Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahmad Haris Kurnia D

NIM : 190820101037

Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pengambilan Keputusan

Penerapan Balance Scorecard pada Chiken Crush

Balance Scorecard (BSC) yang merupakan konsep pengukuran yang diturunkan langsung
dari strategi bisnis perusahaan perlu terus dipantau, karena akan mengarahkan karyawan terhadap
faktor-faktor sukses kunci untuk membangun kesuksesan perusahaan. Balanced scorecard
merupakan suatu metode perlakuan kinerja yang tidak hanya mencerminkan pada kinerja
keuangan saja, tetapi juga kinerja non-keuangan. Aspek non-keuangan mendapat perhatian yang
cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek non
keuangan.
Balanced Scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk
menterjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam tujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat
dari empat prefektif. Keempat prepektif inilah yang dimaksud untuk menjelaskan penampilan
suatu organisasi dari empat titik pandang berikut ini.
1. Perspektif keuangan
2. Perspektif pelanggan,
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Chicken Crush didirikan oleh anak anak muda yang memiliki ambisi untuk melakukan
inovasi dalam bisnis Fried Chiken Industri. Chicken Crush hadir dalam industry Ayam Goreng
dengan mngusung konsep dan pengalaman baru. Chicken Crush optimis dapat mejadi brand local
Indonesia yang memimpin pasar dalam Industri Ayam Goreng. Chiken Crush mempunyai slogan
everyday chicken dengan harapan menjadi prefensi utama customer untuk memenuhi kebutuhan
pangan sehari- hari.
Teknik yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis rasio keuangan, kemudian dari
rasio keuangan tersebut dilihat empat perspektif manajemen yaitu: perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, dan perspektif keuangan yaitu:
1. Perspektif keuangan ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini,semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
ROE = Laba Bersih x 100%
Modal
Return on Assets, menggambarkan perbaikan atas kinerja operasi dan mengukur efisiensi dari total
asset untuk menghasilkan laba.
ROA = Laba usaha x 100%
Total Aset
Range Kinerja = Pencapaian tahun n – pencapaian tahun n-1
Pencapaian tahun n-1
Penentuan Score Berdasarkan Range Hasil Pengukuran Kinerja

Range Kinerja Rate In Score Tingkat Hubungan


<0% D 1 Tidak Baik
0-50% C 2 Cukup Baik
51-100% B 3 Baik
>100% A 4 Sangat Baik

Profit & Lost Statement Highlights Chicken Crush Posisi Januari s.d
September 2019

Income Statement (dalam ribuan)


Keterangan TW1 TW 2 TW 3
Penjualan Bersih 448,527 631,039 686,687
Harga pokok penjualan 275,340 388,689 448,756
Laba Bruto 173,187 242,350 237,931
SGA 138,780 203,909 196,271
Laba Operasional 34,407 38,441 41,660
Penghasilan lain-lain 112 101 23
Beban lainnya 81 79 58
Laba bersih 34,437 38,463 41,625

a. Return on Equity
ROE 2012 = 4839145000000 x 100% = 121,94%
3968365000000
ROE 2013 = 5352625000000 x 100% = 125,80%
4254670000000
ROE 2014 = 5738523000000 x 100% = 124,78%
4598782000000
ROE 2015 = 5864386000000 x 100% = 121,48%
4827360000000
ROE 2016 = 5957507000000 x 100% = 123,41%
4827360000000
ROE 2017 = 7107230000000 x 100% = 137,38%
5173388000000

Score pada perspektif keuangan


ROE 2013 = 125,80% - 121,94% x 100 = 0,03%
121,94%
ROE 2014 = 124,78% - 125,80% x 100 = -9,93%
125,80%
ROE 2015 = 121,48% - 124,78% x 100 = -0,02%
124,78%
ROE 2016 = 123,41% – 121,48% x 100 = 0,01%
121,48%
ROE 2017 = 137,38% - 123,41% x 100 = 0,11%
123,41%

