Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ahmad Haris Kurnia Dwiputera

NIM : 190820101037
Mata kuliah : Akuntansi Pengambilan Keputusan

MamaSuka
1. Pendahuluan
Industri consumer goods slelau menarik untuk diamati. Dengan ukuran
besar ditambah dengan pertumbuhan kelas menengah yang relative,
menjadikan pasar Indonesia menarik. Tingkat kesejahteraan yang semakin
membaik ini biasanya memicu kelas menengah di Indonesia untuk
memperbaiki asupan gizinya. Salah satunya tentu dengan memperbaiki asupan
gizinya. Salah satunya tentu dengan memperbaiki kualitas masakan, di antara
salah satu pemain yang dikenal memiliki kekuatan besar adalah Jico Agung.
Jico Agung sendiri didirikan pada 1976. Pada awalnya ditujukan untuk
mendukung operasional PT Miwon Indonesia terutama pada aktivitas
distribusi dan penjualan. Sebagaimana yang telah kita lihat sendiri, produk-
produk Miwon terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Perkembangan usaha Miwon Indonesia ini pula yang yang mendorong Jico
Agung teruus berkembang. Sebagai distributor utama, Jico Agung dituntut
untuk memiliki jaringan yang luas dan dapat diandalkan untuk wilayah
Indonesia, mulai dari hampir semua kota besar di Jawa, sebagian kota besar di
Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Untuk memperluas dan memperkuat
jaringan, Jico Agung pun menunjuk sejumlah agen penjualan untuk setiap
willayah penjualan.
2. Landasan Teori
a. Delapan Dimensi Kualitas Produk
Kedelapan Dimensi Kualitas tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Performance (Kinerja) merupakan Dimensi Kualitas yang berkaitan
dengan karakteristik utama suatu  produk. Contohnya sebuah Televisi,
Kinerja Utama yang kita kehendaki adalah kualitas gambar yang dapat
kita tonton dan kualitas suara yang dapat didengar dengan jelas dan
baik.
2. Features (Fitur) atau Fitur merupakan karakteristik pendukung atau
pelengkap dari Karakteristik Utama suatu produk. Misalnya pada
produk Kendaraan beroda empat (mobil), Fitur-fitur pendukung yang
diharapkan oleh konsumen adalah seperti DVD/CD Player, Sensor
atau Kamera Mundur serta Remote Control Mobil.
3. Reliability (Kehandalan) adalah Dimensi Kualitas yang berhubungan
dengan kemungkinan sebuah produk dapat bekerja secara memuaskan
pada waktu dan kondisi tertentu.
4. Conformance (Kesesuaian) adalah kesesuaian kinerja dan kualitas
produk dengan standar yang diinginkan. Pada dasarnya, setiap produk
memiliki standar ataupun spesifikasi yang telah ditentukan.
5. Durability (Ketahanan) ini berkaitan dengan ketahanan suatu produk
hingga harus diganti. Durability ini biasanya diukur dengan umur atau
waktu daya tahan suatu produk.
6. Serviceability adalah kemudahan layanan atau perbaikan jika
dibutuhkan. Hal ini sering dikaitkan dengan layanan purna jual yang
disediakan oleh produsen seperti ketersediaan suku cadang dan
kemudahan perbaikan jika terjadi  kerusakan serta adanya pusat
pelayanan perbaikan (Service Center) yang mudah dicapai oleh
konsumen.
7. Aesthetics (Estetika/keindahan) adalah Dimensi kualitas yang
berkaitan dengan tampilan, bunyi, rasa maupun bau suatu produk.
Contohnya bentuk tampilan sebuah Ponsel yang ingin dibeli serta
suara merdu musik yang dihasilkan oleh Ponsel tersebut.
8. Perceived Quality (Kesan Kualitas) suatu produk yang dirasakan
oleh konsumen. Dimensi Kualitas ini berkaitan dengan persepsi
Konsumen terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek. Seperti
Ponsel iPhone, Mobil Toyota, Kamera Canon, Printer Epson dan Jam
Tangan Rolex yang menurut Kebanyakan konsumen merupakan
produk yang berkualitas.

b. Definisi biaya kualitas


Biaya Kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Definisi ini
mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua
subkategori dari biaya-biaya yang terkait kualitas: kegiatan pengendalian
dan kegiatan karena kegagalan.
Kegiatan pengendalian (control cost) dilakukan perusahaan untuk
mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. Biaya
pengendalian(control cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan pengendalian.
Kegiatan karena kegagalan (failure activities) dilakukan perusahaan
atau pelanggannya untuk merespons kualitas yang buruk. Jika respons
terhadap kualitas yang buruk dilakukan sebelum produk cacat (tidak
memiliki kesesuaian, tidak bisa diandalkan, tidak tahan lama, dst) sampai
ke pelanggan, maka disebut kegagalan internal. Sebaliknya jika respons
muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya disebut
kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan karena telah terjadi kegagalan dalam kegiatan. Definisi
kegiatan kegagalan dan biaya kegagalan menunjukkan bahwa respons
pelanggan atas kualitas yang buruk dapat memperbesar biaya bagi
perusahaan.

c. Mengukur biaya kualitas


Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat
diamati dan biaya tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati
(observable quality cost) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat
diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan. Biaya kualitas yang
tersembunyi (hidden costs) adalah biaya kesempatan atau oportunitas yang
terjadi karena kualitas yang buruk (biaya oportunitas biasanya tidak
disajikan dalam catatan akuntansi). Meskipun mengestimasi biaya kualitas
tersembunyi sulit dilakukan, ada tiga metode yang disarankan untuk tujuan
tersebut:
1. Metode Pengali (miltiple method) mengasumsikan total biaya
kegagalan adalah hasil pengajian dari biaya-baya kegagalan yang
terukur. (Total biaya kegagalan eksternal = k (biaya kegagalan
eksternal yang terukur) nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman.
2. Metode Penelitian Pasar (market research method) digunakan untuk
menilai dampak kualitas yang buruk terhadap penjualan dan pangsa
pasar. Hasil penelitian pasar dapat digunakan untuk memproyeksikan
hilangnya laba di masa depan akibat kualitas yang buruk.
3. Fungsi kerugian kualitas Taguchi (Taguchi quality loss function)
mengasumsikan setiap penyimpangan dari nilai target suatu
karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang
tersembunyi. Selanjutnya, biaya kualitas yang tersembunyi meningkat
secara kuadrat saat nilai aktual menyimpang dari nilai target.
Ly = k (y-T)2
Di mana :
k = konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur
biaya kegagalan eksternal perusahaan,
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas,
T = nilai target dari karakteristik kualitas,
L = kerugian kualitas

d. Pembahasan

Earl Silas Tupper, pebisnis kelahiran Amerika Selatan tahun 1907, memprakarsai
lahirnya produk berkualitas yang beberapa dekade kemudian kita kenal dengan
nama Tupperware. Sejak usia 21 tahun, si kreatif Tupper telah bergabung dengan
perusahaan yang berbasis inovasi dan lewat berbagai riset yang dilakukan ia
berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene
(bahan dasar pembuat plastik) menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak
berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau. Pada tahun 1938, Tupper
mendirikan usaha plastik miliknya sendiri, Earl S Tupper Company mematenkan
produknya dengan nama Poly-T. Pada tahun 1946, Tupper turut memeriahkan
pasar Amerika yang kembali bergairah pasca Perang Dunia II, dengan
meluncurkan produk pertamanya yang segera disambut dengan antusias, yaitu
wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek
Tupperware.

Tupperware Corporation yang berpusat di Orlando Amerika Serikat adalah


perusahaan multinasional yang memproduksi serta memasarkan produk plastik
berkualitas untuk keperluan rumah tangga.Dengan sistem penjualan langsung
(direct selling), Tupperware berkembang dan berada di lebih dari 100 negara.  Di
banyak Negara, di antara perusahaan direct selling lain Tupperware berhasil
menempati ranking atas.

Berkat penemuannya yang gemilang tahun 1937 di Amerika dan


dikembangkan tahun 1946, Earl Tupper melahirkan berbagai produk innovatif
bermerek Tupperware. Kehadirannya mempermudah dan memperindah kehidupan
para ibu rumah tangga di Amerika.
Home party Tupperware yang dikenal sebagai Tupperware Party adalah
cara penjualan yang unik, informatif dan menghibur. Cara ini pertama kali
diperkenalkan oleh Brownie Wise.
Kejeliannya memanfaatkan teknologi membuat Tupperware tanggap
dengan berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.  Diperkirakan hampir
setiap 2,3 detik diselenggarakan Tupperware Party di salah satu sudut dunia.
Tupperware selalu melahirkan produk baru berkualitas yang innovatif, berdesain
unik dengan warna warni yang khas, trendy dan menarik.
Bahan yang digunakanpun berkualitas terbaik, aman bagi kesehatan serta
ramah lingkungan bahkan telah memenuhi ketentuan FDA, EFSA dan FS Sesuai
dengan komitmennya dalam memberi kepuasan maksimal kepada semua pencinta
dan penggunanya, Tupperware tak ragu untuk memberikan garansi seumur hidup
(sesuai pemakaian normal). Secara resmi Tupperware dipasarkan di Indonesia
tahun 1991. PT. Alif Rose di Jakarta merupakan Distributor resmi pertama
Tupperware, dan kini sudah lebih dari 74 Distributor resmi yang tersebar di
berbagai kota besar di seluruh Indonesia.
Didukung lebih dari 190.000 tenaga penjual independen, produk
Tupperware berhasil menembus berbagai kalangan. Pelatihan dan bimbingan yang
diberikan merupakan bekal untuk menjadi tenaga penjual yang tangguh. Meski
terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi dan pendidikan, namun ada satu
persamaannya yaitu bisa menyisihkan waktu untuk keluarga, sekaligus memiliki
karir dan penghasilan yang sangat memuaskan.
Visi Tupperware Indonesia adalah menjadi Company of Choice dan Brand
of Choice.  Sedangkan misinya adalah merubah hidup lebih banyak orang menjadi
lebih baik lagi.

e. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai