Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN TINDAK LANJUT GNP-SDA

INDONESIA SEKTOR KELAUTAN


SEMESTER I-TAHUN 2016

AGUSTUS
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

A. Pengatar ........................................................................................................ 1
1. Ringkasan Hasil Kajian Sektor Kelautan .................................................. 1
2. Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia .............. 2
3. Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia
Sektor Kelautan ........................................................................................ 3
B. Progres Pelaksanaan GNP SDA Sektor Kelautan ........................................ 6
1. Progres Pelaksanaan Rencana Aksi di Tingkat Pusat.............................. 6
2. Rencana Aksi Pemerintah Pusat yang Belum Dilaksanakan.................... 13
3. Progres Pelaksanaan Rencana Aksi di Tingkat Daerah ........................... 13
4. Kendala dan Tantangan............................................................................ 15
C. Monitoring Program Khusus .......................................................................... 17
1. Penyusunan RZWP3K .............................................................................. 17
2. Pengukuran Ulang Kapal Ikan .................................................................. 21
3. Reklamasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ................................................. 25
4. Perbaikan Regulasi ................................................................................... 45
5. Alokasi Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan ............................................ 47
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Rekomendasi, Rencana Aksi, dan Indikator Output


Rencana Aksi Pemerintah Pusat Berdasarkan Fokus Area ................. 3
Tabel 2. Jumlah Rekomendasi, Rencana Aksi, dan Indikator Output
Rencana Aksi Pemerintah Provinsi Berdasarkan Fokus Area.............. 5
Tabel 3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Rapat Monev ..................................... 5
Tabel 4. Perkembangan Kemajuan dan Tindak Lanjut Penyusunan
RZWP3K Provinsi ................................................................................. 17
Tabel 5. Perkembangan Pengukuran Ulang Kapal Penangkap Ikan ................. 21
Tabel 6. Jumlah Izin (SIUP dan SIPI) yang Diterbitkan pada
Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan ................................................ 24
Tabel 7. Realisasi Solar Bersubsidi Berdasarkan Provinsi per Juni 2016 .......... 49
Tabel 8. Rincian Kebutuhan Solar Subsidi untuk Nelayan Tahun 2016 ............. 50
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Deklarasi Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia .................... 2


Gambar 2. Jumlah Provinsi Berdasarkan Frekuensi Pelaporan.......................... 14
Gambar 3. Jumlah Laporan Provinsi Berdasarkan Periode Pelaporan ............... 14
Gambar 4. Sebaran Rencana Lokasi Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan ... 23
Gambar 5. Alur Proses Penerbitan Rekomendasi Pembelian BBM Bersubsidi .. 48
LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

A. Pengantar
1. Ringkasan Hasil Kajian Sektor Kelautan
Sebagai implementasi atas pelaksanaan fungsi monitoring sesuai dengan
amanat UU No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan Kajian
Sistem Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Indonesia pada
tahun 2014. Tujuan dilakukannya kajian ini adalah:
a. Penegasan dan penegakan kedaulatan serta hak berdaulat Negara
Kesatuan Republik Indonesia atas wilayah laut melalui penegasan batas
wilayah laut Indonesia, pengaturan pengelolaan ruang laut dan
pemanfaatan sumberdaya yang ada di dalamnya.
b. Mendorong perbaikan tata kelola sektor kelautan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, dengan memperhatiakan aspek keberlanjutan,
konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran
serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan.
c. Perbaikan sistem pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan untuk
mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan kehilangan kekayaan
negara.

Hasil kajian menunjukkan delapan permasalahan muncul dalam pengelolaan


ruang laut dan pengelolaan sumberdaya kelautan, yaitu:
a. Tata batas wilayah laut Indonesia yang belum jelas;
b. Penataan ruang laut yang belum lengkap dan masih bersifat parsial;
c. Peraturan perundang-undangan yang belum lengkap dan masih tumpang
tindih satu sama lain;
d. Tidak terkendalinya pencemaran dan kerusakan di laut;
e. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut;
f. Sistem data dan informasi terkait wilayah laut, penggunaan ruang laut,
dan pemanfaatan sumberdaya yang ada didalamnya, belum lengkap dan
tidak terintegrasi;
g. Belum optimalnya penerimaan negara dari pemanfaatan ruang laut dan
sumberdaya yang ada di dalamnya;

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 1



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

h. Belum optimalnya program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada laut.

2. Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia


Guna memperteguh komitmen segenap elemen bangsa untuk bersama-sama
menuntaskan permasalahan bangsa dalam pengelolaan SDA Indonesia, telah
ditandatangani Deklarasi Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia pada
19 Maret 2015 di Istana Negara, Jakarta.

Gambar 1. Deklarasi Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia

Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Panglima Tentara Nasional Indonesia,


Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, dan Ketua Sementara
Komisi Pemberantasan Korupsi, yang disaksikan oleh Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo. Komitmen dari keempat instansi tersebut
merupakan faktor kunci keberhasilan Gerakan Penyelematan Sumberdaya
Alam Indonesia.

Pada 2015, GNPSDA yang diinisiasi oleh KPK fokus pada perbaikan tiga
sektor, yaitu kelautan, mineral dan batu bara, serta kehutanan dan
perkebunan. Masing-masing sektor ditunjuk Kementerian yang menjadi
koordinator dalam implementasinya. Untuk mengetahui lebih detil tentang
upaya yang dilakukan dalam penyelesaian permsalahan pengelolaan sektor

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 2



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

kelautan, dalam laporan ini disajikan Kerangka Acuan Kerja (KAK) GNP-SDA
Indonesia Sektor Kelautan (Lampiran 1).

3. Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor


Kelautan
a. Rencana Aksi Pemerintah Pusat
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa GNP-SDA Indonesia
Sektor Kelautan merupakan tindak lanjut dari Kajian Sistem Pengelolaan
Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Indonesia yang dilakukan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2014. Kajian tersebut
merupakan salah satu upaya KPK mendeteksi permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan sektor kelautan.
Hasil kajian ditujukan menjadi dasar dalam upaya mengambil langkah-
langkah perbaikan sistem dalam rangka mencegah korupsi, dan
menyelamatkan kekayaan negara. Berdasarkan hasil kajian, maka sebagai
upaya terhadap perbaikan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut, KPK merumuskan rencana aksi, rekomendasi, dan indikator
output yang harus dipenuhi oleh pemerintah.

Tabel 1. Jumlah Rekomendasi, Rencana Aksi, dan Indikator Output


Rencana Aksi Pemerintah Pusat Berdasarkan Fokus Area
Reko- Rencana Indikator
No Fokus Area
mendasi Aksi Output
1 Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Laut Indonesia 4 13 13
2 Pengintegrasian Sistem Perencanaan Nasional Terkait 8 14 17
dengan Penggunaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan
3 Penyempurnaan dan Pelengkapan Aturan Perundang- 3 35 38
undangan
4 Pengembangan Kapasitas Kelembagaan 4 12 14
5 Pengembangan Sistem Data dan Informasi 3 3 5
6 Perbaikan Sistem Ketatalaksanaan Perizinan, Pengelolaan 4 6 17
Penerimaan Negara dan Pemberian Bantuan
Sosial/Hibah/Subsidi
7 Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak 6 6 6

Untuk mengetahui secara detil Rekomendasi, Rencana Aksi, dan


Indoekator Output masing-masing Fokus Area, terlampir Rincian Matrik
Rencana Aksi Pemerintah Pusat (Lampiran 2).

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 3



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Untuk memenuhi seluruh materi/substansi yang diminta KPK untuk
Rencana Aksi Pemerintah Pusat, KKP mengkoordinasikan pemenuhan
Rencana Aksi dengan seluruh K/L terkait, yaitu Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Dalam Negeri, Badan
Informasi Geospasial, TNI Angkatan Laut, Kementerian Perhubungan, dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, serta K/L terkait
lainnya.

Sesuai periode pelaporan tahun 2015, KKP telah melaporkan Rencana


Aksi Pemerintah Pusat kepada KPK sebanyak dua kali, yaitu Juni 2015 dan
Desember 2015. Untuk periode pelaporan sementer I tahun 2016, KKP
belum mengkoordinasikan K/L terkait dalam rangka memperbaharui
Rencana Aksi yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Rencana Aksi Pemerintah Provinsi


Sebelum penandatanganan NKB pada 19 Maret 2015 di Istana Negara,
telah ditandatangani komitmen Gerakan Nasional Pennyelamatan Sumber
Daya Alam (GNP-SDA) Indonesia Sektor Kelautan antara KKP dengan 34
Gubernur pada 17 Februari 2015 di Ballroom Gedung Mina Bahari III,
Kantor Pusat KKP. Komitmen dengan Gubernur 34 provinsi merupakan
upaya awal dalam mendorong pemerintah provinsi untuk melaksanakan
Rencana Aksi Pemerintah Provinsi dalam kerangka GNP-SDA Indonesia
Sektor Kelautan.

Sebagaimana Rencana Aksi Pemerintah Pusat, Rencana Aksi Pemerintah


Provinsi juga merupakan langkah-langkah yang ditujukan untuk
menyelesaikan permasalahan pengelolaan sumberdaya kelautan di level
pemerintah provinsi (Lampiran 3). Rincian rencana aksi pemerintah
provinsi disajikan dalam lampiran laporan ini dan ringkasannya disajikan
dalam tabel 2.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 4



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Tabel 2. Jumlah Rekomendasi, Rencana Aksi, dan Indikator Output
Rencana Aksi Pemerintah Provinsi Berdasarkan Fokus Area
Reko- Rencana Indikator
No Fokus Area
mendasi Aksi Output

1 Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut 4 6 6


2 Penataan Izin 4 4 4
3 Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak 6 6 6
4 Pemberian dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat 5 5 5

Dalam mendorong pemenuhan Rencana Aksi Pemerintah Provinsi, KKP


telah melaksanakan rapat monitoring dan evaluasi (monev) yang
dipusatkan di 9 (sembilan) kota dengan melibatkan 34 provinsi seluruh
Indonesia. Rincian lokasi dan waktu pelaksanaan rapat monev tersebut
disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Rapat Monev


Lokasi dan Waktu
No. Provinsi
Pelaksanaan
A Wilayah I
Medan,
Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera
23-24 Maret 2015
Barat
B Wilayah II Jakarta,
DKI Jakarta, Bengkulu, Lampung, dan Banten 20-21 April 2016
C Wilayah III Ambon,
Maluku, Papua, dan Papua Barat 11-12 Mei 2015
D Wilayah IV
Semarang,
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta,
18-19 Mei 2015
dan Jawa Timur
E Wilayah V
Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo,
8-9 Juni 2015
dan Maluku Utara
F Wilayah VI Denpasar,
NTB, NTT, dan Bali 3-4 Agustus 2016
G Wilayah VII
Makassar,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan
24-25 Agustus 2016
Sulawesi Tengah
H Wilayah VIII
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Pontianak,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan 7-8 September 2016
Kalimantan Selatan
I Wilayah IX
Pangkalpinang,
Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Babel, dan
14-15 September 2015
Kep.Riau

Dalam pelaksanaan rapat monitoring dan evaluasi tersebut, melibatkan


Kementerian/Lembaga yang terkait dari Pusat dan intansi vertikal Pusat
yang ada di masing-masing daerah serta Satuan Kerja Perangkat Daerah
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 5

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Informasi rinci dan lengkap
tentang pelaksanaan rapat monitoring dan evaluasi di sembilan lokasi yang
melibatkan 34 provinsi dapat dilihat pada situs web Itjen KKP,
www.itjen.kkp.go.id/materi.html.

Melalui situs web tersebut, dapat diunduh seluruh pemaparan dari Menteri
Kelautan dan Perikanan di setiap provinsi, dan 34 gubernur seluruh
Indonesia. Selain itu, pada rapat monitoring dan evaluasi di Wilayah VI
(Denpasar, 3-4 Agustus 2015), dapat dilihat juga pemaparan dari Ketua
Satgas IUU Fishing.

B. Progres Pelaksanaan GNP SDA Sektor Kelautan


1. Progres pelaksanaan rencana aksi di tingkat pusat
a. Fokus Area 1 (Penetapan dan penegasan batas wilayah laut
Indonesia)
1) Telah memetakan titik-titik dasar dan garis pangkal yang menjadi
acuan penetapan wilayah laut Indonesia, baik yang statusnya telah
ditetapkan maupun yang belum disepakati dengan negara lain, yang
tercantum dalam Peta Wilayah NKRI yang terbitkan oleh Badan
Informasi Geospasial (BIG).
2) Telah menerbitkan peta batas wilayah laut Indonesia dan
mengumumkannya ke publik, yang dapat diakses melalui
www.tanahair.indonesia.go.id (versi digital shp) dan www.big.go.id
(versi digital pdf).
3) Telah menyusun dokumen status ekosistem Pulau-Pulau Kecil
Terluar (PPKT) tidak berpenduduk di wilayah barat Indonesia (Pulau
Semiun, Pulau Sebetul, Pulau Sekatung, dan Pulau Senua di Provinsi
Kepulauan Riau) dan wilayah timur Indonesia (Pulau Intata dan Pulau
Bongkil di Provinsi Sulawesi Utara dan Pulau Dolangan di Provinsi
Sulawesi Tengah).
4) Telah menyiapkan Rencana Zonasi di Pulau-Pulau Kecil Terluar/
Perbatasan yang meliputi Pulau Simelue, Pulau Nipah, Pulau
Pelampong, Pulau Kaio, Pulau Marore, Pulau Kawaluso, Pulau
Selaru, dan Pulau Larat
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 6

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

5) Telah melaksanakan survei validasi pulau di Provinsi Papua Barat
dan inventarisasi data tambahan pulau di 8 provinsi, yaitu Aceh,
Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan Utara,
Sulawesi Tengah dan Kepulauan Riau) sejumlah 1.364 pulau dan
telah dilaporkan kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
untuk diverifikasi oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupa Bumi
(TNPNRB).
6) Telah melakukan verifikasi nama-nama pulau yang belum dibakukan
dengan berkoordinasi dengan TNPNRB.
7) Telah memperoleh data luas laut Indonesia, yaitu luas laut
keseluruhan (6.315.222 km2), luas perairan wilayah laut teritorial
(282.583 km2), luas perairan wilayah pedalaman dan kepulauan
(3.092.085 km2), dan luas laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluar
2.936.345 km2.
8) Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah
mengadakan pertemuan batas maritim (8 kali) dan perundingan batas
maritim (7 kali) dengan negara tetangga dalam rangka melakukan
upaya-upaya diplomasi untuk menetapkan batas wilayah laut dengan
negara tetangga.

b. Fokus Area 2 (Pengintegrasian Sistem Perencanaan Nasional


Terkait dengan Penggunaan Ruang Laut dan Sumber Daya Kelautan)
1) Telah mengidentifikasi total kebutuhan peta Lingkungan Laut
Nasional (LLN) dan Lingkungan Pantai Indonesia (LPI), yaitu
sebanyak 4552 Nomor Lembar Peta (NLP) dengan pencapaian
pemetaan sampai dengan tahun 2015 sebanyak 804 NLP (17,6%)
2) Telah tersedianya peta dasar LLN dan LPI yang dapat diperoleh atau
diakses di BIG dalam skala operasional 1:50.000 dan 1:250.000.
3) Telah mengindentifikasi 2 peta dasar dan 10 peta tematik untuk
penyusunan tata ruang laut.
4) Telah menginisiasi penyusunan rencana zonasi kawasan perbatasan
laut di 2 koridor (koridor Provinsi Aceh-Sumatera Utara dan Provinsi
Riau-Kepri), dari 9 koridor kawasan perbatasan laut.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 7



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

5) Telah menginisiasi penyusunan rencana zonasi Kawasan Strategis
Nasional Tertentu (KSNT) di 12 PPKT (Pulau Nipah, Pulau
Pelampong, Pulau Subi Kecil, Pulau Marore, Pulau Kawaluso, Pulau
Kawio, Pulau Marampit, Pulau Kakarotan, Pulau Miangas, Pulau
Selaru, Pulau Larat, Pulau Maratua) dari 92 PPKT.
6) Telah membuat Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peng-
integrasian Sistem Data dan Informasi Terkait Penggunaan Ruang
Laut dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan sebagai tindak lanjut
dari Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP3K) .
7) Telah tersedia 53 Rencana Induk Pelabuhan (RIP), terdiri atas 43
lokasi yang ditetapkan oleh Menteri, 8 lokasi ditetapkan oleh
Gubernur, dan 2 lokasi yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
Selanjutnya, RIP yang telah disusun melalui APBN sebanyak 141
lokasi dan melalui APBD sebanyak 24 lokasi.

c. Fokus Area 3 (Penyempurnaan dan pelengkapan aturan perundang-


undangan)
1) Telah menyusun dokumen yang mengidentifikasikan penyusunan
turunan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan UU No.
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, UU No.1 Tahun 2014
tentang PWP3K, dan UU No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan:
2) Telah mereviu beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 30
Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
3) Telah mengidentifikasi tumpang tindih/ketidakselarasan antar-
peraturan perundang-undangan.
4) Berperan aktif dalam penyusunan Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 73 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil Tingkat Nasional.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 8



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

5) Saat ini, sedang dilakukan beberapa kegiatan dalam upaya
menyiapkan bahan sebagai materi dalam rancangan peraturan
perundang-undangan, antara lain tentang:
a) Kebijakan Pembangunan Kelautan;
b) Landas Kontinen Indonesia;
c) Kebijakan Industri Maritim dan Jasa Maritim;
d) Kebijakan Pendirian Bangunan Laut;
e) Kebijakan Budaya Bahari;
f) Kebijakan Pusat Fasilitas Kelautan;
g) Kebijakan Perencanaan Ruang Laut;
h) Kebijakan Izin Lokasi di Laut dan Tata Cara Sanksi Administratif;
i) Kebijakan Tata Kelola dan Kelembagaan Laut;
j) Kebijakan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Pembangunan Kelautan;
k) Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah Sumberdaya Ikan;
l) Zona Tambahan Indonesia;
m) Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Perairan Pulau-
Pulau Kecil;
n) Pedoman Pengelolaan data dan informasi Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
o) Pendanaan Suprastruktur Usaha Perikanan;
p) Pengawasan Perikanan;
q) Pemberian Penghargaan Kepada Aparat Penegak Hukum dan
Pihak yang Berjasa Dalam Penyelamatan Kekayaan Negara dari
Tindak Pidana Perikanan;
r) Rencana Aksi Nasional Penanganan dan Penanggulangan Illegal,
Unreported and Unregulated Fishing;
s) Syarat, Tata Cara Pemberian, Pencabutan, Jangka Waktu,
Luasan, dan Berakhirnya Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan;
t) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan Sekitarnya;
u) Perubahan Peruntukan dan Fungsi Zona Inti Kawasan Konservasi
untuk Dieksploitasi;
v) Batas Sempadan Pantai;
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 9

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

w) Penelitian dan Pengembangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;
x) Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan
y) Tata cara Penerbitan dan Pencabutan Izin serta Perubahan
Status Zona Inti.

d. Fokus Area 4 (Pengembangan Kapasitas Kelembagaan)


1) Telah mengidentifikasi lembaga yang terkait dengan pengelolaan
sektor kelautan
2) Telah melakukan upaya-upaya dalam rangka mewujudkan dan
mempertahankan Swasembada Garam Nasional, antara lain:
a) Menyusun draft Roadmap Swasembada Garam Nasional
b) Merekomendasikan importasi dari Ditjen Pengelolaan Ruang Laut
melalui usulan revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 58
Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Garam.
c) Menyiapkan Rancangan UU Perlindungan Nelayan, Pembudidaya
dan Petambak Garam
3) Telah melakukan upaya-upaya dalam penyusunan konsep
kelembagaan yang dapat mendukung pengembangan sektor
kelautan, antara lain:
a) Telah berhasil meningkatan kelas dua unit pelaksana teknis
lingkup Ditjen Perikanan Tangkap (dari sebelumnya setingkat
eselon IV menjadi eselon III).
b) Menyusun naskah akademik konsep kelembagaan Ditjen
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Ditjen PRL,
dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan, utamanya peningkatan dan/atau pembentukan unit
pelaksana teknis baru di daerah.
c) Telah berhasil memvalidasi lebih dari 1.300 pulau-pulau kecil
selama tahun 2015.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 10



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

e. Fokus Area 5 (Pengembangan Sistem Data dan Informasi)
1) Dalam melakukan identifikasi sistem data dan informasi terkait sektor
kelautan, telah menyiapkan mekanisme kerja forum data kelautan dan
perikanan serta tersedianya buku direktori penyedia data kelautan
dan perikanan.
2) Bersama-sama dengan Komisi Nasional Komisi Nasional Pengkajian
Sumber Daya Ikan, telah melakukan update data estimasi potensi
sumber daya ikan pada setiap wilayah pengelolaan perikanan.
3) Untuk pendataan hasil tangkapan melalui logbook, telah
diintegrasikan pada sistem aplikasi data sharing system (DSS) serta
penyiapan observer.
4) Telah melakukan upaya-upaya dalam rangka pengembangan sistem
data dan informasi yang terintegrasi, antara lain:
a) Membangun DSS dengan data ilmiah, seperti dinamika laut dan
data potensi SDI per WPP dapat diakses melalui domain:
http://integrasi.djpt.kkp.go.id)
b) Membangun aplikasi onemap KKP yang dapat mengintegrasikan
informasi geospasial lingkup KKP dan K/L dapat diakses pada:
http://onemap.kkp.go.id.
c) Membangun dashboard illegal fishing yang dapat diakses pada:
http://iuuf.kkp.go.id:8081.

f. Fokus Area 6 (Perbaikan Sistem Ketatalaksanaan Perizinan,


Pengelolaan Penerimaan Negara dan Pemberian Bantuan
Sosial/Hibah/Subsidi)
Dalam mereviu sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan negara,
dan pemberian bantuan sosial/hibah/subsidi yang dihubungkan dengan
ketersediaan peraturan perundang-undangan serta langkah-langkah
perbaikannya, telah mengupayakan:
1) Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 sebagai revisi
Perautan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2006 tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 11



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

2) Terbitnya Permen KP Nomor 36 Tahun 2015 tentang Kriteria dan
Pengelompokan Skala Kecil, Menengah dan Skala Besar dalam
Pungutan Hasil Perikanan.
3) Terbitnya Permen KP Nomor 38 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pungutan.
4) Revisi Permen KP Nomor 49 Tahun 2014 tentang Usaha Perikanan
Budidaya yang mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
5) Pembahasan harga patokan ikan sesuai revisi Permendag Nomor:
13/M-DAG/PER/511.
6) Mengintegrasikan sistem pembayaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) bidang perikanan tangkap melalui penataan perizinan
kapal penangkap ikan.
7) Terbitnya Permen KP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Bantuan Langsung Masyarakat di Bidang
Kelautan dan Perikanan.
8) Pelaksanaan evaluasi bantuan kapal ikan (Inka Mina) pada Tahun
2015.

g. Fokus Area 7 (Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak)


1) Telah mengidentifikasi jenis kewajiban pelaku usaha bidang kelautan
dan perikanan, yaitu:
a) Izin Usaha Perikanan
b) Izin Penangkapan Ikan
c) Izin Kapal Pengangkut Ikan
d) Izin Lokasi Pemanfaatan dan Izin Pelaksanaan Pemanfaatan
Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya
e) Izin Pemasukan Hasil Perikanan
2) Dalam hal tingkat pelaksanaan kewajiban pelaku usaha, sampai
dengan Desember 2015 telah berhasil mendapat data sebagai
berikut:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 12



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

a) Izin Usaha Perikanan, Izin Penangkapan Ikan, dan Izin Kapal
Pengangkut Ikan yang dapat diakses aplikasi perizinan perikanan
tangkap (http://www.perizinan.kkp.go.id/tracking)
b) Izin Lokasi Pemanfaatan dan Izin Pelaksanaan Pemanfaatan
Pulau Nipah di Kepulauan Riau (1 izin).
c) Izin Pemasukan Hasil Perikanan (417 izin).
3) Aktif mendorong pelaku usaha bidang perikanan tangkap untuk
menyampaikan dan mematuhi kewajibannya.