Penilaian Ratio Keuangan Periode 2013-2017 Score Card Perspektif Keuangan


Tahun ROE SCORE TOTAL SCORE
2013 0,03% C 2
2014 -9,93% D 1
2015 -0,02% D 1
2016 0,01% C 2
2017 0,11% C 2

Dari hasil data tabel di atas analisa penilaian terhadapvperformance kinerja keuangan
yang diukur menggunakan pengukuran Return on Equity (ROE) periode 2012-2017 yaitu, pada
periode 2013, mengalami peningkatan kinerja dengan mendapatkan score 2, dengan mendapatkan
kriteria cukup baik. Pada periode 2014 mengalami penurunan kinerja dengan mendapatkan score
1, dengan mendapatkan kriteria kurang baik. Pada periode 2015 mengalami penurunan kinerja
dengan mendapatkan score 1. Pada periode 2016 – 2017 mengalami peningkatan kinerja dengan
mendapatkan score 2. Berdasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat kinerja dari perusahaan ini bisa
dikatakan baik karena hanya dua periode yang mengalami penurunan score karena pada tahun
2013 pencapaian ROE lebih tinggi dari tahun 2014, sedangkan pada tahun 2014 sampai dengan
2015 pencapaiaan ROE mengalami penurunan dibanding pada tahun 2016 – 2017 megalami
peningkatan score.
b. Return on Assets
ROA 2012 = 6948107000000 x 100% = 54,22%
11948979000000
ROA 2013 = 7164445000000 x 100% = 53,67%
13348188000000
ROA 2014 = 7762328000000 x 100% = 54,36%
14280670000000
ROA 2015 = 7939401000000 x 100% = 50,47%
15729945000000
ROA 2016 = 6707661000000 x 100% = 40,06%
16745695000000
ROA 2017 = 9495764000000 x 100% = 50,23%
18906413000000

ROA 2013 = 53,67% - 54,22% x 100 = -1,01%


54,22%
ROA 2014 = 54,36% - 53,67% x 100 = 1,29%
53,67%
ROA 2015 = 50,47% - 54,36% x 100 = -21,15%
54,36%
ROA 2016 = 40,06% - 50,47% x 100 = -20,62%
50,47%
ROA 2017 = 50,23% - 40,06% x 100 = 25,39%
40,06%

Penilaian Ratio Keuangan Periode 2013-2017 Score


Card Perspektif Keuangan
Tahun ROA SCORE TOTAL SCORE
2013 -1,01% D 1
2014 1,29% C 2
2015 -21,15% D 1
2016 -20,62% D 1
2017 25,39% C 2

Dari hasil analisa penilaian terhadap performance kinerja keuangan yang diukur
menggunakan pengukuran Return on Asset (ROA) periode 2012-2017 yaitu, pada tahun 2013,
mengalami penurunan kinerja dengan mendapatkan score 1. Pada tahun 2014 mengalami
peningkatan kinerja dengan mendapatkan score 2. Pada tahun 2015 mengalami penurunan kinerja
dengan mendapatkan score 1. Pada tahun 2016 mengalami penurunan dengan mendapatkan score
1. Dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan kinerja dengan mendapat score 2.

2. Persperktif Pelanggan, dengan menggunakan alat ukur sebagai berikut mereka yang
performansinya diapresiasikan gagal menguatkan harapan yang umumnya menghasilkan
kekecewaan. Ketika performansinya produk cocok dengan harapan, akan memuaskan. Pada
penilaian ini, puasnya konsumen bagi PT Unilever Tbk. Dari sisi perpektif pelanggan, data laporan
keuangan yang digunakan adalah penerimaan kas dari pelanggan. Penerimaan kas pelanggan
merupakan indicator keberhasilan dari penjualan produk yang di realisasikan dengan banyaknya
pendapatan yang diterima dari pelanggan.
Range Kinerja = Pencapaian tahun n – pencapaian tahun n-1
Pencapaian tahun n-1

Penentuan Score Berdasarkan Range Hasil Pengukuran Kinerja


Range Kinerja Rate In Score Tingkat Hubungan
<0% D 1 Tidak Baik
0-50% C 2 Cukup Baik
51-100% B 3 Baik
>100% A 4 Sangat Baik

Penerimaan Kas dari Pelanggan (Rp. 000.000,-)


Tahun Penerimaan Kas dari Pelanggan
2012 29559749
2013 32815801
2014 37489206
2015 39597506
2016 43386819
2017 44072342
Average 37820270

Penerimaan Kas dari pelanggan = pencapain tahun n – pencapaian tahun n-1


Pencapaian tahun n-1
2013 = 32815801 – 29559749 x 100 = 11,01%
29559749
2014 = 37489206 – 32815801 x 100 = 14,24%
32815801
2015 = 39597509 – 37489026 x 100 = 5,62%
37489206
2016 = 43386819 – 39597509 x 100 = 9,57%
39597509
2017 = 44072342 – 43386819 x 100 = 1,58%
43386819

Score Card Perspektif Pelanggan


Tahun Penerimaan Kas dari Pelanggan Score Total Score
2013 11,01% c 2
2014 14,24% c 2
2015 5,62% c 2
2016 9,57% c 2
2017 1,58% c 2

Berdasarkan data laporan keuangan PT Unilever Tbk pada periode 2017, 2016, 2015, 2014 , 2013
memiliki rentang score yang sama pada setiap periodenya yaitu memiliki score 2. Dari hasil tabel
diatas dapat dilihat bahwa hasil penggukuran prespektif pelanggan dapat dikatakan cukup baik
karena dari periode 2012 - 2017 tidak mengalami penurunan score.

3. Perspektif proses bisnis internal, dalam hal ini alat ukur yang digunakan adalah Proses
bisnis internal PT Unilever Tbk Hubungan kemampuan sumber daya manusia, peralatan, modal
kerja dan metode kerja yang merupakan bagian dari capital organisasi (organizational capital)
maka data operating profit digunakan dalam penilaian perpektif proses bisnis internal. Operating
profit diperoleh dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya yang terkait dengan penjualan
dan biaya produksi.

