. Dengan asumsi 1 US$ setara
sama World Coal Institute mencatat dengan Rp 10.000,00, maka potensi
ekspor batubara Indonesia sebesar 298 kerugian keuangan negara yang hanya
juta Mt. Dengan perhitungan kasar bersumber dari royalti mencapai 3,72
menggunakan asumsi kalori 6322 kcal/ triliun rupiah (asumsi 1 USD = Rp.
kg dan harga mengacu HBA $ 92,98/ 10.000). Perhitungan potensi kerugian
ton (rata-rata 2010), selisih ekspor negara ini mengacu pada verifikasi
122
tersebut mencapai $ 12.267.781.200,00.7 data ekspor mineral yang bersumber
Perbedaan data ini mengindikasikan dari laporan surveyor. 8
8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Kedeputian
7 Bahan Paparan KPK “Gerakan Nasional Penyelamatan Bidang Pencegahan, “Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan
Sumber Daya Alam Indonesia” Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Batubara”, 2014.

Tabel 32
Potensi Kerugian Keuangan Negara (Royalti) di Tahun 2011

No Komoditas Potensi Kerugian Negara (US$)


1 Nikel 15.413.941,95
2 Bijih besi dan pasir besi 2.077.411,25
3 Timbal 221.430,53
4 Bauksit 6.741.777,70
5 Mangan 206.986,05
6 Batubara 347.403.523,37
Total 372.065.070,86

Sumber: KPK, 2014


○○ Perbedaan/diskrepansi juga Sosialisasi Pengawasan Pembayaran Royalti
ditemukan dalam membandingkan dalam Pengapalan Batubara Domestik dan
data ekspor batubara Indonesia Ekspor di Balikpapan pada 10 Desember
dengan data negara importir batubara. 2015. Adapun kegiatan pembinaan dan
Perbedaan tidak hanya terkait pengawasan telah sepenuhnya menjadi
volume batubara namun juga kualitas wewenang pemerintah provinsi pasca
batubara. Sebagian besar data negara terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang
importir menunjukkan jumlah yang Pemerintahan Daerah.
lebih besar serta kualitas yang lebih
bagus dibandingkan data pemerintah B. Tindak Lanjut
Indonesia. Lebih rendahnya ekspor Untuk menyelesaikan persoalan terkait
yang tercatat oleh pemerintah pengawasan penjualan serta pengapalan,
Indonesia salah satunya disebabkan secara umum terdapat tiga fokus utama
oleh maraknya ekspor ilegal melalui kegiatan yang dilakukan, yakni :
pelabuhan tikus sebagai dampak atas 1) Koordinasi dan supervisi pelaksanaan
lemahnya pengawasan. Kementerian pengawasan pengapalan penjualan
Keuangan mencatat akibat pelabuhan dan pengangkutan/pengapalan;
tikus, setidaknya 20-30 triliun potensi 2) Deteksi faktor dan aktor penyebab
123
pendapatan negara hilang.9 tidak dilaksanakannya pengawasan
penjualan dan pengangkutan/
A.3. Adanya Pemegang IUP Operasi pengapalan;
Produksi Yang Bertindak Sebagai Trader 3) Sosialisasi dan kampanye kegiatan
Lemahnya pengawasan juga ditunjukkan antikorupsi dalam pengawasan
dengan maraknya IUP Operasi Produksi penjualan dan pengangkutan/
Khusus, yang selama ini bertindak sebagai pengapalan. Pelaksanaan kegiatan di
trader batubara, tidak memiliki dokumen atas diterjemahkan dalam rencana
administratif yang memadai dan bahkan aksi yang tidak hanya berlaku
domisilinya tidak diketahui. Sebagaimana bagi kementerian/lembaga terkait
diungkap oleh Trinoto, Direktorat namun juga pemerintah provinsi dan
Pembinaan Pengusahaan Batubara dalam kabupaten.

9 Agus Triyono, Negara Rugi Rp 30T/tahun Akibat Pelabuhan


Tikus, diakses dari http://nasional.kontan.co.id/news/negara-
rugi-rp-30-ttahun-akibat-pelabuhan-tikus pada 1 Spetember
2016 pukul 16.18 WIB.
B.1 Mendorong kepatuhan pemegang Izin dan Penegakan Sanksi

Tabel 33
Rencana Aksi Mendorong Kepatuhan Pemegang Izin dalam Pelaporan

Pelaksana Rencana Aksi Indikator Output


1. Gubernur/Bupati/ Mengirimkan surat kepada pelaku 1. Data IUPK Pengangkutan dan
Walikota usaha untuk melaksanakan Penjualan yang diterbitkan oleh
2. Ditjen Minerba, kewajiban pelaporan penjualan Pemda
Kementerian secara rutin 2. Surat pemberitahuan/ peringatan
ESDM kepada pelaku usaha untuk
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

melaksanakan kewajiban pelaporan


penjualan secara rutin
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Ditjen Anggaran, Ditjen Melakukan sosialisasi kepada Laporan hasil sosialisasi kepada pelaku
Pajak, Ditjen Bea Cukai, pelaku usaha terkait kewajiban usaha terkait kewajiban pelaporan
Ditjen Perbendaharaan pelaporan penjualan secara rutin penjualan secara rutin
dan Kanwil Kemenkeu
terkait
Ditjen Perdagangan Mengimplementasikan sistem Laporan implementasi sistem pelaporan
Luar Negeri, pelaporan berbasis IT penjualan berbasis IT (termasuk
Kementerian implementasi sistem MOMI)
Perdagangan
Ditjen Perdagangan Melakukan monitoring dan 1. Laporan status pelaksanaan
Luar Negeri, evaluasi terhadap pelaksanaan kewajiban pelaporan penjualan
Kementerian kewajiban pelaporan penjualan minerba
Perdagangan pelaku usaha 2. Laporan hasil monitoring dan evaluasi
124 terhadap pelaksanaan kewajiban
pelaporan penjualan minerba
Ditjen Perdagangan Memberikan sanksi kepada pelaku 1. Daftar sanksi yang diberikan
Luar Negeri, usaha yang tidak melaksanakan kepada pelaku usaha yang tidak
Kementerian kewajiban pelaporan penjualan melaksanakan kewajiban pelaporan
Perdagangan secara rutin penjualan secara rutin
2. Surat teguran/SK pembekuan
sementara/dll terkait tidak
dilaksanakannya kewajiban pelaporan
penjualan secara rutin
3. Laporan langkah-langkah hukum
yang diambil oleh pemerintah
terhadap pelaku usaha yang tidak
melaksanakan kewajiban pelaporan
penjualan
Ditjen Perdagangan Melaporkan hasil monitoring dan Surat penyampaian laporan hasil
Luar Negeri, evaluasi pelaksanaan kewajiban monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Kementerian pelaporan secara rutin oleh pelaku kewajiban pelaporan secara rutin oleh
Perdagangan usaha, termasuk pemberian sanksi pelaku usaha
kepada pelaku usaha yang tidak
melaksanakan kewajibannya
Mendorong kepatuhan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewajiban pelaporannya
Mendorong efektifitas pengawasan penjualan dan pengangkutan/pengapalan termasuk penegakan
sanksinya

Sumber: Korsup Minerba KPK-ESDM, 2014


B.2 Mendorong kepatuhan pemerintah daerah dalam melakukan Pelaporan

Tabel 34
Rencana Aksi & Indikator Output – Mendorong kepatuhan Pemda

Pelaksana Rencana Aksi Indikator Output


1. Gubernur/ Bupati/ Menyampaikan laporan pengawasan 1. Daftar status penyampaian laporan
Walikota penjualan secara reguler kepada pengawasan penjualan secara reguler
2. Ditjen Minerba, Pemerintah Provinsi/Pusat kepada Pemerintah Provinsi/Pusat
Kementerian ESDM 2. Dokumen laporan pengawasan
penjualan
Ditjen Otonomi Daerah, Itjen, Melakukan monitoring dan evaluasi Laporan hasil monitoring dan evaluasi
Kementerian Dalam Negeri secara reguler terhadap pelaksanaan pelaksanaan kewajiaban pelaporan
kewajiban pelaporan pemda
Ditjen Otonomi Daerah, Itjen, Menyampaikan hasil monitoring Surat penyampaian hasil monitoring dan
Kementerian Dalam Negeri dan evaluasi pelaksanaan kewajiban evaluasi pelaksanaan kewajiban pelaporan
pelaporan kepada instansi pusat terkait
(khususnya Kementerian ESDM dan
Kementerian Dalam Negeri)

Sumber: Korsup Minerba KPK-ESDM, 2014

B.3 Mendorong efektifitas pengawasan penjualan dan pengangkutan/pengapalan


termasuk penegakan sanksinya

125
Tabel 35
Rencana Aksi & Indikator Output – Mendorong Efektifitas Pengawasan

Pelaksana Rencana Aksi Indikator Output


1. Gubernur/Bupati/ Melakukan witness survey 1. Laporan kegiatan pelaksanaan witness
Walikota (a.l. secara acak) pada saat survey pada saat pengapalan minerba (waktu
2. Ditjen Minerba, pengapalan minerba pelaksanaan, lokasi, pihak yang dilibatkan, dll),
Kementerian ESDM dan dilengkapi dengan foto kegiatan
2. Laporan tindak lanjut terhadap hasil witness
survey
Ditjen Perdagangan Luar Melaporkan hasil witness survey Surat penyampaian laporan kegiatan dan tindak
Negeri, Kementerian (a.l. secara acak) kepada instansi lanjut terhadap hasil witness survey
Perdagangan terkait
Ditjen Perhubungan Melakukan pengkajian terhadap 1. Lokasi-lokasi pengapalan (termasuk pelabuhan)
Laut/Kantor lokasi-lokasi pengapalan untuk minerba yang saat ini beroperasi (nama
Kesyahbandaran & memudahkan pengawasan dan pelabuhan; pemilik; titik koordinasi, dll)
Otoritas pelabuhan pengendalian dan melaporkan 2. Laporan hasil pengkajian lokasi-lokasi
(KSOP), Kementerian hasil pengkajian kepada instansi pengapalan yang dapat memudahkan fungsi
Perhubungan terkait pengawasan dan pelayanan

Ditjen Bea Cukai/Kanwil Meningkatkan frekuensi Laporan kegiatan monitoring proses penjualan dan
Bea Cukai/KPPBC, monitoring terhadap proses pengangkutan/ pengapalan minerba (Lokasi, waktu
Kementerian Keuangan penjualan dan pengangkutan/ monitroing, pihak yang dimonitor, hasil monitoring,
pengapalan foto kegiatan, dll)
Ditjen Bea Cukai/Kanwil Melakukan evaluasi terhadap Laporan hasil evaluasi terhadap monitoring proses
Bea Cukai/KPPBC, monitoring proses penjualan dan penjualan dan pengangkutan/pengapalan hasil
Kementerian Keuangan pengangkutan/pengapalan hasil minerba
minerba
Ditjen Bea Cukai/Kanwil Memberikan sanksi kepada 1. Daftar sanksi yang diberikan kepada pelaku
Bea Cukai/KPPBC, pelaku usaha yang melanggar usaha yang melanggar ketentuan di bidang
Kementerian Keuangan ketentuan peraturan perundang- pengangkutan dan penjualan minerba
undangan dalam proses 2. Laporan hasil pemberian sanksi yang diberikan
penjualan dan pengangkutan/ kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
pengapalan hasil minerba di bidang penjualan dan pengangkutan minerba

Sumber: Korsup Minerba KPK-ESDM, 2014


C. Capaian-Capaian pengolahan dan pemurnian, meskipun
C.1. Pemberlakuan larangan ekspor Undang-undang (UU) Nomor 4
mineral mentah Tahun 2009 tentang Pertambangan
○○ Sebelumnya, hingga 12 Januari 2014, Mineral dan Batubara sendiri telah
perusahaan mineral masih dapat memberikan waktu lima tahun sejak
menikmati fasilitas ekspor mineral tahun 2009 untuk membangun
mentah secara bersyarat sesuai dengan fasilitas tersebut. Akibatnya, kegiatan
ketentuan Peraturan Menteri (Permen) penjualan dan pengangkutan/
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

ESDM Nomor 20 Tahun 2013 tentang pengapalan tidak dilakukan di


Perubahan Kedua atas Peraturan sejumlah provinsi, utamanya di region
Menteri Energi dan Sumber Daya Sulawesi.
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Mineral Nomor 07 Tahun 2012 tentang


Peningkatan Nilai Tambah Mineral C.2. Upaya penataan stockpile di terminal
Melalui Kegiatan Pengolahan dan khusus oleh Pemerintah Daerah
Pemurnian Mineral. Akan tetapi, pasca ○○ Tidak adanya kegiatan penjualan dan
penerbitan Permen ESDM Nomor 1 pengangkutan/pengapalan menjadi
Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai alasan utama mengapa rencana aksi
Tambah Mineral Melalui Kegiatan kegiatan pengawasan penjualan
126
Pengolahan dan Pemurnian Mineral dan pengapalan tidak dilakukan di
di Dalam Negeri, perusahaan mineral sejumlah provinsi. Karenanya, sorotan
tidak lagi diperbolehkan melakukan terhadap aspek ini cenderung minim
eskpor mineral mentah. Di sisi lain, dibandingkan dengan aspek lainnya,
pemerintah memberikan ruang misalnya penataan izin.
bagi perusahaan tersebut untuk ○○ Terdapat contoh yang menarik
melakukan eskpor konsentrat hingga berkaitan dengan upaya provinsi
Januari 2017. dalam melakukan pengawasan
penjualan dan pengangkutan/
○○ Pemberlakuan kebijakan ekspor pengapalan. Salah satunya adalah
konsentrat sendiri berdampak pada Provinsi Sumatera Selatan yang
penghentian kegiatan penjualan melakukan penataan stockpile di
serta pengangkutan (ekspor) oleh terminal khusus untuk menertibkan
perusahaan. Pasalnya, banyak di pelabuhan liar yang menjadi penyebab
antara perusahaan tersebut belum utama maraknya ekspor ilegal.
melakukan pembangunan fasilitas
Kotak- 4

Kegiatan Pengawasan Penjualan dan Peningkatan PNBP di Sumatera Selatan

Komitmen dalam perbaikan pengawasan penjualan dan pengangkutan/pengapalan

ditunjukkan oleh Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Hal ini dilakukan melalui sejumlah

upaya, yakni penertiban dermaga-dermaga tikus dengan menetapkan 13 stockpile di dermaga

sebagai titik penjualan yg legal melalui SK Gubernur No. 286/KPTS/Dispertamben/2014

pada tanggal 8 April 2014. Selain itu juga dilakukan penertiban angkutan batubara melalui

pemberlakuan Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) Pengangkutan Batubara bagi

transportir.

Gambar 40

Penataan Stockpile di Terminal Khusus di Sumatera Selatan

10

6
Jumlah Stockpile

127
4

0
Palembang Muara Enim Pali Banyuasin Musi Banyuasin

Sebelum Korsup Setelah Penataan

Sumber: Paparan Provinsi Sumatera Selatan dalam Monev Korsup Minerba KPK, 20 November 2014

Terkait penerimaan negara sendiri, telah diterbitkan Surat Edaran Gubernur No. 020.A/540/

Dispertamben/2013 pada 30 September 2013 tentang Rekomendasi Pengangkutan dan

Penjualan Batubara dalam rangka pemeriksaan langsung pembayaran royalti dimuka

sebelum batubara dikapalkan sebagai tindak lanjut Surat Edaran Dirjen Minerba No.

05E/36.04/DJB/2013. Di samping itu, pemerintah provinsi juga bekerjasama dengan Beacukai

dan KSOP dalam melakukan pengawasan penjualan batubara dan kewajiban Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP). Hasilnya, Provinsi Sumsel berhasil mengamankan royalti dari

54,66 MT batubara melalui pembayaran dimuka sebelum pengapalan di tahun 2014.


C.3. Penetapan Surveyor Yang wewenang Ditjen Perdagangan Luar
Melakukan Verifikasi dan Analisis Negeri, Kementerian Perdagangan.
Penjualan Batubara
○○ Terdapat perubahan jumlah dan
○○ Dalam melakukan perbaikan daftar perusahaan surveyor, yakni
pengawasan penjualan dan PT Sucofindo, PT Geoservices, PT
pengapalan/pengangkutan, Surveyor Indonesia, PT Carsurin,
upaya yang telah dilakukan oleh PT Anindya Wira Putra Konsult dan
Kementerian ESDM-khususnya PT Surveyor Carbon Consulting
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Dirjen Minerba, salah satunya terkait Indonesia sesuai dengna Keputusan


tata cara penetapan surveyor yang Dirjen Minerba No. 1029-1052 K/30/
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

bertugas melakukan verifikasi serta DJB/2014. Sebelumnya, pemerintah


analisis kualitas dan kuantitas telah menetapkan lima perusahaan
penjualan batubara yang ditetapkan surveyor dengan wewenang pada
melalui Peraturan Dirjen Minerba No. provinsi tertentu sesuai dengan
481./K/30/DJB/2014 pada tanggal 30 Mei Keputusan Menteri Perdagangan
2014. Adapun pelaksanaan Perdirjen No. 388/M-DAG/KEP/2008 tentang
ini diatur dalam surat Direktur Penetapan Surveyor sebagai
128 Pembinaan Pengusahaan Batubara Pelaksana Verifikasi atau Penelusuran
Nomor 461/30/DBB/2015. Sebelumnya, Teknis terhadap Ekspor Produk
penetapan surveyor menjadi Pertambangan Tertentu.

Tabel 36
Daftar Perusahaan Surveyor

No 20081 20142
1 PT Sucofindo PT Sucofindo
2 PT Geoservices PT Geoservices

3 PT Surveyor Indonesia PT Surveyor Indonesia

4 PT Carsurin PT Carsurin
5 PT Citrabuana Indoloka PT Anindya Wira Putra Konsult
6 - PT Surveyor Carbon Consulting Indonesia

Sumber: Korsup Minerba KPK-ESDM, Diolah (2016)

○○ Di samping enam perusahaan ini, dalam pengawasan penjualan dan


Puslitbang Tekmira juga ditunjuk pengapalan ini. Tidak hanya bekerja
untuk melakukan fungsi witness pada ranah inventarisasi data dan
surveyor melalui Surat Dirjen Minerba informasi produksi, surveyor juga
No. 1028/04/DJB/2014. Surveyor melakukan verifikasi kualitas dan
sendiri memiliki peran krusial jenis produk yang nantinya digunakan
untuk menetapkan nilai kewajiban antara Dirjen Minerba dengan Dirjen
keuangan perusahaan, baik berupa Perhubungan Laut untuk membahas
pajak maupun royalti. 10 penyusunan 14 pelabuhan khusus.
Akan tetapi, hingga laporan ini ditulis,
C.4. Koordinasi Lintas-Instansi dalam belum ada data terkini mengenai
Pembahasan Pelabuhan Khusus Batubara perkembangan tindak Lanjut dari
hasil pembahasan tersebut.
○○ Untuk mengatasi maraknya ekspor
ilegal, telah dilakukan pertemuan

10 Abdul Jabbar Yoesoef, Kunci Surveyor Membidik


Perkembangan Industri Domestik Meningkatkan
Penerimaan Pajak & Royalti, Gramedia, Jakarta: 2013, hlm.
35-36.

Gambar 41
Persebaran 14 Rencana Pelabuhan Khusus Minerba

Aceh Sumatera Barat Kalimantan Timur


di Aceh Selatan Riau 1. Teluk Balikpapan
di Padang
di Kawasan 2. Teluk Adang Bay
Teluk Riau 3. Teluk Berau
4. Teluk Maloy
129
Sumsel
Tanjung Api Api

Kalimantan Selatan
Jambi 1. Wilayah Tobanco/Pulau Laut
di Sekitar Lampung 2. Wilayah Sungai Danau
Teluk Jambi Tarahan 3. Wilayah Batu Licin

Bangkulu
Pelabuhan
Bengkulu

Tindak Lanjut:
Perlu segera diterbitkan surat keputusan bersama antara Menteri Perhubungan
dan Menteri SDM

Sumber: Paparan Ditjen Minerba dalam Monev Korsup Minerba KPK, 6 November 2014

C.5 Penundaan Pemberian IUP OPK Baru perusahaan penanaman modal asing.
untuk Batubara Pasalnya, pemegang IUP OPK seringkali
Pemerintah juga memberlakukan melakukan kegiatan pengangkutan dan
penundaan pemberian IUP OPK baru penjualan dari pihak lain yang tidak
hingga tanggal 16 Mei 2016, yang mana tercantum dalam SK IUP OPK. Terkait
diatur dalam Instruksi No.02.Ins/30/ hal ini, pemerintah berniat melakukan
DJB/2015. Penundaan ini dilakukan revisi ketentuan perundang-undangan
guna melakukan penataan, pembinaan, untuk memperkuat sistem pengawasan,
dan pengawasan terhadap kegiatan pelaporan serta pemberian sanksi.11
pengangkutan dan penjualan batubara
11 Paparan Direktur Pembinaan Program Minerba,
lintas provinsi dan/atau lintas negara juga Yogyakarta, 27 Agustus 2015.
Gambar 42
Penataan IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan

250 229

200
176
Jumlah IUP

150
114
100
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

57
50 47

14 7
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

5
0
2011 2013 2015
Periode Penerbit IUP

Aktif Berakhir Dikembalikan Dicabut

Sumber: Diolah dari Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara, 21 September 2016

Tabel 37
130
Standar Pelaksanaan Pengawasan dan Pembinaan IUP OPK
Pengangkutan dan Penjualan

No Hasil Evaluasi Tindak Lanjut


1 Mengambil batubara dari sumber di Membuat tanggapan ke perusahaan dan meminta:
luar ketetapan pada SK atau terdapat 1) bukti setor royalti; 2) invoive pembelian batubara;
peningkatan kapasitas pengangkutan 3) meminta untuk melakukan penyesuaian, karena
dan penjualan tanpa persetujuan kegiatan tersebut telah melanggar ketentuan pasal 22
penerbit izin ayat (1) Permen ESDM No. 32 Tahun 2013, maka akan
diperlakukan mekanisme sesuai pasal 61 ayat (3)
2 Melanggar pasal 24 ayat (1), (2), dan (3) Diberlakukan mekanisme teguran sesuai pasal 61 ayat (1)
Permen ESDM No. 32 Tahun 2013
3 Melanggar pasal 27 ayat (1), pasal 28, dan Diberlakukan mekanisme teguran sesuai pasal 61 ayat (1)
pasal 29 Permen ESDM No. 32 Tahun 2013
4 Sumber batubara tidak bersertifikat ○○ Badan usaha yang tidak memiliki IUP OPK
C&C dan/atau bukan IUP OP/IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan melanggar pasal 39 PP
Pengangkutan dan Penjualan No. 23 Tahun 2010
○○ Berkewajiban menyesuaikan dengan sumber batubara
yang telah C&C
5 Tidak ada kegiatan dalam jangka waktu 1 Meminta perusahaan untuk menandatangani surat
tahun dan jangka waktu perizinan masih pernyataan bahwa izin IUP OPK Pengangkutan dan
lama Penjualan yang dimiliki siap dicabut jika tidak ada
kegiatan dalam jangka waktu 6 bulan
6 Tidak ada kegiatan dalam jangka waktu 1 Dipertimbangkan proses perpanjangannya akan
tahun dan jangka waktu perizinan akan diterima/ditolak. Jika diterima maka perusahaan diminta
habis dalam waktu 6 bulan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa izin
IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan yang dimiliki
siap dicabut jika tidak ada kegiatan dalam jangka waktu
6 bulan
No Hasil Evaluasi Tindak Lanjut
7 Hanya melakukan kegiatan Disarankan untuk mengubah izinnya menjadi IUJP
pengangkutan dalam jangka waktu
minimal 1 tahun
8 Melakukan blending Pasal 94 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2010 dan penjelasan
pasal 94 PP No. 77 Tahun 2014 bahwa pencampuran
batubara (coal blending)
9 Mengulang pelanggaran Diberlakukan mekanisme teguran sesuai pasal 61 ayat (1)
10 Menyampaikan dokumen laporan yang ○○ Diberlakukan mekanisme teguran sesuai pasal 61 ayat
tidak sesuai dan/atau tidak benar (1)
○○ Menyampaikan surat kepada perusahaan terkait
bagaimana format pelaporan yang sesuai
11 Perusahaan terlambat dalam menerima Jangka waktu peringatan atau teguran disesuaikan
surat teguran dengan tanggal terima surat oleh perusahaan (misal: 1
bulan sejak tanggal surat diterima)
12 Pernah disanksi dan telah ○○ Diberlakukan surat teguran terkait pelanggaran yang
menyampaikan surat pernyataan dilakukan dan bila pelanggaran masih dilakukan maka
teguran akan langsung dilanjutkan dari status teguran
terakhir (Misal: pernah diberhentikan sementara maka
pelanggaran berikutnya akan langsung dilakukan
pencabutan)
○○ Meminta perusahaan untuk menandatangani surat
pernyataan bahwa izin IUP OPK Pengangkutan
dan Penjualan yang dimiliki siap dicabut jika masih
terdapat pelanggaran yang ditemukan dan/atau
dilakukan perusahaan
13 Tidak melaporkan kegiatan yang realisasi ○○ Membuat tanggapan ke perusahaan dan meminta 1)
namun ternyata terdapat realisasi bukti setor royalti; 2) invoice pembelian
○○ Meminta perusahaan untuk menandatangani surat
pernyataan bahwa izin IUP OPK Pengangkutan
dan Penjualan yang dimiliki siap dicabut jika masih 131
terdapat pelanggaran yang ditemukan dan/atau
dilakukan perusahaan
14 Perubahan saham dan pengurus tanpa ○○ Diberikan surat teguran terkait pelanggaran yang
pemberitahuan/ permohonan dilakukan
○○ Diminta melakukan pelaporan ke DJMB

Sumber: Paparan Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara, 21 September 2016

C.6 Penghapusan IUP OPK Pengangkutan Sayangnya, upaya ini tidak benar-
dan Penjualan benar menyasar dan menyelesaikan
Melalui Permen Nomor 43 Tahun 2017 permasalahan mendasar dalam aspek
tentang Perizinan di Bidang Pertambangan pengangkutan dan penjualan minerba,
Mineral dan Batubara, pemerintah yakni rendahnya kepatuhan pemilik
melakukan penghapusan IUP OPK IUP OPK dalam memenuhi kewajiban
Pengangkutan dan Penjualan dalam pelaporan yang bersifat administratif
kerangka penyederhanaan perizinan. maupun keuangan.
Sebagai gantinya, pemerintah menerbitkan
Penyesuaian IUP OPK menjadi Tanda
Tanda Register yang penerbitannya hanya
Registrasi seolah ‘menghapuskan/
membutuhkan waktu 2 hari kerja dan
memutihkan’ pelanggaran yang telah
diumumkan di website Ditjen Minerba.
dilakukan oleh pemilik IUP OPK pengangkutan dan penjualan tanpa
sebagaimana telah diidentifikasi memperkuat fungsi pengawasan
dalam temuan awal Korsup KPK di dikhawatirkan justru berdampak pada
tahun 2014. Akses yang kian mudah potensi penyelewengan dan pelanggaran
untuk mendapatkan Tanda Registrasi yang kian besar.
sebagai prasyarat melakukan kegiatan

Gambar 43
Tata Cara Permohonan, Evaluasi, dan Penerbitan Tanda Registrasi Perusahaan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Pengangkutan dan Penjualan Mineral atau Batubara


LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Mutu Baku
Menteri/
No Kegiatan Badan Usaha Keterangan
Gubernur Kelengkapan/
Waktu Output
Persyaratan
1 Pengajuan Checklist dan 1 hari
permohonan
a dokumen
kelengkapan

Tidak b persyaratan

2 Pemberian Ya Tanda 1 hari


sertifikat dan registrasi dan
pengumuman
di website
b a database online

132 minerba
Jumlah 2 hari

Sumber: Permen ESDM 34/2017


133
Pemberian sanksi yang tegas bagi
perusahaan yang tidak menyampaikan
data rencana dan realisasi produksi, salah
satunya dengan menangguhkan atau
membekukan perusahaan tersebut...
Rekomendasi

4.1 Rekomendasi Kebijakan Umum kewajiban lain yang terkait. Sistem


4.1.1 Segera melakukan pengembangkan database monitoring tersebut
sistem database perusahaan juga meliputi aspek sosial dan
pemegang izin/kontrak Minerba lingkungan, seperti pelaksanaan
menggunakan sistem registrasi good mining practices, pengelolaan
dengan identitas tunggal (single dampak lingkungan, pengembangan
ID) secara terpadu dan terintegrasi. komunitas sekitar tambang dan
Dimana database dan single- tanggung jawab sosial perusahaan,
ID tersebut terintegrasi secara serta aspek lain yang terkait.
otomatis dengan sistem monitoring
pelaksanaan kewajiban pelaku 4.1.2 Melakukan institusionalisasi
usaha yang terdiri dari (namun model koordinasi dan supervisi
tidak terbatas pada) aspek pelaporan lintas lembaga dan pemangku
rencana dan realisasi produksi, kepentingan. Model koordinasi dan
izin dan pelaporan pengangkutan/ supervisi seperti yang dilakukan
pengapalan, izin dan pelaporan oleh Korsup Minerba ini perlu
ekspor hasil tambang, proses dan dilanjutkan, disempurnakan, dan
verifikasi pembayaran pajak dan diinstitusionalisasi menjadi forum
penerimaan negara, penyetoran koordinasi rutin yang dilakukan
dana jaminan reklamasi dan pasca- secara periodik antara instansi
tambang, kewajiban pengolahan/ pemerintahan terkait di tingkat
pemurnian bahan tambang, serta pusat (Kementerian/Lembaga) dan
di daerah, serta dengan keterlibatan dipertanggungjawabkan kepada
berbagai elemen masyarakat negara dan masyarakat.
dan pemangku kepentingan.
Forum tersebut dilakukan untuk 4.1.4 Mengembangkan mekanisme
melakukan rekonsiliasi database, pengaduan dan penanganan
pelaporan, dan evaluasi serta diskusi keluhan masyarakat (grievance
dan konsultasi kebijakan dalam mechanism). Mekanisme
mengatasi persoalan-persoalan yang pengaduan dan penanganan/
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

dihadapi, mengambil langkah tindak tindak lanjut keluhan masyarakat


lanjut dan penegakan peraturan dapat dikembangkan dengan
(enforcement), untuk menjadikan insrumen online (misalnya melalui
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

tata kelola sektor Minerba menjadi smartphone) atau menggunakan


semakin baik. sistem aplikasi yang telah dimiliki
Pemerintah seperti LAPOR, maupun
4.1.3 Mengembangkan sistem disediakan secara off-line di kantor-
transparansi dan akuntabilitas di kantor Pemerintahan Kementerian/
sepanjang rantai tata kelola sektor Lembaga dan Dinas terkait. Hal
ekstraktif, mulai dari penentuan tersebut merupakan wujud dari
136
wilayah, penerbitan izin, produksi- Pemerintahan yang responsif pada
pengapalan dan penjualan, hingga kepentingan masyarakat.
realisasi penerimaan negara-
bagi hasil-dan pasca tambang. 4.1.5
Melakukan koordinasi terpadu
Transparansi meliputi ketersediaan– dalam monitoring perbaikan tata
pengembangan–dan pengaturan ruang dan penggunaan lahan/hutan,
akses, baik akses bagi internal di yang diikuti dengan pengembangan
Pemerintahan (lintas Kementerian/ dan penyempurnaan sistem satu
Lembaga) maupun penyediaan peta (one map) di sektor sumber
akses informasi bagi publik, pelaku daya alam. Pada faktanya, sektor
usaha, DPR, dan pihak-pihak terkait. industri berbasis sumber daya alam
Keterbukaan dan akuntabilitas sangat erat kaitannya dengan tata
dalam tata kelola pemerintahan ruang terutama penggunaan lahan
akan mengurangi assimetric maupun hutan, sedangkan masalah
information yang berakibat pada tumpang tindih banyak terjadi
salah pengertian (misleading) dan selain karena adanya pelanggaran
kehilangan kepercayaan (miss-trust) ketentuan, juga karena tidak adanya
pada kebijakan pembangunan, database berupa peta spasial yang
menutup celah korupsi, menciptakan dapat dijadikan sebagai rujukan
iklim yang fair, serta menghasilkan sebelum melakukan penentuan
integritas kebijakan yang dapat peruntukan wilayah dan penerbitan
izin-izin di sektor Sumber Daya •• Memberikan sanksi yang
Alam (SDA). Koordinasi terpadu tegas pada perusahaan yang
dapat dilakukan lintas Kementerian/ meninggalkan lubang tambang
Lembaga terkait, seperti tanpa direklamasi dan diberi
Kementerian ESDM, Kementerian pengaman (terlebih yang telah
ATR, Kementerian KLHK, Pemda menimbulkan korban), agar
dan unsur-unsur lain yang terkait. tidak menimbulkan preseden
buruk bagi penegakan hukum
4.2 Rekomendasi Khusus terhadap pelaku pelanggaran
4.2.1 Rekomendasi Berkaitan dengan lingkungan dalam kegiatan
Penataan Izin Usaha Pertambangan pertambangan.
(IUP)
•• Segera melakukan penertiban 4.2.2 Rekomendasi Berkaitan dengan
terhadap IUP Non-CNC, IUP di Pelaksanaan Kewajiban Keuangan
wilayah hutan konservasi dan Pelaku Usaha
hutan lindung, serta IUP yang •• Mengintegrasikan sistem
habis masa berlakunya dalam monitoring penerimaan negara
batas waktu tertentu. Proses dengan sistem database
137
penertiban secara administrasi single-ID perusahaan Minerba
dan kewilayah telah berlangsung (sebagaimana rekomendasi
sejak 3 (tiga) tahun lalu bahkan point 4.1.1). Dengan akses
lebih, sejatinya proses penertiban berbasis single-ID maka bagi
dapat dilakukan secara cepat, perusahaan yang masih
terutama bagi IUP Non-CNC dan menunggak pembayaran royalti
IUP yang telah berakhir masa misalnya, sistem database dapat
berlakunya. disetting dis-approve (atau
•• Melengkapi dan ditandai dengan alert) pada saat
menyempurnakan sistem perusahaan mengurus izin ekspor
Perizinan Terpadu Satu Pintu atau izin-izin lainnya yang terkait.
(PTSP) dengan database yang Dengan demikian, diharapkan
lengkap dan terintegrasi kepatuhan kewajiban keuangan
dengan sistem yang terpadu, pelaku usaha meningkat seiring
sebagaimana database yang dengan peningkatan penerimaan
dimaksud pada rekomendasi negara dan sistem sanksi yang
point 4.1.1. dan sistem satu peta diterapkan secara terpadu.
(point 4.1.5). Sehingga problem •• Mengintegrasikan sistem
overlapping dapat dicegah sejak database pajak di DJP dengan
awal. database single-ID perusahaan
Minerba (sebagaimana •• Mengintegrasikan sistem
rekomendasi point 4.1.1). Dengan monitoring produksi
integrasi ini, maka database pertambangan dengan sistem
pajak akan sinkron dengan database single-ID perusahaan
database perusahaan Minerba Minerba (sebagaimana
bahkan jumlah pembayar pajak rekomendasi point 4.1.1). Dengan
(dan pemilik NPWP) seharusnya database ini, penyampaian
bertambah. Sehingga DJP dapat laporan rencana dan realisasi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

melakukan perhitungan dan produksi batubara dapat diinput


perkiraan penerimaan pajak, secara langsung oleh perusahaan
sekaligus melakukan monitoring sesuai dengan nomor akses
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

dan menerbitkan surat tagihan single-ID yang dimilikinya.


terhutang jika ditemui adanya Demikian juga monitoring
kejanggalan pada pembayaran terpadu antara Pemerintah
pajak perusahaan pemegang izin Daerah dan Pemerintah Pusat
Minerba. dapat lebih dioptimalkan dengan
•• Menelusuri dan membangun sistem database tersebut.
database kepemilikan •• Pemberian sanksi yang tegas
138
sesungguhnya (beneficial bagi perusahaan yang tidak
ownership/BO) dari menyampaikan data rencana
perusahaan sektor Minerba, dan realisasi produksi, salah
serta mewajibkan pembukaan satunya dengan menangguhkan
data BO oleh perusahaan atau membekukan perusahaan
Minerba. Hal ini menjawab tersebut dalam mendapatkan
persoalan tunggakan PNBP yang layanan perizinan dan aspek
seringkali sulit ditagih karena lainnya.
data pemilik perusahaan yang •• Melakukan kajian dan
tidak valid atau tidak dapat penelusuran lebih dalam
dilacak keberadaannya. Hal ini mengenai penyebab adanya
juga sejalan dengan peta jalan PETI, lalu melakukan penertiban,
pembukaan BO dari pelaksanaan dan terakhir memberikan
inisiatif transparansi industri sanksi bagi PETI yang tidak
ekstraktif (EITI) di Kemenko dapat ditertibkan. Namun juga
Perekonomian RI. perlu diikuti oleh program
yang komprehensif untuk
4.2.3
Rekomendasi Berkaitan mengalihkan mata pencaharian
dengan Pengawasan Produksi penambang tersebut ke pada
Pertambangan sektor lainnya.
4.2.4
Rekomendasi Berkaitan pemurnian hasil tambang
dengan Pelaksanaan Kewajiban dengan dengan database
Pengolahan/Pemurnian Hasil single-ID perusahaan Minerba
Tambang (sebagaimana rekomendasi
•• Mendorong upaya percepatan point 4.1.1). Dengan database
pelaksanaan strategi hilirisasi ini, perusahaan yang belum
dengan memperketat melakukan pengolahan/
monitoring kewajiban pemurnian dapat terus
pengolahan/pemurnian di diingatkan akan komitmen yang
dalam negeri oleh pelaku telah dibuat, serta diberlakukan
usaha Minerba. Langkah ini sanksi sesuai dengan ketentuan
dapat dioptimalkan misalnya yang berlaku misalnya tarif
dengan melakukan koordinasi bea keluar yang tinggi dan
lintas kementerian/lembaga sebagainya.
dan membentuk gugus tugas
percepatan strategi hilirisasi 4.2.5 Rekomendasi Berkaitan dengan
minerba. Pengawasan Penjualan dan
•• Mengembangkan peta jalan Pengangkutan/Pengapalan hasil
139
(road map) nasional dalam Tambang
pengembangan industri •• Mengintegrasikan sistem
hilir pertambangan dalam monitoring penjualan dan
periode menengah maupun p e n ga n g ku ta n /p e n ga pa l a n
panjang , disertai langkah- hasil tambang dengan sistem
langkah dan indikator database single-ID perusahaan
keberhasilan yang terukur Minerba (sebagaimana
serta komitmen berbagai rekomendasi point 4.1.1). Dengan
pihak dalam melaksanakan database ini, proses perizinan
kewajiban tersebut. Roadmap pengapalan maupun penjualan
tersebut dapat disusun melalui dan ekspor dapat disetting
proses konsultasi dari berbagai sesuai dengan tingkat kepatuhan
pemangku kepentingan, serta dan ketentuan yang berlaku.
yang berkomitmen untuk Termasuk akan memudahkan
melaksanakan langkah-langkah pantaun secara terintegrasi
dalam peta jalan tersebut. antara pemerintah pusat dengan
•• Mengintegrasikan sistem pemerintah daerah.
monitoring pelaksanaan •• Melakukan pengawasan
kewajiban pengolahan/ dan memperketat standar
penunjukan surveyor dalam (termasuk pelabuhan khusus
proses pengapalan dan batubara), sehingga hanya
penjualan hasil tambang. pada pelabuhan terstandar
Surveyor juga di database tersebut batubara diizinkan
sebagaimana perusahaan untuk dikapalkan/dijual untuk
pemegang izin/kontrak dengan kebutuhan ekspor. Pelabuhan
sistem single-ID, sehingga yang terstandar memungkinkan
semua kewajiban surveyor proses pengintegrasian dengan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

(misalnya untuk melaporkan) sistem monitoring database


juga dapat dipantau dan diawasi yang terintegrasi dengan
oleh segenap instansi yang sistem penerimaan negara dan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

berwenang. kepabeanan yang telah dimiliki


•• Mempercepat pembangunan oleh Kementerian terkait.
dan standarisasi pelabuhan

140
Referensi
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 137.

____________, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara. Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 4.

____________, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.


Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 244.

____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 Tahun
2012 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang
Dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota. Berita Negara
RI Tahun 2012 Nomor 892.

____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2014
tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang ESDM kepada Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun
Anggaran 2014. Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 67.

____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 43 Tahun 2015
tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 2014.

____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun
2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara. Berita Negara RI
Tahun 2017 Nomor 668.

Deputi Bidang Pencegahan, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK. 2013. Laporan
Hasil Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Mineral dan Batubara.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2014. Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di
Provinsi Sulawesi Tenggah. Bahan Paparan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara,
Palu, 20 Februari 2014.

____________. 2014. Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral


dan Batubara di Provinsi Sulawesi Tenggah. Bahan Paparan Direktorat Jenderal Mineral
dan Batubara, Banjarmasin, 26 Maret 2014.

____________. 2014. Status Pelaksanaan Kewajiban KK dan PKP2B. Bahan Paparan


Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Jakarta, 27 Agustus 2014.
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan. 2014. Perpajakan Pertambangan


Minerba: Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Minerba. Bahan Paparan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

Direktorat Jenderal Pajak, Palangkaraya, 2 April 2014.

____________. 2014. Perpajakan Pertambangan Minerba: Koordinasi dan Supervisi


Pengelolaan Pertambangan Minerba. Bahan Paparan Direktorat Jenderal Pajak,
Pontianak, 21 Mei 2014.

____________. 2014. Perpajakan Pertambangan Minerba: Koordinasi dan Supervisi


Pengelolaan Pertambangan Minerba. Bahan Paparan Direktorat Jenderal Pajak, Bali, 3
142 Desembr 2014.

Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan


Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2016. Tindak Lanjut Korsup
Sektor ESDM dalam Pengelolaan Pengusahaan Pertambangan Batubara. Bahan Paparan
Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara, Jakarta, 21 September 2016

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK. 2014. Rapat Koordinasi dan Supervisi atas
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara pada 12 Provinsi di Indonesia. Bahan
Paparan Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, Jakarta, 7 Februari 2014.

Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. Tata Kelola Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara. Bahan Paparan Direktur Pembinaan Program
Mineral dan Batubara, Yogyakarta, 27 Agustus 2015.

Noerdin, Alex. 2014. Progres Implementasi 5 Sasaran rencana Aksi Korsup Minerba di
Sumatera Selatan. Bahan Paparan

Patria, Dian. 2014. Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan
Batubara di 19 Provinsi di Indonesia. Bahan Paparan KPK RI, Bali, 3 Desember 2014.
Praja, Adnan Pandu. 2014. Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral
dan Batubara di Provinsi Kalimantan Timur. Bahan Paparan KPK RI, Samarinda, 12 Maret
2014.

Samad, Abraham. 2014. Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan
Batubara di 19 Provinsi di Indonesia. Bahan Paparan KPK RI, Bali, 3 Desember 2014.

Sekretaris Jenderal Mineral dan Batubara, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2014. Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di
Indonesia. Bahan Paparan Sekretaris Jenderal, Jakarta, 7 Februari 2014.

Suryanto, Agus dan Satyo Naresworo. Sosialisasi Pengawasan Pembayaran Royalti pada
Pengapalan Batubara Domestik dan Ekspor di Balikpapan, Artikel Minerba, Edisi XXIII,
Desember 2015, hal. 19.

Triyono, Agus. Negara Rugi Rp 30T/tahun Akibat Pelabuhan Tikus. Diakses pada 1
September 2016, http://nasional.kontan.co.id/news/negara-rugi-rp-30-ttahun-akibat-
pelabuhan-tikus

Yoesoef, Abdul Jabbar. 2013. Kunci Surveyor Membidik Perkembangan Industri Domestik
Meninkatkan Penerimaan Pajak & Royalti. Jakarta: Gramedia. 143
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI

146
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Anda mungkin juga menyukai