2. Rencana Aksi Pemerintah Pusat yang belum dilaksanakan


Berdasarkan laporan Perkembangan Rencana Aksi Pemerintah Pusat
atas Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNP-SDA)
Indonesia Sektor Kelautan per Desember 2015, terdapat beberapa
Rencana Aksi yang belum dilaksanakan, yaitu:
1) Implementasi sistem kadaster kelautan (Fokus Area 2; Rencana Aksi
No.27)
2) Implementasi sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan negara,
dan pemberian bantuan yang telah diperbaharui (Fokus Area 6;
Rencana Aksi No.82).
3) Integrasi sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan negara, dan
pemberian bantuan yang telah diperbaharui dengan sistem lainnya
(Fokus Area 6; Rencana Aksi No.83).
4) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kewajiban para pihak
(Fokus Area 7; Rencana Aksi No.88).
5) Mengambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut atas evaluasi
pelaksanaan kewajiban para pihak (Fokus Area 7; Rencana Aksi
No.89).

3. Progres Pelaksanaan Rencana Aksi di Tingkat Daerah


Terdapat dua jenis laporan yang harus disampaikan oleh Pemerintah Provinsi
dalam rangka GNP-SDA Indonesia Sektor Kelautan, yaitu Matrik Rencana
Aksi (terdiri atas 4 Fokus Area) dan Tabel Kewajiban Pelaku Usaha.
Berdasarkan rekapitulasi data laporan Rencana Aksi Pemerintah Provinsi
yang terbaru (per Juni 2016), pelaporan dari setiap provinsi untuk masih
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 13

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

belum sesuai harapan. Sesuai periode pelaporan yang ditetapkan KPK,
setiap provinsi harus melaporkan Rencana Aksi sebanyak tiga kali untuk
tahun 2015, yaitu Maret, Juni, dan Desember. Rekapitulasi frekuensi laporan
setiap provinsi disajikan dalam gambar 2.

4
11
15
4

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Belum pernah melaporkan Melaporkan 1 kali

Melaporkan 2 Kali Melaporkan 3 Kali

Gambar 2. Jumlah Provinsi Berdasarkan Frekuensi Pelaporan

Empat provinsi yang telah melaporkan secara tertib adalah Sumatera Utara,
Lampung, Bali, dan Kalimantan Tengah. Sedangkan provinsi yang belum
pernah melaporkan laporannya adalah Papua, Papua Barat, Bengkulu, dan
Kalimantan Timur. Adapun berdasarkan jumlah provinsi yang menyampaikan
laporan per periode (Maret, Juni, dan Desembeer 2015), dapat dilihat dalam
grafis berikut.

15

26

12

0 5 10 15 20 25 30

Desember Juni Maret

Gambar 3. Jumlah Laporan Provinsi Berdasarkan Periode Pelaporan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 14



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Selain dari sisi kepatuhan pelaporan, pelaporan dari pemerintah provinsi juga
dapat dilihat dari kelengkapan dokumen yang disampaikan, yaitu berupa bukti
pendukung dari setiap Rencana Aksi dan Tabel Kewajiban Pelaku Usaha
(data izin). Pada periode pelaporan Maret 2015, dari 12 laporan yang masuk,
hanya 3 provinsi yang lengkap (Matrik Rencana Aksi, dokumen pendukung,
dan data izin). Selebihnya (9 provinsi) rata-rata tidak menyampaikan
dokumen pendukung dan data izin.

Untuk pelaporan periode Juni, dari 26 laporan yang masuk, jumlah provinsi
yang laporannya berstatus lengkap bertambah satu dibandingkan periode
Maret, yaitu 4 laporan. Sedangkan 22 laporan lainnya secara umum masih
sama dengan 9 provinsi untuk periode laporan maret, yaitu tidak melengkapi
dengan dokumen pendukung dan data izin. Adapun untuk periode laporan
Desember 2015, dari 15 laporan yang masuk, 12 diantaranya sudah lengkap.
Sedangkan 3 laporannya lainnya kurang bukti peendukung dan data izin.

Rincian lengkap pelaporan Pemerintah Provinsi untuk GNP-SDA Indonesia


Sektor Kelautan disajikan dalam Lampiran 4.

4. Kendala dan Tantangan


Dalam pemenuhan Rencana Aksi Pemerintah Pusat, beberapa kendala yang
dihadapi, antara lain:
a. Penyusunan rencana tata ruang wilayah laut terkendala pada kelengkapan
dan ketersediaan data yang bersumber dari Kementerian/Lembaga
pemerintah lainnya. Terdapat 2 peta dasar dan 10 peta tematik untuk
penyusunan tata ruang laut bersumber dari Badan Informasi Geospasial
(BIG), Dishidros, Dittopad, P2O-LIPI, KLH, P3GL-ESDM, LAPAN, BPN,
BPPT, Kemendagri, KLHK, BPS, Kemenhan, UNDIP, IPB, HAPPI, UGM,
UNSOE, LPP Mangrove, dan Wetland Internasional. Demikian halnya
dengan penyediaan peta dasar LLN dan LPI yang bersumber dari BIG.
b. Percepatan penetapan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pengelolaan Pulau-pulau Kecil terkendala dengan adanya
perubahan kewenangan pengelolaan wilayah laut 0-12 mil dengan
terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Sebagai

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 15



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

informasi, terdapat lima provinsi yang sudah menetapkan RZWP3K dengan
Perda, harus direviu kembali untuk menyesuaikan dengan UU Nomor 23
Tahun 2014. Selanjutnya, penatapan Perda tidak semata-mata
kewenangan Pemerintah Provinsi, juga ditentukan oleh kebijakan dan
program legislasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi bersama-sama
dengan DPRD provinsi.
c. Belum dapat melakukan kajian konsep kadaster kelautan karena merujuk
pada UU No 1 Tahun 2014 tentang WP3K, tidak terdapat istilah kadaster
laut (pengelolaan hak).
d. Pengalihan Otoritas Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan dan CITES ke KKP
dan Pengalihan kewenangan (SDM, BMN, dan pengelolaan) kawasan
konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai amanat Pasal
78A dan Pasal 78B UU Nomor 1 Tahun 2014 terkendala pada adanya
benturan norma antar-peraturan, yaitu UU Nomor 1 Tahun 2014 dan UU
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
e. Masih terdapat kelemahan dalam mekanisme yang dapat mendorong dan
memantau kepatuhan pemenuhan kewajiban dari pelaku usaha.

Adapun tantangan dan kendala yang dihadapi Pemerintah Provinsi dalam


pemenuhan Rencana Aksinya, secara umum antara lain:
a. Keterbatasan sumber daya manusia aparatur dan tidak teersedianya
anggaran, khususnya untuk menyiapkan data tematik untuk penyusunan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
b. Akibat terbitnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, adanya perubahan kewenangan dalam bidang
pengelolaan wilayah laut 0 sampai dengan 12 mil dan aturan perizinan
terhadap kapal penangkap ikan
c. Belum terdapat mekanisme yang efektif untuk mendorong kepatuhan
pelaku usaha terhadap izin yang diterbitkan oleh pemerintah
d. Proses perizinan kapal penangkap ikan yang belum terintegrasi
e. Terbatasnya keberadaan syahbandar perikanan di wilayah kabupaten/kota

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 16



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

C. Monitoring Program Khusus
1. Penyusunan RZWP3K
a. Status Penyusunan RZWP3K
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil merupakan
rangkaian dari perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil yang diamanatkan Undang-Undang No.1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Keberadaan dokumen
RZWP3K dalam pengelolaan wilayah pesisir merupakan sebuah
keniscayaan. Pasal 17 UU Nomor 1 Tahun 2014 mengamanatkan
penerbitan izin lokasi di wilayah pesisir dan pulau kecil harus berdasarkan
dokumen rencana zonasi.
Sampai dengan triwulan II tahun 2016, perkembangan penyusunan
dokumen RZWP3K seluruh provinsi sangat beragam. Secara ringkas,
kemajuannya dapat diklasifikasikan dalam 3 (empat) kategori, yaitu: (i)
dokumen awal; (ii) dokumen antara; (iii) dokumen final. Status kamajuan
penyusunan dokumen RZWP3K setiap provinsi serta rencana tindak lanjut
tahun 2016 disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Kemajuan dan Tindak Lanjut Penyusunan


RZWP3K Provinsi
Rencana Tindak
No Provinsi Status Triwulan II 2016
Lanjut 2016
1 Kepulauan Riau Dokumen Final (Prioritas) Perda
2 Banten Dokumen Final (Prioritas) Perda
3 Jawa Tengah Dokumen Antara (Prioritas) Perda
4 Jawa Timur Dokumen Antara (Prioritas) Perda
5 Kalimantan Selatan Dokumen Final (Prioritas) Perda
6 Jambi Dokumen Final Perda
7 Sumatera Utara Dokumen awal Dokumen Final
8 Riau Dokumen Awal Dokumen Final
9 Sumatera Barat Dokumen Awal Dokumen Final
10 Sumatera Selatan Dokumen Final Dokumen Final
11 Lampung Dokumen Awal Dokumen Final
12 DKI Jakarta Dokumen Final Dokumen Final
13 Kalimantan Utara Dokumen Antara Dokumen Final
14 Kalimantan Tengah Dokumen Final Dokumen Final
15 Kalimantan Barat Dokumen Awal Dokumen Final
16 Kalimantan Timur Dokumen Awal Dokumen Final
17 Jawa Barat Revisi dokumen dan PERDA Dokumen Antara
18 Aceh Dokumen Awal Dokumen Awal
19 Bengkulu Dokumen Final Dokumen Awal
20 Bangka Belitung Dokumen Awal Dokumen Awal
21 D.I. Yogyakarta Revisi dokumen dan PERDA Dokumen Awal
22 Sulawesi Utara Dokumen Final (Prioritas) Perda

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 17



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Rencana Tindak
No Provinsi Status Triwulan II 2016
Lanjut 2016
23 Sulawesi Selatan Dokumen Antara (Prioritas) Perda
24 NTT Dokumen Final (Prioritas) Perda
25 Bali Dokumen Final Dokumen Final
26 NTB Dokumen Awal Dokumen Final
27 Gorontalo Dokumen Awal Dokumen Final
28 Sulawesi Barat Dokumen Final Dokumen Final
29 Sulawesi Tengah Dokumen Antara Dokumen Final
30 Sulawesi Tenggara Dokumen Antara Dokumen Final
31 Maluku Dokumen Awal Dokumen Final
32 Maluku Utara Dokumen Antara Dokumen Final
33 Papua Barat Dokumen Awal Dokumen Awal
34 Papua Dokumen Awal Dokumen Awal

Berdasarkan data dalam tabel di atas, terdapat 8 (delapan) provinsi yang


menjadi prioritas dan ditargetkan dokumen RZWP3K disahkan menjadi
Peraturan Daerah, yaitu Kepulaun Riau, Banten, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa
Tenggara Timur.

Khusus untuk Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Maluku Utara, dokumen RZWP3K-nya telah menjadi
Peraturan Daerah sebelum terbit Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah. Dengan terbitnya UU tersebut, keenam
provinsi tersebut harus direviu kembali dokumen RZWP3K-nya karena
kewenangan provinsi dalam hal pengelolaan wilayah laut berlaku dari 0
sampai dengan 12 mil (sebelumnya hanya dari 4 sampai dengan 12 mil).

b. Program Akselerasi Penyusunan RZWP3K


Dalam rangka mendorong pemerintah provinsi untuk menyusun dokumen
RZWP3K, KKP selaku kementerian teknis yang menangani pengelolaan
wilayah laut dan pesisir telah melakukan banyak upaya, antara lain:
1) Menyiapkan Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan
WP3K Provinsi, yang meliputi:
a) Pedoman Teknis Penyusunan Peta RZWP3K;
b) Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K (Perdirjen 43/KEP-
DJKP3K/2013);
c) Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K (Perdirjen 44/KEP-
DJKP3K/2013);

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 18



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

d) Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K (Perdirjen 45/KEP-
DJKP3K/2013);
e) Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K (Perdirjen 46/KEP-
DJKP3K/2013);
2) Melaksanakan sosialisasi tentang pengelolaan wilayah laut, pesisir,
dan pulau-pulau kecil kepada unsur-unsur Pemerintahan Daerah;
3) Melaksanakan bimbingan teknis secara bertahap mengenai
penyusunan RZWP3K kepada anggota Pokja/Badan Koordinasi
Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
4) Melakukan rapat koordinasi nasional dan rapat-rapat dengan unsur-
unsur terkait Pemerintahan Daerah guna mengakselerasi Perda
RZWP3K
5) Fasilitasi anggaran penyusunan RZWP3K kepada Pemda melalui Dana
Dekonsentrasi
6) Memberikan asistensi, supervisi, dan konsultasi teknis kepada daerah
selama proses penyiapan RZWP3K.

Khusus untuk tahun 2016, KKP telah merancang program akselerasi


penyusunan dokumen RZWP3K provinsi seluruh Indonesia, yaitu:
1) Bimbingan Teknis Penyusunan RZWP3K (telah dilaksanakan Pada
Maret 2016)
2) Melaksanakan Rapat Kerja Teknis Penyusunan RZWP3K yang
bertujuan untuk akselerasi status dan progres penyusunan RZWP3K
(awal Juni 2016)
3) Sejak awal tahun sampai dengan saat ini, telah:
a) melaksanakan konsultasi teknis penyusunan RZWP3K di Pusat,
sebagai forum konsultasi bagi pemerintah provinsi dalam
menyusun materi, data, dan peta yang diperlukan dalam
penyusunan RZWP3K
b) melaksanakan pendampingan penyusunan RZWP3K di daerah,
khususnya diskusi kelompok terfokus (Focus Group
Discussion/FGD) dan konsultasi publik.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 19



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

c. Kendala dan Hambatan
Secara umum, kendala yang dihadapi oleh pemerintah provinsi dalam
penyusunan dokumen RZWP3K dapat dibedakan berdasarkan faktor
penyebab, yaitu teknis/administratif dan politis. Secara teknis/administratif,
kendala yang dihadapi antara lain:
1) kurangnya data tematik tentang pesisir dan laut di daerah, misalnya
untuk peta LPI hingga sat ini belum mencakup selurh wilayah perairan
Indonesia;
2) terbatasnya sumberdaya manusia dan anggaran;
3) data tematik dari instansi lain belum dapat diperoleh, seperti peta dasar
digital (RBI dan LPI) sebagai referensi dalam pembuatan peta-peta
tematik.
4) dalam hal peta dasar, peta LPI (sebagai peta dasar yang digunakan
dalam penyusunan RZWP3K) yang dikeluarkan dari Badan Informasi
Geospasial (BIG) masih menggunakan mean sea level. Sedangkan
dalam UU No.23 Tahun 2014, mengatur wilayah provinsi berdasarkan
pasang air laut tertinggi, sehingga akan berdampak pada adanya
perbedaan batas wilayah pantai saat dilakukan overlay.
Adapun secara politis, antara lain disebabkan oleh:
1) perubahan kewenangan pengelolaan wilayah laut dan pesisir adalah
terbitnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, yang menghapus kewenangan pemerintah kabupaten/kota
dalam pengelolaan wilayah laut dari 0 sampai dengan 4 mil. Dengan
demikian, pemerintah provinsi harus memasukkan dan/atau
menggabung data dan peta wilayah laut 0 sampai dengan 4 mil ke
dalam dokumen RZWP3K 4 sampai dengan 12 mil.
2) legislasi dokumen RZWP3K yang melalui proses di Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Provinsi), mengingat dokumen RZWP3K harus
ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Kondisi ini turut
memperlambat proses pengesahan RZWP3K karena harus untuk
pengesahan sebuah Perda, harus melalui program legislasi daerah
(secara administratif) dan proses pembahasan substansinya.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 20



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

2. Pengukuran Ulang Kapal Ikan
a. Pengukuran Ulang Kapal Ikan
Pengukuran kapal penangkap ikan merupakan salah satu upaya
penanganan praktik perikanan yang ilegal, tidak diatur, dan tidak dilaporkan
(illegal, unreported, and unregulated/IUU). Isu ini merupakan arus utama
kebijakan KKP dibawah kepemimpinan Menteri Susi Pudjiastuti. Bersama-
sama dengan Kementerian Perhubungan, KKP berkoordinasi secara intens
dan terus menerus untuk memperbaiki tata kelola perizinan kapal
penangkap ikan.
Di lapangan, banyak ditemui kondisi bahwa kapal perikanan yang memiliki
ukuran yang tidak sesuai kondisi fisik, yaitu ukuran kapal dalam dokumen
perizinan lebih kecil dari ukuran kapal yang sebenarnya (mark down).
Selain itu, juga terkait dengan ketidaksesuaian jumlah kapal penangkap
ikan yang terdaftar di Kementerian Perhubungan dengan data yang dimiliki
KKP. Saat ini, proses pengukuran ulang kapal penangkap ikan dilakukan
secara intens oleh KSOP (unit pelaksana teknis dari Kementerian
Perhubungan) yang perkembangannya disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Pengukuran Ulang Kapal Penangkap Ikan


Jumlah Kapal yang Status Pengukuran (Unit)
No Lokasi
Diukur Ulang (Unit) Sesuai Tidak sesuai
1 Ambon 36 36
2 Balikpapan 22 10 12
3 Banjarmasin 21 12 9
4 Banten 14 12 2
5 Batang 3 3
6 Belawan 26 13 13
7 Bengkulu 24 23 1
8 Benoa 166 126 40
9 Bitung 77 69 8
10 Cilacap 56 56
11 Cirebon 15 12 3
12 Gorontalo 24 23 1
13 Indramayu 4 4
14 Jayapura 7 5 2
15 Jenoponto 4 1 3
16 Juwana 87 44 43
17 Kijang 9 8 1

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 21



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Jumlah Kapal yang Status Pengukuran (Unit)
No Lokasi
Diukur Ulang (Unit) Sesuai Tidak sesuai
18 Kupang 50 17 33
19 Labuan 16 15 1
20 Lhokseumawe 13 12 1
21 Makasar 17 17
22 Malayati 4 4
23 Manado 30 26 4
24 Meruake 8 6 2
25 Muara Angke 18 2 16
26 Muara Baru 82 53 29
27 Nunukan 1 1
28 Pare-pare 6 3 3
29 Pontianak 13 13
30 Probolinggo 19 19
31 Rembang 4 2 2
32 Semarang 1 1
33 Sibolga 48 43 5
34 Sorong 9 4 5
35 Sunda Kelapa 65 23 42
36 Tarempa 1 1
37 Tanung Balai Asahan 15 15
38 Tanung Balai Karimun 46 21 25
39 Tegal 12 6 6
40 Teluk bayur 49 27 22
TOTAL 1122 772 350

b. Gerai Pelayanan Perizinan Kapal Penangkap Ikan


Dalam upaya mendekatkan pelayanan perizinan kapal penangkap ikan
kepada nelayan di daerah-daerah, KKP bersama-sama dengan instansi
terkait (baik Pusat maupun Daerah), sejak tahun 2016 meluncurkan
program Gerai Pelayanan Perizinan Kapal penangkap ikan.

Selain untuk memberikan kemudahan perizinan kepada nelayan (karena


proses perizinan yang terpadu antar-instansi yang terkait), dampak lain dari
adanya gerai ini juga meningkatkan perolehan penerimaan negara bukan
pajak dari bidang perikanan tangkap. Rencana lokasi gerai perizinan
perikanan tangkap disajikan dalam gambar 3.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 22



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Belawan (11/29)

TB. Asahan [-/15]



Sibolga Balikpapan (-/12) Bitung
(7/5) Pemangkat (47/-)



Bungus [14/22] Palu [3/-] Kwandan
Teluk Batang

Sungai Rengas (61/-)
4)
/2 Banjarmasin (190/9)
3
Jaka Baring n (3
[10/-] ma )
ch /5 ] Kendari (1
Za (11 [-/3 6]
am
ay
u [-/
Niz an an -]
d ram awan long 2 3 2/
Lempasing [56/-] In j k a ti [
Ke Pe Pa ng
n do
o
Br
Mayangan [71/-]
Pel. Ratu
Prigi [53/-]

Pengambengan [56/-] Benoa [-/40]

Kupang [-/33]

Gambar 4. Sebaran Rencana Lokasi Gerai Perizinan


Kapal Penangkap Ikan

Berdasarkan informasi dalam gambar 3, KKP menargetkan membuka gerai


perizinan di 31 lokasi di seluruh Indonesia pada tahun 2016. Sebaran
lokasinya, baik di lokasi pelabuhan perikanan yang menjadi unit pelaksana
teknis KKP atau di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh
provinsi/kabupaten/kota.

Terdapat beberapa informasi yang berhasil dipetakan terkait dinamika


dalam pelaksanaan gerai perizinan. Untuk lokasi yang ditandai dengan
warna hijau, menginformasikan lokasi-lokasi kegiatan pelayanan
perizinannya sudah dilaksanakan . Adapun lokasi yang berwarna kuning,
berdasarkan data dari Syahbandar/Perhubungan Laut bahwa kapal-kapal
yang ada di lokasi tersebut sudah melakukan pengukuran ulang dan telah
siap untuk memperbaharui izin melalui gerai perizinan. Sedangkan untuk
lokasi yang ditandai dengan warna merah, merupakan lokasi-lokasi yang

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 23



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

status kapanya masih perlu dilakukan pengukuran ulang dan sangat
membutuhkan pelayanan perizinan melalui gerai.

Sampai dengan semester I 2016, KKP telah membuka gerai perizinan di 6


(enam) lokasi dengan jumlah izin (SIUP dan SIPI) yang terbit sebanyak 169
dokumen (SIUP 88 dokumen dan SIPI 81 dokumen). Lokasi dan rincian
jumlah izin yang terbit disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Izin (SIUP dan SIPI) yang Diterbitkan pada Gerai
Perizinan Kapal penangkap ikan
IZIN TERBIT
NO LOKASI GERAI
SIUP TERBIT SIPI TERBIT JUMLAH
1 PPS BELAWAN 11 29 40
2 PPS BITUNG 10 7 17
3 PPS NIZAM ZAHMAN 33 24 57
4 PPS KENDARI 16 11 27
5 PPN SIBOLGA 7 5 12
6 DKP INDRAMAYU 11 5 16
TOTAL 88 81 169

Melalui proses pelayanan di Pusat maupun Gerai di daerah-daerah,


realisasi PNBP dari bidang perikanan tangkap sampai dengan periode Juli
2015 adalah sebesar Rp26 Milyar. Adapun perolehan PNBP pada periode
yang sama tahun 2016, mencapai Rp160 Milyar (mengalami peningkatan
lebih dari 600%). Peningkatan yang signifikan tersebut, selain peningkatan
volume izin yang diterbitkan, juga karena terdapat peningkatan harga
satuan pungutan perikanan sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah
Nomor 75 tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

c. Kendala dan Hambatan


Beberapa kendala dan hambatan dalam pelaksanaan pengukuran ulang
kapal penangkap ikan dan gerai pelayanan perizinan kapal penangkap
ikan, adalah:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 24



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

1) Dalam pengukuran ulang kapal penangkap ikan, masih terdapat
pemilik kapal penangkap ikan yang keberatan untuk mengukur ulang
kapal miliknya.
2) Gerai pelayanan perizinan:
a) ketidaksiapan pemilik kapal penangkap ikan, seperti
kekuranglengkapan dokumen yang dipersyaratkan
b) ketidaksiapan instansi terkait di daerah dalam memberikan
kemudahan kepada pemilik kapal penangkap ikan, seperti masih
terdapat Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang
belum melaksanakan pengukuran ulang kapal.

3. Reklamasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil


a. Status Reklamasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Pelaksanaan reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi
monitoring khusus GNPSDA mencakup beberapa provinsi, yaitu DKI
Jakarta (Teluk Jakarta terdiri dari 17 pulau), Bali (Teluk Benoa), Jawa
Timur (Pelabuhan Perikanan Lamongan), Kalimantan Timur (Coastal Area),
Sulawesi Selatan (COI) dan Sulawesi Utara (Tanjung Merah).
Perkembangan dan status pelaksanaan reklamasi di 6 (enam) provinsi
tersebut adalah sebagai berikut:
1) DKI Jakarta
Pelaksanaan evaluasi dan kajian secara intensif oleh Komite Bersama
(dipimpin oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman). Komite
Bersama Reklamasi Pantura Jakarta terdiri dari 3 tim, yaitu:
a) Tim Pertama, bertugas memberikan pertimbangan lingkungan
(dikoordinir oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/
KLHK),
b) Tim Kedua, bertugas memberikan pertimbangan teknis dan
kebijakan (dikoordinir oleh KKP c.q. Direktorat Jenderal PRL)
c) Tim Ketiga, bertugas memberikan pertimbangan regulasi dan
perizinan (dikoordinir oleh Kementerian Koordintaor Kemaritiman)
Perkembangan terakhir dari pelaksanaan reklamasi di pantau utara
Jakarta ini, dari 17 pulau yang direncanakan, Tim Bersama telah

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 25



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

memutuskan penghentian kegiatan reklamasi salah salah satu pulau,
yaitu Pulau G.
Penghentian yang dimaksud adalah penghentian permanen, artinya
tidak dapat dilanjutkan kembali dan tidak diperbolehkan untuk
melakukan aktifitas apapun. Alasan Tim Bersama yang menghentikan
reklamasi Pulau G karena berdasakan hasil evaluasi, banyak
ditemukan pelanggaran berat dalam pelaksanaannya.

2) Bali
Saat ini, pemrakarsa reklamasi sedang mengajukan permohonan
perpanjangan izin lokasi reklamasi dan sedang dalam proses
penyusunan AMDAL di KLHK untuk memenuhi persyaratan
permohonan izin pelaksanaan.
3) Jawa Timur
Masih sebatas diskusi awal karena pemrakarsa belum mengajukan
permohonan resmi.
4) Kalimantan Timur
Rencana reklamasi termasuk dalam Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan (DLKr)/Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp),
sehingga sesuai ketentuan perundang-undangan, proses perizinannya
di Kementerian Perhubungan.
5) Sulawesi Selatan
Rencana reklamasi termasuk dalam Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan (DLKr)/Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp),
sehingga sesuai ketentuan perundang-undangan, proses perizinannya
di Kementerian Perhubungan.
6) Sulawesi Utara
Izin lokasi sudah diterbitkan pada 28 Januari 2015, namun belum
diperoleh informasi terakhir tentang perkembangan proses perizinan
berikutnya dari pemrakarsa.
Informasi lebih lanjut berupa bentuk reklamasi, luasan, permasalah dan
rekomendasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
b. Tinjauan Terhadap Reklamasi Pantai Utara Jakarta
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 26

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Ditjen Perencanaan Ruang Laut KKP telah melakukan kajian teknis dan
kebijakan terkait kegiatan reklamasi pantai utara Jakarta, berdasarkan
jumlah pulau reklamasi, baik yang sudah dilaksanakan maupun dalam
proses pelaksanaan.
Rincian kondisi, status izin, dan permasalahan pada setiap pulau reklamasi
diuraikan sebagai berikut:

1) Pulau A
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P5 dan P2 (sekurang-kurangnya 200 m dari
surut terendah hingga kedalaman laut 8 meter), pengaturannya
dalam Perpres nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
dan Cianjur.
(2) Pulau A1 masuk dalam DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Terdapat Keramba Jaring Apung (KJA) dan Sero
(4) Sebelah barat Pulau A terdapat Pipa Gas (Avtur) untuk
Bandara Soekarno-Hatta
(5) Sebelah timur laut Pulau A1 terdapat 2 Pulau (P. Onrust, P.
Kayangan)
(6) Sebelah barat Pulau A1 terdapat muara Sungai Cikapidilan
dan sebelah selatan terdapat muara Kali Tahang
(7) Belum dibangun dan belum ada AMDAL
(8) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, Zona Terbuka Hijau).
b) Status Izin:
(1) Izin prinsip Pulau A1 (Surat Gub. DKI No. 1289/-1.794.2) yang
telah berakhir 21 September 2013.
(2) Sebagian masuk dalam Surat Izin Kerja Reklamasi (SIKR)
c) Permasalahan:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 27



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(1) Potensi konflik dengan nelayan dan pembudidaya ikan (sero
dan KJA), potensi erosi di P. Onrust dan P. Kayangan
(2) Potensi pendangkalan di muara sungai akibat perlambatan
arus
(3) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp,
tidak ada kajian sumber bahan urugan
(4) Izin prinsip berakhir September 2013
(5) Tidak ada kajian bahan urugan
(6) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
(7) Resiko kehilangan aset usaha dan sumber pendapatan untuk
pembudidaya

2) Pulau B
a) Kondisi
(1) Masuk dalam zona P5 dan P2 (sekurang-kurangnya 200 m dari
surut terendah hingga kedalaman laut 8 m), pengaturannya
dalam Perpres nomor 54 tahun 2008.
(2) Pulau B1 masuk dalam dalam DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Terdapat KJA dan Sero
(4) Terdapat muara Kali Tahang, muara Kali Perancis, Kali Kamal,
TPI Dadap dan sentra perikanan Kamal Muara dengan
(5) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau,
Zona Terbuka Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, dan
Zona Lindung
(6) Belum dibangun dan belum ada AMDAL
b) Status Izin:
(1) Izin prinsip Pulau B1 (Surat Gub. DKI No. 1289/-1.794.2.), telah
berakhir pada 21 September 2013.
(2) Sebagian masuk SIKR
c) Permasalahan:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 28



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(1) Potensi konflik dengan nelayan dan pembudidaya ikan (sero
dan KJA)
(2) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(3) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(4) Tidak ada kajian sumber bahan urugan
(5) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
(6) Resiko kehilangan aset usaha dan sumber pendapatan untuk
pembudidaya

3) Pulau C
a) Kondisi:
(1) Perpres 54/2008, Pulau C masuk dalam zona P5 dan P2
(sekurang-kurangnya 200 meter dari surut terendah hingga
kedalaman laut 8 m)
(2) Pulau C masuk dalam DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Sebelah barat laut Pulau C terdapat aktifitas perikanan
(KJA/Sero)
(4) Sebelah barat Pulau C terdapat muara Kali Perancis, Kali
Kamal dan sentra perikanan Kamal Muara
(5) Sebelah tenggara Pulau C terdapat muara Tol Drain
(6) Sisi Barat Daya Pulau C terdapat mangrove
(7) Sudah dilakukan reklamasi dengan cara pengurugan tanpa
tanggul/revetment
(8) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau,
Zona Terbuka Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, dan
Zona Lindung.
b) Status Izin:
(1) Pulau C sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 804/-
1.794.2. ) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No.
1417/2012)
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 29

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(2) Sebagian masuk SIKR untuk Pulau B1 (Kep. Dirjen Hubla No.
BX-589/PP207) tanggal 16 November 2015
c) Permasalahan:
(1) Adanya reklamasi Pulau C (dan Pulau D) menyebabkan
pelambatan kecepatan arus dari 20 cm/detik menjadi 2
cm/detik
(2) Pengurugan tanpa tanggul/revetment dibangun terlebih dahulu
yang mengakibatkan sedimentasi di kanal lateral dan di kanal
vertikal dan berdampak pada menyatunya Pulau C (dan Pulau
D)
(3) Terjadi pendangkalan di muara sungai
(4) Tidak ada kajian ketersediaan air bersih dan kebutuhan bahan
urugan
(5) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(6) Terganggunya relasi jaringan sosial
(7) Resiko kehilangan aset usaha dan sumber pendapatan untuk
pembudidaya
(8) Nelayan mengalami permasalahan penurunan pendapatan,
peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh yang
semakin jauh

4) Pulau D
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P5 (sekurang-kurangnya 200 (dua ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Masuk DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Sisi barat daya Pulau D terdapat Tol Drain
(4) Sisi selatan Pulau D terdapat muara Cengkareng Drain dan
mangrove
(5) Sudah dilakukan reklamasi dengan cara pengurugan tanpa
tanggul/revetment
(6) Terdapat longsoran di beberapa titik

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 30



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(7) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau,
Zona Terbuka Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, dan
Zona Lindung
b) Status Izin:
(1) Pulau D sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 1571/-
1.711) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No. 1491/2010)
(2) Sebagian masuk SIKR untuk Pulau B1 (Kep. Dirjen Hubla No.
BX-589/PP207) tanggal 16 November 2015
c) Permasalahan:
(1) Adanya reklamasi Pulau C dan D menyebabkan pelambatan
kecepatan arus dari 20 cm/detik menjadi 2 cm/detik
(2) Terjadi pendangkalan di muara sungai
(3) Pengurugan tanpa tanggul/revetment dibangun terlebih dahulu
yang mengakibatkan sedimentasi di kanal lateral dan di kanal
vertikal dan berdampak pada menyatunya Pulau C dan D
(4) Arah arus sungai dan arah gerakan sedimen yang berubah
(terdefleksi ke kanan) akibat pembangunan pulau D yang
letaknya terlalu dekat dengan muara sungai.
(5) Tidak ada kajian ketersediaan air bersih dan kebutuhan bahan
urugan
(6) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKR dan DLKP
(7) Terganggunya relasi jaringan sosial
(8) Nelayan mengalami permasalahan penurunan pendapatan,
peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh yang
semakin jauh

5) Pulau E
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P5 (sekurang-kurangnya 200 (dua ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m), Perpres 54/2008

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 31



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(2) Masuk DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Sebelah barat daya rencana Pulau E terdapat muara
Cengkareng Drain dan sebelah tenggara terdapat muara Kali
Angke/Banjir Kanal Barat dan sentra nelayan Muara Angke,
dan sisi selatan Pulau E terdapat mangrove
(4) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(5) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau,
Zona Terbuka Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, dan
Zona Lindung
b) Status Izin:
(1) Sebagian masuk SIKR
(2) Pulau E sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 804/-
1.794.2.) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No.
1417/2012)
c) Permasalahan:
(1) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(2) Pendangkalan yang terjadi mengakibatkan rencana reklamasi
Pulau E bersinggungan dengan tanah timbul
(3) Tidak ada kajian ketersediaan air bersih dan kebutuhan bahan
urugan
(4) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKR dan DLKP
(5) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
(6) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh
yang semakin jauh.

6) Pulau F
a) Kondisi:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 32



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Masuk dalam DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Sebelah barat daya rencana Pulau F terdapat muara Kali
Angke
(4) Sebelah selatan rencana Pulau F terdapat kawasan
pemukiman dan PPI Muara Angke (sentra perikanan Muara
Angke).
(5) Sebagian rencana Pulau F masuk dalam area dilarang labuh
jangkar
(6) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
b) Status Izin:
(1) Pulau F sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 544/-
1.794.2.) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No.
2268/2015)
(2) Belum memiliki SIKR
c) Permasalahan:
(1) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar (artinya, berada di
jalur pelayaran)
(2) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus. Sisi barat daya Rencana Pulau F
hanya berjarak 94 meter dengan tanah timbul akibat
pendangkalan (Muara Kali Angke)
(3) Tidak ada kajian ketersediaan air bersih dan kebutuhan bahan
urugan
(4) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKR dan DLKP
(5) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
(6) Potensi konflik dengan alur pelayaran dari/ke PPI Muara Angke
(7) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh
yang semakin jauh
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 33

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

7) Pulau G
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Masuk DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa
(3) Sebelah tenggara rencana Pulau G terdapat PLTU kanal intake
PLTU dan muara Kali Duri Ledeng
(4) Sebelah timur rencana Pulau G terdapat pipa bawah laut
(5) Sebelah barat daya rencana Pulau G terdapat pemukiman dan
PPI Muara Angke (sentra perikanan Muara Angke).
(6) Sebagian rencana Pulau G masuk dalam areal dilarang labuh
jangkar
(7) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(8) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau,
Zona Terbuka Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, Zona
Lindung dan Zona Perumahan Vertikal
b) Status Izin:
(1) Pulau G sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 542/-
1.794.2.) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No.
2238/2014)
(2) Sudah memiliki SIKR dari Kementerian Perhubungan (Kep
Dirjen Hubla No. BX-422/PP207) pada tanggal 16 November
2015 2015
c) Permasalahan:
(1) Potensi konflik dengan alur pelayaran dari/ke PPI Muara
Angke
(2) Bersinggungan dengan breakwater PPI Muara Angke
(3) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 34



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(4) Potensi gangguan terhadap instalasi pipa bawah laut
(5) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
(6) Potensi gangguan terhadap instalasi dan operasi PLTU,
(7) Tidak ada kajian ketersediaan air bersih dan kebutuhan bahan
urugan
(8) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(9) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
(10) Potensi konflik dengan alur pelayaran dari/ke PPI Muara
Angke
(11) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak
tempuh yang semakin jauh
(12) Dalam amdal dikatakan dampaknya positif namun dengan
membangun tanggul antar pulau G dan breakwater inlet (sulit
dilaksanakan karena tanggul tersebut akan menimpa pipa).

8) Pulau H
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Masuk dalam DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan
Tanjung Priok
(3) Sebelah utara rencana Pulau H terdapat pipa bawah laut
(4) Sebelah selatan rencana Pulau H terdapat PPS Nizam
Zahman
(5) Sebagian rencana Pulau H masuk dalam areal dilarang labuh
jangkar
(6) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(7) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perumahan, Zona
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau,

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 35



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Zona Terbuka Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, Zona
Lindung dan Zona Perumahan Vertikal
b) Status Izin:
(1) Pulau H sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 543/-
1.794.2. ) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No.
2637/2015)
(2) Belum ada SIKR

c) Permasalahan:
(1) Rencana pembangunan causeway yang menghubungkan
Pantai Mutiara dan Pulau H dengan struktur masif
mengganggu alur peyaran dan sirkulasi arus
(2) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar (keselamatan
pelayaran?)
(3) Potensi gangguan terhadap instalasi pipa bawah laut
(4) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(5) Tidak ada kajian ketersediaan air bersih dan kebutuhan bahan
urugan
(6) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
(7) Potensi konflik dengan alur pelayaran dari/ke PPS Nizam
Zahman
(8) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh
yang semakin jauh

9) Pulau I
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Masuk DLKr Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Tanjung
Priok

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 36



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(3) Rencana Pulau I berada diatas kabel bawah laut
(4) Sebelah selatan rencana Pulau I terdapat Pelabuhan Sunda
Kelapa
(5) Sebelah barat daya rencana pulau I terdapat muara Kali Anak
Ciliwung I
(6) Sebagian rencana Pulau I masuk dalam areal dilarang labuh
jangkar
(7) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
b) Status Izin:
(1) Izin prinsip Pulau I (1) PT. Pembangunan Jaya Ancol (Surat
Gub. DKI No. 1275/-1.794.2.) berakhir tanggal 21 September
2013 dan belum memiliki izin pelaksanaan
(2) Pulau I (2) PT. Jaladri Kartika Paksi sudah memiliki izin prinsip
(Surat Gub. DKI No. 541/-1.794.2.) dan izin pelaksanaan (Kep.
Gub. DKI No. 2269/2015)
(3) Belum ada SIKR
c) Permasalahan:
(1) Potensi konflik dengan alur pelayaran dari/ke Pelabuhan
Sunda Kelapa
(2) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar (keselamatan
pelayaran)
(3) Potensi gangguan terhadap instalasi kabel bawah laut
(4) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(5) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(6) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial

10) Pulau J
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 37



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(2) Masuk dalam DLKr Pelabuhan Tanjung Priok
(3) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar Rencana
(4) Berada diatas kabel bawah laut
(5) Sebelah selatan rencana Pulau I terdapat Marina Jaya Ancol
dan Muara Kali Ciliwung
(6) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(7) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perkantoran,
Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau, Zona Terbuka
Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, Zona Lindung dan
Zona Perumahan Vertikal
b) Status Izin:
(1) Izin prinsip Pulau J (Surat Gub. DKI No. 1276/-1.794.2. )
berakhir tanggal 21 September 2013 dan belum memiliki izin
pelaksanaan
(2) Belum memiliki SIKR
c) Permasalahan:
(1) Potensi konflik dengan alur pelayaran dari/ke Pelabuhan
Sunda Kelapa
(2) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar (keselamatan
pelayaran)
(3) Potensi gangguan terhadap instalasi kabel bawah laut
(4) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(5) Tidak ada kajian sumber bahan urugan
(6) Berpotensi mengganggu fishing ground sebagai sumber
penghidupan masyarakat perikanan, resiko kehilangan aset
usaha dan sumber pendapatan untuk nelayan
(7) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial

11) Pulau K
a) Kondisi:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 38



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(1) rencana Pulau K masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya
300 (tiga ratus) meter dari surut terendah, titik-titik terluar
hingga kedalaman laut 8 m) - Perpres 54/2008,
(2) Menempel dengan daratan.
(3) Masuk dalam DLKr Pelabuhan Tanjung Priok
(4) Rencana Pulau K masuk dalam areal dilarang labuh jangkar
(5) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(6) Sebelah barat rencana Pulau K terdapat Marina Jaya Ancol
dan Muara Kali Ciliwung
(7) Sebelah selatannya terdapat kawasan wisata Taman Impian
Jaya Ancol
(8) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Perkantoran, Perdagangan
dan Jasa, Zona Terbuka Hijau, Zona Terbuka Biru, Zona
Pelayanan Umum dan Sosial, Zona Lindung
b) Status Izin:
(1) Pulau K sudah memiliki izin prinsip (Surat Gub. DKI No. 540/-
1.794.2.) dan izin pelaksanaan (Kep. Gub. DKI No.
2485/2015)
(2) Sudah memiliki SIKR dari Kementerian Perhubungan (Kep.
Dirjen Hubla BX-406/PP207 ) pada tanggal 11 Agustus 2015)
c) Permasalahan:
(1) Menempel dengan daratan (seharusnya sekurang-kurangnya
300 (tiga ratus) meter dari surut terendah)
(2) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar
(3) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(4) Tidak ada kajian sumber bahan urugan

12) Pulau L
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 39



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(2) Masuk dalam DLKr Pelabuhan Tanjung Priok
(3) Sebagian rencana Pulau L masuk dalam areal dilarang labuh
jangkar
(4) Rencana Pulau L berada diatas pipa bawah laut
(5) Sebelah Selatan rencana Pulau L terdapat Taman Impian Jaya
Ancol
(6) Rencana Pulau L menempel dengan kawasan dumping hasil
dredging Pantai Utara Jakarta (menempel daratan)
(7) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(8) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perkantoran,
Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau, Zona Terbuka
Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, Zona Lindung dan
Zona Perumahan Vertikal
b) Status Izin:
(1) Izin prinsip Pulau L (Surat Gub. DKI No. 1296/-1.794.2.)
berakhir pada tanggal 21 September 2013 dan belum memiliki
izin pelaksanaan
(2) Belum memiliki SIKR
c) Permasalahan:
(1) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar
(2) Menempel dengan daratan (seharusnya sekurang-kurangnya
300 (tiga ratus) meter dari surut terendah)
(3) Potensi gangguan terhadap instalasi pipa bawah laut
(4) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(5) Tidak ada kajian sumber bahan urugan
(6) Berpotensi mengganggu fishing ground sebagai sumber
penghidupan masyarakat perikanan, resiko kehilangan aset
usaha dan sumber pendapatan untuk nelayan
(7) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial

13) Pulau M

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 40



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Masuk dalam DLKr Pelabuhan Tanjung Priok
(3) Sebagian rencana Pulau M masuk dalam areal dilarang labuh
jangkar
(4) Rencana Pulau M sama dengan areal berlabuh kapal-kapal
tunda dan tongkang
(5) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Campuran (hunian,
perdagangan dan jasa secara vertikal), Zona Perkantoran,
Perdagangan dan Jasa), Zona Terbuka Hijau, Zona Terbuka
Biru, Zona Pelayanan Umum dan Sosial, Zona Lindung Zona
Perumahan Vertikal, dan Zona Pelabuhan
(6) Sebelah tenggara rencana Pulau M terdapat Dermaga TNI
AL yang saat ini tengah diperluas
(7) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
b) Status Izin:
(1) Izin prinsip Pulau M (Surat Gub. DKI No. 1283/-1.794.2.)
berakhir pada tanggal 21 September 2013 dan belum memiliki
izin pelaksanaan
(2) Belum memilik SIKR
c) Permasalahan:
(1) Masuk dalam areal dilarang labuh jangkar
(2) Konflik ruang dengan areal labuh kapal tunda dan tongkang
(3) Potensi mengganggu manuver kapal TNI AL
(4) Tidak sesuai dengan ketentuan peruntukan DLKr dan DLKp
(5) Tidak ada kajian sumber bahan urugan
(6) Berpotensi mengganggu fishing ground sebagai sumber
penghidupan masyarakat perikanan, resiko kehilangan aset
usaha dan sumber pendapatan untuk nelayan
(7) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 41

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

14) Pulau N
a) Kondisi:
(1) Berdasar Perpres 54/2008, rencana Pulau N masuk dalam
zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) meter dari surut
terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman laut 8 m)
(2) Rencana pulau N merupakan bagian dari rencana
pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok
(3) Selatan Pulau N terdapat Muara Kali Lagoa
(4) Barat daya Pulau N terdapat sentra perikanan (TPI Kalibaru)
(5) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(6) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Pelabuhan, pergudangan
dan industri
b) Status Izin:
Sudah memiliki SIKR dari Kementerian Perhubungan (Kep. Dirjen
Hubla BX-300/PP207) pada tanggal 16 Juni 2015)
c) Permasalahan:
(1) Potensi konflik dengan nelayan Kalibaru
(2) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(3) Bagaimana dengan izin prinsip dan izin pelaksanaan

15) Pulau O
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Tenggara Pulau O terdapat Muara Kali Sunter
(3) Sebelah selatan terdapat sentra perikanan (TPI Kalibaru dan
Cilincing)
(4) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 42



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(5) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Pelabuhan, pergudangan
dan industri.
b) Status Izin:
Izin prinsip Pulau O (Surat Gub. DKI No. 1281/-1.794.2.) berakhir
pada tanggal 21 September 2013 dan belum memiliki izin
pelaksanaan
c) Permasalahan:
(1) Potensi konflik dengan nelayan Kalibaru dan Cilincing
(2) Tidak ada kajian sumber bahan urugan
(3) Berpotensi mengganggu fishing ground sebagai sumber
penghidupan masyarakat perikanan
(4) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(5) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial masyarakat
perikanan
(6) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh
yang semakin jauh

16) Pulau P
a) Kondisi:
(1) Berdasar Perpres 54/2008, rencana Pulau P masuk dalam
zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) meter dari surut
terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman laut 8 m)
(2) Barat daya Pulau P terdapat Muara Cakung Drain
(3) Masih terdapat aktifitas perikanan (bagan/KJA)
(4) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(5) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Pelabuhan, pergudangan
dan industri
b) Status Izin:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 43



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Izin prinsip Pulau P (Surat Gub. DKI No. 188/-1.794.2.) berakhir
pada tanggal 18 Februari 2017dan belum memiliki izin
pelaksanaan
c) Permasalahan:
(1) Potensi konflik dengan nelayan/pembudidaya ikan
(2) Berpotensi mengganggu fishing ground sebagai sumber
penghidupan masyarakat perikanan
(3) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(4) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial masyarakat
perikanan
(5) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh
yang semakin jauh
(6) Pulau P menempel dengan daratan hasil reklamasi PT KCN

17) Pulau Q
a) Kondisi:
(1) Masuk dalam zona P3 (sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus)
meter dari surut terendah, titik-titik terluar hingga kedalaman
laut 8 m) - Perpres 54/2008
(2) Tenggara rencana Pulau P terdapat Muara Banjir Kanal Timur
(3) Masih terdapat aktifitas perikanan (bagan/KJA)
(4) Sebelah selatan terdapat sentra perikanan (Marunda)
(5) Kecepatan arus di kawasan tersebut berkisar antara 15 s.d. 20
cm/detik
(6) Arahan pemanfaatan ruang: Zona Pelabuhan, pergudangan
dan industri
b) Status Izin:
Izin prinsip Pulau Q (Surat Gub. DKI No. 1282/-1.794.2.) berakhir
pada tanggal 18 Februari 2017 dan belum memiliki izin
pelaksanaan
c) Permasalahan:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 44



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

(1) Potensi konflik dengan nelayan/pembudidaya ikan
(2) Berpotensi mengganggu fishing ground sebagai sumber
penghidupan masyarakat perikanan
(3) Potensi terjadinya percepatan pendangkalan di muara sungai
akibat perlambatan arus
(4) Potensi terganggunya relasi jaringan sosial masyarakat
perikanan
(5) Nelayan berpotensi mengalami permasalahan penurunan
pendapatan, peningkatan biaya operasional, dan jarak tempuh
yang semakin jauh

18) Kendala dan Hambatan


Secara umum, kendala dan hambatan yang dihadapi KKP dalam
penanganan reklamasi pantau utara Jakarta, antara lain:
a) Rendahnya kepatuhan pemerintah provinsi terhadap ketentuan
perundang-undangan, khususnya terkait penerbitan izin reklamasi
yang tidak berdasarkan rencana zonasi wilayah pesisir.
b) Penerbitan izin serta pelaksanaan reklamasi atas persetujuan
pemerintah provinsi tidak melalui proses tata kelola pemerintahan
yang baik, dengan mengabaikan peran dan kewenangan instansi
lainnya, seperti rekomendasi dari KKP dan AMDAL dari KLHK.

4. Perbaikan Regulasi
Dalam rangka memperbaiki tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan, KKP mengusung tiga pilar pembangunan sektor kelautan dan
perikanan di Indonesia, yaitu kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan.
Dalam mewujudkan pilar kedaulatan, KKP berpandangan bahwa sumberdaya
kelautan dan perikanan Indonesia harus dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Oleh sebab itu, sejak tahun 2015, KKP mengambil langkah untuk tidak
memperpanjang izin bagi kapal asing yang sebelumnya secara bebas
mengeruk ikan dan biota laut Indonesia secara besar-besaran. Secara
regulasi, hal ini diatur dengan Peraturan Menteri KP No. 56/PERMEN-
Direktorat Penelitian dan Pengembangan 45

LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

KP/2014 Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan
Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Dengan Moratorium tersebut, KKP juga akan melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap administrasi seluruh kapal yang beroperasi di wilayah Indonesia,
meliputi: Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan
(SIPI), dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).

Untuk kapal ikan Indonesia, KKP dihadapkan pada kenyataan banyaknya


penurunan ukuran kapal ikan dari yang seharusnya (mark down). Kondisi ini
membuat potensi penerimaan negara dari pungutan hasil perikanan (yang
ditentukan berdasarkan gross akte kapal ikan) tidak optima atau tidak seperti
yang seharusnya diterima. Untuk membenahi hal ini, KKP telah menerbitkan
Peraturan Menteri No. 11/PERMEN-KP/2016 tentang Standar Pelayanan
Minimum Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan Hasil Pengukuran Ulang.
Selanjutnya, untuk mempermudah dan mempercepat proses pemberian izin
kepada pemilik kapal, juga diatur tentang pendelegasian pemberian kapal
(yang seharusnya ditandatangani oleh Menteri) kepada Direktur, diatur dalam
Peraturan Menteri No. 19/PERMEN-KP/2016 tentang Pendelegasian
Kewenangan Penerbitan Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan Laut Lepas.

Selain itu, juga diterbitkan Peraturan Menteri KP No. 57/PERMEN-KP/2014


tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Peraturan ini mengatur
tentang Pelarangan Pendaratan Ikan Hasil Tangkapan dari Kapal Penangkap
Ikan yang Melalui Alih Muatan di Laut (Transhipment).

Dalam mewujudkan pilar keberlanjutan, KKP berkomitmen untuk melestarikan


sumberdaya kelautan dan perikanan, bukan saja untuk dimanfaatkan oleh
generasi saat ini, namun juga untuk dinikmati oleh generasi berikutnya.
Dengan sumberdaya kelautan dan perikanan yang lestari, keberadaaannya
memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu menjamin ketersediaan sumberdayanya
dan menjamin keberlangsungan profesi semua pihak yang mengandalkan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 46



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

sektor kelautan dan perikanan sebagai mata pencahariannya. Komitmen
KKP dengan pilar keberlanjutan ditandai dengan terbitnya Peraturan Menteri
KP No. 01/PERMEN-KP/2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.),
Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.) dan Peraturan
Menteri KP No. 02/PERMEN-KP/2015 Larangan Penggunaan Alat
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya, untuk mewujudkan pilar kesejahteraan, KKP fokus pada


pengalokasian anggaran KKP yang sebesar-besarnya untuk kepentingan
seluruh pemangku sektor kelautan dan perikanan, khususnya nelayan,
pembudidaya ikan, petambak garam, dan pengolah/pemasar hasil kelautan
dan perikanan. Komitmen KKP ini secara politis disambut baik oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan mengesahkan Undang-undang Nomor 7 Tahun
2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan,
dan Petambak Garam. Berdasarkan UU No 7 Tahun 2016, maka KKP
menerbitkan aturan pelaksanaan untuk memberikan perlindungan dan
keberpihakan serta upaya-upaya pemberdayaan yang lebih massif kepada
nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak garam. Berapa regulasi yang
telah diterbitkan antara lain: (i) Peraturan Menteri KP No. 16/PERMEN-
KP/2016 tentang Kartu Nelayan; (ii) Peraturan Menteri KP No. 17/PERMEN-
KP/2016 tentang Pedoman Umum dalam rangka Penyaluran Bantuan
Pemerintah di Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan (iii) Peraturan
Menteri KP No. 17/PERMEN-KP/2016 tentang Jaminan Perlindungan atas
Risiko kepada Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan negara dari sektor perikanan dan


kelautan, KKP telah mengusulkan perubahan peraturan yang mengatur
tentang jenis dan tarif PNBP yang berlaku pada KKP (PP Nomor 19 Tahun
2006). Jenis dan tarif PNBP yang berlaku pada KKP yang baru telah
ditetapkan dengan PP Nomor 75 Tahun 2015.

5. Alokasi Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 47



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

Pemberian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada usaha perikanan
diatur dalam Pasal 17 Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014. Dalam
Lampiran Perpres tersebut, terdapat 2 (dua) jenis BBM bersubsidi yang
diberikan kepada usaha perikanan, yaitu:
a. minyak tanah (karosene); dikhususkan kepada nelayan kecil di wilayah
yang belum terkonversi (dari minyak tanah ke gas) untuk keperluan
memasak dan penerangan di perahu.
b. minyak solar (gas oil), untuk:
1) nelayan yang menggunakan kapal ikan Indonesia dengan ukuran
maksimum 30 (tiga puluh) GT yang terdaftar di KKP, instansi
pemerintah di provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perikanan.
Mekanisme penyalurannya melalui verifikasi dan surat rekomendasi
dari Pelabuhan Perikanan atau Kepala instansi di provinsi/kabupaten/
kota yang membidangi perikanan sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
2) pembudidaya ikan skala kecil (kincir); Mekanisme penyalurannya
melalui verifikasi dan surat rekomendasi dari instansi di kabupaten/kota
yang membidangi perikanan.

Dalam merespon ketentuan dan persyaratan terkait mekanisme penyaluran


BBM bersubsidi kepada usaha perikanan, KKP menerbitkan Peraturan
Menteri No. 13/PERMEN-KP 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerbitan
Surat Rekomendasi Pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu untuk
Usaha Perikanan Tangkap. Peraturan Menteri KP mengatur penerbitan surat
rekomendasi bagi nelayan untuk mendapatkan BBM bersubsidi, dengan alur
dalam gambar 5.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 48



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

PERMOHONAN BBM BERSUBSIDI
PERSYARATAN:
1. Surat Permohonan;
2. Surat Tanda Bukti Lapor
KEPALA PELABUHAN Kedatangan Kapal
PERIKANAN / SKPD (STBLKK) asli
3. Copy SIPI/SIKPI, dan
NO menunjukan aslinya
4. Copy Surat Laik Operasi
(SLO)
VERIFIKASI 5. Copy Surat Ijin Berlayar
(SIB)
6. Buku Layanan Bunker (BLB)
YES 7. Daftar ABK yang telah
disahkan dan tidak ada ABK
REKOMENDASI asing
8. Jadwal/rencana pengisian
BBM Solar;
9. Surat Pernyataan
bermeterai cukup, yang
menyatakan pemohon akan
bertanggung jawab apabila
ditemukan ada
SPDN/SPBN/SPBU penyelewengan terhadap
Rekomendasi yang akan
diberikan.

Gambar 5. Alur Proses Penerbitan Rekomendasi Pembelian BBM Bersubsidi

Perkembangan terakhir, Peraturan Menteri KP tersebut akan direvisi karena


beberapa kendala dalam implementasinya. Salah satu yang mengemuka
adalah adanya kesulitan dari instansi yang menangani kelautan dan
perikanan (Dinas). Kesulitan tersebut karena di beberapa wilayah, lokasi
Dinas yang berhak mengeluarkan rekomendasi terletak berjauhan dengan
lokasi Solar Packet Dealer untuk Nelayan (SPDN).
Dalam hal ini, nelayan harus mengeluarkan ongkos transportasi (biaya
tambahan) antara kantor Dinas ke SPDN. Dibandingkan dengan selisih harga
solar non-subsidi dengan solar bersubsidi dan ongkos trasnportasi yang
dikeluarkan, biayanya malah menjadi tidak efisien.
Kondisi tersebut menjadi lebih tidak efisien dengan adanya ketentuan bahwa
Surat Rekomendasi berlaku untuk satu kali pembelian (satu) titik serah
penyalur, sehingga nelayan harus mengurus surat rekomendasi berkali-kali.
Padahal, kebutuhan solar untuk sekali melaut relatif sedikit karena nelayan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 49



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

yang mendapatkan adalah untuk kapal yang berukuran maksimum 30 GT.
Adapun rata-rata ukuran kapal yang dimiliki oleh nelayan di Indonesia adalah
10 GT (berdasarkan informasi dari Ditjen Perikanan Tangkap tahun 2016).

Sampai dengan semester I tahun 2016 (per Juni) realisasi solar bersubsidi
untuk nelayan baru sebanyak 13.158.705 liter (tabel 7). Jumlah realisasi
tersebut baru 0,61% dari total kebutuhan solar bersubsidi untuk seluruh kapal
ukuran di bawah 30 GT yang mencapai 2.150.201.908 liter.

Tabel 7. Realisasi Solar Bersubsidi Berdasarkan Provinsi per Juni 2016


No Provinsi/Pelabuhan Perikanan Realisasi s.d. Juni 2016
1 Jawa Tengah (PPS Cilacap) 2.344.538
2 Sumatera Utara (PPS Belawan) 3.817.400
3 Sulawesi Utara (PPS Bitung) 981.120
4 Jawa Barat (PPN Kejawanan) 598.000
5 Jawa Timur (PPN Brondong. lahan lama) 1.878.127
6 Jawa Timur (PPN Brondong. lahan baru) 1.238.931
7 Jawa Tengah (PPN Pekalongan) 1.060.140
8 Bali (PPN Pangambengan) 384.299
9 Sulawesi Utara (PPP Tumumpa) 856.150
JUMLAH TOTAL 13.158.705

Perhitungan kebutuhan solar subsidi tahun 2016 untuk seluruh Indonesia.


dihitung berdasarkan total jumlah kapal dikali dengan rata-rata kebutuhan
solar untuk setiap kapal. Rincian jumlah kapal (ukuran <30 GT), kebutuhan
solar untuk setiap kapal per provinsi disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8. Rincian Kebutuhan Solar Subsidi untuk Nelayan Tahun 2016


Kebutuhan BBM Usulan Kebutuhan
Jumlah Kapal
No. Propinsi per Kapal BBM Bersubsidi
<30 GT (unit)
(liter/tahun) (liter)
1 Aceh 14.368 8.336 119.770.770
2 Sumatera Utara 27.326 2.555 69.817.930
3 Sumatera Barat 8.454 4.068 34.393.663
4 Sumatera selatan 5.430 1.477 8.019.400
5 Riau 7.001 6.200 43.406.200
6 Kepulauan Riau 20.925 2.071 43.329.000
7 Bengkulu 2.908 217 632.000
8 Jambi 2.658 1.432 3.805.560

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 50



LAPORAN KEGIATAN SEMESTER I TAHUN 2016 TIMSDA
TINDAK LANJUT GNPSDA: KOORDINASI & SUPERVISI KELAUTAN KAJIAN SISTEM !"#!
PENGELOLAAN RUANG LAUT & SUMBERDAYA KELAUTAN

9 Lampung 7.335 6.012 44.100.468
10 DKI Jakarta 3.572 61.044 218.049.163
11 Jawa Barat 18.132 6.606 119.787.263
12 DI Yogyakarta 519 588 305.100
13 Jawa Tengah 24.202 2.261 54.711.807
14 Jawa Timur 54.294 2.775 150.647.000
15 Maluku 15.308 3.720 56.953.168
16 Maluku Utara 2.627 60.706 159.475.000
17 Sulawesi Utara 13.956 2.347 32.754.732
18 Sulawesi Tenggara 18.370 2.500 4.541.484
19 Sulawesi Tengah 28.616 2.550 72.970.800
20 Sulawesi Selatan 34.129 2.937 100.224.000
21 Kalimantan Selatan 8.676 32.502 281.983.090
22 Kalimantan Timur 26.672 2.545 67.880.240
23 Kalimantan Barat 10.265 8.850 90.845.250
24 Kalimantan Tengah 5.475 1.590 8.705.250
25 Kalimantan Utara - - 2.000.000
26 Bali 13.486 11 149.400
27 NTB 18.997 4.905 93.179.400
28 NTT 10.887 8.759 95.359.200
29 Sulawesi Barat 10.639 4.643 49.399.000
30 Kep. Bangka Belitung 13.683 2.450 33.523.350
31 Banten 6.471 6.000 38.826.000
32 Gorontalo 7.338 3.012 22.104.000
33 Papua 8.841 2.380 21.045.000
34 Papua Barat 5.196 1.445 7.508.220
JUMLAH 2.150.201.908

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 51



KERANGKA ACUAN KERJA
GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA
SEKTOR KELAUTAN

I. Latar Belakang
Pembukaan UUD 1945 telah menetapkan kehadiran Pemerintah Negara Republik Indonesia adalah
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ditengah tujuan yang demikian,
Indonesia menegaskan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang. Negara mengakui hak-hak warga negara antara lain atas kedudukan yang sama di dalam
hukum dan pemerintahan, pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, hidup serta
berhak mempertahankan kehidupannya, hidup sejahtera lahir dan batin, serta bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat.

Dengan demikian, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.

Sebagai negara kepulauan, bangsa Indonesia mengakui bahwa wilayah laut merupakan bagian
terbesar dari wilayah Indonesia yang memiliki posisi dan nilai strategis dari berbagai aspek kehidupan
yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan serta merupakan
modal dasar pembangunan nasional. Pengelolaan sumberdaya kelautan dilakukan melalui sebuah
kerangka hukum untuk memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat sebagai
negara kepulauan yang berciri nusantara. Dengan demikian, pembangunan kelautan haruslah
memberikan arahan dalam pendayagunaan sumberdaya kelautan untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi, pemerataan kesejahteraan, dan keterpeliharaan daya dukung ekonomi pesisir dan laut.

Sebagai negara kepulauan yang terlahir sebagai poros maritim, sudah barang tentu Indonesia memiliki
posisi geostrategis yang penting di mata dunia internasional. Dengan panjang garis pantai sekitar
95.181 km, 17.480 pulau, dan luas wilayah laut yang diperkirakan mencapai 9 juta km2 dengan
keanekaragaman kekayaan laut tropis terkaya, ribuan jenis spesies moluska, krustasea dan ikan, serta
luas terumbu karang yang diperkirakan sekitar 16,5% dari terumbu karang dunia, menjadi alasan yang
tepat ketika bangsa ini berpaling ke laut sebagai orientasi baru pembangunan ditengah dominasi
pembangunan berbasis daratan selama 69 tahun Indonesia merdeka

Dengan pertimbangan yang demikian, penataan atas pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan
yang ada di dalamnya merupakan hal mendesak yang harus dilakukan secara bersama-sama. Sebagai
negara kepulauan, sudah barang tentu Indonesia harus menjaga sumberdaya kelautan sebagai warisan
bersama umat manusia (common heritage of mankind) yang berarti bahwa kewajiban untuk menjaga
keberlanjutan sumberdaya merupakan tugas setiap generasi. Untuk itu, gerakan nasional
penyelamatan sumberdaya kelautan Indonesia merupakan gerakan bersama setiap elemen bangsa,
dan menjadi warisan perjuangan yang harus dilakukan oleh setiap generasi.

Pada Tahun 2014 KPK melakukan Kajian Sistem Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan
Indonesia, kajian tersebut merupakan bentuk pelaksanaan fungsi monitoring sesuai dengan amanat
UU No. 30 tahun 2002. Kajian ini merupakan salah satu upaya KPK mendeteksi permasalahan yang
terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan, untuk menjadi dasar perbaikan sistem dalam rangka
mencegah korupsi, dan menyelamatkan kekayaan negara. Hasil Kajian menunjukkan sejumlah
permasalahan muncul dalam pengelolaan ruang laut dan pengelolaan sumberdaya kelautan, terdapat
8 permasalahan utama di sektor kelautan sebagai berikut :

1) Tata batas wilayah laut Indonesia yang belum jelas.


United Nations Convention on the Law of The Sea (UNCLOS) tahun 1987 memberikan jaminan tu
negara pantai/negara kepulauan terhadap wilayah laut teritorial dan hak berdaulat pada
wilayah laut dalam zona tambahan dan zona ekonomi eksklusif. UU Kelautan juga menjamin
adanya penegakan kedaulatan dan hak berdaulat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akan
tetapi, hingga saat ini sebagian batas wilayah laut Indonesia belum jelas karena batas wilayah
dengan negara tetangga belum ditetapkan. Hingga akhir Desember 2014, terdapat beberapa
segmen perbatasan dengan negara tetangga yang belum diratifikasi, belum disepakati,dan
belum dirundingkan. Persoalan batas wilayah laut juga diperumit oleh adanya penunjukan
penggunaan garis pangkal kepulauan saja sesuai dengan amanat UU Kelautan, sementara pada
setidaknya 31 segmen diperlukan penggunaan garis pangkal biasa/normal. Akibatnya Luas
wilayah laut Indonesia yang definitif dan diakui secara bersama oleh lintas
Kementerian/Lembaga. Demikian pula dengan jumlah pulau yang ada saat ini yang belum pasti,
dimana Indonesia mengklaim memilik sekitar 17.000 pulau, namun yang telah diidentifikasi dan
didaftarkan ke PBB baru sebanyak sekitar 13.000 pulau.
2) Penataan ruang laut yang belum lengkap dan masih bersifat parsial.
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (UU Pesisir)
menyebutkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, hingga laut sejauh 12 mil
mencakup kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap
interaksi manusia dalam memanfaatkan sumberdaya serta proses alamiah secara berkelanjutan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan NKRI. Salah satu
kegiatan perencanaan yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah penyusunan rencana tata
ruang wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Namun hingga desember 2014, baru rencana
zonasi tata ruang wilayah yang telah disusun. Disisi lain, penggunaan ruang laut selama ini telah
mencakup berbagai sektor kegiatan antara lain perikanan, pelayaran, pariwisata, pertambangan,
dan lain sebagainya. Ketiadaan rencana tata ruang tersebut menjadikan penggunaan ruang oleh
berbagai sektor menjadi tumpang tindih, penggunaan yang tidak optimal, dan berpotensi
menciptakan kerusakan sumberdaya alam.
3) Peraturan perundang-undangan yang belum lengkap dan masih tumpang tindih satu sama
lain.
Pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan di Indonesia setidaknya harus tunduk pada
berbagai turan perundang-undangan yang berlaku. Aturan perundang-undangan tersebut
antara lain terkait dengan UU Perairan, UU Kelautan, UU Pesisir dan pulau-pulau kecil, UU
Perikanan, dan UU Pelayaran. Dalam melaksanakan amanat undang-undangan tersebut,
pemerintah harus menyusun sejumlah aturan pelaksana mulai dari peraturan pemerintah,
peraturan presiden hingga peraturan menteri. Akan tetapi hingga akhir tahun 2014, aturan
pelaksana tersebut belum sepenuhnya diselesaikan. Disisi lain, substansi yang diatur dalam
setiap undang-undang tersebut belum lengkap dan masih terlihat tumpang tindih satu dengan
lainnya.
4) Tidak terkendalinya pencemaran dan kerusakan di laut.
Aturan perundang-undangan mewajibkan dilakukannya pengendalian terhadap kegiatan yang
dapat mencemari dan menimbulkan kerusakan di laut. Dengan demikian, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem pencegahan dan penanggulanagn
pencemaran dan kerusakan lingkungan laut. Dalam faktanya, kerusakan dan pencemaran pesisir
dan laut sangat marak terjadi diberbagai kawasan di Indonesia seperti kerusakan terumbu
karang, padang lamun, hutan mangrove, hingga pencemaran air laut oleh limbah domestik,
industri dan tumpahan minyak di laut.
5) Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut. Berbagai kasus pelanggaran hukum di
laut seperti penangkapan ikan illegal (IUU Fishing: Illegal, Unregulated, Unreported Fishing),
pencemaran, penggunaan bahan peledak, penyelundupan, dan sebagainya menunjukkan bahwa
laut menjadi salah satu pintu utama kejahatan. Hal ini disebabkan selama ini penegakan hukum
di laut lemah oleh karena kombinasi dari sejumlah faktor seperti sarana dan prasarana patroli
laut yang tidak memadai dan jumlah petugas pengamanan yang tidak berbanding lurus dengan
luas wilayah laut yang harus diawasi.
6) Sistem data dan informasi terkait wilayah laut, penggunaan ruang laut, dan pemanfaatan
sumberdaya yang ada didalamnya, belum lengkap dan tidak terintegrasi. Pemanfaatan laut
untuk kepentingan navigasi, perikanan, perizinan dan kepentingan lainnya harus dicatatkan
dalam sistem data dan informasi yang berbasis IT. Akan tetapi, hingga saat ini sistem data dan
informasi tersebut masih bersifat parsial dan belum sepenuhnya didesain untuk dapat
memonitoring kegiatan disektor kelauatan secara real time.
7) Belum optimalnya penerimaan negara dari pemanfaatan ruang laut dan sumberdaya yang ada
di dalamnya. Penerimaan negara dari perikanan tangkap yang menggunakan sumberdaya dari
laut, relatif masih sangat kecil. Rata-rata persentase Penerimaan Negara Bukan Pajak dari
perikanan tangkap hanya sebesar 0,3% dari total nolai produksi sektor tersebut yang sebesar Rp
77,3 Triliun pada tahun 2013.
8) Belum optimalnya program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
menggantungkan hidupnya pada laut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan
berbagai pihak untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan yang selama
ini menjadi kelompok masyarakat paling miskin di Indonesia. Namun upaya tersebut sepertinya
belum berjalan optimal karena hingga saat ini kesejahteraan masyarakat nelayan belum
mengalami peningkatan secara signifikan.

II. Dasar Kegiatan

1. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai


tugas antara lain:
a. Huruf b: supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
b. Huruf e: melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
2. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 2002: Dalam melaksanakan tugas supervisi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf b, KPK berwenang melakukan pengawasan,
penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya
yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang
melaksanakan pelayanan publik.

3. Pasal 14 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002: Dalam melaksanakan tugas monitor


sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang:

a. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara


dan pemerintah;
b. Memberikan saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan
perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut
berpotensi korupsi;
c. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, DPR, dan BPK, jika saran KPK mengenai
usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.
4. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara:
a. Pasal 1 angka 1 menyebutkan Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
b. Pasal 2 menyebutkan: Keuangan Negara sebagaimana pasal 1 angka 1 meliputi pasal 2
huruf (i): Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
5. Dalam UNCAC pasal 12 yang telah diratifikasi dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2006
tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan: Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-
tindakan, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah
korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akuntansi dan audit di sektor
swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata, administratif dan pidana yang
efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut.

6. Rencana Strategi KPK 2011-2015 menetapkan sektor Sumberdaya Alam/Ketahanan Energi


menjadi salah satu fokus area pemberantasan korupsi. Sektor Kelautan, Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil merupakan salah satu sektor yang termasuk didalamnya.
7. Deklarasi Penyelamatan Sumberdaya Alam yang ditandatangani oleh Panglima TNI Republik
Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia di Ternate pada tanggal 9 Juni 2014.
Deklarasi tersebut sebagai tekad dari ke-empat pimpinan lembaga tersebut untuk (1)
mendukung tata kelola sumberdaya alam Indonesia yang bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme; (2) mendukung penyelamatan kekayaan sumberdaya alam Indonesia; (3)
melaksanakan penegakan hukum di sektor sumberdaya alam sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
8. Visi, Misi dan Program Aksi (Jalan Perubahan Untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian) pemerintahan saat ini (Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla)
sebagaimana yang disampaikan pada saat kampanye Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
yang lalu, berkomitmen antara lain untuk (1) mengedepankan identitas Indonesia sebagai
negara kepulauan (archipelagic state) dalam pelaksanaan diplomasi dan membangun
kerjasama internasional; (2) mensinergikan tata kelola pemerintahan Indonesia sebagai satu
kesatuan sistem yang tidak terfragmentasi; (3) melindungi dan memajukan hak-hak
masyarakat adat; (4) mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan; (5)
meningkatkan pengamanan khusus wilayah kelautan; (6) menegakkan hukum lingkungan
secara konsekwen tanpa pandang bulu; (7) memberantas korupsi di kalangan aparatur sipil
negara; (8) melakukan aksi-aksi nyata bagi perbaikan kualitas layanan publik; (9) membangun
kedaulatan pangan; (10) membangun kedaulatan energi; (11) penguatan kapasitas fiskal
negara; (12) penguatan infrastruktur; (13) pembangunan ekonomi maritim; (14) serta
membangun tata ruang dan lingkungan yang berkelanjutan.

III. Sifat Kegiatan


Penyelamatan sumberdaya kelautan merupakan tugas bersama semua elemen bangsa. Dalam hal ini,
KPK menjalankan fungsi sebagai trigger mechanism dengan menggunakan peran koordinasi dan
supervisi pemberantasan korupsi sesuai dengan amanat UU No. 30 tahun 2002. Karenanya, KPK
mendorong pelibatan banyak pihak dalam kegiatan serta mengakselerasi berbagai bentuk upaya yang
dapat membantu penyelematan sumberdaya kelautan Indonesia. KPK dalam hal ini juga menggunakan
pendekatan pencegahan yang lebih ofensif dengan mengedepankan perbaikan sistem dan
pembangunan budaya anti korupsi. Kegiatan ini juga merupakan gabungan dari berbagai pola
perbaikan sistem yang telah dilakukan KPK selama ini yakni kegiatan pemantauan terhadap tindak
lanjut atas hasil kajian serta kegiatan koordinasi dan supervisi atas pengelolaan berbagai sektor
sumberdaya alam. Upaya perbaikan di sektor kelautan merupakan satu kesatuan dengan upaya
penyelamatan sumberdaya alam yang ada di darat.

IV. Tujuan Kegiatan

a. Penegasan dan penegakan kedaulatan serta hak berdaulat Negara Kesatuan Republik Indonesia
atas wilayah laut melalui penegasan batas wilayah laut Indonesia, pengaturan pengelolaan
ruang laut dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di dalamnya.
b. Mendorong perbaikan tata kelola sektor kelautan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
dengan memperhatikan aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum,
kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan
keadilan.
c. Perbaikan sistem pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan untuk mencegah korupsi,
kerugian keuangan negara dan kehilangan kekayaan negara.
V. Lokus Dan Fokus Area Kegiatan

A. Pusat
1) Penetapan dan penegasan batas wilayah laut Indonesia
2) Pengintegrasi sistem perencanaan nasional terkait dengan penggunanaan ruang laut dan
sumberdaya kelautan.
3) Penyempurnaan dan pelengkapan aturan perundang-undangan
4) Pengembangan kapasitas kelembagaan
5) Pengembangan sistem data dan informasi
6) Perbaikan sistem ketatalaksanaan perizinan, pengelolaan penerimaan negara dan
pemberian bantuan sosial/hibah/subsidi.
7) Pelaksanaan kewajiban para pihak

B. Provinsi
1. Penyusunan tata ruang wilayah laut
2. Penataan Perizinan
3. Pelaksanaan kewajiban para pihak
4. Pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat

VI. Sasaran Kegiatan


Secara umum sasaran kegiatan adalah penegasan batas wilayah laut Indonesia, penataan ruang laut,
serta perbaikan tata kelola sumberdaya yang ada di laut.

Secara khusus sasaran kegiatan difokuskan pada 5 hal berikut:


1) Pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi termasuk database, perizinan,
monitoring dan evaluasi.
2) Mendorong perbaikan tatakelola di sektor kelautan
3) Mendorong kepatuhan para pihak dalam melaksanakan kewajibannya.
4) Melakukan harmonisasi terhadap aturan perundang-undangan yang terkait.
5) Meningkatkan kapasistas kelembagaan terutama kelembagaan yang berhubungan langsung
dengan pengelolaan sumberdaya kelautan.
6) Menjamin perlindungan dan pemberian hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya
kelautan seusai

VII. Instrumen Pelaksanaan Kegiatan


Untuk melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan fokus area kegiatan, disusun rencana aksi
kegiatan untuk setiap lokus kegiatan. Bagi para pihak yang terlibat, disusun format pelaksanaan
kegiatan sebagai bagian untuk mendukung pelaksanaan rencana aksi pada fokus dan lokus yang telah
ditetapkan.

A. Rencana Aksi Kegiatan untuk Pemerintah Pusat.


Rencana aksi dalam hal ini berupa uraian terhadap setiap fokus area perbaikan di tingkat
pemerintah pusat yang terdiri dari rincian rekomendasi, penanggung jawab, rencana aksi,
ukuran keberhasilan, jangka waktu pelaksanaan, status capaian progres, dan keterangan
pelaksanaan kegiatan.

B. Rencana Aksi Kegiatan untuk Pemerintah Provinsi.


Rencana aksi dalam hal ini berupa uraian terhadap setiap fokus area perbaikan di tingkat
pemerintah provinsi yang terdiri dari rincian rekomendasi, penanggung jawab, rencana aksi,
ukuran keberhasilan, jangka waktu pelaksanaan, status capaian progres, dan keterangan
pelaksanaan kegiatan.

C. Format pelaksanaan kegiatan untuk Pelaku Usaha.


Fokus area kegiatan pelaku usaha berupa pelaksanaan kewajiban sesuai dengan amanat
peraturan perundang-undangan. Pelaku usaha diminta untuk melakukan self-assessment
terhadap pelaksanaan kewajibannya selama ini, dan kemudian disampaikan kepada
pemerintah sebagai pemberi izin untuk dievaluasi.

D. Format pelaksanaan kegiatan untuk CSO.


Peran CSO dititikberatkan sebagai kekuatan penyeimbang dari informasi yang disampaikan
oleh pelaksana rencana aksi. Dalam hal ini, CSO akan diposisikan sebagai salah satu sumber
informasi realisasi pelaksanaan rencana aksi sekaligus sebagai mitra penyampaian informasi
kepada public terkait dengan rencana aksi yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Peran
CSO sangat dibutuhkan dalam memantau proses pelaksanaan renacana aksi dan kondisi riil
yang terjadi di lapangan.

E. Format pelaksanaan kegiatan untuk Aparat Penegak Hukum.


Posisi aparat penegak hukum hadir untuk memastikan bahwa setiap pihak melaksanakan
rencana aksi/rencana kegiatan berjalan sesuai dengan koridor aturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan demikian, aparat penegak hukum akan melaksanakan kegiatan yang
berkaitan dengan tindak lanjut atas hasil evaluasi dan monitoring pelaksanaan rencana
aksi/rencana kegiatan yang memerlukan penegakan hukum.

VIII. Peranan Para Pihak Dan Pihak Yang Terlibat

A. Pemerintah Pusat

1) Menyiapkan data dan informasi yang mendukung terlaksananya kegiatan


2) Melaksanakan rencana aksi pemerintah pusat
3) Melakukan pelaporan pelaksanaan rencana aksi
4) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota
5) Melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi pelaksanaan rencana aksi pemerintah pusat,
dan rencana aksi pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat.
6) Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha sesuai
dengan kewenangan pemberian izin

Pihak yang terlibat sekurang-kurangnya:

Kementerian/Lembaga:

1. Kementerian Kelautan dan Perikanan:


a. Menteri Kelautan dan Perikanan
b. Inspektur Jenderal
c. Sekretaris Jenderal
d. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap
e. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
f. Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
g. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
h. Direktur Jenderal Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan
i. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
j. Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan Perikanan
k. Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
2. Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan HAM: Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan
HAM
3. Kementerian Hukum dan HAM : Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
4. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman: Deputi
5. Kementerian Koordinator Perekonomian : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan
Sumberdaya Hayati
6. Kementerian Pertahanan : Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan
7. Kementerian Dalam Negeri: Direktur Jenderal Pemerintahan Umum
8. Kementerian Luar Negeri: Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional
9. Kementerian Perhubungan: Direktur Jenderal Perhubungan Laut
10. Kementerian Keuangan:
a. Direktur Jenderal Anggaran
b. Direktur Jenderal Pajak
c. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
11. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/BAPPENAS: Deputi Bidang
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
12. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Deputi Bidang
Kelembagaan dan Tata Laksana
13. Kementerian Agraria dan Tata Ruang: Deputi Bidang Pendaftaran dan Pengendalian
Pertanahan
14. Kementerian Perdagangan:
a. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
b. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
15. Kementerian Perindustrian : Direktur Jenderal Industri Agro
16. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral :
a. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
b. Direktur Jenderal Minyak dan Gas
17. Kementerian Pariwisata :
a. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
b. Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
18. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Direktur Jenderal PHKA
19. TNI Angkatan Laut: Kepala Dinas Hidro Oseanografi
20. Badan Informasi Geospasial: Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik
21. Badan Koordinasi Penanaman Modal: Sekretaris Utama
22. Badan Pemeriksa keuangan: Auditor IV
23. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan:
a. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian
b. Deputi Bidang Investigasi
24. Kepala Badan Keamanan Laut
B. Pemerintah Provinsi

1) Melaksanakan rencana aksi pemerintah provinsi


2) Melakukan pelaporan rencana aksi pemerintah provinsi
3) Melakukan koordinasi pelaporan terhadap rencana aksi pemerintah kabupaten/kota
4) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana aksi kabupaten/kota.
5) Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha sesuai
dengan kewenangan pemberian izin

Pihak yang terlibat: (34 Gubernur dan pejabat terkait)

1. Gubernur Provinsi Aceh dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan


2. Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
3. Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
4. Gubernur Provinsi Riau dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
5. Gubernur Provinsi Bengkulu dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
6. Gubernur Provinsi Lampung dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
7. Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
8. Gubernur Provinsi Banten dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
9. Gubernur Provinsi Maluku dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
10. Gubernur Provinsi Papua dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
11. Gubernur Provinsi Papua Barat dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
12. Gubernur Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
13. Gubernur Provinsi Jawa Barat dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
14. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
15. Gubernur Provinsi Jawa Timur dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
16. Gubernur Provinsi Sulawesi Utara dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
17. Gubernur Provinsi Gorontalo dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
18. Gubernur Provinsi Maluku Utara dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
19. Gubernur Provinsi Bali dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
20. Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
21. Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
22. Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
23. Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
24. Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
25. Gubernur Provinsi Sulawesi Barat dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
26. Gubernur Provinsi Kalimantan Barat dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
27. Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
28. Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
29. Gubernur Provinsi Kalimantan Timur dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
30. Gubernur Provinsi Kalimantan Utara dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
31. Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
32. Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
33. Gubernur Provinsi Jambi dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
34. Gubernur Provinsi Sumatera Selatan dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
C. Pelaku Usaha

1) Melakukan pelaporan pelaksanaan kewajiban kepada pemberi izin

D. Civil Society Organization (CSO)

1) Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan rencana aksi dan kewajiban para pihak
2) Melakukan pendampingan pelaksanaan rencana aksi
3) Melaporkan kepada aparat penegak hukum jika terjadi pelanggaran hukum dalam
pelaksanaan rencana aksi dan kewajiban para pihak

E. Aparat Penegak Hukum

1) Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan rencana aksi dan kewajiban para pihak
terutama untuk mendeteksi tindakan-tindakan yang melanggar hukum.
2) Melakukan upaya hukum terhadap setiap bentuk pelanggaran hukum berkenaan dengan
penggunaan ruang laut dan pengelolaan sumberdaya di dalamnya

F. KPK

1) Melakukan koordinasi dan supervisi terhadap pelaksanaan rencana aksi dan rencana
kegiatan oleh para pihak terkait.
2) Melakukan monitoring dan evaluasi atas implementasi rencana aksi.
3) Fasilitasi untuk pengembangan integritas dan sistem pencegahan korupsi pada lembaga
terkait.
4) Kampanye, sosialisasi, dan edukasi untuk hal-hal yang mendukung kegiatan.
5) Deteksi dan profiling terhadap actor dan faktor yang menghambat proses pelaksanaan
kegiatan.
6) Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong akselerasi pelaksanaan kegiatan.
7) Pengembangan sistem pelaporan progress kegiatan berbasis teknologi informasi.

IX. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Rencana Kegiatan


1) Membangun kesepahaman dengan para pihak termasuk penyepakatan rencana aksi
2) Pengumpulan/pelengkapan data dan informasi
3) Pengembangan/penyempurnaan instrumen dan rencana kegiatan
4) Kick of Meeting kegiatan
5) Implementasi rencana aksi dan format pelaksanaan kegiatan
6) Pelaporan implementasi rencana aksi setiap semester oleh K/L Pusat dan Pemerintah
Daerah
7) Monitoring implementasi rencana aksi
8) Evaluasi implementasi rencana aksi
9) Tindak Lanjut atas hasil monitoring dan evaluasi
X. Jadwal Kegiatan

Jadwal Kegiatan
Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Indonesia
Sektor Kelautan

GN SDA
NO. PROVINSI LOKASI KEGIATAN KELAUTAN
34 Prov di 9 kota
1 ACEH
4 Prov
2 SUMUT
1 MEDAN 24-Mar/Selasa
3 SUMBAR 9:00-13:00
4 RIAU
5 BENGKULU
4 Prov
6 LAMPUNG
2 JAKARTA 21-Apr/Selasa
7 DKI 9:00-13:00
8 BANTEN
9 MALUKU 3 Prov
10 PAPUA 3 AMBON 5-May/Selasa
11 PAPUA BARAT 9:00-13:00

12 JATENG
4 Prov
13 JABAR
4 SEMARANG 19-May/Selasa
14 DIY 9:00-13:00
15 JATIM
16 SULUT
4 Prov
17 GORONTALO
5 GORONTALO 9-Jun/Selasa
18 MALUKU UTARA 9:00-13:00
19 SULBAR
20 BALI 3 Prov
21 NTT 6 DENPASAR 4-Aug/Selasa
22 NTB 9:00-13:00

23 SULSEL 3 Prov
24 SULTRA 7 MAKASAR 25-Aug
25 SULTENG 9:00-13:00

26 KALBAR
27 KALTENG 5 Prov
28 KALSEL 8 PONTIANAK 8-Sep/Selasa
29 KALTIM 9:00-13:00

30 KALTARA
31 KEPRI
4 Prov
32 BABEL
9 PANGKAL PINANG, BABEL 15-Sep/Selasa
33 JAMBI 9:00-13:00
34 SUMSEL
Matriks Rencana Aksi Atas Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Indonesia - Sektor Kelautan (Pemerintah Pusat)
DRAFT-04 / 16 FEB

Fokus Area Rekomendasi & Target Penanggung jawab Instansi Terkait Rencana Aksi Indikator Output Keterangan
1 2 3 4 5 6 STATUS 7
Tenggat Verifik OPE CLOSE
Deskripsi No Deskripsi Instansi Unit Instansi Unit No Deskripsi No. Deskripsi Bukti Pendukung Penjelasan
Waktu asi N D
1. Penetapan dan penegasan batas wilayah laut Indonesia
Penjelasan Kemlu Feb. 2015: 1 Pemerintah menetapkan wilayah laut KKP, TNI AL, BIG Eselon 1 Instansi Kemenko Polhukam, KKP, BIG, Eselon 1 Instansi Terkait 1 Melakukan kajian bersama terhadap garis pangkal dan titik-titik 1 Hasil Kajian terhadap titik-titik dasar dan Juli 2015 Laporan dan rekomendasi hasil Laporan I: 10
Indonesia Penanggungjawab; Kemdagri, TNI AL, Kemenagraria dan dasar geografis berdasarkan UU 6/1996 ttg Perairan Indonesia, penarikan garis pangkal kajian
Indonesia memiliki batas maritim dengan 10 negara KP3K (Dit. Tata Ruang, DPR-RI, Kemenko Bidang UU 32/2014 ttg Kelautan dan PP 37/2008 ttg daftar koordinat Juni 2015;
yakni India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, TRLP3K+Dit. PPK) Kemaritiman. geografis Laporan II : 10
Filipina, Palau, Papua Nugini, Timor Leste dan dan Setjen (BHO), Kemlu, Mabes TNI, BAPPENAS,
Australia serta batas darat dengan 3 negara yakni Kemen PU Desember
2 Memetakan titik-titik dasar dan garis pangkal yang menjadi acuan 2 Peta Koordinat Titik-titik dasar dan Garis Des 2016 Peta titik-titik dasar dan garis
Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste penetapan wilayah laut Indonesia Pangkal pangkal 2015
Terkait batas maritim, telah disepakati batas laut 3 Menerbitkan peta batas wilayah laut Indonesia dan 3 Peta batas wilayah NKRI sesuai perjanjian Des 2016 hasil survei dan pemetaan batas
wilayah dengan Papua Nugini dan sebagian segmen mengumumkannya ke publik dan sesuai klaim unilateral wilayah
batas laut wilayah dengan Malaysia, Singapura;
batas ZEE dengan Filipina, Australia & Papua 4 Mengelola lingkungan PPKT disekitar Titik Dasar dan Titik 4 Pulau-pulau Kecil terluar yang Terkelola Des 2016 Laporan hasil kegiatan
Nugini; batas Landas Kontinen dengan India, Referensi, dari ancaman abrasi & kerusakan. dengan Baik
Thailand, Malaysia (Selat Malaka dan Laut Tiongkok
2 Pemerintah menetapkan jumlah pulau-pulau Kemendagri dan KKP Dit. PPK - DJKP3K - Kemenko Polhukam, KKP, BIG, Eselon 1 Instansi Terkait 5 Melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap jumlah pulau yang 5 Potensi dan peta pulau Des 2016 Laporan hasil identifikasi
Selatan), Vietnam, Australia & Papua Nugini -->
kecil KKP Kemdagri, TNI AL, Kemenagraria dan belum dibakukan.
dituangkan dalam 18 Perjanjian Batas.
Tata Ruang, Kemenko Bidang 6 Menetapkan data pulau-pulau kecil Indonesia dan 6 Gasetir pulau Des 2016 PP ttg Gesetir Pulau
Kemaritiman, Kemlu mengumumkannya ke publik
Masih perlu dirundingkan segmen-segmen batas
Laut Wilayah dengan Malaysia, Singapura & Timor 7 Melaksanakan survei toponim untuk pulau-pulau kecil yang baru 7 Toponimi pulau Des 2016 Laporan survei
Leste; batas ZEE dengan India, Thailand, Malaysia, muncul/belum terdaftar.
Vietnam, Palau & Timor Leste; batas Landas
8 Mendaftarkan koordinat geografis titik-titik terluar Indonesia ke 8 Deposit koordinat geografis Des 2016 Bukti pelaporan
Kontinen dengan Malaysia, Filipina, Palau & TImor
Leste. PBB

3 Pemerintah menetapkan luas wilayah laut KKP, TNI AL, BIG, Dit. TRLP3K dan Kemenko Polhukam, KKP, BIG, Eselon 1 Instansi Terkait 9 Mengidentifikasi ulang luas laut dan daratan Indonesia 9 Data luas laut dan daratan Indonesia Jul 2015 Data luas laut dan daratan
Rencana perundingan tahun 2015 dengan Malaysia
dan daratan Indonesia Kemendagri PPK - DJKP3K - KKP Kemdagri, TNI AL, Kemenagraria dan Indonesia
Feb 2015; Vietnam Maret 2015; Palau April 2015; Tata Ruang, Kemenko Bidang 10 Menerbitkan peta wilayah darat dan laut Indonesia dan 10 Peta wilayah laut dan daratan Indonesia Okt 2015 Dokumen survei pemetaan
Thailand 2015; Timor Leste 2015; FIlipina 2015. mengumumkannya ke publik wilayah laut dan daratan
Kemaritiman
Kemlu, Mabes TNI, BAPPENAS, Indonesia

4 Pemerintah menyelesaikan perundingan Kemlu, TNI AL, BIG, dan Dit. TRLP3K dan Kemenko Polhukam , TNI AL, Eselon 1 Instansi Terkait 11 Mengidentifikasi semua segmen perbatasan laut dengan negara 11 Dokumen identifikasi segmen perbatasan Juli 2015 Laporan Identifikasi
penetapan batas wilayah laut dengan negara KKP PPK - DJKP3K - KKP Kemendagri, BIG, tetangga laut dengan negara tetangga
tetangga Kemenko Bidang Kemaritiman,
Kemhan, KemenESDM, Kemhub, 12 Melakukan upaya-upaya diplomasi dengan negara tetangga untuk 12 Usulan dan dorongan untuk merundingkan Des 2016 Laporan pendekatan
Mabes TNI, Kemlu, menetapkan batas wilayah laut dengan negara tetangga batas maritim dengan negara tetangga

13 Melakukan perundingan penetapan batas maritim Indonesia 13 Hasil perundingan batas maritim dengan Mar 2017 Laporan perundingan
dengan negara tetangga negara tetangga

2. Pengintegrasian Sistem Perencanaan Nasional Terkait dengan Penggunaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan
(1) Belum ada pengaturan secara khusus terkait tata 5 Penyusunan peta dasar LLN dan LPI yang Kemenko Maritim Dit. TRLP3K - TNI AL, KKP, Kemenko Kemaritiman Eselon 1 Instansi Terkait 14 Identifikasi peta LLN dan LPI yang telah ada dan kebutuhan LLN 14 Hasil Identifikasi peta LLN dan LPI yang Juli 2015 Hasil indentifikasi peta dasar LLN KKP membutuhkan ouput (sebagai user) Laporan I: 10
ruang wilayah laut di atas 12 mil; operasional BIG, KKP DJKP3K - KKP dan LPI yang digunakan untuk perencanaan lintas sektor telah ada dan kebutuhan LLN dan LPI yang dan LPI
(2) Peta dasar Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan digunakan untuk perencanaan lintas sektor Juni 2015;
Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) belum tersedia Laporan II : 10
dalam skala yang lebih operasional;
(3) Belum tersedia informasi yang memadai terkait 15 Menyusun LLN dan LPI yang operasional untuk kepentingan 15 Tersusunnya peta dasar LLN dan LPI Des 2016 Peta dasar LLN dan LPI Desember
perencanaan lintas sektor
kondisi laut yang diperlukan untuk penyusunan tata 2015
ruang laut; 6 Penyediaan informasi yang dibutuhkan Kemenko Maritim, KKP Dit. TRLP3K - BIG, TNI AL, ESDM, KemPerhubungan, Eselon 1 Instansi Terkait 16 Identifikasi kebutuhan informasi tematik untuk kepentingan 16 Data hasil identifikasi kebutuhan informasi Juli 2015 Laporan Hasil Identifikasi
(4) Tidak semua pemerintah daerah telah memiliki untuk penyusunan tata ruang laut DJKP3K - KKP KemPariwisata, Kemendagri, perencanaan lintas sektor tematik
rencana tata ruang wilayah laut; Kemenhan, Kemenko Kemaritiman 17 Penyusunan informasi tematik untuk kepentingan perencanaan 17 Data informasi tematik untuk kepentingan Des 2015 Buku data informasi tematik
(5) Kompleksitas permasalahan pengelolaan pulau-
lintas sektor perencanaan lintas sektor
pulau kecil;
(6) Kompleksitas persoalan penerapan 7 Penyusunan rencana tata ruang laut Kemenko Maritim, KKP Ditjen KP3K BIG, Kemenagraria dan Tata Ruang, Eselon 1 Instansi Terkait 18 Penyelesaian rencana tata ruang wilayah laut dan 18 Rencana tata ruang laut nasional Des 2015 PP ttg RTRLN
desentralisasi dalam pengelolaan wilayah laut; (7) TNI AL, ESDM, KemPerhubungan, mengumumkannya ke publik 19 Rencana zonasi KSN perbatasan laut Des 2015 Perpres ttg KSN
Tidak terdapat integrasi data spasial untuk KemPariwisata, Kemendagri, 20 Rencana zonasi KSNT Jul 2016 Permen ttg KSNT
penggunaan ruang laut bagi berbagai kepentingan; Kemenhan, Kemenko Kemaritiman
21 Rencana zonasi Kawasan antar wilayah Jul 2016 Perpres ttg RZKAW
(8) Belum terdapat sistem data untuk memonitoring
bangunan di sekitar pesisir dan laut;
(9) Belum terdapat mekanisme kadaster laut; (10) 8 Penyusunan rencana penggunaan ruang laut Kemenko Maritim dan Dit. TRLP3K - BIG, Kemenagraria dan Tata Ruang, Eselon 1 Instansi Terkait 19 Penyelesaian rencana penggunaan ruang laut lintas sektor dan 22 Tersusunnya Perpres tentang koordinasi Des 2016 Perpres
Kompleksitas masalah terkait pengendalian untuk berbagai kepentingan sektor KKP DJKP3K - KKP KemESDM, Kemhub, Kempariwisata, mengumumkannya ke publik penggunaan ruang laut lintas sektor
pencemaran dan kerusakan ekosistem pesisir dan KemPU, KemLHK, TNI AL,
laut; Kemendagri, Kemenhan, Kemenko
(11) Tidak semua pelabuhan memiliki rencana Kemaritiman
induk pelabuhan

9 1) Akselerasi rencana tata ruang laut daerah Bappenas, KKP Dit. TRLP3K - Kemkeu, Kemendagri, PemProv Eselon 1 Instansi Terkait 20 Identifikasi semua rencana yang disusun oleh setiap sektor 23 Hasil identifikasi rencana yang disusun oleh Jul 2015 Laporan identifikasi
(RZWP3K), DJKP3K - KKP setiap sektor
2) Pengintegrasian 21 Integrasi perencanaan lintas sektor (Wilayah-Program-Anggaran) 24 Tersusunnya hasil integrasi perencanaan Des 2015 Laporan integrasi
(RSWPK/RZWP3K/RPWP3K/ RAPWP3K) lintas sektor
dengan rencana penggunaan ruang laut oleh
berbagai sektor, rencana tata ruang wilayah,
rencana pembangunan (RPJM/RPJP), dan
perencanaan anggaran

10 Percepatan penetapan Perda RZWP3K Kemendagri;, KKP Ditjen DJKP3K KKP, Kemen ATR, Eselon 1 Instansi Terkait 22 Percepatan penetapan Perda RZWP3K di 29 Provinsi (Provinsi 25 Legislasi Dokumen RZWP3K Provinsi Des 2015 Perda RZWP3K Provinsi
Provinsi yang sudah memiliki perda, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
DIY, Maluku Utara).
11 Pengintegrasian data dan informasi tematik BIG, KKP Dit. TRLP3K - KKP, Kemenagraria dan Tata Ruang, Eselon 1 Instansi 23 Identifikasi semua sistem data dan informasi yang terkait dengan 26 Tersusunnya hasil Identifikasi semua sistem Jul 2015 Laporan identifikasi
berbasis spasial penggunaan ruang laut oleh DJKP3K - KKP KemESDM, Kemhub, Kempariwisata, Terkait penggunaan ruang laut dan pengelolaan sumberdaya kelautan data dan informasi yang terkait dengan
berbagai sektor KemPU, KemLHK, Kemenko yang dimiliki penggunaan ruang laut dan pengelolaan
Kemaritiman sumberdaya kelautan yang dimiliki

24 Pengintegrasian sistem data dan informasi terkait penggunaan 27 Terintegrasinya sistem data dan informasi Mar 2016 Laporan integrasi
ruang laut dan pengelolaan sumberdaya kelautan terkait penggunaan ruang laut dan
pengelolaan sumberdaya kelautan

12 Pengembangan sistem kadaster laut Kementerian Agraria dan Dit. TRLP3K - Kemenagraria dan Tata Ruang,, Eselon 1 Instansi 25 Kajian konsep kadaster kelautan 28 Tersusunnya kajian konsep kadaster Sep 2015 Laporan Hasil Kajian
Tata Tuang, KKP DJKP3K - KKP Kemenko Kemaritiman, BIG, Terkait kelautan
KemESDM, TNI AL, KemHub, 26 Penyiapan regulasi dan kelembagaan kadaster kelautan 29 Tersusunnya regulasi dan kelembagaan Des 2015 Perpres tentang Kadaster Laut
Kemendagri, instansi terkait kadaster kelautan
27 Implementasi sistem kadaster kelautan 30 Implementasi sistem kadaster kelautan Agus 2016 Laporan Implementasi

3. Penyempurnaan dan pelengkapan aturan perundang-undangan


Terkait UU Kelautan 13 Review terhadap peraturan perundang- KemenkumHAM DJKP3K dan Biro KemkumHAM, KKP, Kemhub dan Eselon 1 Instansi 28 Identifikasi peraturan perundang-undangan terkait 31 Tersusunnya Dokumen identifikasi Jul 2015 Laporan Hasil Identifikasi Laporan I: 10
(1) Terdapat sejumlah aturan perundang-undangan undangan yang ada saat ini Hukum - Setjen - Instansi Terkait Terkait peraturan perundang-undangan terkait
sebagai pelaksana UU Kelautan yang harus KKP Juni 2015;
KKP dan Kemenhub 29 Review terhadap peraturan perundang-undangan terkait 32 Rekomendasi perubahan peraturan per UU Des 2015 Hasil review (a.l.:Perubahan
diselesaikan (undang-undang tetang zona tambahan Laporan II : 10
terkait Peraturan Menteri Kelautan dan
untuk disusun dan undang-undang tentang landas
kontinen juga untuk disesuaikan)
Perikanan No. 30 tahun 2012 Desember
menjadi Peraturan Menteri
(2) Terdapat beberapa kekurangan dalam
Kelautan dan Perikanan No. 26 2015
pendefinisian dan penulisan/teks
tahun 2013 tentang Usaha
(3) Terdapat sejumlah hal penting yang belum
Perikanan Tangkap di Wilayah
diatur dalam UU Kelautan
Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia,
Terkait UU Perikanan
menghasilkan sejumlah
(1) Tidak semua aturan pelaksana UU Perikanan
perubahan substansial, akan
telah disusun (termasuk pembentukan UU tentang
tetapi dasar perubahan tidak
Pendanaan Suprastruktur Usaha Perikanan)
disampaikan)
(2) Beberapa permasalahan substansial muncul
dalam aturan pelaksanan UU Perikanan seperti, PP
No. 30 tahun 2008 sebagai pelaksanaan pasal 8 UU
Perikanan
(3) Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan 14 Harmonisasi peraturan perundang- KemenKumHAM, KKP DJKP3K dan Biro KemkumHAM, KKP, Kemhub dan Eselon 1 Instansi 30 Identifikasi tumpang tindih/ketidakselarasan antar peraturan 33 Tersusunnya Dokumen identifikasi Jul 2015 Laporan identifikasi
Perikanan No. 30 tahun 2012 menjadi Peraturan undangan terkait Hukum - Setjen - Instansi Terkait Terkait perundang-undangan terkait ketidakselarasan antar peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26 tahun 2013 KKP perundang-undangan terkait
tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, 31 Harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait 34 Tersusunnya dokumen peraturan Des 2016 Laporan
menghasilkan sejumlah perubahan substansial, perundangan-undangan yang telah
akan tetapi dasar perubahan tidak disampaikan diharmonisasi
15 Penyusunan peraturan perundang-undangan Penanggung jawab Semua Es I KKP KemkumHAM, KKP, Kemhub dan Eselon 1 Instansi 32 Penyusunan naskah akademik aturan perundang-undangan 35 Tersusunnya Naskah Akademik RUU Jul 2015 Naskah Akademik Naskah Akademik 2 RUU, yaitu: RUU tentang
Terkait UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terkait sesuai dengan jenis Instansi Terkait Terkait Perubahan UU No 31 Tahun 2004 tentang
(1) Terdapat sejumlah aturan pelaksana UU pesisir Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU
Peraturan
yang belum disusun. No. 45 Tahun 2009, RUU tentang Perubahan UU No
(2) Terdapat beberapa permasalahan substansial Perundangannya
27 Tahun 2007 tentang PWP3K sebagaimana telah
dalam aturan pelaksana UU Pesisir diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014.
(3) Terdapat sejumlah hal penting yang harus
diperhatikan dalam penyusunan aturan pelaksana
UU Pesisir
(4) Terdapat kekosongan hukum dalam penyusunan 33 Penyusunan aturan perundang-undangan 36 Tersusunnya RUU tentang Perubahan Agus 2016 Aturan perundang-undangan RUU tentang Perubahan UU No 31 Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Nasional. perundang-undangan tentang Perikanan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 45 Tahun 2009, RUU tentang
Terkait UU Pelayaran Perubahan UU No 27 Tahun 2007 tentang PWP3K
(1) Terdapat aturan pelaksana UU Pelayaran yang sebagaimana telah diubah dengan UU No. 1 Tahun
belum ditetapkan 2014.
(2) Terdapat sejumlah hal yang yang harus
dipastikan termuat dalam UU Pelayaran dan aturan 37 Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan Desember Rancangan Peraturan Pemerintah Pembahasan di bawah Kemenkopolhukam
pelaksanaannya Perikanan 2015 tentang Pengawasan Perikanan

38 Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Desember Rancangan Peraturan Pemerintah Pembahasan antar kementerian
Penghargaan Kepada Aparat Penegak 2015 tentang Pemberian Penghargaan
Hukum dan Pihak Yang Berjasa Dalam Kepada Aparat Penegak Hukum
Penyelamatan Kekayaan Negara dari Tindak dan Pihak Yang Berjasa Dalam
Pidana Perikanan Penyelamatan Kekayaan Negara
dari Tindak Pidana Perikanan

39 Keputusan Presiden tentang Rencana Aksi Desember 1. Rancangan Keputusan Presiden Proses penyusunan
Nasional Penanganan dan Penanggulangan 2015 tentang Rencana Aksi Nasional
lilegal, Unreported and Unregulated Fishing Penanganan dan Penanggulangan
lilegal, Unreported and
Unregulated Fishing

2. Usulan program legislasi KKP


Tahun 2015
3. Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor
KEP.50/MEN/2012 tentang
Rencana Aksi Nasional
Penanganan dan Penanggulangan
Illegal, Unreported and
Unregulated Fishing.

4. Keputusan Menteri Kelautan


dan Perikanan Nomor
51A/KEPMEN-KP/2014 tentang
Roadmap MEA.

KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Menkopolhukam, Eselon 1 Instansi 34 Penyusunan UU tentang Zona Tambahan Indonesia 40 UU tentang Zona Tambahan Indonesia Des 2016 Undang-undang
Kemlu, ESDM, TNI-AL, Kemendagri, Terkait
BIG, KemATR, Kemenhub,

KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Menkopolhukam, Eselon 1 Instansi 35 Penyusunan Revisi UU No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen 41 Revisi UU No. 1 tahun 1973 tentang Landas Des 2016 Undang-undang
Kemlu, ESDM, TNI-AL, Kemendagri, Terkait Indonesia Kontinen Indonesia
BIG, KemATR, Kemenhub,

KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Menko polhukam, Eselon 1 Instansi 36 Penyusunan PP tentang Kebijakan Pembangunan Kelautan 42 PP tentang Kebijakan Pembangunan Des 2015 PP
Kemlu, ESDM, TNI-AL, Kemendagri, Terkait Kelautan
BIG, KemATR, Kemenhub,

KKP Semua Es I KKP OJK, BI, Kemenko Maritim, KemenKeu, Eselon 1 Instansi 37 Penyusunan UU tentang Pendanaan Suprastruktur Usaha 43 UU tentang Pendanaan Suprastruktur Usaha Des 2016 UU
Bappenas, Kemenko Perek, Terkait Perikanan Perikanan
KemKumHAM
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Bappenas, ESDM, Eselon 1 Instansi 38 Penyusunan PP tentang Industri Maritim dan Jasa Maritim 44 PP tentang Industri Maritim dan Jasa Des 2015 PP
KemenPerindustrian, KemenHub, Terkait Maritim
KemenParekraf, Kemendagri,

KKP Semua Es I KKP KemenHub, Bappenas, ESDM, Eselon 1 Instansi 39 Penyusunan PP tentang Pendirian Bangunan Laut 45 PP tentang Pendirian Bangunan Laut Des 2015 PP
KemenPerindustrian, KemenHub, Terkait
Kemen Pariwasata, Kemendagri,
KKP Semua Es I KKP KemenDikBud, Kemenko Maritim, Eselon 1 Instansi 40 Penyusunan PP tentang Kebijakan Budaya Bahari 46 PP tentang Kebijakan Budaya Bahari Des 2015 PP
KemenPar Terkait
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Eselon 1 Instansi 41 Penyusunan PP tentang Pusat Fasilitas Kelautan 47 PP tentang Pusat Fasilitas Kelautan Des 2015 PP
Terkait

KKP Semua Es I KKP KemenHub, Bappenas, ESDM, Eselon 1 Instansi 42 Penyusunan PP tentang Perencanaan Ruang Laut 48 PP tentang Perencanaan Ruang Laut Des 2015 PP
KemenPerindustrian, KemenHub, Terkait
KemenPar, Kemendagri,
KKP Semua Es I KKP KemenHub, Bappenas, ESDM, Eselon 1 Instansi 43 Penyusunan PP tentang Izin Lokasi di Laut dan Tata Cara Sanksi 49 PP tentang Izin Lokasi di Laut dan Tata Cara Des 2015 PP
KemenPerindustrian, KemenHub, Terkait Administratif Sanksi Administratif
KemenPar Kemendagri, TERKAIT DENGAN UU KELAUTAN
KKP Semua Es I KKP 44 Penyusunan Keppres tentang BAKAMLA 50 Keppres tentang BAKAMLA Feb 2015 Keppres

KemenHub, KKP Ditjen Hubla KKP, TNI-AL Eselon 1 Instansi 45 Penyusunan Keppres tentang Kebijakan Nasional di Bidang 51 Keppres tentang Kebijakan Nasional di Des 2015 Keppres
Terkait Keamanan dan Keselamatan di wilayah perairan Bidang Keamanan dan Keselamatan di
wilayah perairan
KKP Semua Es I KKP ESDM, KemenHub, KemenLHK Eselon 1 Instansi 46 Penyusunan PP tentang Kebijakan Tata Kelola dan Kelembagaan 52 PP tentang Kebijakan Tata Kelola dan Des 2015 PP
Terkait Laut Kelembagaan Laut
KKP Semua Es I KKP KemenDikBud, KemenPar, KemenHub Eselon 1 Instansi 47 Penyusunan PP tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam 53 PP tentang Tata Cara Peran Serta Des 2015 PP
Terkait Pembangunan Kelautan Masyarakat dalam Pembangunan Kelautan

KKP Semua Es I KKP TNI-AL Eselon 1 Instansi 48 Penyusunan Revisi UU No. 6 tahun 1996 tentang Perairan 54 Revisi UU No. 6 tahun 1996 tentang Des 2016 UU
Terkait Indonesia terkait pasal 24 ayat 3 mengenai pembentukan Perairan Indonesia terkait pasal 24 ayat 3
Bakorkamla mengenai pembentukan Bakorkamla

KKP Semua Es I KKP KemenKumHAM Eselon 1 Instansi 49 Perbaikan UU Kelautan terkait redaksional (sesuai hasil kajian KPK 55 Perbaikan UU Kelautan terkait redaksional Des 2016 UU
Terkait lampiran 54) (sesuai hasil kajian KPK lampiran 54)

KKP Semua Es I KKP KemenKumHAM Eselon 1 Instansi 50 Perbaikan UU Kelautan terkait beberapa indikator yang belum 56 Perbaikan UU Kelautan terkait beberapa Des 2016 UU
Terkait terpenuhi (sesuai hasil kajian KPK lampiran 55) yaitu: indikator yang belum terpenuhi (sesuai
* pembatasan keikutsertaan asing hasil kajian KPK lampiran 55) yaitu:
* pembatasan kepemilikan * pembatasan keikutsertaan asing
* kewajiban penghitungan dampak negatif dalam pemanfaatan * pembatasan kepemilikan
SDA-LH * kewajiban penghitungan dampak negatif
* keterlibatan masyarakat adat, perempuan dan kaum marginal dalam pemanfaatan SDA-LH
* mekanisme penyelesaian konflik adat * keterlibatan masyarakat adat, perempuan
* mekanisme penyelesaian masalah masa lalu dan kaum marginal
* penindakan perlakukan diskriminatif * mekanisme penyelesaian konflik adat
* mekanisme penyelesaian masalah masa
lalu
* penindakan perlakukan diskriminatif
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, KemLHK Eselon 1 Instansi 51 Penyusunan Aturan pelaksanaan terkait pemanfaatan dan 57 Aturan pelaksanaan terkait pemanfaatan Des 2016 Aturan Pelaksanaan TERKAIT DENGAN UU PERIKANAN
Terkait pelestarian plasma nutfah sumberdaya ikan dan pelestarian plasma nutfah sumberdaya
ikan
KKP Semua Es I KKP Internal KKP 52 Penyusunan PermenKP ttg Pedoman pengelolaan data dan 58 PermenKP ttg Pedoman pengelolaan data Des 2015 PermenKP TERKAIT UU PWP3K
informasi tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau dan informasi tentang Pengelolaan Wilayah
Kecil. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, TNI-AL, Eselon 1 Instansi 53 Penyusunan PP ttg Pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan 59 PP ttg Pemanfaatan sumber daya perairan Des 2015 PP
KemenHub, Terkait perairan pulau-pulau kecil pesisir dan perairan pulau-pulau kecil

KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Eselon 1 Instansi 54 Penyusunan PP ttg Syarat, tata cara pemberian, pencabutan, 60 PP ttg Syarat, tata cara pemberian, Des 2016 PP
Terkait jangka waktu, luasan, dan berakhirnya Izin Lokasi dan Izin pencabutan, jangka waktu, luasan, dan
Pengelolaan berakhirnya Izin Lokasi dan Izin
Pengelolaan

KKP Semua Es I KKP Internal KKP 55 Penyusunan PermenKP ttg Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan 61 PermenKP ttg Pemanfaatan Pulau-Pulau Des 2016 PermenKP
perairan sekitarnya Kecil dan perairan sekitarnya
KKP Semua Es I KKP Internal KKP 56 Penyusunan PermenKP ttg Perubahan peruntukan dan fungsi zona 62 PermenKP ttg Perubahan peruntukan dan Des 2015 PermenKP
inti kawasan konservasi untuk dieksploitasi fungsi zona inti kawasan
konservasi untuk dieksploitasi
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, KemLingHut, Eselon 1 Instansi 57 Penyusunan Perpres ttg Batas Sempadan Pantai 63 Perpres ttg Batas Sempadan Pantai Des 2015 Perpres
KemenATR Terkait
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, LIPI, Eselon 1 Instansi 58 Penyusunan Perpres ttg Penyelenggaraan penelitian dan 64 Perpres ttg Penyelenggaraan penelitian dan Des 2015 Perpres
Terkait pengembangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pengembangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, KemenDikBud. Eselon 1 Instansi 59 Penyusunan Perpres ttg Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, 65 Perpres ttg Penyelenggaraan pendidikan, Des 2015 Perpres
Terkait dan penyuluhan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau pelatihan, dan penyuluhan
Kecil Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil

KKP Semua Es I KKP Internal KKP 60 Penyusunan PermenKP ttg Tata cara penerbitan dan 66 PermenKP ttg Tata cara penerbitan dan Des 2015 PermenKP
pencabutan izin serta perubahan status zona inti pencabutan izin serta perubahan status
zona inti
KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, Kemendagri, Eselon 1 Instansi 61 Penyusunan Perpres ttg Pelaksanaan kegiatan koordinasi 67 Perpres ttg Pelaksanaan kegiatan koordinasi Des 2015 Perpres
Terkait pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada tingkat pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
nasional pulau kecil pada tingkat
nasional

KKP Semua Es I KKP Kemenko Maritim, TNI-AL, Eselon 1 Instansi 62 Penyusunan PP ttg Sanksi administratif pemanfaatan sumber daya 68 PP ttg Sanksi administratif pemanfaatan Des 2015 PP
KemenHub, Kemenkeu. Terkait perairan pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai sumber daya perairan pesisir dan perairan
dengan izin pengelolaan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan
izin pengelolaan

4. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan


(1) Kompleksitas masalah kelembagaan dalam 16 Identifikasi peran setiap instansi pemerintah Kemenko Maritim dan Setjen, Ditjen KKP, Kemhub, KemPAN, KemESDM, Eselon 1 Instansi 63 Identifikasi lembaga yang terkait dengan pengelolaan sektor 69 Tersidentifikasinya lembagaan yang terkait Jul 2015 Draft kelembagaan sektor Laporan I: 10
rangka penegakan hukum dan kedaulatan di terkait sektor kelautan KKP PSDKP, Ditjen KP3K DJBC-Kemenkeu, TNI AL, Terkait kelautan dengan pengelolaan sektor kelautan kelautan
wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia KemenKumHAM Juni 2015;
(2) Terdapat sejumlah permasalahan lintas sektor Laporan II : 10
64 Sinergi pelaksanaan program bidang kelautan lintas K/L 70 Tersusunnya pola sinergi pelaksanaan Des 2015 Rancangan Perpres Kooridinasi
terkait dengan masalah pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan laut
sektor kelautan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Desember
PPK
(3) Terdapat sejumlah permasalahan lintas sektor 2015
terkait tata ruang wilayah laut, reklamasi wilayah 65 Identifikasi permasalahan dalam setiap lembaga yang terkait 71 tersusunnya hasil identifikasi Des 2015 data dan informasi
pesisir, pengelolaan pulau-pulau kecil dan pulau- permasalahan dalam setiap lembaga yang
pulau terluar, konservasi sumberdaya laut, pesisir, terkait
dan pulau-pulau kecil dan permasalahan internal
kelembagaan di Kementerian Kelautan dan Kemenko KKP, Perindustrian, Perdagangan, Eselon 1 Instansi 66 Mewujudkan dan mempertahankan Swasembada Garam Nasional 72 Tercapainya swasembada garam nasional Des 2016 Roadmap Swasembada Garam
Perikanan. Pererkonomian, KKP KemAgraria dan TR, KemenPU, BPS Terkait dan kesejahteraan masyarakat petambak Nasional
garam
17 Penyusunan desain kelembagaan yang dapat Kemenko Maritim dan Ditjen KP3K KKP, Kemhub, KemPAN, KemESDM, Eselon 1 Instansi 67 Penyusunan konsep kelembagaan yang dapat mendukung 73 Tersusunnya konsep kelembagaan yang Des 2015 final draft kelembagaan
mendukung pengembangan sektor kelautan KKP KemLHK, KemenPariwisata, Terkait pengembangan sektor kelautan dapat mendukung pengembangan sektor
KemenHan, TNI AL, kelautan

17 kementerian terkait Eselon 1 Instansi 68 Revisi, Penguatan peran dan optimalisasi Tim Perpres No. 78 74 Peningkatan koordinasi tim kerja Perpres Jul 2015 Laporan Semesteran,
Terkait tahun 2005 tentang Pengelolaan PPKT 78/2005 Revisi Perpres 78/2005

KKP, Kemendagri, TNI-AL, Eselon 1 Instansi 69 Revisi Perpres 112/2006 tentang Tim Nasional Pembakuan 75 Tersusunnya Revisi Perpres 112/2006 Jul 2015 Laporan Semesteran,
Terkait Rupabumi tentang Tim Nasional Pembakuan Revisi Perpres 112/2006
Rupabumi
Kemenko KKP, Perindustrian, Perdagangan, Eselon 1 Instansi 70 Ujicoba konsep kelembagaan, antara lain: Penguatan Tim 76 Terlaksananya pilot project konsep Mar 2016 Laporan dan rekomendasi KKP sudah pada tahapan implementasi (DJPSDKP)
Pererkonomian, KKP KemAgraria dan TR, KemenPU, BPS Terkait Swasembada Garam kelembagaan sektor kelautan

77 Penyusunan Perpres tentang Tim Des 2015 Perpres ttg Tim Swasembada
Swasembada Garam Garam
18 Implementasi hasil desain kelembagaan Kemenko Ditjen. PSDKP; KKP, Kemhub, KemPAN, KemESDM, Eselon 1 Instansi 71 Implementasi konsep kelembagaan, antara lain Tim Swasembada 78 Terimplementasinya Kelembagaan UPT Des 2015 Naskah Akademis Peningkatan Menunggu hasil audit organisasi
Maritim,Kemenko Ditjen KP3K KemLHK, KemenPariwisata, Terkait Garam Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Kelembagaan UPT Pengawasan
Pererkonomian dan KKP KemenHan, TNI AL, Perindustrian, Perikanan Sumber Daya Kelautan dan
Perdagangan, KemAgraria dan TR, Perikanan
KemenPU, BPS
79 Terimplementasinya konsep kelembagaan Des 2016 Laporan Implementasi
sektor kelautan secara lengkap

19 Pengalihan kewenangan pengelolaan Kemenko Maritim dan Dit. KKJI - DJKP3K - KKP, KemLHK, KemenPan RB, Eselon 1 Instansi 72 Pengalihan kewenangan (SDM, BMN, dan pengelolaan) kawasan 80 Teralihkannya kewenangan (SDM, BMN, dan Des 2015 BAST Pengalihan Pengelolaan Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-
kawasan konservasi di wilayah pesisir dan KKP KKP Kemenko Perekonomian, Bappenas, Terkait konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai amanat pengelolaan) kawasan konservasi di dari KemenLingkKehutanan ke pulau kecil mencakup Kawasan Suaka Alam dan
pulau-pulau kecil sesuai amanat Pasal 78A Kemenkeu Pasal 78A dan Pasal 78B UU 1/2014. wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai KKP. Kawasan Pelestarian Alam yang berada di wilayah
dan Pasal 78B UU 1/2014. amanat Pasal 78A dan Pasal 78B UU pesisir dan pulau-pulau kecil, dalam bentuk Taman
1/2014. Nasional/Taman Nasional Laut, Suaka Margasatwa
Laut, Suaka Alam Laut, Taman Wisata Laut, dan
Cagar Alam Laut, antara lain tetapi tidak terbatas
pada:
a. Taman Nasional (Laut) Kepulauan Seribu;
b. Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa;
c. Taman Nasional (Laut) Bunaken;
d. Taman Nasional (Laut) Kepulauan Wakatobi;
e. Taman Nasional (Laut) Taka Bonerate;
f. Taman Nasional Teluk Cenderawasih; dan
g. Taman Nasional Kepulauan Togean.

KemenPan RB, Kemenko Eselon 1 Instansi 73 Peningkatan kelembagaan Pengelola Kawasan Konservasi Perairan 81 Terbentuknya UPT pengelola kawasan Jul 2016 Persetujuan Menpan RB
Perekonomian, Bappenas. Terkait Nasional dari semula berstatus Satker menjadi Balai/Loka konservasi perairan nasional

KKP, KemLHK, KemenPan RB, Eselon 1 Instansi 74 Pengalihan Otoritas Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan dan CITES 82 Teralihkannya kewenangan pengeloloaan Des 2015 BAST Pengalihan Pengelolaan
Kemenko Perekonomian, Bappenas, Terkait ke KKP SELURUH konservasi Jenis Ikan ke KKP. dari KemenLingkKehutanan ke
Kemenkeu KKP.

5. Pengembangan Sistem Data dan Informasi


(1) Tidak akuratnya data dan informasi yang 20 Identifikasi sistem data dan informasi terkait Kemenko Maritim dan Pusdatin - Setjen BIG, KKP, Kemenagraria dan Tata Eselon 1 Instansi 75 Identifikasi sistem data dan informasi terkait sektor kelautan yang 83 Identifikasi ketersediaan data dan informasi Jul 2015 terbentuknya forum data dan Laporan I: 10
dicatatkan dalam database hasil tangkapan ikan sektor kelautan yang dimiiliki oleh setiap KKP KKP, Dit. TRLP3K, Ruang, KemESDM, Kemhub, Terkait dimiiliki oleh setiap instansi Kelautan dan Perikanan melalui informasi kelautan dan perikanan,
(2) Tidak ada kepastian akan akurasi data dan instansi PPK, PL, KKJI - Kempariwisata, KemPU, KemLHK pembentukan forum data dan informasi (2) tersusunya buku direktori Juni 2015;
informasi terkait potensi sumberdaya perikanan. DJKP3K kelautan dan perikanan instansi penyedia data dan Laporan II : 10
(3) Tidak akuratnya data dan informasi berkaitan informasi
dengan asal penangkapan ikan Desember
(4) Tidak optimalnya sistem perizinan yang ada saat 84 Identifikasi stock SDI di seluruh WPP-RI Jul 2015 Estimasi potensi SDI per WPP-RI 2015
ini dalam menjamin keberlanjutan sumberdaya
perikanan dan daya dukung lingkungan 85 Pendataan melalui logbook, observer Des 2015 Data hasil tangkapan
(5) Belum terdapat sistem data dan informasi yang
21 Pengembangan sistem data dan informasi Kemenko Maritim dan Pusdatin - Setjen BIG, KKP, Kemenagraria dan Tata Eselon 1 Instansi 76 Pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi 86 Penguatan data sharing system (DSS) Des 2015 Sistem DSS yang sudah Sistem DSS dengan data ilmiah, seperti dinamika
terintegrasi terkait dengan perizinan di sektor
yang terintegrasi KKP KKP Ruang, KemESDM, Kemhub, Terkait dengan penambahan data ilmiah dikembangkan laut dan data potensi SDI per WPP
sumberdaya alam, khususnya untuk aktivitas yang
Kempariwisata, KemPU, KemLHK
menggunakan ruang pesisir, laut, dan pulau-pulau
kecil;:
22 Implementasi sistem data dan informasi sesuai dengan jenis Pusdatin - Setjen BIG, KKP, Kemenagraria dan Tata Eselon 1 Instansi 77 Implementasi sistem data dan informasi yang terintegrasi 87 Pelaksanaan DSS yang telah dikembangkan Mar 2016 Sistem DSS yang dilaksanakan terintegrasinya data dan informasi melalui data
yang terintegrasi perijinannya KKP Ruang, KemESDM, Kemhub, Terkait sharing system
Kempariwisata, KemPU, KemLHK
6. Perbaikan Sistem Ketatalaksanaan Perizinan, Pengelolaan Penerimaan Negara dan Pemberian Bantuan Sosial/Hibah/Subsidi
Ketatalaksanaan PNBP Perikanan Tangkap 23 Review terhadap sistem ketatalaksanaan KKP, Kemhub Kemenko Maritim, Ditjen PT dan Ditjen 78 Review terhadap sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan 88 Hasil review peraturan terkait pungutan Juli 2015 Revisi PP No. 19/ 2006 tentang Laporan I: 10
(1) Formula perhitungan tarif PPP dan PHP yang semua jenis perizinan (al. kelautan, MenPPN/Bappenas, KKP, Kemkeu KP3K negara, dan pemberian bantuan sosial/hibah/subsidi . perikanan tarif atas jenis penerimaan negara
tidak optimal perikanan, pesisir dan pulau-pulau kecil), (DJP, DJA), Kemendag, BKPM Eselon 1 Instansi (Identifikasi peraturan perundangan yang belum ada/belum bukan pajak yang berlaku pada Juni 2015;
(2) Lemahnya mekanisme pembayaran PNBP penerimaan negara, dan pemberian bantuan Terkait disusun sesuai amanat UU/PP) departemen kelautan dan Laporan II : 10
(3) Harga patokan ikan yang menjadi dasar sosial/hibah/subsidi perikanan
perhitungan PHP yang tidak memadai Desember
(4) Tidak dilakukannya evaluasi secara periodik 2015
terhadap produktivitas kapal 89 tersusunnya hasil review terhadap sistem Juli 2015 Revisi PP No. 19/ 2006 tentang Formula sudah bagus, namun komponen dasar
ketatalaksanaan penerimaan negara tarif atas jenis penerimaan negara penghitunganya perlu dilakukan penyesuaian (HPI,
Perizinan SIUP/SIPI/SIKPI Perikanan Tangkap bukan pajak yang berlaku pada Koefisien Skala Usaha, Produktifitas Kapal)
(1) Terdapat indikasi tindak pidana korupsi dan departemen kelautan dan
tindak pidana lainnya dalam proses pengurusan perikanan
SIUP/SIPI/SIKPI
(2) Terdapat perusahaan Kapal Ikan Asing yang
memperoleh SIUP/SIPI/SIKPI, tercatat bukan 90 tersusunnya hasil review terhadap sistem Juli 2015 Dokumen hasil review
ketatalaksanaan pemberian bantuan
sebagai perusahaan penangkapan ikan atau
pengangkutan ikan sosial/hibah/subsidi
(3) Terdapat perusahaan yang memperoleh 91 Hasil reviu peraturan terkait pungutan Juli 2015 Dokumen hasil review
SIUP/SIPI/SIKPI, namun tidak memiliki NPWP perikanan
92 Hasil revisi PP 19/2006 ttg PNBP Jul 2015 Dokumen hasil revisi
Izin Lokasi dan izin Pemanfaatan Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil 24 Perbaikan terhadap sistem ketatalaksanaan KKP, Kemhub Kemenko Maritim, Ditjen PT , Eselon 1 79 Perbaikan terhadap sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan 93 Sistem pembayaran PNBP yang terintegrasi Jul 2015 Simponi On-Line Sesuai dengan Kepmen-KP No.22/2003, bahwa
(1) Terhambatnya kegiatan pemberian izin lokasi semua jenis perizinan (al. kelautan, MenPPN/Bappenas, KKP, Kemkeu Instansi Terkait negara, dan pemberian bantuan sosial/hibah/subsidi. selama ini pembayaran pungutan perikanan
pemanfaatan ruang dari sebagian perairan pesisir perikanan, pesisir dan pulau-pulau kecil), (DJP, DJA), Kemendag, BKPM dilakukan melalui bank persepsi. Bukti bayar SSBP
dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil. penerimaan negara, dan pemberian bantuan lembar 5 dan validasi bank Diserahkan kembali ke
sosial/hibah/subsidi DJPT. pembayaran PNBP dapat dilakukan melalui
Perizinan Pelayaran (Kemhub) Aplikasi Simponi On-line
(1) Terdapat indikasi adanya tindak pidana korupsi (www.simponi.kemenkeu.go.id)
terkait penerbitan perizinan
(2) Kompleksitas permasalahan yang muncul dalam
operasional kapal dan Terminal Untuk Kepentingan 94 hasil revisi peraturan yang mengatur Jul 2015 aturan yang direvisi PP/19/2006;
Sendiri (TUKS) tentang pungutan perikanan (berdasarkan KEPMEN KP 22/2004; dan
(3) Belum terdapat sistem informasi berbasis hasil reviu),a.l.: PP 19/2006; KepMenKP PERMEN KP 40/2004
teknologi informasi untuk monitoring arus lalu 22/2013; dan PerMenKP 40/2004
lintas barang dan kapal.

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial: INKAMINA, 95 tersusunnya hasil perbaikan terhadap Jul 2015
PUMP, dan PUGAR sistem ketatalaksanaan pemberian bantuan
(1) Mekanisme cek silang (crosscheck) terhadap sosial/hibah/subsidi
penerima bantuan tidak berjalan optimal Eselon 1 Instansi Terkait 80 Perbaikan terhadap sistem ketatalaksanaan pemberian bantuan 96 Evaluasi terhadap pemberian bantuan Des 2015 Matriks Pemantauan, Evaluasi Ditjen. Perikanan Tangkap akan melakukan review
(2) Pembinaan terhadap penerima bantuan yang sosial/hibah/subsidi sosial/hibah kepada nelayan (Inka Mina) dan Rencana Aksi terhadap pelaksanaan program inka mina, untuk
masih lemah menjadi perbaikan pada pembangunan kapal 2015
(3) Belum ada sinergi yang kuat lintas pihak dalam
mendorong optimalisasi program pemberdayaan
masyarakat nelayan/pesisir. Ditjen KP3K 81 Penyusunan peraturan perundang-undangan yang belum ada 97 Draft Perpres ttg luasan lahan dan Agus 2016 Draft Final
sesuai amanat UU/PP (Perpres luasan lahan dan pengalihan pengalihan saham dalam pemanfaatan PPK
saham investasi PMA, Revisi Permen KP Pemanfaatan PPK dan dan perairan sekitarnya oleh investasi PMA
perairan di sekitarnya, PP PNBP Bidang Kelautan dan Perikanan).

25 Implementasi sistem ketatalaksanaan semua KKP, Kemhub Kemenko Maritim, Ditjen PT dan Ditjen 82 Implementasi sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan 98 Terbangunnya sistem perizinan (regulasi, Des 2016 SOP, Sarana, dan SDM
jenis perizinan (al. kelautan, perikanan, MenPPN/Bappenas, KKP, Kemkeu KP3K negara, dan pemberian bantuan yang telah diperbaharui. SDM, sarpras)
pesisir dan pulau-pulau kecil), penerimaan (DJP, DJA), Kemendag, BKPM Eselon 1 Instansi
negara, dan pemberian bantuan yang telah Terkait 99 Harga patokan ikan yang menjadi dasar Apr 2015 Permendagri RI No.13/M- HPI masih mengacu pada Permendagri No.32
diperbaharui perhitungan PHP yang diperbaharui DAG/PER/5/11 tentang harga Tahun 2010 tentang harga patokan ikan, harus ada
patokan ikan penyesuaian harga dari produsen

100 terimplementasinya sistem ketatalaksanaan ;Jan 2016


pemberian bantuan yang telah diperbaharui

26 Integrasi sistem ketatalaksanaan semua KKP, Kemhub Kemenko Maritim, Ditjen PT, Setjen, Ditjen 83 Integrasi sistem ketatalaksanaan perizinan, penerimaan negara, 101 Terintregasinya sistem ketatalaksanaan Jul 2016 hasil evaluasi dan monitoring
jenis perizinan (al. kelautan, perikanan, MenPPN/Bappenas, KKP, Kemkeu KP3K, dan Ditjen PSDKP, dan pemberian bantuan yang telah diperbaharui dengan sistem perizinan
pesisir dan pulau-pulau kecil), penerimaan (DJP, DJA), Kemendag, BKPM Eselon 1 Instansi lainnya
102 Terintregasinya sistem ketatalaksanaan Jul 2016 hasil evaluasi dan monitoring
negara, dan pemberian bantuan yang telah Terkait
penerimaan negara
diperbaharui dengan sistem lainnya
103 Terintregasinya sistem ketatalaksanaan Jul 2016 hasil evaluasi dan monitoring
pemberian bantuan
104 Evaluasi secara periodik terhadap Des 2015 Kepmen No. 61/2014 tentang
produktivitas kapal produktifitas kapal
Perizinan SIUP/SIPI/SIKPI Perikanan
Tangkap

7. Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak


27 Identifikasi setiap jenis kewajiban para pihak Kemenko Kemaritiman Kemenko Polhukam dan Kemenko Seluruh eselon I KKP , 84 Identifikasi setiap jenis kewajiban para pihak 105 Teridentifikasinya setiap jenis kewajiban Mar 2015 (1) logbook penangkapan ikan (1) kewajiban pelaku usaha untuk melaksanaan Laporan I: 10
dan KKP Maritim,KemLHK, KemESDM, Kemkeu, Eselon 1 Instansi para pihak yang telah diisi (2) perjanjian logbook penangkapan ikan. (2) kewajiban pelaku
APH Terkait kerjasama antara pelaku usaha usaha untuk menerima observer diatas kapal Juni 2015;
dengan observer Laporan II : 10
Desember
Mar 2015 Arsip Dokumen Perizinan Usaha Sesuai dengan persyaratan PERMEN KP 30 / 2012
Perikanan Tangkap. tentang usaha perikanan tangkap sebagaimana 2015
telah dirubah dengan PERMEN KP 26 / 2013

28 Identifikasi tingkat pelaksanaan kewajiban masing-masing instansi Kemenkom Polhukam dan Kemenko Seluruh eselon I KKP, 85 Identifikasi tingkat pelaksanaan kewajiban para pihak 106 Identifikasi tingkat pelaksanaan kewajiban Jun 2015 Arsip Dokumen Perizinan Usaha Telah melaksanakan kewajiban pemenuhan
para pihak penanggung jawab Maritim, KemLHK, KemESDM, Eselon 1 Instansi para pihak Perikanan Tangkap. persyaratan administrasi perizinan usaha
Kemkeu, APH Terkait perikanan tangkap

29 Mendorong pelaksanaan kewajiban para Kemenko Kemaritiman Kemenkom Polhukam dan Kemenko Seluruh eselon I KKP, 86 Mendorong pelaksanaan kewajiban para pihak yang belum 107 Tersedianya metode yang dapat mendorong Des 2015 telah melaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku
pihak yang belum dipenuhi dan KKP Maritim, KemLHK, KemESDM, Eselon 1 Instansi dipenuhi pelaksanaan kewajiban para pihak yang
Kemkeu, APH Terkait belum dipenuhi

30 Memantau pelaksanaan kewajiban para Kemenko Kemaritiman, Kemenkom Polhukam dan Kemenko Seluruh eselon I KKP, 87 Memantau pelaksanaan kewajiban para pihak 108 Terpantaunya pelaksanaan kewajiban para Des 2015 pelaksanaan pemantauan usaha perikanan tangkap
pihak dan KKP Maritim, KemLHK, KemESDM, Eselon 1 Instansi pihak dilakukan melalui LKU/LKP
Kemkeu, APH Terkait

31 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan masing-masing instansi Kemenkom Polhukam dan Kemenko Seluruh eselon I KKP, 88 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kewajiban para pihak 109 Terevaluasinya pelaksanaan kewajiban Jan 2016 melakukan evaluasi dan verifikasi pada pelaku
kewajiban para pihak penanggung jawab Maritim, KemLHK,, KemESDM, Eselon 1 Instansi para pihak usaha perikanna tangkap
Kemkeu Terkait (perseorangan/perusahaan)

32 Mengambil langkah-langkah sebagai tindak masing-masing instansi Kemenkom Polhukam dan Kemenko Seluruh eselon I KKP, 89 Mengambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut atas evaluasi 110 Tersedianya langkah-langkah sebagai tindak Jan 2016 pengenaan sanksi administrasi sesuai ketentuan
lanjut atas evaluasi pelaksanaan kewajiban penanggung jawab Maritim, KemLHK, KemESDM, Eselon 1 Instansi pelaksanaan kewajiban para pihak lanjut atas evaluasi pelaksanaan kewajiban yang berlaku
para pihak Kemkeu, APH Terkait para pihak
Matriks Rencana Aksi Atas Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Indonesia - Sektor Kelautan (Pemerintah Provinsi )
DRAFT-02 / 10 FEB

Fokus Area Rekomendasi & Target Penanggungjawab Instansi Terkait Renaksi Indikator Output Keterangan
1 2 3 4 5 6 STATUS 7
Bukti Penjelasan - Verifikasi
No Deskripsi No Deskripsi Instansi Unit Instansi Unit No Deskripsi No. Deskripsi Tenggat Waktu OPEN CLOSED
Pendukung PEMDA KPK
1. Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut
1 Penyediaan informasi yang dibutuhkan untuk Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 1 Mengidentifikasi kebutuhan informasi tematik 1 Laporan identifikasi kebutuhan informasi tematik
penyusunan tata ruang laut Tata Ruang , Dinas Perhubungan untuk kepentingan perencanaan lintas sektor untuk kepentingan perencanaan tata ruang laut
disertai dengan spesifikasi data dan informasi yang
dibutuhkan.
2 Menyusun informasi tematik untuk kepentingan 2 Database informasi tematik terkait dengan kelautan
perencanaan lintas sektor
2 Penyusunan rencana tata ruang laut Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas Tata Ruang 3 Menyelesaikan rencana tata ruang wilayah laut 3 Laporan rencana tata ruang wilayah laut Laporan Berkala 10
Maret 2015
3 Penyusunan rencana penggunaan ruang laut Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 4 Menyelesaikan rencana penggunaan ruang laut 4 Laporan rencana penggunaan ruang laut untuk lintas
10 Juli 2015
untuk berbagai kepentingan sektor Tata Ruang , Dinas Perhubungan lintas sektor sektor seperti (Wilayah Usaha Pertambangan di
10 Desember 2015
Pesisir dan Laut; Alur Laut; Daerah Lingkungan Kerja
(Dari Gubernur
Pelabuhan; dll)
ditujukan kepada
4 Pengintegrasian rencana tata ruang laut Gubernur KaDinas KKP Bappeda, DPPKD, Dinas Tata 5 Mengdentifikasi semua rencana yang disusun oleh 5 Laporan rencana penggunaan ruang laut oleh lintas KPK tembusan
(RSWPK/RZWP3K/RPWP3K/RAPWP3K) Ruang setiap sektor sektor dalam bentuk spasial KKP)
dengan rencana penggunaan ruang laut oleh 6 MengIntegrasikan perencanaan lintas sektor 6 Laporan penggunaan ruang laut berbasis spasial
berbagai sektor, rencana tata ruang wilayah, (Wilayah-Program-Anggaran) yang dilengkapi dengan rencana program dan
rencana pembangunan (RPJM/RPJP), dan pengalokasian anggaran
perencanaan anggaran

2. Penataan Izin
5 Review terhadap sistem ketatalaksanaan Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 7 Melakukan reviu terhadap sistem ketatalaksanaan 7 Laporan hasil reviu terhadap sistem ketatalaksanaan
perizinan/Hibah/Bantuan Sosial/Subsidi Tata Ruang , Dinas Perhubungan perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi perizinan yang memuat antara lain: prosedur/tata
cara perizinan; persyaratan yang harus dipenuhi;
waktu dan biaya yang dibutuhkan; petugas/bagian
dan perannya masing-masing; titik-titik yang
berpotensi menjadi sumber permasalahan
(identifikasi resiko); upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut (upaya mitigasi resiko); dll.

Laporan Berkala 10
Maret 2015
6 Perbaikan terhadap sistem ketatalaksanaan Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 8 Melakukan perbaikan terhadap sistem 8 Laporan kegiatan terhadap perbaikan sistem
10 Juli 2015
perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi Tata Ruang , Dinas Perhubungan ketatalaksanaan perizinan/bantuan ketatalaksanaan perizinan/hibah/bantuan
10 Desember 2015
sosial/hibah/subsidi sosial/subsidi
(Dari Gubernur
7 Implementasi sistem ketatalaksanaan Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 9 Mengimplementasikan sistem ketatalaksanaan 9 Laporan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan sistem ditujukan kepada
perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi yang Tata Ruang , Dinas Perhubungan perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi yang telah ketatalaksanaan perizinan/bantuan KPK tembusan
telah diperbaharui diperbaharui sosial/hibah/subsidi yang telah diperbaharui KKP)

8 Integrasi sistem ketatalaksanaan Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 10 Mengntegrasikan sistem ketatalaksanaan 10 Laporan integrasi sistem ketatalaksanaan
perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi yang Tata Ruang , Dinas Perhubungan perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi yang telah perizinan/bantuan sosial/hibah/subsidi yang telah
telah diperbaharui dengan sistem lainnya diperbaharui dengan sistem lainnya diperbaharui dengan sistem lainnya; misalnya sistem
perizinan dengan sistem monitoring penerimaan
pendapatan daerah; bantuan sosial dengan database
rumah tangga nelayan miskin; dll.
Fokus Area Rekomendasi & Target Penanggungjawab Instansi Terkait Renaksi Indikator Output Keterangan
1 2 3 4 5 6 STATUS 7
Bukti Penjelasan - Verifikasi
No Deskripsi No Deskripsi Instansi Unit Instansi Unit No Deskripsi No. Deskripsi Tenggat Waktu OPEN CLOSED
Pendukung PEMDA KPK
3. Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak
9 Identifikasi setiap jenis kewajiban para pihak Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 11 Mengidentifikasi setiap jenis kewajiban para pihak 11 Laporan daftar setiap kewajiban para pihak
Tata Ruang , Dinas (pemerintah dan pelaku usaha) yang antara lain
Perhubungan, Dinas LH, Kanwil mencakup kewajiban administrasi; keuangan; teknis;
Pajak lingkungan; dll yang juga mencakup besar/jenis
kewajiban; jangka waktu pelaksanaan kewajiban; dan
sanksi yang diberikan jika kewajiban tidak terpenuhi.

10 Identifikasi tingkat pelaksanaan kewajiban Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 12 Mengidentifikasi tingkat pelaksanaan kewajiban 12 Laporan hasil evaluasi pelaksanaan kewajiban oleh
para pihak Tata Ruang , Dinas para pihak (kepatuhan) para pihak Laporan Berkala 10
Perhubungan, Dinas LH, Kanwil Maret 2015
11 Mendorong pelaksanaan kewajiban para Gubernur KaDinas KKP Pajak
Bappeda,Dinas ESDM, Dinas 13 Mendorong pelaksanaan kewajiban para pihak 13 Laporan langkah-langkah untuk mendorong 10 Juli 2015
pihak yang belum dipenuhi Tata Ruang , Dinas yang belum dipenuhi pelaksanaan kewajiban para pihak 10 Desember 2015
Perhubungan, Dinas LH, Kanwil (Dari Gubernur
Pajak ditujukan kepada
12 Memantau pelaksanaan kewajiaban para Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 14 Memantau pelaksanaan kewajiban para pihak 14 Laporan hasil monitoring pelaksanaan kewajiban
KPK tembusan
pihak Tata Ruang , Dinas para pihak
KKP)
Perhubungan, Dinas LH, Kanwil
Pajak
13 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Gubernur KaDinas KKP Bappeda,Dinas ESDM, Dinas 15 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan 15 Laporan hasil evaluasi pelaksanaan kewajiban oleh
kewajiban para pihak Tata Ruang , Dinas kewajiban para pihak para pihak
Perhubungan, Dinas LH, Kanwil
14 Mengambil langkah-langkah sebagai tindak Gubernur KaDinas KKP Pajak
Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 16 Mengambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut 16 Laporan tindak lanjut hasil evaluasi pelaksanaan
lanjut atas evaluasi pelaksanaan kewajiban Tata Ruang , Dinas atas evaluasi pelaksanaan kewajiban para pihak kewajiban oleh para pihak
para pihak Perhubungan, Dinas LH, Kanwil (termasuk pemberian sanksi seuai aturan yang
Pajak berlaku)

4. Pemberian dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat


15 Identifikasi hak-hak masyarakat yang ada di Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 17 Mengdentifikasi hak-hak masyarakat yang ada di 17 Laporan hasil identifikasi hak-hak masyarakat yang
laut Tata Ruang , Dinas laut ada di laut. Antara lain hak-hak kepemilikan, sosial,
Perhubungan, Dinas LH jaminan keamanan, adat, dan konflik yang muncul
terkait hak-hak masyarakat, dll.

16 Merumuskan langkah-langkah untuk Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 18 Merumuskan langkah-langkah untuk melindungi 18 Laporan hasil rumusan langkah-langkah untuk
melindungi dan memenuhi hak-hak Tata Ruang , Dinas dan memenuhi hak-hak masyarakat sesuai melindungi dan memenuhi hak-hak masyarakat Laporan Berkala 10
masyarakat sesuai dengan aturan perundang- Perhubungan, Dinas LH dengan aturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan aturan perundang-undangan yang Maret 2015
undangan yang berlaku berlaku 10 Juli 2015
10 Desember 2015
17 Melakukan sosialiasi/edukasi/kampanye Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 19 Melakukan sosialiasi/edukasi/kampanye terhadap 19 Laporan hasil sosialiasi/edukasi/kampanye terhadap
(Dari Gubernur
terhadap langkah-langkah untuk memenuhi Tata Ruang , Dinas langkah-langkah untuk memenuhi hak-hak langkah-langkah untuk memenuhi hak-hak
ditujukan kepada
hak-hak masyarakat Perhubungan, Dinas LH masyarakat masyarakat
KPK tembusan
18 Memenuhi hak-hak masyarakat Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 20 Memenuhi hak-hak masyarakat 20 Laporan pelaksanaan kegiatan pemenuhan hak-hak KKP)
Tata Ruang , Dinas masyarakat termasuk pelaksanaan resolusi konflik
Perhubungan, Dinas LH yang muncul dalam pemenuhan hak-hak masyarakat.

19 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Gubernur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas 21 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap 21 Laporan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
pemenuhan hak-hak masyarakat Tata Ruang , Dinas pemenuhan hak-hak masyarakat pemenuhan hak-hak masyarakat.
Perhubungan, Dinas LH
PELAPORAN GN SDA SEKTOR KELAUTAN (UPDATE S.D. JUNI 2016)
No. Pelaporan Maret 2015 Pelaporan Juni 2015 Pelaporan Desember 2015
Provinsi Frek. Lap
Soft Copy Hard Copy Ket. Soft Copy Hard Copy Keterangan Soft Copy Hard Copy Ket.
1 Aceh 5-Mar-15 Matriks renaksi belum 22-Sep-15 kurang matriks renaksi, data izin sudah 2 kali
disampaikan, data izin sudah
2 Sumatera Utara 24-Mar-14 Lengkap Sudah sudah via KKP 11-Dec-16 Lengkap 3 kali
3 Riau 22-Mar-15 22 Mar & 8 Lengkap, data izin sudah May-15 kurang matriks renaksi (laporan dalam bentuk 2 kali
Mey 2015 disampaikan narasi), data izin sudah
4 Kepulauan Riau 8-Sep-15 kurang matriks renaksi , data izin sudah 15-Dec kurang bukti pendukung dan 2 kali
data izin
5 Sumatera Barat 5-May-15 Lengkap 23-Jul-15 sudah lengkap 2 kali
6 Jambi 10-Nov-15 sudah kurang bukti pendukung dan data izin Jun-16 kurang bukti pendukung dan 2 kali
data izin
7 Sumatera Selatan 17-Mar-15 Lengkap 1-Sep-15 Lengkap 2 kali
8 Bengkulu nihil
9 Lampung 21-Apr-15 Matriks izin belum Lengkap, kurang 9-Jun-15 Data izin dan matriks sudah, kurang bukti 10-Dec-15 Lengkap 3 kali
bukti pendukung pendukung
10 Kep. Bangka Belitung 9 Maret 2015 Lengkap 10-Jun-15 Data izin dan matriks sudah, kurang bukti 2 kali
pendukung
11 DKI Jakarta 21-Apr-15 Lengkap 18-Jun-15 matriks renaksi belum disampaikan, data izin 2 kali
sudah
12 Banten 18-Mar-15 Matriks renaksi belum 11-Jun-15 Data izin sudah, Kurang matriks renaksi 2 kali
disampaikan, data izin sudah
13 Jawa Barat 16-Mar-15 Matriks renaksi belum 19-Jan-16 Lengkap 2 kali
disampaikan, data izin sudah
14 Jawa Tengah 10-Jun-15 Data izin dan matriks sudah, kurang bukti 10-Dec-15 Lengkap 2 kali
pendukung
15 DI Yogyakarta 15-Jul-15 kurang matriks renaksi, data izin sudah 1 kali
16 Jawa Timur 12-May-15 kurang matriks renaksi 1 kali
17 Bali 16-Mar-15 Lengkap 16-Jun-15 Data izin dan matriks sudah, kurang bukti 19-Jan-16 Lengkap 3 kali
pendukung
18 Kalimantan Barat 4-Sep-15 data izin dan matriks renaksi sudah, kurang 1 kali
bukti pendukung
19 Kalimantan Tengah 12-Mar-15 Matriks Lengkap, kurang bukti 12-Jun-15 Lengkap 10-Dec-15 Lengkap 3 kali
pendukung
20 Kalimantan Timur nihil
21 Kalimantan Utara 22-Jul-15 Kurang bukti pendukung 1 kali
22 Kalimantan Selatan 11 Dec 2015 + Lengkap 1 kali
17 Feb 2016
23 Sulawesi Selatan 10-Aug-15 data izin sudah, matriks renaksi belum 10-Dec-15 kurang bukti pendukung dan 2 kali
data izin
24 Sulawesi Barat 13-Aug-15 lengkap 1 kali
25 Sulawesi Utara 3-Jun-15 Data izin sudah, matriks belum 1 kali
26 Sulawesi Tenggara 22-Jun-15 Lengkap, kurang bukti pendukung 1 kali
27 Sulawesi Tengah 26-Jul-15 data izin belum, bukti pendukung belum 10-Dec-16 Lengkap 2 kali
28 Gorontalo sudah sudah via KKP 1 kali
29 Maluku 23-Jul-15 sudah matriks dan data izin sudah, kurang bukti 19-Jan-16 Lengkap 2 kali
pendukung
30 Maluku Utara 22-Jul-15 sudah matriks dan data izin sudah, kurang bukti 15-Dec-15 Lengkap 2 kali
pendukung
31 NTB 8-Nov-15 Lengkap 1 kali
32 NTT 3-Nov-16 Lengkap 1 kali
33 Papua nihil
34 Papua Barat nihil
TOTAL 9 4 19 13 14 1
REKAPITULASI KEGIATAN REKLAMASI
A. SUDAH DAN SEDANG REKLAMASI
NO LOKASI REKLAMASI PEMRAKARSA luas STATUS KAWASAN PEMBERI IZIN JENIS IZIN NO IZIN STATUS Sumber

1 Reklamasi Teluk Palu PT. Yauri Investama, PT. Mahakarya 62,83 Ha ? reklamasi telah terjadi Surat Pengaduan Koordinator Advokasi
Putra Palu Hukum dan Kebijakan KIARA dan
Ombusman RI
2 Reklamasi Kota Palu Haji Hasan Kadir Jufri Walikota Izin reklamasi No 522.3/1117/PHBKI dan Nomor 07/FBP/IV2015

3 Reklamasi Kabupaten Pinrang Investor 3 ha ? - - reklamasi telah terjadi Surat Pengaduan


4 Reklamasi Kabupaten Toli-toli Investor DLKP dan DLKR ? tanpa izin reklamasi telah terjadi Surat Pengaduan Omusman RI

5 Reklamasi di Kabupaten Gresik Investor ? tanpa izin reklamasi telah terjadi surat pengaduan Jatim Corruption Watch
(JWC)
6 Pulau Tengah Pemkab Kepulauan Seribu 9 Ha KSN ? tanpa izin reklamasi telah terjadi Plt. Gubernur mengajukan Rekomendasi
Izin Lokasi Kepada MenKP

7 Reklamasi di Deli Serdang PT. Mabar Elektrindo dan PT. Shang Hai KSN ? Indonesian Corruption Watch (ICW)
Sui Sumatera Utara
8 Reklamasi di Kabupaten Serang PT. SBS 59 Ha KSN Bupati Serang Keputusan Bupati Serang No. 503/Kep.576- reklamasi telah terjadi
Huk.BPTPM/2012

9 Reklamasi di Kabupaten Bima Investor, Masyarakat Bupati Bima investor : keputusan bupati bima, msyarakat : yang reklamasi telah terjadi
tanpa izin

10 Reklamasi batam Investor KSN Badan Otorita izin pematangan ? reklamasi telah terjadi
Batam, Walikota lahan
Batam

11 Reklamasi Pondok Dadap, Tangerang Agung Sedayu Group 56 Ha pemanfaatan umum ? - - reklamasi telah terjadi Laporan/aduan dari warga
12 Reklamasi Pantai Boom, Kampung PT. Pelindo Property Indonesia (anak 60 Ha Reklamasi sedang berjalan Surat aduan No.
Mandar, Banyuwangi, perusahaan PT. Pelindo III) 01/R.PB/RJW/BWI/IV/2016 tertanggal 25
April 2016 dari LSM Rejowangi

13 Reklamasi Jakarta (Pulau G) PT. Muara Wisesa Samudera 161 KSN Gubernur DKI Izin Prinsip Surat Gub. DKI No.804/-1.794.2 berlaku 21 Juni 2012
s.d. 21 Juni 2014
Perpanjangan Izin Kep.Gub DKI No.1417/2012 berlaku 21 Sept 2012 s.d.
Prinsip 21 Sept 2014
Izin Pelaksanaan Kep.Gub DKI No.1417/2012 berlaku 21 Sept 2012 s.d.
21 Sept 2014
14 Reklamasi Jakarta (Pulau C atau Pulau 2B) PT. Kapuk Naga Indah 285 Ha KSN Gubernur DKI Izin Prinsip Surat Gub. DKI No.804/-1.794.2 berlaku 21 Juni 2012 reklamasi sudah berjalan Survei lapang
s.d. 21 Juni 2014
Izin Pelaksanaan Kep.Gub DKI No.1417/2012 berlaku 21 Sept 2012 s.d.
21 Sept 2014
15 Reklamasi Jakarta (Pulau D atau Pulau 2A) PT. Kapuk Naga Indah 312 Ha KSN Gubernur DKI Izin Prinsip Surat Gub. DKI No.1571/-1.711 terbit 19 Juli 2007 reklamasi selesai dibangun

Izin Pelaksanaan Kep.Gub DKI No.1491/2010 berlaku 6 Agustus 2010 s.d.


6 Agustus 2013
B. PROSES PERIJINAN
1 Teluk Benoa, Provinsi Bali PT. Tirta Wahana Bali Internasional 700 ha KSN KKP Izin Lokasi No. 445/Men-Kp/VII/2014, tanggal 25 Agustus 2014 Proses Penyusunan AMDAL Surat Permohonan Izin Lokasi Kepada
MenKP
2 Teluk Jakarta Invenstor 17 pulau, KSN Gubernur DKI Izin Prinsip habis 2013
4.966 Ha
- Pulau A - PT. Kapuk Naga Indah 79 Ha Izin Prinsip habis 2013
NO LOKASI REKLAMASI PEMRAKARSA luas STATUS KAWASAN PEMBERI IZIN JENIS IZIN NO IZIN STATUS Sumber

- Pulau B - PT. Kapuk Naga Indah 380 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau C - PT. Kapuk Naga Indah 276 Ha Izin Prinsip habis 2013 proses reklamasi
- Pulau E - PT. Kapuk Naga Indah 284 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau F - PT. Jaladri Kartika Eka Paksi 190 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau G - PT. Muara Wisesa Samudera 155 Ha Izin Reklamasi SK Gubernur DKI Jakarta No. 2238 Tahun 2014

- Pulau H - PT Taman Harapan Indah 63 Ha Izin Prinsip habis 2013 proses reklamasi

- Pulau I - PT. Pembangunan Jaya Ancol 405 Ha Izin Prinsip habis 2013

- Pulau J - PT. Pembangunan Jaya Ancol 316 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau K - PT. Pembangunan Jaya Ancol 32 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau L - PT. Manggala Krida Yudha 447 Ha Izin Prinsip habis 2013 proses reklamasi
- Pulau M - PT. Pembangunan Jaya Ancol 587 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau N - PT. Pelindo II 411 Ha Izin Prinsip habis 2013
- Pulau O - PT. Jakarta Propertindo 344 Ha Izin Prinsip habis 2013 proses percepatan fisik

- Pulau P - PT. Jakarta Propertindo 463 Ha Izin Prinsip habis 2013

- Pulau Q - PT. Jakarta Propertindo 369 Ha Izin Prinsip habis 2013

3 Tanjung Merah, Kota Bitung Pemkot Bitung 35 ha KSN KKP Izin Lokasi No.30/Men-KP/I/2015, tanggal 28 Januari 2015 Surat Permohonan Izin Lokasi Kepada
MenKP
4 COI, Makassar Pemprov sulsel bekerjasama dengan KSN - - sudah mengajukan izin, dokumen Surat Permohonan Izin Lokasi Kepada
investor belum lengkap MenKP
5 Muara Angke PT. Nitra Posperindo 60,51 Ha Pelabuhan Perikanan - - sudah mengajukan izin, dokumen Surat Permohonan Izin Lokasi Kepada
belum lengkap MenKP
6 Tanjung Carat, Sumsel Pemprov Sumsel 2.092 Ha KEK KKP Rekomendasi Izin Surat Permohonan Rekomendasi Izin
Lokasi Lokasi
7 Reklamasi Kabupaten Serang PT. MNA Kawasan Industri ? ? Permohonan Rekomendasi Izin Lokasi
Kepada MenKP
8 Reklamasi Pelabuhan Perikanan PT. Hasil Laut Pelabuhan Perikanan sudah mengajukan izin, dokumen
Lamongan belum lengkap
9 Reklamasi Muara Tawar, Kab. Bekasi Agung Sedayu Group 264 Ha ? ? ? ? Laporan aduan
10 Reklamasi Kabupaten Tangerang PT. Tangerang International City 6 Pulau, total KSN Bupati Tangerang Izin Reklamasi Keputusan Bupati Tangerang No. 690/Kep.442-
75.181,2 Ha Huk/2010, tanggal 4 Nopember 2010

C. YANG AKAN DATANG


1 Pulau Nipah PT. Bunkerindo KSNT - belum mengajukan izin

2 Coastal Area Balikpapan Pemkot Balikpapan bekerjasama 323,9 ha KSN - belum mengajukan izin
dengan investor
3 Lobam Bintan Pemda Bintan bekerjasama dengan PT. 760 Ha KSN - Permohonan Rekomendasi Izin Lokasi
Surya Bangun Pertiwi Kepada MenKP

4 Bulukumba Pemkab Bulukumba - belum mengajukan izin

5 Batu Bara Pemda Kab. Batu Bara - belum mengajukan izin


NO LOKASI REKLAMASI PEMRAKARSA luas STATUS KAWASAN PEMBERI IZIN JENIS IZIN NO IZIN STATUS Sumber

6 Reklamasi di Kota Sorong PT. Modern Multi Graha 25 ha KSN - belum mengajukan izin

7 Reklamasi Pantai Mamuju - - - - - - belum mengajukan izin Surat dari Bupati mamuju tentang
penyampaian dokumen hasil kajian
rencana reklamasi pantai Kab. Mamuju
8 Reklamasi di Kota Manado PT. Bragata KSN Gubernur mengajukan Rekomendasi Izin
Lokasi Kepada MenKP

9 Reklamasi Kabupaten Banggai - Surat Pengaduan Ombusman RI


REKAPITULASI KEGIATAN REKLAMASI
T
Keterangan Peruntukan i
n
Sudah ditanggapi oleh KKP Pusat perekonomian M
e
n
e
K
e
c-
Sudah ditanggapi oleh KKP pembangunan hotel dan wisata T
i
Perusahaan perbaikan kapal (dok kapal) -

Sudah ditanggapi oleh KKP Untuk pembangunan vila dan hotel T


i
n
PLTU -g

Berdasarkan Perbup Serang 45/2012 tentang Pertambangan pasir T


Perubahan atas Perbup Serang 02/2012 i
tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan n
Bupati kepada Kepala Badan Perijinan g
Terpadu dan Penanaman Modal Kab. Serang g
i

KKP sudah mengirim surat ke Bupati Pembangunan sentra pengembangan ikan K


e
c
i
l
T
i
n
g
g
i
Pemukiman dan perekonomian
Pembangunan kawasan Pantai Boom
sebagai Pelabuhan Marina Internasional

permukiman dengan intensitas sedang, T


kegiatan rekreasi/wisata, dan kegiatan i
komersial secara terbatas n

pariwisata T
i
n

Pemrakarsa sebelumnya PT. Tangerang Pemukiman T


International City i
T
Keterangan Peruntukan i
n
Pemrakarsa sebelumnya PT. Tangerang Pemikiman T
International City
Pemrakarsa sebelumnya PT. Tangerang Pemukiman Ti
International City Pemukiman Ti
Pemrakarsa sebelumnya PT. Kapuk Naga Pemukiman Ti
Indah
Pemrakarsa sebelumnya PT. Jakarta Pemukiman Ti
Propertindo i
Pemrakarsa sebelumnya PT. Jakarta Pemukiman n
T
Propertindo i
Pemrakarsa sebelumnya PT. PT. Muara Perkantoran dan perdagangan n
T
Wasesa Samudera dan PT. Bhakti Bangun i
Ekamulia Perkantoran dan perdagangan n
T
Perkantoran dan perdagangan Ti
Perkantoran dan perdagangan Ti
Pemrakarsa sebelumnya PT. Manggala Krida Perkantoran dan perdagangan Ti
Yudha Industri dan pergudangan Ti
Pemrakarsa sebelumnya PT. Kawasan Berikat Industri dan pergudangan Ti
Nusantara i
Pemrakarsa sebelumnya PT. Kawasan Berikat Industri dan pergudangan n
T
Nusantara i
Pemrakarsa sebelumnya PT. Dwi Marunda Industri dan pergudangan n
T
Makmur i
kawasan ekonomi khusus n
T
i
30 % fasilitas publik dan kantor n
T
pemerintahan , 70% komersil i
n
M
e
Kawasan Ekonomi Khusus, kawasan industri Tn
i
Sudah ditanggapi oleh KKP Kawasan industri jababeka n
T
i
Industri perikanan n
M
e
Pemukiman n
Pulau 1. Wisata, Olahraga, Hiburan & T
Hunian; i
Pulau 2. Pulau Wisata Sport dan Hunian; n
Pulau3. Pusat Bisnis & Perdagangan; g
Pulau 4. Pelabuhan Laut dan Udara; g
Pulau 5. Kawasan industri; i
Pulau 6. hunian

kawasan ekonomi , pertahanan dan T


keamanan i
pusat kegiatan bisnis, ekonomi dan n
T
permukiman i
kawasan investasi, kawasan industri n
T
kemaritiman dan kepelabuhan i
n
sentra perekonomian, objek wisata g
M
e
perbaikan pelabuhan kuala tanjung n
M
e
n
T
Keterangan Peruntukan i
n
kawasan bisnis, jasa dan pusat olahraga M
e
Masih proses kajian dan pemenuhan kawasan bisnis, jasa dan pusat olahraga n
dokumen-dokumen pendukung seperti FS,
KLHS, dll
Pusat bisnis (kaontor dan pertokoan) M
e
n
kawasan pariwisata e
M
e
B. PROSES PERIJINAN
NO LOKASI REKLAMASI PEMRAKARSA
1 Teluk Benoa, Provinsi Bali PT. Tirta Wahana Bali Internasional
2 Teluk Jakarta Invenstor

- Pulau A - PT. Kapuk Naga Indah


- Pulau B - PT. Kapuk Naga Indah
- Pulau C - PT. Kapuk Naga Indah
- Pulau E - PT. Kapuk Naga Indah
- Pulau F - PT. Jaladri Kartika Eka Paksi
- Pulau G - PT. Muara Wisesa Samudera
- Pulau H - PT Taman Harapan Indah
- Pulau I - PT. Pembangunan Jaya Ancol
- Pulau J - PT. Pembangunan Jaya Ancol
- Pulau K - PT. Pembangunan Jaya Ancol
- Pulau L - PT. Manggala Krida Yudha
- Pulau M - PT. Pembangunan Jaya Ancol
- Pulau N - PT. Pelindo II
- Pulau O - PT. Jakarta Propertindo
- Pulau P - PT. Jakarta Propertindo
- Pulau Q - PT. Jakarta Propertindo
3 Tanjung Merah, Kota Bitung Pemkot Bitung
4 COI, Makassar Pemprov sulsel bekerjasama dengan
investor
5 Muara Angke PT. Nitra Posperindo
6 Tanjung Carat, Sumsel Pemprov Sumsel

7 Reklamasi Kabupaten Serang PT. MNA


8 Reklamasi Pelabuhan Perikanan PT. Hasil Laut
Lamongan
9 Reklamasi Kabupaten Tangerang PT. Tangerang International City

10 Reklamasi Kota Palu Haji Hasan Kadir Jufri


luas STATUS KAWASAN KEWENANGAN PEMBERI IZIN JENIS IZIN
700 ha KSN Pusat KKP Izin Lokasi
17 pulau, KSN Pusat Gubernur DKI Izin Prinsip
4.966 Ha
79 Ha Izin Prinsip
380 Ha Izin Prinsip
276 Ha Izin Prinsip
284 Ha Izin Prinsip
190 Ha Izin Prinsip
155 Ha Izin Reklamasi
63 Ha Izin Prinsip
405 Ha Izin Prinsip
316 Ha Izin Prinsip
32 Ha Izin Prinsip
447 Ha Izin Prinsip
587 Ha Izin Prinsip
411 Ha Izin Prinsip
344 Ha Izin Prinsip
463 Ha Izin Prinsip
369 Ha Izin Prinsip
35 ha KSN Pusat KKP Izin Lokasi
KSN Pusat - -

60,51 Ha Pelabuhan Perikanan Pusat - -


2.092 Ha KEK Daerah KKP Rekomendasi Izin
Lokasi
Kawasan Industri Daerah ? ?
Pelabuhan Perikanan

6 Pulau, total KSN Pusat Bupati Tangerang Izin Reklamasi


75.181,2 Ha
Walikota Izin reklamasi

Anda mungkin juga menyukai