Range Kinerja = Pencapaian tahun n – pencapaian tahun n-1


Pencapaian tahun n-1

Penentuan Score Berdasarkan Range Hasil Pengukuran Kinerja


Range Kinerja Rate In Score Tingkat Hubungan
<0% D 1 Tidak Baik
0-50% C 2 Cukup Baik
51-100% B 3 Baik
>100% A 4 Sangat Baik

Operating Profit Rp.000.000,-


Tahun Operating Profit
2012 6498107
2013 7164445
2014 7762328
2015 7939401
2016 6707661
2017 9495764
Average 7594617

2013 = 7164445 – 6498107 x 100 = 10,25%


6498107
2014 = 7762328 – 7164445 x 100 = 8,34%
7164445
2015 = 7939401 – 7762328 x 100 = 2,29%
7762328
2016 = 6707661 – 7939401 x 100 = 15,5%
7939401
2017 = 9495764 – 6707661 x 100 = 41,57%
6707661

Score Card Perspektif Proses Bisnis Internal


Tahun Operating Profit Score Total Score
2013 10,25% C 2
2014 8,34% C 2
2015 2,29% C 2
2016 -15,50% D 1
2017 41,57% C 2

Dari hasil diatas kinerja PT Unilever Tbk pada periode 2013 - 2015 mengalami rentang
score yang sama, sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan score yaitu 1 karena pada
tahun 2016 terjadi penurunan pada operating profit sehingga mengakibatkan operating profit
mengalami penurunan dan pada periode 2017 mengalami kenaikan score yaitu 2.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, dari sisi perpektif pembelajaran dan


pertumbuhan yaitu melakukan pengukuran terhadap Income / Employee. Produktivitas kerja
karyawan suatu perusahaan dapat diukur dari laba bersih yang dihasilkan dibagi jumlah pekerja.
Dengan peningkatan rasio tersebut maka kinerja karyawan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pendapatan bagi perusahaan.

Range Kinerja = Pencapaian tahun n – pencapaian tahun n-1


Pencapaian tahun n-1
Penentuan Score Berdasarkan Range Hasil Pengukuran Kinerja
Range Kinerja Rate In Score Tingkat Hubungan
<0% D 1 Tidak Baik
0-50% C 2 Cukup Baik
51-100% B 3 Baik
>100% A 4 Sangat Baik

Net Income Rp.000.000,-


Tahun Net Income
2012 4839145
2013 5352625
2014 5738523
2015 5864386
2016 5957507
2017 7107230
Average 5808902,66

Total Employee
Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Average
Direktur 9 9 9 9 10 10 9,33
Manajer 300 333 340 343 345 329 331,66
Asisten Manajer 1000 1045 1058 1067 1081 1091 1057
Staf 4691 4713 5247 4932 4749 4578 4818,33
Total Karyawan 6000 6100 6654 6351 6185 6008 6216,33

Net Income / Employee = pendapatan x 100


Jumlah Karyawan

2012 = 4839145 x 100 = 80625,42%


6000
2013 = 5352625 x 100 = 87747,95%
6100
2014 = 5738523 x 100 = 86241,70%
6654
2015 = 5864368 x 100 = 92337,71%
6351
2016 = 5957507 x 100 = 96321,86%
6185
2017 = 7107230 x 100 = 118296,10%
6008

Net Income /
Employee
Tahun Net Income
2012 80625,42%
2013 87747,95%
2014 86241,70%
2015 92337,71%
2016 96321,86%
2017 118296,10%
Average 93595,08%

TAHUN NET INCOME SCORE TOTAL SCORE


2013 87747,95% B 3
2014 86241,70% B 3
2015 92337,71% B 3
2016 96321,86% B 3
2017 118296,10% A 4

Dari hasil tabel diatas pada periode 2013 mengalami kenaikan yaitu score 3, sedangkan
pada tahun 2014 mengalami kenaikan yaitu score 3. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan dengan
score 3, pada tahun 2016 mengalami peningkatan score 3 dan pada tahun 2017 mengalami
peningkatan score 4. Penilaian terhadap kenaikan income / Employee pada periode 2017
mendapatkan score 4, pada periode 2013 – 2016 mendapatkan score 3, karena kenaikan net
income tidak sebanding dengan jumlah karyawan pada tahun tersebut. Kesimpulannya hasil
pengukuran kinerja terhadap keempat perpektif yang telah dilakukan scoring berdasarkan interval
peningkatan / penurunan kinerja untuk periode tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dengan 2017.
Dengan perbandingan scorecard dapat diberikan kesimpulan kinerja PT Unilever pada periode
2013, 2014, 2015 dan 2017 lebih baik dari pada periode 2016 berdasarkan tinjauan dari empat
perpektif : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai