3
Koordinasi dan Supervisi Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara : Temuan-Tindak Lanjut-Capaian
LAPORAN
Tim Penyusun
Maryati Abdullah
Rizky Ananda Wulan SR
Meliana Lumbantoruan
Aryanto Nugroho
Asri Nuraeni
Agung Budiono
Lizha Mashita
Pereview
Dian Patria
Epa Kartika
Penyunting
Maryati Abdullah
Laporan Koordinasi dan Supervisi Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara (Korsup Minerba) disusun
oleh tim Sekretariat Nasional Publish What You Pay Indonesia dengan masukan dari tim Korsup Minerba
GNPSDA, Divisi Litbang KPK, yang selama ini terlibat langsung dalam pelaksanaan Korsup Minerba.
Publish What You Pay Indoensia - Yayasan Transparasi Sumber Daya Ekstraktif
Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No.12, Tebet, Jakarta Selatan, 12820, INDONESIA
Telp/Fax : +621-290-69727 | E : sekretariat@pwyp-indonesia.org | W: www.pwyp-indonesia.org
5
Kata Pengantar
Pertambangan mineral dan batubara (Minerba) merupakan salah satu sumber daya alam
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
(SDA) tak terbarukan (unrenewable) yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
Indonesia untuk dapat dikelola dengan baik. Pengelolaan sumber daya alam tersebut harus
mengacu pada UUD 1945, khususnya pasal 33 yang mengamanatkan pengelolaan demi sebesar-
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Keberadaan Undang-Undang (UU) Nomor (No.) 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara merupakan salah satu wujud pelaksanaan hak pengelolaan negara terhadap sumber
daya tersebut. UU Pertambangan Minerba membawa semangat pengelolaan pertambangan
Minerba yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan,
guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan. UU tersebut juga menekankan
6 pentingnya pengelolaan pertambangan mineral dan batubara yang dapat memberikan nilai
tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan.
Memperhatikan nilai strategis dari sumber daya alam (SDA) termasuk sektor pertambangan
mineral dan batubara (Minerba), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencetuskan lahirnya
Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GN-PSDA) yang dideklarasikan pada 9
Juni 2014 di Ternate. Deklarasi tersebut ditandai dengan penandatanganan piagam oleh Ketua
KPK, Panglima TNI, Kapolri, dan Jaksa Agung. Deklarasi penyelamatan SDA tersebut berisi
komitmen untuk mendukung tata kelola SDA yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; dan
mendukung penyelamatan kekayaan SDA Indonesia; serta melaksanakan penegakan hukum di
sektor SDA sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Koordinasi dan supervisi sektor mineral dan batubara (Korsup Minerba) merupakan salah satu
bagian dari GN-PSDA. Fungsi koordinasi dan supervisi ini merupakan peran trigger mechanism
yang dijalankan oleh KPK sesuai dengan mandat UU No.30/2002 tentang KPK. Karenanya KPK
mendorong pelibatan banyak pihak dalam kegiatan serta mengakselerasi berbagai bentuk
upaya yang dapat membantu penyelamatan SDA Indonesia. Korsup Minerba sendiri mencakup
5 (lima) aspek sasaran utama, yakni : (1) penataan izin usaha pertambangan (IUP); (2) Pelaksanaan
kewajiban keuangan pelaku usaha; (3) Pelaksanaan pengawasan produksi pertambangan; (4)
Pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian hasil tambang; dan (5) Pelaksanaan pengawasan
penjualan & pengangkutan/pengapalan hasil tambang.
Sebagai bentuk dokumentasi perjalanan Korsup Minerba, laporan ini disusun dengan
mengumpulkan, melakukan rekap, dan pengolahan data hasil-hasil Korsup Minerba. Termasuk
melakukan interpretasi dan analisis singkat mengenai tindak lanjut dan perkembangan capaian
dari pelaksanaan Korsup Minerba. Laporan disusun oleh tim kerja Publish What You Pay
Indonesia yang berkolaborasi dengan tim Litbang KPK yang membidangi GN-PSDA, khususnya
di sektor Minerba dan Energi. Penyusunan laporan menggunakan metode deskriptif, berdasarkan
data-data hasil rekonsiliasi yang dilaporkan dalam pelaksanaan Korsup, dengan melakukan
klarifikasi dan cross-check kepada pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan Korsup
Minerba.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun dan segenap pihak yang 7
membantu dan mendukung penerbitan laporan ini: Aryanto Nugroho dan Rizky Ananda yang
merupakan tim pelaksana Program SETAPAK dari Publish What You Pay Indonesia; Bapak Dian
Patria dan Ibu Epa Kartika serta anggota tim Korsup Minerba lainnya di Divisi Penelitian dan
Pengembangan, Kedeputian Pencegahan KPK RI; Mas Roby yang membantu proses layout,
serta pihak-pihak terkait lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu di sini. Akhir
kata, kami sangat terbuka atas masukan, saran dan kritik dari pembaca dan berbagai pihak,
bagi kesempurnaan dan manfaat dari laporan ini bagi perbaikan tata kelola pertambangan dan
sumber daya alam di Indonesia.
Maryati Abdullah
Koordinator Nasional
Publish What You Pay Indonesia
Daftar Isi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Kata Pengantar 6
Daftar Isi 8
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Daftar Tabel 9
Daftar Gambar 11
Ringkasan Eksekutif 13
IV. Rekomendasi
4.1. Rekomendasi Kebijakan 135
4.2. Rekomendasi Khusus 137
Referensi 141
Daftar Tabel
Tabel 1. Format Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi 41
Tabel 5. IUP yang Masa Berlaku Telah Habis per 31 Desember 2016 51
Tabel 6. Hasil Overlay IUP, KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan Hutan
9
dan IPPKH – Nasional 52
Tabel 10. Pola Umum Temuan Monitoring IUP dan Tindak Lanjut 60
Tabel 14. Saldo Piutang PNBP IUP, KK, dan PKP2B (per September 2016) 79
Tabel 20. Selisih Data Ekspor dan Data Produksi Batubara 100
Tabel 23. Rencana Aksi dan Indikator Output – Efektifitas Pengawasan 103
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Tabel 24. Rencana Aksi dan Indikator Output – Menertibkan PETI 103
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Tabel 26. Rencana Aksi Mendorong Kepatuhan Pelaku Usaha & Sanksi 110
Tabel 31. Perkiraan Kerugian Negara Akibat Ekspor Bauksit ke China oleh
Perusahaan yang Belum Terdaftar di ESDM pada Tahun 2011 dan 2012 121
Tabel 32. Potensi Kerugian Keuangan Negara (Royalti) di Tahun 2011 122
Gambar 20. Perkembangan Penataan IUP dari Tahun ke Tahun: 2011 – 2017 71
Gambar 21. Prosentase IUP CNC dan Non-CNC (2014-2017) 71
Gambar 23. Peta Sebaran Pemda dan Kementerian/Lembaga yang telah mendapatkan
akses MOMI 73
12 Gambar 33. Alur dan Kepatuhan Pelaporan Produksi dan Penjualan 104
Gambar 38. Komposisi Jumlah IUP Mineral di Indonesia (September 2016) 117
Gambar 43. Tata Cara Permohonan, Evaluasi, dan Penerbitan Tanda Registrasi
Perusahaan Pengangkutan dan Penjualan Mineral atau Batubara 132
Ringkasan Eksekutif
M
emperhatikan nilai strategis dari sumber daya alam (SDA) termasuk sektor
pertambangan mineral dan batubara (Minerba), Komisi Pemberantasan 13
Koordinasi dan supervisi sektor mineral dan batubara (Korsup Minerba) merupakan
salah satu bagian dari GN-PSDA. Fungsi koordinasi dan supervisi ini merupakan peran
trigger mechanism yang dijalankan oleh KPK sesuai dengan mandat UU No.30/2002
tentang KPK. Karenanya KPK mendorong pelibatan banyak pihak dalam kegiatan
serta mengakselerasi berbagai bentuk upaya yang dapat membantu penyelamatan SDA
Indonesia. Kelompok kerja Korsup Minerba meliputi tim Litbang-Divisi Pencegahan KPK
bersama kementerian/lembaga terkait seperti Dirjen Minerba-Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK),
Kementerian Keuangan, serta Pemerintah Daerah dan segenap instansi penegak hukum
lainnya. Korsup Minerba ini juga mengakomodasi keterlibatan masyarakat sipil seperti
akademisi dan organisasi non-pemerintah (NGO) secara intens dalam upaya-upaya
pemberantasan korupsi dan perbaikan tata kelola secara konstruktif.
Korsup Minerba yang berlangsung hingga kini di 31 wilayah Provinsi se-Indonesia ini
mencakup 5 (lima) aspek sasaran utama, yakni : (1) penataan izin usaha pertambangan
(IUP); (2) Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha; (3) Pelaksanaan pengawasan
produksi pertambangan; (4) Pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian hasil
tambang; dan (5) Pelaksanaan pengawasan penjualan & pengangkutan/pengapalan hasil
tambang. Tahapan pelaksanaan Korsup Minerba terdiri atas (a) melaksanakan rapat
koordinasi lintas instansi tingkat pusat maupun daerah, guna mengidentifikasi persoalan
serta menyusun dan menyepakati rencana aksi, (b) melakukan monitoring pelaksanaan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
rencana aksi; (c) pelaporan; serta (d) evaluasi capaian dan tindak lanjut perbaikan tata
kelola secara sistemik dan jangka panjang.
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
tata kelola sektor ekstraktif, mulai dari penentuan wilayah, penerbitan izin,
produksi-pengapalan dan penjualan, hingga realisasi penerimaan negara-bagi
hasil-dan pasca tambang.
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
P
asal 33 Undang-Undang (unrenewable) yang diberikan oleh 21
Dasar Tahun 1945 (UUD 1945) Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
menyebutkan, bumi, air, dan Indonesia untuk dapat dikelola dengan
kekayaan alam yang terkandung di baik. Pengelolaan sumber daya alam
dalamnya dikuasai oleh Negara dan tersebut harus mengacu pada UUD 1945,
dipergunakan untuk sebesar-besarnya khususnya pasal 33 yang mengamanatkan
bagi kemakmuran rakyat. Perekonomian pengelolaan demi sebesar-besarnya
nasional diselenggarakan berdasar atas kemakmuran rakyat. Keberadaan
demokrasi ekonomi dengan prinsip Undang-Undang (UU) Nomor (No.) 4
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, Tahun 2009 tentang Pertambangan
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, Mineral dan Batubara merupakan salah
kemandirian, serta dengan menjaga satu wujud pelaksanaan hak pengelolaan
keseimbangan, kemajuan dan kesatuan negara terhadap sumber daya tersebut.
ekonomi nasional. Dengan demikian, UU Pertambangan Minerba membawa
sudah selayaknya jika bangsa ini menjaga semangat pengelolaan pertambangan
anugerah sumber daya alam baik yang ada Minerba yang mandiri, andal, transparan,
di darat maupun yang ada di laut, untuk berdaya saing, efisien, dan berwawasan
keberlangsungan pembangunan. lingkungan, guna menjamin pembangunan
nasional secara berkelanjutan. UU tersebut
Pertambangan mineral dan batubara juga menekankan pentingnya pengelolaan
(Minerba) merupakan salah satu pertambangan mineral dan batubara yang
dapat memberikan nilai tambah secara dengan ketentuan dalam UU, yang
nyata kepada pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui amandemen kontrak.
nasional dan pembangunan daerah secara
berkelanjutan. 1.2 Peran Koordinasi dan Supervisi KPK
KPK sebagaimana dimandatkan dalam
Minerba merupakan salah satu sektor UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
sumber daya strategis yang menopang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
perekonomian nasional. Sektor ini adalah lembaga negara yang dalam
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Izin Usaha Pertambangan (IUP). KK, PKP2B, 3). Secara umum, UU ini mengatur
dan IUP ini menggunakan total luasan lima tugas utama KPK, yakni: (1) Tugas
hutan hampir sebesar 38,9 juta hektar di Koordinasi (Pasal 7); (2) Supervisi (Pasal 8);
seluruh Indonesia. Bahkan ditengarai, (3) Penyelidikan, Penyidikan & Penuntutan
masih ada yang berada di wilayah hutan (Pasal 11); (4) Pencegahan (Pasal 13); dan
konservasi dan hutan lindung. Sektor (5) Monitoring (Pasal 14). Dimana Pasal 6
ini juga ditarget memberikan kontribusi UU tersebut juga menyebutkan bahwa
22
terhadap penerimaan negara bukan pajak KPK mempunyai tugas antara lain
(PNBP) berupa royalti dan iuran tetap melakukan ‘koordinasi’ dengan instansi
sebesar Rp. 32,4 triliun di tahun 2017 (Rp. yang berwenang untuk melakukan
41,59 triliun di tahun 2016), atau sekitar pemberantasan tindak pidana korupsi
13,5% dari keseluruhan target PNBP yang (huruf a), dan melakukan ‘supervisi’
mencapai Rp. 240,4 triliun (APBN 2017) terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana
UU Minerba No.4/2019 juga korupsi. Lalu, pasal 8 ayat (1) UU No. 30
mengamanatkan adanya peningkatan Tahun 2002 tersebut menegaskan bahwa:
nilai tambah, diantaranya dengan “Dalam melaksanakan tugas supervisi
melakukan pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
di dalam negeri, yang konsekuensinya huruf b, KPK berwenang melakukan
pada pembatasan (bahkan pelarangan) pengawasan, penelitian, atau penelaahan
ekspor bahan mentah yang belum terhadap instansi yang menjalankan tugas
diolah dan dimurnikan pada batas dan wewenangnya yang berkaitan dengan
waktu tertentu. Selain itu, UU tersebut pemberantasan tindak pidana korupsi,
juga mengamanatkan untuk dilakukan dan instansi yang dalam melaksanakan
penyesuaian KK/PKP2B – agar sejalan pelayanan publik”.
Gambar 1
Peran dan Fungsi KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga 1. Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002,
negara yang dalam melaksanakan tugas dan Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai
wewenangnya bersifat independen dan bebas dari tugas antara lain:
pengaruh kekuasaan manapun (Pasal 3) - Huruf a: “Koordinasi” dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
Koordinasi
- Huruf b: “Supervisi” terhadap instansi yang
(Pasal 7)
berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
2. Pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 30 Tahun
Monitoring Supervisi 2002: ‘Dalam melaksanakan tugas supervisi
(Pasal 14) (Pasal 8) sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf b,
TUGAS KPK KPK berwenang melakukan pengawasan,
penelitian, atau penelaahan terhadap instansi
yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana
Penyelidikan,
Pencegahan Penyidikan, korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan
(Pasal 13) Penuntutan
(Pasal 11) pelayanan publik.’
kewajiban pemda dan pelaku usaha; dan kualitas mineral dan batubara yang
6. Mendorong penetapan batas wilayah akan dijual oleh pelaku usaha, sebagai
pertambangan; dasar untuk perhitungan kewajiban
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Gambar 4
Perjalanan Proses Korsup Minerba 2014-2017
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
2014 2016
Tindak Lanjut
Pelaksanaan
(Penertiban, Perbaikan
Penandatanganan Rencana Aksi Korsup Minerba
Sistem, Pemberian
disatukan dalam
MOU Rapat-Rapat Sanksi)
Korsup Energi
Kick Off Meeting Korsup Monitoring dan
Tindak Lanjut Korsup
Penyusunan Monitoring, Evaluasi Tindak Lanjut
(Penertiban, Perbaikan
Evaluasi & Korsup
Rencana Aksi Sistem)
Rekomendasi Rekomendasi
Rapat-Rapat Monitoring, Evaluasi
dan Rekomendasi Perbaikan sistem
Korsup
2015 2017
28
H
asil kajian KPK tentang teknologi dan informasi. Selain itu, dengan
pengelolaan pertambangan adanya pengembangan sistem teknologi 31
Pengawasan Renegosiasi
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Utama dalam
Pelaksanaan
Reklamasi &
UU Minerba Peningkatan
Nilai Tambah &
Pasca-Tambang Pengolahan
-Pemurnian
34 Kewajiban Penataan
Pelaporan KK/PKP2B/IUP
Pemenuhan
Pasar Dalam
Negeri (DMO)
SASARAN
5 UTAMA
Korsup Minerba
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
#1 #2
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
#3 #4
36 Kewajiban
Pengawasan Pengolahan/
Produksi Pemurnian
#5
Kewajiban Penjualan &
Pengangkutan/
Pengapalan
Gambar 7
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Laporan harus
Kabupaten/Kota Provinsi dilengkapi Data
melaporkan ke Provinsi merekap menyampaikan Lengkap PJ
Provinsi (Format laporan dari Laporan ke KPK Implementasi Renaksi
laporan beserta berbagai Kab/Kota dan ESDM (Hard (Kepala Dinas ESDM
Lampirannya) Copy + So Copy) Provinsi/Kabupaten/
Kota)
Rekomendasi &
Temuan Penanggung Jawab Instansi Terkait Renaksi Indikator Output Ket (KPK & ESDM)
Target
1 2 3 4 5 6 Status 7
Bukti Verifikasi
Tenggat Penjelasan
No Deskripsi No Deskripsi Instansi Unit Instansi Unit No Deskripsi No Deskripsi Pendukung dari (KPK & Open Closed
Waktu (oleh Pemda)
PEMDA ESDM)
42
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
44
Gambar 8
Peran Pemerintah Daerah dalam Korsup Minerba
Pemerintah
Provinsi
45
Total terdapat 5.986 IUP yang telah
habis masa berlakunya (per 31
Desember 2016) dengan luas wilayah
mencapai 11,9 juta hektar.
3
3
Temuan, Tindak Lanjut,
dan Capaian
3.1 Penataan Izin Usaha Pertambangan region, dan melalui rapat-rapat koordinasi
(IUP) rekonsiliasi teknis di tingkat Kementerian.
47
Proses penataan IUP diawali dengan Rapat Data-data IUP yang dikumpulkan dan
Koordinasi (Rakor) lintas Pemerintah direkonsiliasi antara lain meliputi : jumlah
Pusat-Daerah yang menghasilkan IUP dan status Clean and Clear (CNC)
rekomendasi dan rencana aksi, kemudian maupun Non-CNC nya; jumlah IUP yang
dilakukan proses pengumpulan dan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
pengayaan data IUP di tingkat daerah, (NPWP) dan penyebabnya; jumlah IUP dan
proses pemantauan dan penyampaian luasannya yang berada di kawasan hutan
laporan, lalu dilanjutkan dengan rapat konservasi dan hutan lindung; Jumlah
rekonsiliasi dan integrasi data-data IUP IUP yang tidak memiliki Izin Pinjam Pakai
antara Pemerintah Pusat (Kementerian Kawasan Hutan (IPPKH); serta jumlah IUP
ESDM) dengan Pemerintah Daerah yang tidak memiliki/belum menyetorkan
(Provinsi dan Kabupaten). Rekonsiliasi dana jaminan reklamasi dan pasca-
dilakukan beriringan dengan pelaksanaan tambang. Diagram alur rekonsiliasi IUP
Kormonev di tiap daerah atau wilayah/ nasional ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9
Diagram Alur Rekonsilisasi
Gambar 9 IUP Nasional
Rapat Koordinasi
Pemerintah Pusat & Daerah Rekomendasi & Rencana Aksi
Proses penataan IUP selama ini berjalan dilaksanakan dan dicapai bersama-sama
sangat dinamis, dimana dari setiap dalam kerangka waktu yang disepakati.
tahapan Rakor dan Kormonev, dilakukan
48 perbaruan/update data hasil rekonsiliasi, A Temuan-Temuan
sehingga datanya terus berkembang A.1 Terdapat IUP Non Clean and Clear
secara dinamis, baik angka agregat (Non-CNC).
maupun angka detail (dissagregated) Dari hasil koordinasi dan supervisi dalam
karena terdapat tambahan data-data penataan IUP, data awal dalam rapat
yang dikumpulkan, dan juga pengurangan Kormonev di Bali, 3 Desember 2014, terdapat
data-data IUP setelah dilakukan IUP berstatus Non-CNC sebanyak 4.877
penertiban. Bahkan, dari setiap rapat (yang terdiri atas IUP Mineral sebanyak
yang dilaksanakan, terdapat rekomendasi 3.416 dan IUP Batubara sebanyak 1.461).
rekomendasi aksi tindak lanjut yang akan Rincian hasil temuan terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3
Rekapitulasi IUP CNC dan Non-CNC Se-Indonesia
Sumber: Diolah dari Paparan Ditjen Minerba pada Kormonev Korsup Minerba di Palu (2014)
Secara umum, IUP berstatus Non-CNC kewilayahan dan administrasi. Klasifikasi
(terutama IUP Mineral non-batuan) detail dari permasalahan IUP Non-CNC
dikarenakan memiliki permasalahan tersebut dipaparkan pada gambar 10.
yang dikategorikan menjadi tiga, Sementara data temuan awal mengenai
yakni (1) permasalahan kewilayahan, kategori dan jumlah kasus permasalahan
(2) permasalahan administrasi, dan (3) IUP di 12 provinsi pada Korsup Minerba
campuran dari kedua permasalahan putaran pertama dipaparkan pada tabel 3.
Gambar 10
Klasifikasi Permasalahan IUP Non-CNC
Gambar 10
Permasalahan IUP
Non-CnC
(non Bantuan)
Sumber: Paparan Ditjen Minerba, Kementerian ESDM dalam Korsup Minerba KPK,
Kepulauan
160 46 4 0 8 36 48
Riau
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Kalimantan
1443 450 77 40 69 320 506
Timur
Kalimantan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Klaimantan
866 311 37 40 39 215 331
Tengah
Sumatera
358 82 12 2 10 58 82
Selatan
Kalimantan
682 312 32 55 8 218 313
Barat
50
Bangka
1085 601 22 25 0 554 601
Belitung
Sulawesi
472 146 24 8 9 106 147
Tenggara
Sulawesi
414 242 14 10 1 218 243
Selatan
Prosentase
Permasalahan 8,64% 8,86% 5,79% 76,70% 100,00%
IUP
Sumber: Kementerian ESDM dalam Rakor Korsup Minerba 2014, Diolah (PWYP, 2016)
A.2 IUP Yang Habis Masa Berlakunya 31 Desember 2016) dengan luas wilayah
Dalam pelaksanaan Korsup ini juga mencapai 11,9 juta hektar. Data rincian
dilakukan identifikasi IUP-IUP yang telah IUP yang telah habis masa berlakunya di
habis masa berlakunya. Total terdapat 5.986 seluruh Indonesia terdapat pada Tabel 5.
IUP yang telah habis masa berlakunya (per
Tabel 5
Daftar IUP yang Telah Habis Masa Berlaku per 31 Desember 2016
6 Papua 36 625,976.00
9 NTT 77 391,887.02
21 Bengkulu 78 94,874.35
22 Aceh 8 84,017.00
23 Banten 78 75,554.67
27 Gorontalo 8 33,000.75
28 Riau 11 25,600.73
29 Maluku 80 15,500.00
30 Lampung 25 7,779.08
32 Bali 10 13.37
33 DIY 1 2.00
hutan produksi, dapat dilakukan dengan Hutan (PKH) dan IPPKH secara nasional,
pola pertambangan terbuka (open pit); dan diperoleh laporan total luasan Izin/
atau dengan pola penambangan bawah Kontrak pertambangan di Kawasan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
tanah (underground); sedangkan (2) Jika Hutan dan Area Penggunaan Lain (APL)
dalam kawasan hutan lindung, hanya adalah sebesar 38.894.231 hektar. Dimana
dapat dilakukan penambangan dengan IUP menempati kawasan seluas 34.727.334
pola underground, dengan ketentuan hektar; Kontrak Karya seluas 2.210.698
dilarang mengakibatkan turunnya hektar; dan PKP2B seluas 1.956.194 hektar.
Tabel 6
52
Hasil Overlay IUP, KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan Hutan
dan IPPKH – Nasional
Jumlah IUP
Penerbit IUP Prov/
No Kontrak Karya Lokasi Komoditas yang Tumpang
Kab/kota
Tindih
Tambang Mas
1 Aceh barat dan Pidie Emas Pidie (3 IUP) 3
Sable
Kep.Talaud (6 IUP)
Tambang Mas
2 Sangihe dan Talaud Emas 7
Sangihe Sangihe (1 IUP)
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Kotabaru (7 IUP)
Kasongan Bumi
13 Katingan Emas Katingan (1 IUP) 1
Kencana
Gorontalo
14 None Bolango Emas DMP Bone Bolango (2 IUP) 2
Minerals
Toli-Toli (4 IUP)
Luwu, Donggala, Kota
Citra Palu Logam dasar
15 Palu, Parigi Moutong, Kota Palu (1 IUP) 6
Minerals atau Emas
Toli-Toli
Donggala (1 IUP)
Sintang, Murungraya,
Kalimantan
16 Gunung mas, Emas DMP Gunung Mas (1 IUP) 1
Surya Kencana
Katingan
Jumlah Tumpang Tindih dengan IUP 121
Sumber: Bahan paparan Dirjen Minerba dalam Korsup KPK, 27 Agustus 2014
Tabel 8
Tumpang Tindih PKP2B dengan IUP
Dari hasil pengumpulan data dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh Pemda bersama
Korsup Minerba KPK, ditemukan adanya tumpang tindih wilayah antara IUP yang
dimiliki oleh PT.Energi Swa Dinamika Muda (PT. EDS) dan PT. Perisai Prima (PT. PPU)
di Provinsi Bengkulu. Kedua perusahaan ini memiliki izin eksplorasi untuk komoditas
yang sama, yaitu emas (produksinya banyak memasok pasar dalam negeri). Kedua
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
perusahaan tersebut mendapat izin pada tahun yang sama, yaitu tahun 2014.
Peta di bawah ini menggambarkan luas wilayah tiga perusahan, yaitu PT.Prima
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Mandiri Logistic, PT. EDS, dan PT. PPU. Dari peta tersebut, dapat dilihat terdapat
tumpang tindih wilayah izin antara PT. ESD dengan PT. PPU. Permasalahan tumpang
tindih wilayah seperti ini tidak hanya terjadi di Provinsi Bengkulu, namun juga terjadi
Gambar 11
A.5 Lahan Bekas Tambang Yang Tidak bagi seluruh pemegang IUP/KK/PKP2B.
Direklamasi Baik Pemerintah pusat maupun Pemda
UU Minerba mewajibkan dilaksanakannya memiliki kewajiban untuk melaporkan dan
kegiatan reklamasi dan pasca-tambang pengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini juga termasuk di berbagai daerah penghasil
harus mengikuti kaidah keteknikan yang tambang, sehingga tidak jarang KPK
baku/standar, agar tidak menimbulkan mendapati laporan adanya kasus lubang
kerusakan lingkungan, dan atau tambang yang menelan korban akibat
permasalahan sosial yang menimbulkan tidak dilakukannya kegiatan reklamasi
korban. Kinerja pelaksanaan kewajiban dan pasca-tambang secara cepat dan
reklamasi dan pasca-tambang juga menjadi tepat. Kotak-2, merupakan contoh kasus
salah satu syarat dalam sertifikasi Clean di Kalimantan Timur, dimana akibat
and Clear. pembiaran lubang tambang, telah
Selain dengan Pemda, KPK juga menjalin menewaskan korban hingga 28 anak-anak
koordinasi strategis dengan organisasi meninggal dunia.
dan kelompok pemantau masyarakat –
Kotak-2
Lubang Tambang Menelan 28 Korban Anak-Anak
Lubang tambang yang memasuki fase reklamasi maupun fase pasca-tambang namun tidak
57
dijalankannya proses reklamasi dan pasca-tambang sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
telah menelan korban di Kalimantan Timur. Lubang tambang yang tidak dilengkapi batas
pengaman tersebut, tercatat hingga Juli 2017 telah menelan korban hingga 28 (dua puluh
delapan) anak-anak meninggal dunia. Tabel di bawah ini mendata lokasi perusahaan,
Tabel 9
Muhammad Yusuf
PT. Lanna Harita Sungai Siring 24/08/2015 Samarinda
Subhan (11)
PT. Transisi Energi Aprilia Wulandari
Lok Bahu, Samarinda 18/11/2015 Samarinda
Satunama (12)
CV. Atap Tri Koko Dwi Handoko Bantuas, Palaran,
08/12/2015 Samarinda
Utama (16) Samarinda
RT 3, Kelurahan
PT. Multi Harapan Loa Ipuh Darat, Kutai
Mulyadi (15) 16/12/2015
Utama (MHU) Kecamatan Kartanegara
Tenggarong
KSU Wijaya Desa Sumber sari Kec. Kutai
Dewi Ratna (9) 30/12/2015
58 Kusuma sebulu Kartanegara
PT. Bumi Energi Agus Irawan – Iwan Buluminung, Penajam Penajam Pasir
12/02/2016
Kaltim (20) Paser Utama Utara
Desa Bukit Raya RT.
PT. Bukit Baiduri Noval Fajar Slamat Kutai
19 Kec. Tenggarong 23/03/2016
Energi Riyadi (15) Kartanegara
Seberang
Desa Bukit Raya RT.
PT. Bukit Baiduri Kutai
Diky Aditya (15) 19 Kec. Tenggarong 23/03/2016
Energi Kartanegara
Seberang
PT. Panca Bara
Kusmayadi (22) Samarinda Ulu 03/05/2016 Samarinda
Sejahtera
M. Arham (5) –
PT. Insani Bara (setelah amputasi
Palaran, Samarinda 06/05/2016 Samarinda
Perkasa 6x & operasi 27 hari
di RS)
KM. 9, RT 18, Desa
PT. Insani Bara Kutai
Wilson (17) Purwajaya, Kec. Loa 15/05/2016
Perkasa Kartanegara
janan
PT. Energi Cahaya
Dias Mahendra (15) N/A 08/11/2016 Samarinda
Industri
PT. Energi Cahaya
Edy Kurniawan(15) N/A 08/11/2016 Samarinda
Industri
Desa Belusuh,
PT. Gunung Bayan Kecamatan Siluq
Novita Sari 25 Juni 2017 Kutai Barat
Pratama Coal Ngurai (15)
Sejauh ini, beberapa keluarga korban hanya diberikan santunan berupa tali asih dari pihak
seperti JATAM, Pokja-30, Walhi dan lainnya telah melakukan berbagai advokasi agar kasus
korban lubang tambang ini juga diselesaikan secara hukum. Mulai dari melaporkan ke
Polisi Daerah (Polda), Komisi Pengawas (Komwas) lubang tambang Kaltim, Komnas HAM,
hingga Kantor Staff Presiden (KSP), namun sampai saat ini dari 28 kasus lubang tambang
tersebut sebagian besar belum ada tindak lanjut hukum dan setidaknya terdapat 2 kasus
yang masuk ke ranah hukum berupa pemberian sanksi penjara dan denda terhadap
5. Membangun sistem pemipaan apabila air lubang tambang akan dimanfaatkan oleh
Hal tersebut diatas juga telah tertuang dalam pakta integritas yang ditandatangani oleh
perusahaan tambang di Kaltim. Pada Juni 2016. Namun, pada praktiknya hingga saat ini
lubang tambang di Kaltim masih saja memakan korban jiwa. Untuk itu, perlu dilakukan
59
penyusunan aksi bersama berupa complain handling mechanism antara task force di
KLHK maupun Ditjen Minerba yang saat ini masih terpisah, sehingga setiap pelaporan
soal lubang tambang harus ditindaklanjuti secara serius, selain adanya tindakan hukuman
Gambar 12
Tindak lanjut dari temuan dalam penataan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
IUP salah satunya adalah dengan (KLHK)-terutama bagi yang belum
melakukan penertiban dan penataan IUP memiliki IPPKH. Langkah-langkah tindak
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Tabel 10
60
Pola Umum Temuan Monitoring IUP dan Tindak Lanjut
2 Terdapat IUP yang diterbitkan Pemda Pemerintah Provinsi dan Dirjen Minerba diminta
tidak tercatat di Kementerian ESDM, untuk memastikan keabsahan dokumen dari
namun direkomendasikan untuk CNC ke kemungkinan adanya IUP yang di back date, agar
Provinsi ditelusuri dan dilakukan langkah-langkah hukum.
3 Terdapat IUP yang sudah berakhir masa Gubernur/Bupati/Walikota diminta untuk segera
berlakunya, namun belum dicabut. menagih semua kewajibannya dan segera dibuatkan
Surat Keputusan (SK) Pengakhiran/Pencabutan IUP.
6 Terdapat IUP yang telah dicabut, namun Gubernur/Bupati/Walikota diminta untuk segera
termasuk IUP yang tidak terdaftar di berkoordinasi dengan Dirjen Minerba agar segera
Kementerian ESDM. dikeluarkan dari database IUP di Kementerian
ESDM.
Gambar 13
Contoh SK Pencabutan IUP oleh Bupati Morowali
61
Gambar 14
Contoh SK Tindak Lanjut oleh Bupati Sarolangun
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
62
Gambar 13 dan Gambar 14 di atas adalah jenis pelanggaran yang dilakukan oleh
contoh SK pencabutan IUP dan tindak perusahaan tersebut. Sementara itu,
lanjut pencabutan IUP yang dilakukan Bupati Sarolangun menyampaikan surat
oleh Bupati Morowali dan Bupati tindak lanjut (Gambar 14) yang ditujukan
Sarolangun. Gambar 13 diatas adalah kepada KPK RI dengan menginformasikan
surat yang dikirimkan oleh Bupati daftar nama perusahaan/IUP yang sudah
Morowali kepada perusahaan pemegang dilakukan pencabutan.
IUP dan menyebutkan secara spesifik
Gambar 15
Contoh SK Pencabutan IUP dan Tindak Lanjut Korsup Minerba
oleh Gubernur
63
Dua gambar diatas adalah contoh tindak mengeluarkan Instruksi Gubernur yang
lanjut yang dilakukan oleh Gubernur berisikan langkah-langkah apa saja yang
dalam rangka perbaikan tata kelola harus dilakukan oleh Provinsi Sumsel
pertambangan minerba di provinsi untuk melakukan perbaikan pengelolaan
mereka masing-masing. Sebagai contoh, pertambangan minerba di Sumsel.
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Sementara itu, Gubernur Kalimantan
menindaklanjuti Korsup Minerba dengan Barat (Kalbar) mengirimkan surat kepada
seluruh Bupati di Provinsi Kalbar yang tersebut merupakan bentuk penertiban
secara garis besar isinya hampir sama sebagai tindak lanjut dari temuan dan
dengan Instruksi Gubernur Sumsel dalam rekomendasi Korsup Minerba. 2
rangka tindak lanjut Korsup minerba dan
perbaikan tata kelola pertambangan di Beberapa Permen yang berkaitan dengan
Kalbar. penataan IUP, antara lain :
1. Permen ESDM Nomor 2 Tahun
B.3 Penerbitan Peraturan Menteri ESDM 2013 tentang Pengawasan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
1 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha 2 Sumber : Paparan Dirjen Minerba dalam Rapat Koordinasi
Pertambangan Mineral dan Batubara Korsup 21 September 2016
dekonsentrasi Tahun Anggaran 2014. dan areal reklamasi pada IUP yang
Permen ini mengatur secara spesifik diterbitkan, serta (7) Penerbitan
mengenai pelimpahan sebagian Izin Usaha Jasa Pertambangan
urusan pemerintahan kepada (IUJP) dan pelaksanaan kewajiban
Gubernur sebagai wakil pemerintah pemegang IUJP.
di daerah untuk melaksanakan b. Pengawasan Pengusahaan
program/kegiatan Kementerian mineral dan batubara
ESDM. (pemasaran, pengawasan investasi,
pengangkutan dan penjualan, dsb)
Adapun beberapa contoh kewenangan c. Pengawasan teknik dan
yang dilimpahkan yaitu menyangkut: lingkungan minerba (teknis
a. Bidang Mineral dan batubara : pertambangan, konservasi
(1) Penetapan WPR, dokumen sumberdaya mineral dan
lingkungan dan penerbitan IPR, (2) batubara, pengawasan eksplorasi,
Penetapan dan pemberian WIUP pengawasan persetujuan AMDAL/
mineral bukan logan dan batuan UKL/UPL, studi kelayakan,
(dokumen lingkungan, kewajiban rekomendasi terhadap persetujuan
keuangan dan penerbitan IUP dokumen rencana reklamasi dan
65
mineral bukan logam dan batuan), pasca-tambang, dsb)
(3) Pelaksanaan kewajiban
pemegang IUP Mineral bukan 3 Permen ESDM Nomor 43 Tahun
logam dan batuan (kewajiban 2015 tentang Tata Cara Evaluasi
keuangan, lingkungan termasuk dan Penertiban IUP Sektor Minerba.
reklamasi dan pascatambang, Merupakan salah satu Permen yang
pemberdayaan masyarakat dan dikeluarkan akhir tahun 2015 dalam
Keselamatan dan kesehatan kerja/ rangka mendorong percepatan
K3), (4) Pemberian WIUP mineral pelaksanaan evaluasi CNC kepada
logam dan batubara (administrasi, Gubernur, Bupati dan Walikota,
dokumen lingkungan, kewajiban dengan batas waktu paling lambat
keuangan dan penerbitan IUP 90 hari kerja sejak Permen tersebut
mineral logam dan batubara), dikeluarkan. Permen ini memperkuat
(5) Pelaksanaan kewajiban kewenangan Menteri/Gubernur
pemegang IUP Mineral logam dan sesuai dengan kewenangannya
batubara (kewajiban keuangan, untuk melakukan evaluasi terhadap
lingkungan termasuk reklamasi penerbitan IUP dan KK/PKP2B. Aspek
dan pascatambang, pemberdayaan yang dievaluasi oleh Permen ini antara
masyarakat dan Keselamatan lain aspek administrasi, kewilayah,
dan kesehatan kerja/K3), (6) teknis dan lingkungan, serta aspek
Pendataan luas lahan terganggu finansial.
Pelaksanaan Permen tersebut administrasi dan kewilayahan), (b)
didukung oleh langkah-langkah Rekomendasi sertifikat CNC ( sudah
tindak lanjut untuk mempercepat dievaluasi administrasi, kewilayahan,
prosesnya, diantaranya melalui teknis dan lingkungan serta sudah
penerbitan Surat Edaran Dirjen lunas PNBP), (c) Laporan Pemberian
Minerba No.01.E/30/DJB/2016 tanggal Sanksi Administrasi bagi perusahaan
5 Januari 2016 yang menjelaskan yang tidak melaksanakan kewajiban
Permen ESDM No.43/2015. Hasil finansial, teknis dan lingkungan, dan (d)
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Gambar 16
Kategori Penertiban IUP Minerba Menurut Permen 43/2015
Gambar 16
66
#1
5 Kriteria Evaluasi
Penerbitan IUP
Administrasi
Perpanjangan/peningkatan eksplorasi ke eksppoitasi diajukan
#2
sebelum masa berlaku izin berakhir.
KP yang diakui adalah yang ditetapkan sebelum UU 4/2009.
KP Eksploitasi ialah peningkatan KP Eksplorasi.
Bdan usaha publik yang tidak terbuka tidak memiliki lebih dari
1 KP/IUP.
Jangka waktu IUP Eksplorasi tidak melebihi yang ditentukan
Kewilayahan
oleh UU 4/2009. WIUP tidak tumpang tindih dengan WIUP lain
Pengajuan pencadangan wilayah tidak diajukan pada wilayah yang komoditasnya sama.
KK, PKP2B, KP/IUP aktif dan komoditas yang sama. WIUP tidak tumpah tindih dengan WPN.
Jangka waktu IUP Operasi Produksi tidak melebihi KP WIUP tidak tumpang tindih dengan wilayah
Eksploitasi. administratif kabupaten/kota/provinsi.
KP yang masih berlaku setelah UU 4/2009. Koordinat IUP Eksplorasi sesuai dengan
koordinat pencadangan wilayah.
Koordinat IUP OP berada dalam IUP Eksplorasi.
Teknis
Laporan Eksplorasi bagi pemegang IUP Eksplorasi
yang belum sampai pada tahap studi kelayakan. #4
Laporan Eksplorasi & Studi Kelayakan bagi
pemegang IUP Eksplorasi yang telah melakukan
studi kelayakan/pemegang IUP OP.
Lingkungan
Dokumen lingkungan hidup yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang.
Finansial
IUP EKSPLORASI: Bukti pelunasan iuran tetap sampai tahun
terakhir saat penyampaian.
IUP OP: Bukti Pelunasan iuran tetap & produksi sampai tahun
terakhir saat penyampaian.
#5
IUP OP yang belum produksi: SUrat Keterangan dari pemda
setempat & bukti pelunasan iuran tetap.
Evaluasi kriteria finansial dilakuakan oleh Direktur Jenderal.
Gambar 17
Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP
Tata Cara
Evaluasi Penerbitan
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Mineral & Batubara
Disarikan dari Permen ESDM Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
#2 67
Hasil Evaluasi
Rekomendasi IUP yang penuhi kriteria
“Gubernur wajib sampaikan HASIL EVALUASI administratif & kewilayahan dimasukkan dalam
penerbitan IUP ke Menteri melalui Dirjen maks. 90 pengumuman status IUP CNC
hari sejak penandatanganan berita acara serah
terima dokumen perizinan dari bupati HASIL IUP/KP yang dicabut karena tak penuhi kriteria
EVALUASI berisi...” administratif & kewilayahan
“Hasil evaluasi bisa disampaikan oleh pejabat IUP yang terkena administratif
pemprov yang membidangi ESDM jika gubernur
berhalangan, belum ada pejabat yang ditentukan
IUP OP yang dicabut
secara definitif & alasan lainnya”
Hasil evaluasi penerbitan KP.
Dirjen a/n Menteri umumkan status IUP CNC Dirjen a/n Menteri umumkan status IUP CNC sesuai hasil
sesuai hasil evaluasi Dirjen (kriteria evaluasi Dirjen & Gubernur (kriteria administratif &
administratif & kewilayahan) kewilayahanteknis, lingkungan & Financial
Dirjen a/n Menteri umumkan status IUP CNC Hasil evaluasi penerbitan IUP & rekomendasi IUP CNC
jika gubernur tidak sampaikan hasil evaluasi yang dilakukan gubernur sebelum Permen ini TETAP
penerbitan IUP setelah lewat jangka waktu BERLAKU & WAJIB disampaikan maks. 90 hri kerja sejak
yang ditentukan Permen ini ditetapkan
Sumber : Peraturan Menteri ESDM No.43 Tahun 2015, Diolah (PWYP, 2016)
Gambar 18
Tindak Lanjut Evaluasi Penertiban IUP
“Dirjen/gubernur
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
“Jika seluruh WIUP tumpang tindih Menerapkan prinsip “FIRST COME FIRST SERVED”
dengan WIUP lain yang sama Menggunakan SKEMA PENYELESAIAN LAIN dengan perhatikan asas
komoditas, maka Dirjen/gubernur....” kemanfaatan, keterbukaan, keadilan & kepentingan nasional/daerah
“Dirjen/gubernur Pemegang IUP Eksplorasi tidak memenuhii kriteria teknis & lingkungan/finansial
memberikan SANKSI ADMINISTRATIF Pemegang IUP OP tidak memenuhi kriteria finansial
jika....”
*Sanksi administratif meliputi teguran tertulis, penghentian sementara kegiatan usaha & pencabutan IUP
Jika gubernur tidak berikan sanksi administratif berupa pencabutan IUP, maka
Dirjen akan mencabut
KETENTUAN
KP yang masih berlaku pasca UU4/2009 juga dievaluasi, jika penhi kriteria akan
LAINNYA
dilakukan penyesuaian ke IUP. Jika tidak, akan dilakukan penyelesaian lain sesuai
dengan kriteria yang berlaku
Sedangkan hasil evaluasi penerbitan Dalam proses penertiban IUP, data IUP
IUP serta rekomendasi IUP CNC yang yang CNC maupun yang Non-CNC terus
dilakukan gubernur sebelum Permen diupdate berdasarkan proses rekonsiliasi
ESDM No. 43/2015 terbit, dinyatakan tetap dan hasil dari Kormonev yang berjalan
berlaku dan wajib disampaikan kepada secara simultan. Data hasil rekonsiliasi
Menteri melalui Dirjen Minerba. Dengan tersebut dicatat, dilakukan integrasi dan
batas waktu paling lambat 90 hari kerja update oleh Dirjen Minerba–Kementerian
sejak permen ini ditetapkan (12 Mei 2016). ESDM. Perkembangan capaian penertiban
IUP Non-CNC status per Juni 2017 per
C. Capaian-Capaian daerah terdapat pada tabel 11.
C.1 Jumlah IUP NON-CNC Berkurang
Secara Nasional
Tabel 11
Jumlah IUP dan Status CNC
Rekomendasi IUP ke
Pusat Setelah Permen
Jumlah IUP Jumlah IUP
Provinsi 43/2015 yang Masih
(Tahun 2014) (Per Juni 2017) Bermasalah
(Per Juni 2017)
CNC Non-CNC CNC Non-CNC
Aceh 48 102 25 13 10
Sumatera Utara 67 44 9 1 0
Riau 45 47 34 3 1
Kepulauan Riau 114 47 101 25 1
Sumatera Barat 136 145 156 125 3
Jambi 200 198 163 32 1
Sumatera selatan 276 83 146 2 0
Bengkulu 91 66 43 8 3
Lampung 148 93 160 26 11
Bangka Belitung 484 601 709 164 33
Banten 27 60 51 44 34
Jawa Barat 329 290 328 291 10
Jawa Tengah 143 132 146 14 0
DIY 1 15 11 1 0
Jawa Timur 187 150 251 221 2
Bali N/A N/A 1 10 0 69
NTB 34 116 66 6 0
NTT 134 172 116 34 158
Maluku 90 12 87 9 1
Papua Barat 34 81 18 37 4
Papua 40 85 76 57 5
Kalimantan Barat 370 312 372 170 67
Kalimantan Tengah 555 311 489 173 22
Kalimantan Selatan 404 441 438 351 40
Kalimantan Timur 993 450 906 275 97
Sulawesi Utara 70 55 73 54 0
Sulawesi Barat 45 28 16 12 0
Gorontalo 23 23 23 12 1
Sumber: Hasil Rekonsiliasi Korsup Minerba KPK-ESDM-Pemda, status per Juni 2017.
Pada Gambar 19 di bawah ini terlihat yang dilakukan oleh Kementerian ESDM,
bahwa jumlah IUP Non-CNC memiliki bersama Pemerintah Daerah dan Korsup
kecenderungan berkurang dari tahun ke KPK. Sejak Tahun 2014 hingga Tahun 2017,
tahun, dan secara umum, jumlah IUP dari jumlah IUP Non-CNC berkurang sebanyak
tahun ke tahun menurun, seiring dengan 2.363 IUP (48,42 %) dan Jumlah IUP secara
proses penataan dan penertiban (melalui keseluruhan berkurang sebanyak 1.767 IUP
proses pengakhiran dan pencabutan) (16,17 %).
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Gambar 19
Tren Perkembangan IUP CNC dan Non-CNC (2014-2017)
Gambar 19
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
12000
10000
8000
6000
eb
pr
ep
un
kt
1
01
1
20
20
20
-O
-F
-A
-S
-J
-2
‘16
‘16
‘17
‘17
‘16
21
20
C.2 Penataan IUP Menunjukkan Hasil dan 5.884 IUP Non-CnC. Setelah hampir
Yang Baik dari Tahun ke Tahun enam tahun, hingga saat ini (per Oktober
Kementerian ESDM sebenarnya telah 2017), IUP Non-CnC menjadi tinggal 2.517
memulai proses penataan IUP sebelum IUP dan IUP CNC bertambah menjadi
adanya Korsup Minerba sejak Mei 2011 6.638 IUP. Matriks perkembangan penataan
dimana total IUP pada saat itu sebanyak IUP dalam Korsup Minerba dari tahun 2011
9.662 IUP, yang terdiri dari 3.778 IUP CNC hingga 2017 dipaparkan dalam gambar 20.
Gambar 20
Perkembangan Penataan IUP dari Tahun ke Tahun: 2011 – 2017
Gambar 20
Perkembangan Penataan IUP dari Tahun ke Tahun: 2011 – 2017
2011 2012-2013 2014 2015 2016 2017
Mei Juni Jan Des Apr-Des Mar-Okt Feb Apr Sept Oktober
Total: 9.662 Total: 10.971 Total: Total: Total: Total: Total: Total:
10.922 10.332 10.331 10.348 10.066 9.155
C&C: 3.778 C&C: 6.004 C&C: C&C: C&C: C&C: C&C: C&C:
6.042 6.374 6.365 6.366 6.384 6.638
Non C&C: 5.884 Non C&C: 4.913 Non C&C: Non C&C: Non C&C: Non C&C: Non C&C: Non C&C:
4.880 3.948 3.966 3.928 3.682 2.517
1 Mei 2011 Okt-Nov 2012 15 April 2014 Korsup KK Status per Status Status per Status per
Rekonsiliasi Rekonsiliasi tahap 2 Penyerahan Sektor Feb 2016 per September Oktober
tahap 1 IUP Non Minerba April 2016 2016 2017
C&C kab/kota
ke Provinsi
Sumber: Kementerian ESDM dan Korsup Minerba KPK, Diolah (PWYP, 2017)
Dari flowchart perkembangan dan capaian IUP yang tidak memenuhi standar
di atas, hingga Oktober 2017, masih terdapat layak operasi baik secara administratif 71
2.517 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang maupun secara kewilayah, sosial dan
berstatus Non-CnC dari Total 9.155 IUP di lingkungan hidup. Tren capaian penataan
seluruh Indonesia Artinya, hanya 72.50% dan penertiban IUP dari tahun ke tahun
atau sejumlah 6.638 IUP dari total IUP yang diilustrasikan pada gambar 21.
layak beroperasi. Selebihnya merupakan
Gambar 21
Gambar
Prosentase IUP CNC 21
dan Non-CNC (2014-2017)
80,00%
72.50%
69.77%
70,00%
63.42%
60.90% 61.75% 61.61% 61.84%
60,00% 48.68%
50,00%
55.00% 55.32%
40,00% CnC
38.25% 38.39% 38.16%
39.10% 36.58%
30,00% Non CnC
30.23%
27.49%
20,00%
10,00%
0
3
11
14
15
eb
ep
un
kt
01
p
20
20
20
-O
-F
-A
-S
-J
-2
‘16
‘16
‘16
‘17
‘17
12
20
total IUP di seluruh Indonesia. one map ini dapat mengakomodir metode
pencarian dengan identitas tunggal (single
C.3 Pemutakhiran Data Minerba One Map identity–single ID) bagi perusahaan yang
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Gambar 22
Bagan Penataan Minerba One Map Indonesia (MOMI)
S ING L E ID *)
Informasi Utama
Na ma perusa ha a n, Kabupaten/Kota/ Prov insi, Nomor & Tahun SK, Luas Wilayah,
Ta ha pa n Keg iata nKomoditas, Tanggal SK, Status C&C, Nomor Ser tifi kat C&C, Single ID
I N FO R M A S I TA M BA H A N
1. NPWP
1. NPWP 1. Terminal
2. DATA 1. NPWP
1. NPWP 2. DATA khusus
PRO- 2. REKOM RE-
2. DATA PRODUKSI & PENJUALAN PRO- 2. NPWP
DUKSI & ET KOMEN-
3. PNBP NPWP DUKSI &
PENJUA- 3. REKOMET DASI
4. DATA JAMREK & PASCA TAMBANG PENJUA- 4. PENJUALAN
LAN ET/SPE
5. REKOM ET/SPE LAN
3. PNBP
*) IDENTITAS TUNGGAL UNTUK SUATU WILAYAH IUP (WIUP) TERDIRI DARI 16 DIGIT
YANG DIGUNAKAN SEBAGAI KODE ACUAN SUATU WIUP DALAM INTEGRASI DATA
UNTAS SEKTORAL ANTAR K/L
Gambar 23
Peta Sebaran Pemda dan Kementerian/Lembaga yang telah
mendapatkan akses MOMI
73
Tabel 12
Peta Masalah Pengelolaan PNBP Minerba
Proses Penyimpanan PNBP A.5.1. Terdapat setoran yang bukan jenis PNBP Mineral dan
A.5. Batubara yang masuk ke dalam akun penerimaan
Minerba PNBP Mineral dan Batubara.
Proses Pembagian PNBP A.6.1. Rekonsiliasi PNBP antar Kementerian/Lembaga dan
Minerba Antar Pemerintah Daerah yang masih bersifat manual.
A.6.
A.6.2. Ketimpangan informasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
B. Aspek Regulasi
B.1. Ketidaksinkronan substansi aturan UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP dengan sejumlah
aturan perundangundangan yang lain.
C. Aspek Organisasi dan Sumberdaya Manusia
C.1. Keterbatasan Struktur dan Tupoksi Organisasi
C.2. Keterbatasan Sumberdaya Manusia
Potensi Hilangnya Pendapatan Negara dari Tidak Dilaksanakannya Kewajiban Wajib Bayar
D.
PNBP
Sumber : Diolah dari Hasil Kajian KPK tentang Sistem Pengelolaan PNBP Minerba (2013)
A.3 Tunggakan PNBP dari Pemegang IUP, masuk ke KPK, pada tahun 2015 diketahui
KK dan PKP2B. sebanyak 6.812 IUP memiliki tunggakan
Salah satu temuan Korsup KPK di sektor PNBP berupa pembayaran Iuran Tetap
Minerba adalah banyaknya tunggakan (land rent) yang nilainya mencapai Rp.
PNBP – khususnya jenis pembayaran 2,06 triliun untuk rentang waktu 2013-2015,
royalti (iuran produksi) dan iuran tetap/land dengan rincian sebagaimana disajikan
rent. Berdasarkan laporan dan data yang pada tabel 13.
Tabel.13
Tunggakan/Piutang PNBP-Iuran Tetap dari Pemegang IUP Se-Indonesia (2013-2015)
Total Piutang
Jumlah Piutang PNBP-Iuran Tetap (Rp)
Provinsi PNBP (Rp)
IUP
2013 2014 2015 2013 - 2015
Aceh 113 12.255.829.327,00 17.551.879.260,00 19.402.267.400,00 49.209.975.987,00
Sumatra Utara 28 3.789.096.934,42 17.551.879.260,00 19.402.267.400,00 40.743.243.594,42
Sumatera
159 6.552.219.451,75 7.671.407.098,00 8.436.591.762,00 22.660.218.311,75
Barat
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Tabel 14
Saldo Piutang PNBP IUP, KK, dan PKP2B – Per September 2016.
Kurs
Jumlah Total
Perusahaan Jumlah (*Nilai
Saldo Piutang PNBP (Rp)
Minerba Perusahaan Tengah BI, 31
Des’2015)
6 Rp 3.715.329.731.221,16 1 3.715.329.731.221,16
PKP2B – Terkait
PPN Generasi I USD 1.314.965.388,30 13.180 17.331.243.817.794,00
Sub-Total 21.046.573.549.015,16
57 Rp 27.845.992.794,53 1 27.845.992.794,53
PKP2B USD 19.454.773,92 13.180 256.413.920.265,60 79
Sub-Total 284.259.913.060,13
28 Rp 0,00 1 0,00
KK USD 20.302.845,46 13.180 267.591.503.162,80
Sub-Total 267.591.503.162,80
3145 Rp 1.098.176.673.323,56 1 1.098.176.673.323,56
IUP USD 213.452.100,15 13.180 2.813.298.679.952,20
Sub-Total 3.911.475.353.275,76
TOTAL 25.509.900.318.513,90
Gambar 24
Dispute PPN pada PKP2B Generasi-I
Gambar 24
Denda : 2%/bulan
DHPB : 13,5%
(maks. 48%)
Gambar 25
Komposisi IUP dan Kepatuhan Pajak
Gambar 25
7.519 (100%) 81
Sumber: Ditjen Pajak dan KPK, berdasarkan data status Oktober 2014
Selain itu, Ditjen Pajak dalam pertemuan potensi pajak yang belum tergali atas wajib
Korsup di Sulawesi Selatan pada Juni pajak minerba yang telah berproduksi
2014 juga memperkirakan Jumlah dan belum melakukan pembayaran pajak,
penerimaan rata rata 4 tahun dari 1.901 adalah sekitar +/- Rp 6 triliun per tahun.
WP IUP yang melakukan pembayaran Ditjen Pajak menargetkan potensi yang
pajak: Rp 9,6 triliun. Jumlah Wajib Pajak diharapkan dapat digali selama 4 tahun ke
yang telah berproduksi namun tidak ada depan adalah sekitar +/- Rp 24 triliun.
pembayaran pajaknya: 1308. Sebenarnya
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Gambar 26
Peta Sebaran IUP Se-Indonesia dan Identifikasi NPWP
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Aceh
150
A.6 Terdapat Pemilik IUP Yang Tidak Pajak Penghasilan yang dilaporkan tidak
Menyampaikan SPT Pajak Penghasilan sebanding dengan Nilai Peredaran Usaha
Korsup ini juga menemukan terdapat yang Dilaporkan. Rekap data hasil Korsup
pemilik IUP yang tidak menyampaikan Minerba KPK di 12 Provinsi ditemui
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). persentase nilai Pph yang dilaporkan jauh
Indikasi ini terjadi di beberapa daerah. di bawah nilai usaha. Beberapa daerah
Akibatnya, perbandingan antara nilai tersebut terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15
Rekap Perbandingan Antara Pembayaran Pajak Penghasilan
dengan Nilai Usaha Yang Dilaporkan dalam SPT (2010 – 2012)
Sumber: Bahan Presentasi Korsup Minerba KPK di berbagai Provinsi, Tahun 2014
Tabel 16
84 Rekap Jumlah Penempatan Dana Jaminan Reklamasi dan
Pasca Tambang (2014)
dengan Cicilan; (b) Akses SIMPONI pajak yang timbul di luar kontrak,
(Sistem Informasi PNBP Online) sehingga menjadi beban pemerintah
• Telah memasukkan unsur/variable dan akan diperhitungkan (reimburse)
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Pelaporan
(1x / bulan)
Kanwil melengkapi data
pemegang IUP untuk tiap
Provinsi
Dit.TIP melengkapi
tidak terda ar di wilayah
data pemegang IUP
kerja Kanwil, Kawil melapor-
secara nasional
kan data tersebut ke Dit. TIP
Pelaporan
(1x / bulan)
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Instansi Terkait
1. KPP Bea dan Cukai
2. Dinas Pertambangan & Energi
3. Dinas Pendapatan Daerah
4. Dinas Perdagangan
5. Dinas Perhubungan
6. Instansi terkait lainnya
88
B.4 Sanksi Bagi Perusahaan Yang Tidak jaminan, dan pelaporan pelaksanaan
Menempatkan Dana Jaminan Reklamasi reklamasi dan pasca-tambang di wilayah
dan Pasca-Tambang IUPnya masing-masing. Meski demikian,
Sebagaimana ketentuan yang berlaku, penempatan dana jaminan reklamasi tetap
baik yang diatur melalui PP maupun tidak menghilangkan kewajiban pemegang
Peraturan Menteri (Permen ESDM No.7 IUP untuk melaksanakan reklamasi.
Tahun 2014) bahwa setiap pemegang IUP Gambar 28 merupakan bagan ilustrasi
wajib melaksanakan kewajiban berupa kewajiban utama pemegang IUP.
penyampaian rencana, penempatan dana
Gambar 28
Ketentuan Reklamasi dan Pasca-Tambang
PELAPORAN
KEWAJIBAN
Sanksi
1. Peringatan tertulis;
PELAKSANAAN 2. Penghentian sementara
sebagian atau seluruh kegitan
JAMINAN pertambangan;
3. Pencabutan IUP Eksplorasi, IUP
Bentuk Jaminan Reklamasi Operasi Produksi, IUPK
1. Rekening Bersama Eksplorasi, atau IUPK Operasi
2. Deposito Berjangka ditempatkan pada bank Produksi.
Pemerintah di Indonesia
3. Bank Garansi yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah
di Indonesia atau Bank Swasta Nasional di Indonesia
4. Cadangan Akuntansi (Accounting Reserve)
Penempatan Jaminan Reklamasi tidak
menghilangkan kewajiban pemegang IUP
Eksplorasi dan Eksplotasi untuk
melaksanakan Reklamasi
Sanksi yang diberikan bagi yang tidak Produksi. Gambar 29 merupakan bagan alur
melaksanakan hal tersebut antara lain Korsup KPK dalam pemberian sanksi atas
89
berupa: peringatan tertulis, penghentian pelanggaran reklamasi dan pelanggaran
sementara sebagian atau seluruh kegiatan Good Mining Practices serta dasar hukum
operasi pertambangan, serta pencabutan bagi Menteri untuk memberikan sanksi.
Gambar 29
IUP/IUPK eksplorasi, IUP/IUPK Operasi
Gambar 29
Sanksi bagi Pelanggaran Ketentuan Reklamasi dan Pasca-Tambang
Sumber: Paparan KPK dalam Penanganan Kasus Lubang Tambang, 20 Juni 2016
C. Capaian-Capaian C.2 Penyempurnaan sistem pembayaran
C.1 Naiknya penerimaan negara dari melalui MPN G-2, SIMPONI, dan E-PNBP
sektor Minerba Sebagai bagian dari mengatasi persoalan
Dieksposenya tunggakan perusahaan lambatnya penyelesaian pembayaran
PKP2B dan KK yang mencapai puluhan PNBP, dan sejalan dengan tuntutan
triliun beserta daftar perusahaan masyarakat akan pelayanan penerimaan
yang menunggak pada 24 Agustus 2014 negara yang cepat, akurat dan dapat
dalam rapat koordinasi pelaksanaan diandalkan (reliable), pemerintah
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
E_Minerba SIMPONI
Data Integrator
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Automatic
Process
Machine
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Data
Data MODI
Kemendag
DATABASE PERSH MINERBA
(Pusat-Daerah) Data
Data MOMI Lainnya
LS LHV
92
Sumber: Dirjen Minerba, 2017
Tabel 17
Rekap Pelaksanaan Penempatan Dana Jaminan Reklamasi dan Pascatambang
(2014 – 2016)
93
Jumlah 2014 2016 (Juni)
Prov 13 TL,
Riau 6 Kab 3 IUP Prov, 4 Kab 4 Kab Kab 1
Kab 5TL
Prov 145 TL
Bengkulu 8 Kab 11 IUP Prov, 6 Kab 6 Kab
, Kab 70 TL
Prov, 11 Prov, 11
Lampung 11
Kab Kab
Prov, 11 Prov, 11
Lampung 11
Kab Kab
Prov 8 IUP,
Jawa Tengah 14 13 Kab 14 Kab Prov 1 TL
Kab 7 IUP
Prov, 2 Prov, 2
DIY 2
Kab Kab
Prov, 18 Prov, 17
Jawa Timur 18 Kab 5
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Kab Kab
Prov, 4 Prov, 3
Banten 4 Kab 12
Kab Kab
Prov, 2 Prov, 2
Bali 2
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Kab Kab
Nusa
Prov, 9 Prov, 8
Tenggara 9 Kab 1 TL
Kab Kab
Barat
Sulawesi Prov, 11 Prov, 10
11 Kab 8 TL
Utara Kab Kab
Prov, 5 Prov, 5
Gorontalo 5
Kab Kab
Sulawesi Prov, 5 Prov, 5
5
Barat Kab Kab
Prov, 5 Prov, 5
Maluku 5
Kab Kab
96
Prov, 13
Papua 13 13 Kab Prov 4 TL
Kab
Prov, 8 Prov, 8
Papua Barat 8
Kab Kab
Sumber : Bahan Presentasi Korsup Minerba KPK 2014 dan Juni 2016, Diolah (PWYP, 2016)
Berbeda-beda, dikelompokan : Mineral Logam, Mineral Bukan Logam (termasuk jenis tertentu antara lain
Luas &
Umur
batu gamping untuk industri semen, intan dan batu mulia), Batuan dan Batubara
kondisi geologi daerah prospek yang akan cadangan dan kualitas; pembebasan lahan; land clearing;
regional; dikembangkan/tingkatkan; kajian geoteknik dan penyiapan lokasi penggalian;
jenis dan kondisi topografi detail; geohidrologi; penggalian; pengolahan;
umum bahan kondisi geologi detail dan perencanaan tambang pembangunan jalan penimbunan;
galian; penyebaran bahan galian; (pengendalian tambang, penimbunan, pengangkutan;
sebara potensi variasi kualitas; transportasi); gudang, bengkel, pemasaran;
bahan galian. sumber daya (terukur, rencana produksi dan kantor, mess, dsb; reklamasi;
terunjuk) umur tambang; eksplorasi tambahan pengembangan
program awal pasca (infill bor, pengukuran, masyarakat;
tambang; sampling);
Hasil
pasca tambang.
program CD; pelatihan karyawan.
program K-3;
program lingkungan;
analisa ekonomi;
lain-lain.
97
Pengawasan produksi pertambangan koordinasi dan supervisi pelaksanaan
diatur dalam UU nomor 4/2009 tentang pengawasan produksi, 2) mendeteksi faktor
Pertambangan Mineral dan Batubara, PP dan aktor penyebab tidak dilaksanakannya
nomor 55/2010 tentang Pembinaan dan pengawasan produksi, 3) sosialisasi dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan kampanye kegiatan anti korupsi dalam
Usaha Pertambangan Mineral dan upaya pengawasan produksi, dengan target
Batubara, Instruksi Presiden nomor 1/2012 pemerintah daerah bisa memberi sanksi
tentang Pelaksanaan dan Pengawasan pada pelaku usaha yang tidak melakukan
terkait Kegiatan Usaha Pertambangan good mining practices dan atau melanggar
Batubara, Peraturan Menteri ESDM nomor aturan yang berlaku.
34/2009 tentang Pengutamaan Pasokan
A. Temuan-Temuan
Dalam Negeri Mineral dan Batubara, dan
A.1. Minimnya Pelaporan Data Produksi
Peraturan Menteri ESDM nomor 17/2010
Kepada Pemerintah Daerah
tentang Tata Cara Penetapan Harga
Pemegang IUP memiliki kewajiban untuk
Patokan Penjualan Mineral dan Batubara.
menyampaikan data rencana maupun
Dalam aspek pengawasan produksi realisasi produksi kepada pihak pemberi
pertambangan, KPK melalui Korsup izin, dalam hal ini pemerintah daerah
Minerba fokus pada 3 hal yaitu 1) melakukan baik di tingkat provinsi maupun di
tingkat kabupaten. Dari hasil pendataan kurun waktu 2012 – 2013, hanya segelintir
Korsup yang dikumpulkan dari laporan pemegang IUP yang melakukan pelaporan
Pemda mengenai kewajiban pelaporan bulanan, triwulanan, dan menyampaikan
produksi ke pemerintah kabupatan/ RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya)
kota yang dilanjutkan ke Pemerintah tahunan.
Provinsi dan Ditjen Minerba ESDM, selama
Tabel 19
Rekap Penyampaian Laporan Produksi Tahun 2012 – 2013 di 12 Provinsi
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Tengah
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 1 IUP Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 442 IUP Tidak ada data 12 IUP 2 IUP
Provinsi Kepulauan
Riau
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
98 IUP Kabupaten/Kota 1 IUP dan 1 KK 1 IUP Tidak ada data 1 KK
Provinsi Kalimantan
Timur
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 2 IUP 2 IUP Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 1441 IUP 17 IUP 6 IUP 6 IUP
Provinsi Kalimantan
Selatan
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 845 IUP 2 IUP 4 IUP Tidak ada data
Provinsi Kalimantan
Tengah
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 2 IUP Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 860 IUP Tidak ada data 25 IUP 6 IUP
Provinsi Sumatera
Selatan
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
Provinsi Kalimantan
Barat
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 1 IUP Tidak ada data 1 IUP Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 2 IUP 1 IUP 1 IUP Tidak ada data
Penyampaian Laporan Tahun 2012 - 2013
Pemda Jumlah IUP/KP
Bulanan Triwulanan RKAB Tahunan
Provinsi Bangka
Belitung
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
Provinsi Maluku Utara
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
Provinsi Sulawesi
Tenggara
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
Provinsi Jambi
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi 1 IUP Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 397 IUP Tidak ada data 4 IUP 1 IUP
99
Provinsi Sulawesi
Selatan
IUP Pusat Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Provinsi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
IUP Kabupaten/Kota 2 IUP Tidak ada data 2 IUP Tidak ada data
A.2. Perbedaan Data Ekspor dan Data Mt. Terdapat selisih sekitar 109,81 juta Mt
Produksi (32%). Nilai selisih dari angka ekspor ini,
Hasil kajian KPK mengangkat isu adanya jika dikalkulasikan dengan menggunakan
indikasi selisih data antara ekspor dan HBA rerata di tahun 2010, yakni $ 92,98,
produksi batubara di Indonesia (World menghasilkan potensi kerugian yang
Coal Institute: 2013). Misalnya, data ekspor mencapai US $ 10,2 miliar. Sedangkan dari
batubara Indonesia yang dilansir World selisih angka produksinya, diperkirakan
Coal Institute (WCI) di tahun 2010 sebesar terdapat potensi kerugian sebesar US $
298 juta Mt, sedangkan data ekspor batubara 10 M. Perbedaan (diskrepansi) data ini
yang dicatat oleh Kementerian ESDM menunjukkan indikasi awal bahwa tidak
sebesar 166,06 juta Mt. Terdapat selisih data semua eksportir batubara di Indonesia
ekspor sebesar 131,94 Juta Mt (44%). Begitu melaporkan data ekspornya baik kepada
juga dengan data produksi di tahun yang Kementerian ESDM maupun Kementerian
sama, data WCI menunjukkan produksi Keuangan dalam pembayaran kewajiban
batubara Indonesia sebesar 340 juta Mt, keuangan negara (KPK, 2014).
dan data ESDM menunjukkan 230,19 juta
Tabel 20
Selisih Data Ekspor dan Data Produksi Batubara
Industri Batubara Data WCI (dalam Data ESDM Selisih (dalam Persentase
Indonesia jutaan Mt) (dalam jutaan Mt) jutaan Mt) selisih
Eskpor 2010 298 166,06 131,94 44%
Produksi 2010 340 230,19 109,81 32%
Gambar 32
Peta Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Indonesia
Prov. Aceh Prov. Sumut Prov. Kalteng Prov. Sulteng Prov. Sulut
Penambangan Emas di Penambangan Emas Di Penambangan Emas Penambangan Emas di Penambangan Emas di
WKK (PT. Woyla Aceh). Kabupten (WKK,PSM) Placer di sekitar WKK WKK PT. Citra Palu WKK PT. TTN, Prosfek
Kab. Aceh, Nagan, Aceh Mandailing Natal dan PT. KSK, PT. EKM, dan Mineral dan PETI Deki, PT. MSM, kab
Barat, Aceh Jaya, Aceh Toba Samosir PT. PTK menggunakan alat berat Minahasa, Sangihe,
Selatan, Pidie Minsel, Bolmong, Bitung,
Durmoga Utara
Pelaksana : Pemda/Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Mengirimkan surat kepada pelaku usaha untuk Surat pemberitahuan/peringatan kepada pelaku
melaksanakan kewajiban pelaporan secara rutin usaha untuk melaksanakan kewajiban pelaporan
secara rutin.
Melakukan pendataan dan evaluasi laporan a. Laporan status pelaporan produksi pelaku usaha
Produksi pelaku usaha pertambangan minerba pertambangan -- diisikan dalam Lampiran IV
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha terkait Laporan sosialisasi pelaksanaan kewajiban pelaporan
kewajiban pelaporan secara rutin secara rutin kepada pelaku usaha pertambangan
Tabel 22
Rencana Aksi dan Indikator Output – Mendorong Kepatuhan
Pemerintah Daerah
Pelaksana : Pemda/Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Menyampaikan pelaporan secara reguler kepada Surat penyampaian pelaporan secara reguler
Pemerintah Provinsi/Pusat kegiatan pertambangan kepada pemerintah
provinsi/pusat
Melakukan monitoring dan evaluasi secara reguler Laporan hasil monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kewajiban pelaporan pemda pelaksanaan kewajiban pelaporan pemda
Menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi Surat penyampaian hasil monitoring dan
pelaksanaan kewajiban pelaporan kepada instansi pusat evaluasi pelaksanaan kewajiban pelaporan
terkait (khususnya kepada Kementerian ESDM dan kepada instansi pusat
Kementerian Dalam Negeri)
Tabel 23
Rencana Aksi dan Indikator Output – Efektifitas Pengawasan
Pelaksana : Pemda/Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Mensosialisasikan good mining practices dalam Laporan kegiatan sosialisasi good mining practices
proses produksi pertambangan minerba dalam produksi pertambangan minerba
Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan good a. Status penerapan good mining practices oleh
mining practices dalam proses produksi setiap IUP --diisikan pada Lampiran IV
4. Menertibkan PETI
Tabel 24
Rencana Aksi dan Indikator Output – Menertibkan PETI
Pelaksana : Gubernur/Bupati/Walikota
Rencana Aksi Indikator Output
Melakukan identifikasi pelaku dan lokasi Laporan hasil identifikasi pelaku dan lokasi PETI
PETI
Melakukan langkah-langkah hukum untuk Laporan langkah-langkah hukum yang telah dan
menertibkan PETI akan diambil terkait penertiban PETI
Melakukan monitoring dan evaluasi Laporan status pelaksanaan dan efektifitas langkah-
terhadap langkah-langkah penertiban PETI langkah penertiban PETI yang telah diambil.
Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi Surat penyampaian hasil monitoring dan
penertiban PETI evaluasi penertiban PETI
Gambar 33
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Ditjen Minerba
KK/PKP2B Kem. ESDM
104
Pemda Kab/Kota Pemda Provinsi
IUP (Bupati/Walikota) (Gubernur)
Tabel 25
106
Rekapitulasi Produksi Batubara di Kalimantan Selatan (2012-2013)
Gambar 34
Dasar Hukum Peningkatan Nilai Tambah Mineral
DASAR HUKUM PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL
UU 4/2009
Pasal 103:
Kewajiban bagi Pemegang PP No 23/2010
IUP dan IUPK Operasi Pasal 93: PP 1/2014
Produksi untuk melakukan Kewajiban melakukan
pengolahan dan Sejak 12 Januari 2014,
pengolahan dan pemurnian
pemurnian hasil penjualan mineral ke luar Permen 1/2004
dapat dilakukan secara negeri dapat dilakukan
penambangan di dalam langsung maupun melalui untuk produk hasil Pengaturan batasan
negeri kerja sama pengolahan mineral logam minimum
Pasal 170: Pasal 95: (konsentrat) Pengolahan dan
Kewajiban pemegang KK PNT mineral logam pemurnian
untuk melakukan dilaksanakan melalui
pemurnian kegiatan pengolahan logam Penjualan konsentrat ke
selambat-lambatnya 5 atau pemurnian logam luar negeri sampai tanggal
(lima) tahun sejak Pasal 112: 12 januari 2017
diundangkan Kewajiban pengolahan dan
pemurnian di dalam negeri
dalam jangka waktu paling
lambat 5 (Lima) tahun sejak
berlakunya undang-undang 107
No. 4 Tahun 2009
Gambar 35
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
- Penggerusan Produk
SUMBER Olahan - Industri kimia dasar
DAYA - Pencampuran
- Aneka Industri
MINERAL - Upgrading
Kimia (sabun, obat dll)
Konstruksi
Bantuan (Bantuan) Produk Akhir
Cadangan
Pemolesan/
Eksplorasi Eksploitasi Pengolahan
Pemotongan
- Crushing Produk - Barang Seni
- Grinding Olahan - Bahan Bangunan
- Sizing
Gambar 36
Kronologis Tarik-Ulur Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah
PP1/2014 &
Permen ESDM Permen ESDM
PP 52/2011 Permen ESDM
UU No 4/2009 No 11/2012 No 8/2015
(Fasilitas Pajak) No 1/2014
12 Jan 2009 16 Mei 2012 4 Maret 2015
22 Des 2011 11 Jan 2014
<2009 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
UU No 11/1967 PP No 23/2010 Permen ESDM Permen ESDM Permen ESDM Permen ESDM
PP No 17/1986 1 Feb 2010 No 7/2012 No 20/2013 No 11/2014 No 05/2016
Kepres No 16/1987 6 Feb 2012 20 Agustus 2013 17 April 2014 5 Februari 2016
Tabel 26
Rencana Aksi & Indikator Output - Mendorong Kepatuhan Pelaku Usaha
Ditjen Bea Cukai, Kemenkeu; Melakukan monitoring dan Laporan hasil monitoring dan evaluasi
Kanwil Bea Cukai; Kantor evaluasi terhadap pelaksanaan terkait pelaksanaan kewajiban
Pengawasan Dan Pelayanan kewajiban pengolahan/ pengolahan dan atau pemurnian bagi
Bea Dan Cukai (KPPBC) pemurnian IUP mineral
Ditjen Industri Berbasis Memberikan sanksi kepada Daftar sanksi yang diberikan kepada
Logam, Kementerian pelaku usaha yang tidak pelaku usaha yang tidak melaksanakan
Perindustrian melaksanakan kewajiban kewajiban pengolahan dan atau
pengolahan/pemurnian pemurnian
Tabel 27
111
Pengawasan Kewajiban Pengolahan & Pemurnian oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Nanggroe Aceh Untuk mineral logam bijih besi sudah melaksanakan sampai ke tahap 25 Maret 2015
Darussalam pengolahan yaitu dengan melakukan pengecilan ukuran (sizing) dan
pencucian (washing)
Kegiatan pemurnian untuk mineral logam bijih besi belum ada pengajuan
permohonan pembangunan smelter.
Sumatera Utara Pengolahan/pemurnian hasil tambang mineral dan batubara di Sumatera 25 Maret 2015
Utara masih belum dapat dilakukan oleh pemegang IUP logam dan
batubara
Pada saat ini pengolahan dan pemurnian hasil tambang hanya dilakukan
oleh pemegang Kontrak Karya PT. Agincourt Resources untuk pengolahan
emas DMP di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Riau Pengolahan hasil produksi batubara hanya dengan menggunakan Unit 25 Maret 2015
Crusher Plant untuk mendapatkan besar butir batubara (produk dalam
bentuk bulk/curah) sesuai dengan permintaan konsumen/pembeli,
Kepulauan Pabrik pengolahan dan pemurnian bahan galian tambang yang terdapat 20 November
Riau di Provinsi Kep. Riau yaitu Smelter Timah di Karimun (PT. Timah(Persero) 2014
Tbk, PT. Karimun Mining, PT. Unindo dan Dabo Singkep (PT. Cipta
Persada Mulia)
Untuk bahan galian tambang bauksit dan biji besi belum ada pabrik
pengolahan dan pemurniannya, dan kegiatan penambangannya saat ini
terhenti,
Jambi Produksi mineral logam (bijih besi) terdapat di kabupaten Merangin, 20 November
namun potensi dan produksi kecil sehingga tidak ekonomi untuk 2014
dilakukan pengolahan dan pemurnian sendiri
Sumatera Tidak dilaksanakan karena IUP OP Mineral logam belum berproduksi 20 November
Selatan 2014
Kendala
Pemohon :
UD Prawira
113
Eko Suryanto
DIY Belum semua pemegang IUP melaksanakan kegiatan pengolahan/ 20 Mei 2015
pemurnian, karena sebagian besar komoditas tambang yang dihasilkan
berupa mineral bukan logam dan batuan (andesit, pasir dan batugamping)
Untuk pemegang IUP mineral logam sampai saat ini belum produksi
Kalimantan Terdapat 9 perusahaan yang sudah membangun unit pengolahan dan 27 November
Barat pemurnian mineral 2014
Kendala:
Kalimantan Secara umum kegiatan pengolahan pada batubara hanya pada merubah 27 November
Timur partikel menjadi kecil (Crushing) 2014
Kalimantan Kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral logam (emas) hanya 27 November
Utara terdapat 1 IUP di kabupaten Nunukan 2014
Sulawesi Utara Rencana akan dibangun smelter bijih besi di Provinsi Sulawesi Utara 10 Juni 2015
Pemerintah
Hasil Pengawasan, Perkembangan dan Tindak Lanjut Keterangan
Provinsi
Sulawesi Barat Progress : 10 Juni 2015
Untuk pemegang IUP mineral logam sampai saat ini belum produksi.
Sulawesi Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Nikel oleh PT. 6 November
Tengah Sulawesi Mining Investment di Kabupaten Morowali, 2014
Tahap II, kapasitas 600.000 metrik ton feronikel/ tahun telah dimulai.
Kendala :
Gorontalo Belum dilaksanakan karena 2 (dua) Pemegang IUP Operasi Produksi 10 Juni 2015
belum melaksanakan kegiatan di lapangan
Gambar 37
Pelaku Usaha Pertambangan Mineral di Indonesia
Gambar 38 .
Komposisi Jumlah IUP Mineral di Indonesia (September 2016)
IUP
Eksplorasi
IUP Mineral (2.236)
Logam 62,5 %
(4.088) IUP Operasi
Produksi
(1.852)
IUP
Eksplorasi
(166)
IUP Mineral IUP Mineral
Bukan Logam
(6.541) 9,6 % (628) IUP Operasi
Produksi 117
(462)
IUP
Eksplorasi
(120)
IUP Mineral
Batuan 27,9 %
(1.825) IUP Operasi
Produksi
(1.705)
Jumlah IUP & Jumlah Smelter
C.2. Rencana Pembangunan Fasilitas yang diajukan oleh pelaku usaha yang
Pengolahan dan Pemurnian (Smelter) terdiri atas komoditas Nikel, Bauksit, Besi,
Pada Rapat Korsup Minerba (Yang telah Mangan, Zirkon, Timbal & Seng serta Kaolin
menjadi bagian dari Korsup Energi) pada dan Zeolit. Tidak semua pemilik IUP harus
Bulan September 2016, Dirjen Minerba- memiliki fasilitas pengolahan/pemurnian
Kementerian ESDM memaparkan sendiri, melainkan dapat bergabung dalam
data rencana pembangunan fasilitas IUP lainnya untuk proses pengolahan dan
pengolahan dan pemurnian (Smelter) pemurniannya.
Gambar 39
Rencana Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian (Smelter)
43
38
25
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
13
13 13
11
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
7 2 2
5 5 4 4 4 4
0
Nikel Bauksit Besi Mangan Zirkon Timbal & Seng Kaolin & Zeolit
Komoditas Mineral
Tabel 28
Perkembangan Pembangunan Smelter per Agustus 2016
Perkembangan (%) Capaian Kegiatan Jumlah IUP (2014) Jumlah IUP (2016)
11 - 30 Progress mencapai 12 15
Ground Breaking dan Awal
Konstruksi Pabrik
31-50 Progress mencapai 20 13
Pertengahan Tahap
Konstruksi Pabrik
51-80 Progress mencapai Akhir 4 6
Tahap Konstruksi
81-100 Progress mencapai tahap 25 34
commissioning/Produksi
2. Bauksit 11 13 6 7
3. Besi 7 5 7 5
4. Mangan 3 2 3 2
5. Zirkon 13 13 13 11
Total 76 84 65 67
Tabel 30
Perkembangan Kinerja Pembangunan Smelter
6% - 8% 16
10
Perkembangan/Kinerja (%)
119
15
11% - 30%
14
31% - 50% 13
11
51% - 80% 6
6
81% - 100% 34
26
0 10 20 30
Jumlah IUP & Jumlah Smelter
Progress (%) Jumlah IUP Jumlah Smelter
Hingga laporan ini ditulis, belum ada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea
laporan perkembangan terbaru dari hasil Dan Cukai (KPPBC) dan Ditjen Industri
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Berbasi Logam, Kementerian Perindustrian.
kewajiban pengolahan dan atau Dalam rangkaian kegiatan Koordinasi,
pemurnian bagi IUP mineral, termasuk Supervisi, Monitoring dan Evaluasi
pemberian sanksi bagi pelaku usaha yang (Korsupmonev) yang dilakukan oleh KPK
tidak menjalankan kewajiban pengolahan/ sepanjang tahun 2014 – 2015, Pemerintah
pemurnian. Terutama laporan dari Ditjen Provinsi telah melaporkan perkembangan
Bea Cukai, Kemenkeu; Kanwil Bea Cukai; pelaksanaan kewajiban pengolahan dan
atau pemurnian bagi IUP Mineral. Dari Laporan penjualan harus memuat harga
hasil laporan tersebut, terdapat beberapa jual, volume penjualan, kualitas, titik
kendala yang dihadapi oleh Pemerintah penjualan, biaya penyesuaian, dan pemakai
Daerah seperti : terbatasnya dukungan dalam negeri dan/atau negara tujuan,
infrastruktur dan pasokan energi serta dilengkapi dokumen pendukung.
bagi operasional smelter; Pelaksanaan Adapun dokumen pendukung terdiri dari
pengawasan oleh kab/kota tidak intensif; invoice, analisa perhitungan kualitas (COA),
Pengelolaan pabrik pengolahan oleh dari surveyor terdaftar minerba5, biaya
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Ditjen Minerba bagi pemegang IUP modal penyesuaian, PEB dan biaya barging. 6
asing tidak dikoordinasikan ke Pemda;
Masih minimya infrastruktur kelistrikan; A. Temuan-Temuan
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
Kotak-4
Terdapat tiga perusahaan di Kepulauan Riau yang tidak terdaftar di Ditjen Minerba namun
melakukan ekspor bauksit ke China hingga 2 juta ton pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini
berdampak pada kerugian negara akibat kurang bayar royalti, mengingat pemerintah tidak
bisa mengawasi dan memvalidasi pembayaran royalti. Dalam kurun waktu dua tahun
tersebut, terindikasi potensi kerugian negara mencapai USD 758 ribu atau setara dengan 7,5
Tak hanya itu, jika mencermati data Kementerian ESDM, terdapat anomali yang mana PT 121
Pinang Sukses Bersama membayarkan royalti lebih besar daripada perkiraan atau potensi hasil
perhitungan pemerintah, yang mana selisihnya mencapai USD 31 ribu. Hal ini menunjukkan
Tabel 31
Perkiraan Kerugian Negara Akibat Ekspor Bauksit ke China oleh Perusahaan yang Belum
Terdaftar di ESDM pada Tahun 2011 dan 2012
Kurang
Tonase Nilai Perkiraan Royalti
Nama Kabupaten/ Jumlah Bayar
Ekspor Ekspor Royalti Dibayar
Perusahaan Kota Pengapalan Royalti (ribu
(ribu ton) (ribu USD) (ribu USD) (ribu USD)
USD)
Sumber: Diolah dari Bahan Paparan Dirjen Minerba di Pangkal Pinang, 6 Maret 2014
Potensi Kehilangan Penerimaan Negara bahwa tidak semua eksportir batubara
Karena Perbedaaan Data Ekspor Indonesia melaporkan ekspornya ke
○○ Kajian KPK menunjukkan adanya Kementerian ESDM maupun dalam
potensi hilangnya penerimaan negara SPT.
hingga mencapai miliaran dolar AS ○○ Permasalahan yang sama juga
yang disebabkan oleh perbedaan ditemukan di tahun 2011. Potensi
data ekspor batubara di tahun kerugian keuangan negara yang
2010. Data Kementerian Energi dan bersumber dari kurang bayar royalti
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Sementara itu, untuk tahun yang batubara. Dengan asumsi 1 US$ setara
sama World Coal Institute mencatat dengan Rp 10.000,00, maka potensi
ekspor batubara Indonesia sebesar 298 kerugian keuangan negara yang hanya
juta Mt. Dengan perhitungan kasar bersumber dari royalti mencapai 3,72
menggunakan asumsi kalori 6322 kcal/ triliun rupiah (asumsi 1 USD = Rp.
kg dan harga mengacu HBA $ 92,98/ 10.000). Perhitungan potensi kerugian
ton (rata-rata 2010), selisih ekspor negara ini mengacu pada verifikasi
122
tersebut mencapai $ 12.267.781.200,00.7 data ekspor mineral yang bersumber
Perbedaan data ini mengindikasikan dari laporan surveyor. 8
8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Kedeputian
7 Bahan Paparan KPK “Gerakan Nasional Penyelamatan Bidang Pencegahan, “Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan
Sumber Daya Alam Indonesia” Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Batubara”, 2014.
Tabel 32
Potensi Kerugian Keuangan Negara (Royalti) di Tahun 2011
Tabel 33
Rencana Aksi Mendorong Kepatuhan Pemegang Izin dalam Pelaporan
Ditjen Anggaran, Ditjen Melakukan sosialisasi kepada Laporan hasil sosialisasi kepada pelaku
Pajak, Ditjen Bea Cukai, pelaku usaha terkait kewajiban usaha terkait kewajiban pelaporan
Ditjen Perbendaharaan pelaporan penjualan secara rutin penjualan secara rutin
dan Kanwil Kemenkeu
terkait
Ditjen Perdagangan Mengimplementasikan sistem Laporan implementasi sistem pelaporan
Luar Negeri, pelaporan berbasis IT penjualan berbasis IT (termasuk
Kementerian implementasi sistem MOMI)
Perdagangan
Ditjen Perdagangan Melakukan monitoring dan 1. Laporan status pelaksanaan
Luar Negeri, evaluasi terhadap pelaksanaan kewajiban pelaporan penjualan
Kementerian kewajiban pelaporan penjualan minerba
Perdagangan pelaku usaha 2. Laporan hasil monitoring dan evaluasi
124 terhadap pelaksanaan kewajiban
pelaporan penjualan minerba
Ditjen Perdagangan Memberikan sanksi kepada pelaku 1. Daftar sanksi yang diberikan
Luar Negeri, usaha yang tidak melaksanakan kepada pelaku usaha yang tidak
Kementerian kewajiban pelaporan penjualan melaksanakan kewajiban pelaporan
Perdagangan secara rutin penjualan secara rutin
2. Surat teguran/SK pembekuan
sementara/dll terkait tidak
dilaksanakannya kewajiban pelaporan
penjualan secara rutin
3. Laporan langkah-langkah hukum
yang diambil oleh pemerintah
terhadap pelaku usaha yang tidak
melaksanakan kewajiban pelaporan
penjualan
Ditjen Perdagangan Melaporkan hasil monitoring dan Surat penyampaian laporan hasil
Luar Negeri, evaluasi pelaksanaan kewajiban monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Kementerian pelaporan secara rutin oleh pelaku kewajiban pelaporan secara rutin oleh
Perdagangan usaha, termasuk pemberian sanksi pelaku usaha
kepada pelaku usaha yang tidak
melaksanakan kewajibannya
Mendorong kepatuhan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewajiban pelaporannya
Mendorong efektifitas pengawasan penjualan dan pengangkutan/pengapalan termasuk penegakan
sanksinya
Tabel 34
Rencana Aksi & Indikator Output – Mendorong kepatuhan Pemda
125
Tabel 35
Rencana Aksi & Indikator Output – Mendorong Efektifitas Pengawasan
Ditjen Bea Cukai/Kanwil Meningkatkan frekuensi Laporan kegiatan monitoring proses penjualan dan
Bea Cukai/KPPBC, monitoring terhadap proses pengangkutan/ pengapalan minerba (Lokasi, waktu
Kementerian Keuangan penjualan dan pengangkutan/ monitroing, pihak yang dimonitor, hasil monitoring,
pengapalan foto kegiatan, dll)
Ditjen Bea Cukai/Kanwil Melakukan evaluasi terhadap Laporan hasil evaluasi terhadap monitoring proses
Bea Cukai/KPPBC, monitoring proses penjualan dan penjualan dan pengangkutan/pengapalan hasil
Kementerian Keuangan pengangkutan/pengapalan hasil minerba
minerba
Ditjen Bea Cukai/Kanwil Memberikan sanksi kepada 1. Daftar sanksi yang diberikan kepada pelaku
Bea Cukai/KPPBC, pelaku usaha yang melanggar usaha yang melanggar ketentuan di bidang
Kementerian Keuangan ketentuan peraturan perundang- pengangkutan dan penjualan minerba
undangan dalam proses 2. Laporan hasil pemberian sanksi yang diberikan
penjualan dan pengangkutan/ kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
pengapalan hasil minerba di bidang penjualan dan pengangkutan minerba
ditunjukkan oleh Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Hal ini dilakukan melalui sejumlah
pada tanggal 8 April 2014. Selain itu juga dilakukan penertiban angkutan batubara melalui
transportir.
Gambar 40
10
6
Jumlah Stockpile
127
4
0
Palembang Muara Enim Pali Banyuasin Musi Banyuasin
Sumber: Paparan Provinsi Sumatera Selatan dalam Monev Korsup Minerba KPK, 20 November 2014
Terkait penerimaan negara sendiri, telah diterbitkan Surat Edaran Gubernur No. 020.A/540/
sebelum batubara dikapalkan sebagai tindak lanjut Surat Edaran Dirjen Minerba No.
dan KSOP dalam melakukan pengawasan penjualan batubara dan kewajiban Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Hasilnya, Provinsi Sumsel berhasil mengamankan royalti dari
Tabel 36
Daftar Perusahaan Surveyor
No 20081 20142
1 PT Sucofindo PT Sucofindo
2 PT Geoservices PT Geoservices
4 PT Carsurin PT Carsurin
5 PT Citrabuana Indoloka PT Anindya Wira Putra Konsult
6 - PT Surveyor Carbon Consulting Indonesia
Gambar 41
Persebaran 14 Rencana Pelabuhan Khusus Minerba
Kalimantan Selatan
Jambi 1. Wilayah Tobanco/Pulau Laut
di Sekitar Lampung 2. Wilayah Sungai Danau
Teluk Jambi Tarahan 3. Wilayah Batu Licin
Bangkulu
Pelabuhan
Bengkulu
Tindak Lanjut:
Perlu segera diterbitkan surat keputusan bersama antara Menteri Perhubungan
dan Menteri SDM
Sumber: Paparan Ditjen Minerba dalam Monev Korsup Minerba KPK, 6 November 2014
C.5 Penundaan Pemberian IUP OPK Baru perusahaan penanaman modal asing.
untuk Batubara Pasalnya, pemegang IUP OPK seringkali
Pemerintah juga memberlakukan melakukan kegiatan pengangkutan dan
penundaan pemberian IUP OPK baru penjualan dari pihak lain yang tidak
hingga tanggal 16 Mei 2016, yang mana tercantum dalam SK IUP OPK. Terkait
diatur dalam Instruksi No.02.Ins/30/ hal ini, pemerintah berniat melakukan
DJB/2015. Penundaan ini dilakukan revisi ketentuan perundang-undangan
guna melakukan penataan, pembinaan, untuk memperkuat sistem pengawasan,
dan pengawasan terhadap kegiatan pelaporan serta pemberian sanksi.11
pengangkutan dan penjualan batubara
11 Paparan Direktur Pembinaan Program Minerba,
lintas provinsi dan/atau lintas negara juga Yogyakarta, 27 Agustus 2015.
Gambar 42
Penataan IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan
250 229
200
176
Jumlah IUP
150
114
100
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
57
50 47
14 7
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
5
0
2011 2013 2015
Periode Penerbit IUP
Sumber: Diolah dari Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara, 21 September 2016
Tabel 37
130
Standar Pelaksanaan Pengawasan dan Pembinaan IUP OPK
Pengangkutan dan Penjualan
C.6 Penghapusan IUP OPK Pengangkutan Sayangnya, upaya ini tidak benar-
dan Penjualan benar menyasar dan menyelesaikan
Melalui Permen Nomor 43 Tahun 2017 permasalahan mendasar dalam aspek
tentang Perizinan di Bidang Pertambangan pengangkutan dan penjualan minerba,
Mineral dan Batubara, pemerintah yakni rendahnya kepatuhan pemilik
melakukan penghapusan IUP OPK IUP OPK dalam memenuhi kewajiban
Pengangkutan dan Penjualan dalam pelaporan yang bersifat administratif
kerangka penyederhanaan perizinan. maupun keuangan.
Sebagai gantinya, pemerintah menerbitkan
Penyesuaian IUP OPK menjadi Tanda
Tanda Register yang penerbitannya hanya
Registrasi seolah ‘menghapuskan/
membutuhkan waktu 2 hari kerja dan
memutihkan’ pelanggaran yang telah
diumumkan di website Ditjen Minerba.
dilakukan oleh pemilik IUP OPK pengangkutan dan penjualan tanpa
sebagaimana telah diidentifikasi memperkuat fungsi pengawasan
dalam temuan awal Korsup KPK di dikhawatirkan justru berdampak pada
tahun 2014. Akses yang kian mudah potensi penyelewengan dan pelanggaran
untuk mendapatkan Tanda Registrasi yang kian besar.
sebagai prasyarat melakukan kegiatan
Gambar 43
Tata Cara Permohonan, Evaluasi, dan Penerbitan Tanda Registrasi Perusahaan
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Mutu Baku
Menteri/
No Kegiatan Badan Usaha Keterangan
Gubernur Kelengkapan/
Waktu Output
Persyaratan
1 Pengajuan Checklist dan 1 hari
permohonan
a dokumen
kelengkapan
Tidak b persyaratan
132 minerba
Jumlah 2 hari
140
Referensi
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 137.
____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 Tahun
2012 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang
Dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota. Berita Negara
RI Tahun 2012 Nomor 892.
____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2014
tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang ESDM kepada Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun
Anggaran 2014. Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 67.
____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 43 Tahun 2015
tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 2014.
____________, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun
2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara. Berita Negara RI
Tahun 2017 Nomor 668.
Deputi Bidang Pencegahan, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK. 2013. Laporan
Hasil Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Mineral dan Batubara.
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2014. Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di
Provinsi Sulawesi Tenggah. Bahan Paparan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara,
Palu, 20 Februari 2014.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK. 2014. Rapat Koordinasi dan Supervisi atas
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara pada 12 Provinsi di Indonesia. Bahan
Paparan Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, Jakarta, 7 Februari 2014.
Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. Tata Kelola Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara. Bahan Paparan Direktur Pembinaan Program
Mineral dan Batubara, Yogyakarta, 27 Agustus 2015.
Noerdin, Alex. 2014. Progres Implementasi 5 Sasaran rencana Aksi Korsup Minerba di
Sumatera Selatan. Bahan Paparan
Patria, Dian. 2014. Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan
Batubara di 19 Provinsi di Indonesia. Bahan Paparan KPK RI, Bali, 3 Desember 2014.
Praja, Adnan Pandu. 2014. Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral
dan Batubara di Provinsi Kalimantan Timur. Bahan Paparan KPK RI, Samarinda, 12 Maret
2014.
Samad, Abraham. 2014. Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan
Batubara di 19 Provinsi di Indonesia. Bahan Paparan KPK RI, Bali, 3 Desember 2014.
Sekretaris Jenderal Mineral dan Batubara, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
2014. Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di
Indonesia. Bahan Paparan Sekretaris Jenderal, Jakarta, 7 Februari 2014.
Suryanto, Agus dan Satyo Naresworo. Sosialisasi Pengawasan Pembayaran Royalti pada
Pengapalan Batubara Domestik dan Ekspor di Balikpapan, Artikel Minerba, Edisi XXIII,
Desember 2015, hal. 19.
Triyono, Agus. Negara Rugi Rp 30T/tahun Akibat Pelabuhan Tikus. Diakses pada 1
September 2016, http://nasional.kontan.co.id/news/negara-rugi-rp-30-ttahun-akibat-
pelabuhan-tikus
Yoesoef, Abdul Jabbar. 2013. Kunci Surveyor Membidik Perkembangan Industri Domestik
Meninkatkan Penerimaan Pajak & Royalti. Jakarta: Gramedia. 143
LAPORAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
146
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA