Anda di halaman 1dari 36

A.

SEJARAH NOTARIS

1. SEJARAH NOTARIAT DI ITALIA


Perkembangan Sejarah lembaga Notariat berasal dari Italia Utara pada abad ke-11
atau 12 dimana pada saat itu Italia Utara merupakan pusat perdagangan yang sangat
berkuasa. Daerah inilah yang merupakan tempat asal dari lembaga Notariat yang
kemudian dikenal dengan nama “Latijnse Notariaat” dengan karakteristik ataupun
ciri-ciri dari lembaga ini yang kemudian tercermin dalam diri Notaris saat ini yakni :
1) Diangkat oleh penguasa umum;
2) Untuk kepentingan masyarakat umum; dan
3) Menerima uang jasanya (honorarium) dari masyarakat umum.
Lembaga Notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul dari kebutuhan
dalam pergaulan masyarakat berkenaan dengan hubungan hukum keperdataan antara
sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti diantara mereka. Para pengabdi
dari lembaga ini ditugaskan oleh kekuasaan umum (openbaar gezaag) bilamana
masyarakat menghendaki atau bila undang-undang mengharuskan untuk membuat alat
bukti tertulis yang mempunyai kekuatan otentik.

Nama Notariat sendiri berasal dari nama pengabdinya yaitu “Notarius”, yaitu
golongan orang-orang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tulis-menulis tertentu.
Dinamakan notarii karena berasal dari perkataan “Nota Literaria” yang berarti tanda-
tanda tulisan atau karakter yang mereka pergunakaan untuk menuliskan atau
menggambarkan perkataan-perkataan.

a. NOTARII
Pertama kalinya nama “Notarii” diberikan kepada orang-orang yang mencatat
atau menuliskan pidato yang diucapkan Cato dalam senaat Romawi. Kemudian
pada abad ke-5 yang diartikan Notarii adalah pejabat-pejabat istana yang
melakukan berbagai pekerjaan konselarij kaisar yang semata-mata merupakan
pekerjaan administratif.
Para pejabat istana tersebut menduduki berbagai macam tempat dalam
administratif yang bersangkutan sehingga terdapat perbedaan tingkat dikalangan
mereka. Tingkatan paling tinggi merupakan orang kedua dalam administrasi
kekaisaran tersebut, pekerjaan mereka terutama menuliskan sesuatu yang
dibicarakan dalam rapat-rapat dalam bidang kenegaraan. Para Notarii ini berbeda
dengan Notaris yang kita kenal sekarang.

b. TABELIONES
Selain Notarii yang dikenal pada abad ke-3 juga dikenal apa yang dinamakan
“Tabeliones” yang merupakan orang-orang yang tugasnya membuat akta-akta dan
lain-lain surat untuk kepentingan umum. Golongan orang-orang ini melakukan
tugas tersebut tidak diangkat ataupun ditunjuk oleh kekuasaan umum, melainkan

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 1


dalam melaksanakan tugas mereka sebagai suatu formalitas yang ditetapkan oleh
undang-undang. Di bawah kekuasaan raja-raja Longobarden, nama Tabellio
diganti menjadi “Notarius”.

c. TABULARII
Kelompok lainnya yaitu “Tabularii” yang merupakan golongan orang-orang yang
menguasai tehnik menulis, yang mana tugasnya adalah memberikan bantuan
kepada masyarakat dalam pembuatan akta-akta atau surat-surat. Para “Tabularii”
ini merupakan pegawai-pegawai negeri yang bertugas mengadakan dan
memelihara pembukuan keuangan kota dan mengawasi arsip-arsip dari
masyarakat kota dibawah ressort dimana mereka berada.Tabulari, dalam soal
pembuatan akta-akta merupakan saingan berat bagi para Tabeliones pada masa
kekuasaan Justinianus (527 – 565).

d. COLLEGIUM
Setelah mengalami berbagai perkembangan, tabellionaat dan notariaat (golongan
notaris yang diangakat) bergabun dan menyatakun diri dalam suatu badan yang
dinamakan “Collegium”. Para notaries yang tergabung dalam “collegium” ini
dapat dipandang sebagai para pejabata yang satu-satunya berhak untuk membuat
akta-akta, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dari ketiga bentuk golongan keahlian tulis-menulis tersebut diatas, yaitu Notarii,
Tabeliones dan Tabulari, yang paling mendekati dengan Notaris saat ini adalah
Tabulari. Lembaga Notariat yang berasal dari Italia Utara tersebut kemudian
berkembang dan meluas sampai ke dataran Eropa melalui Spanyol kemudian ke
Amerika Tengah dan Selatan, kecuali Inggris dan Negara Skandinavia dan sampai
ke Indonesia pada abad ke-17 melalui Perancis yang saat itu menjajah Belanda.

e. FORMULARIUM TABELLIONUM
Adalah karya pertama yang bernilai bagi dunia kenotariatan, dipersembahkan oleh
Irnerius, penulis sekaligus pendiri Sekolah Hukum Universitas Bologna,
universitas tertua di dunia, pada peringatan delapan abad universitas tersebut di
tahun 1888.

2. PERKEMBANGAN NOTARIAT DI PERANCIS


Lembaga notariat mulai berkembang di Perancis di abad ke-13. Salah satu tokoh yang
berjasa dalam pembuatan undang-undang di bidang notariat ini adalah Raja Lodewijk
de Heilige. Tepat pada tanggal 6 Oktober 1791 di Perancis disahkan undang-undang
dibidang kenotariatan. Dengan mulai berlakunya undang-undang ini maka hilanglah
perbedaan yang terdapat sebelumnya diantara berbagai macam notaris, sehingga
hanya dikenal satu notaris. Undang-undang tersebut kemudian diganti lagi, yakni

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 2


dengan undang-undang dari 25 Ventose an XI ( 16 Maret 1803). 1Berdasarkan
undang-undang ini notaris dijadikan “ambtenaa” atau disebut pegawai negri 2 dan
sejak itu mereka berada dibawah pengawasan “Chambre des notaries”.
Berdasarkan undang-undang tersebut dimulailah pelembagaan utama notariat yang
mempunyai tujuan utama untuk memberikan jaminan yang lebih baik bagi
kepentingan masyarakat, oleh karena itu, notariat mempunyai fungsi yang harus
diabdikan pada kepentingan masyarakat umum dan bukan untuk memberikan
kedudukan yang kuat bagi kepentingan notariat itu sendiri. 3

3. SEJARAH NOTARIAT DI BELANDA


Belanda dijajah Perancis pada periode tahun 1806 sampai dengan tahun 1813 oleh
Raja Louis Napoleon, sehingga secara otomatis sebagai Negara jajahan Perancis,
Belanda mengadopsi sistem kenotariatan bergaya latin yang dianut oleh Perancis.
Dekrit pertama tertanggal 8 Nopember 1810 dan melalui Dekrit Kaisar tertertanggal 1
Maret 1811 berlakulah undang-undang kenotariatan Perancis di Belanda. Peraturan
buatan Perancis ini (25 Ventose an XI (16 Maret 1803)) sekaligus menjadi peraturan
umum pertama yang mengatur kenotariatan di Belanda. Dengan amanat (decreet)
Raja tanggal 8 Nopember 1801, maka undang-undang 25 Ventose an XI (Ventosewet)
yang memuat peraturan tentang notariat (Loi organique du Notariat) diperlakukan di
Negeri Belanda. 4) Dengan demikian maka Notariat Perancis telah dipindahkan
(diperlakukan) di Negeri Belanda, dan terjadilah “peraturan umum” yang pertama
tentang Notariat di Negeri Belanda, yang merupakan landasan dari Hukum Notariat di
negeri itu dan kemudian menjadi dasar dari perundang-undangan di Indonesia
Peraturan umum tentang notariat di Negeri Belanda, yang pada waktu itu masih
disebut Vereenigde Nerlanden, sudah terjadi pada waktu pemerintahan Kaisar Karel
V ialah dengan plakat 21 Maret 1524 untuk mengatasi tidak teraturnya (chaos)
notariat pada waktu itu. Dalam dictum dari Raja itu antara lain disebutkan bahwa
jumlah Notaris ditetapkan untuk tiap-tiap kota dan bahwa mereka itu harus diuji dan
disumpah (gheexamineert en gheedt) dan didaftarkan pada “Griffir van onsen Rade”
ialah suatu dewan tinggi. 5)
Setelah Belanda lepas dari kekuasaan Perancis pada tahun 1813, peraturan buatan
Perancis ini tetap dipakai sampai tahun 1842 yakni pada saat Belanda mengeluarkan
Undang-Undang tanggal 19 Juli 1842 (Ned. STB No.20) tentang Jabatan Notaris.
Undang-undang Jabatan Notaris atau “Wet op het Notarisambt” (Notariswet) pada
dasarnya tetap mengacu pada undang-undang buatan Perancis sebelumnya

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Notaris#Sejarah_Perkumpulan_Notaris_dan_Dasar_Hukum_Perkumpuln
_Notaris_di_Indonesia, diunduh tanggal 16 September 2015
2
E. Utrecht/ Moh Saleh Djindang. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indoensia. Cet.9 (Jakarta: PT Ichtiar
Baru, 1990). Hal. 155-179
3
https://riz4ldee.wordpress.com/ , diunduh tanggal 16 September 2015
4)
R. Soegondo Notodiserjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan. (CV. RAJAWALI: Jakarta, 1982).
hal 19.
5)
Ibid. hal. 20

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 3


(Ventosewet) dengan penyempurnaan pada beberapa pasal, misalnya tentang
penggolongan Notaris, dewan pengawas, masa magang dan proses teknis pembuatan
akta.
Selanjutnya atas dasar asas concordantie melahirkan “Reglement op het Notarisambt
in Ned. Indie” (Peraturan Jabatan Notaris di Hindia Belanda) dari tahun 1860
(Staatsblad 1860 No. 3). Baik dalam Ventosewet, Notariswet, dan Peraturan Jabatan
Notaris, maka Pasal 1 memberikan ketentuan tentang apa yang dinamakan Notaris itu
dan apa yang pada pokonya menjadi kewajiban dan wewenangnya atau dengan lain
perkataan apa fungsi notaris itu. 6)
Perbedaan antara Ventosewet Perancis dengan de Notariswet Belanda:
Ventosewet De Notariswet
(Ventose an XI – Perancis) (Belanda)
Mengenal 3 (tiga) Notaris : Hanya mengenal 1 (satu) Notaris, yang
1. Hofnotarissen berwenang untuk menjalankan tugas
2. Arrondissementnotarissen jabatannya diseluruh daerah hukum dari
3. Kantonnotarissen Rechtbank, di dalam daerah hukum
dimana notaris itu bertempat
kedudukan.

Ada Chambres des Notaries yang Pengawas diserahkan pada Badan


bertugas sebagai pengawas dan Peradilan dan ujian notaris dijadikan
menguji para Notaris Ujian Negara

Mengharuskan Magang selama 6 Magang dihapus sebagai gantinya Ujian


(enam) tahun bagi para calon notaries Negara
yang diberikan oleh Chambre De
Discipline yang dimana calon notaris
hendak menjalankan tugas jabatannya

Akta Notaris dapat dibuat dengan : Akta Notaris dibuat dihadapan seorang
1. dihadapan 2 (dua) orang notaris notaris dengan 2 (dua) orang saksi,
tanpa saksi-saksi kecuali akta superskripsi (akta penjelas)
2. dihadapan 1 (satu) orang notaris dan surat wasiat rahasia.
dengan 2 (dua) saksi

6)
Ibid. hal. 21

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 4


4. SEJARAH NOTARIS DI INDONESIA

a. Sejarah Profesi Notaris Di Indonesia Sebelum Berlakunya Undang-Undang


30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
Notariat mulai masuk di Indonesia pada abad ke-17 melalui Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC). Notariswet 1842 berlaku di Indonesia
berdasarkan asas konkordansi, yaitu peraturan-peraturan di Belanda berlaku pula
di Indonesia hingga ada undang-undang di Indonesia yang mengaturnya sendiri,
sehingga ketentuan-ketentuan notariat Hukum Notariat di Perancis (Loi organique
du notariat) yang diadaptasi oleh Belanda juga berlaku di Indonesia.
Di Indonesia, peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam “Reglement op hat
Notarisambt” dari tahun 1860 (Stb. 1860 No. 3). Di dalam Reglement op het
Notarisambt di Indonesia di dalam Pasal 1 diadakan juga ketentuan yang sama
mengenai kedudukan dan fungsi notaris seperti dalam Pasal 1 dari “De wet op het
Notarisambt” di Belanda, hanya ada perbedaan sedikit dalam redaksinya.
Di Indonesia, yang pertama kali diangkat sebagai notaris ialah Melchior
Kerchem yang merupakan Sekretaris dari College van Schepenen pada tanggal 27
Agustus 1620 sesudah didirikannya kota “Jakarta” pada tanggal 4 Maret 1621.
Instruksi mengenai tugas dan wewenangnya dicantumkan dalam surat
pengangkatannya. Melchior Kerchem ditugaskan menjabat jabatan “Notaris
publicius” dalam wilayah kota Jacatra, dan untuk kepentingan publik di wilayah
itu khususnya berkaitan dengan akta-akta, surat-surat dan lain-lainnya serta
mengeluarkan salinan-salinannya. Lalu ditugaskan juga untuk menjalankan
jabatannya sesuai dengan sumpah kesetiaan, dengan kewajiban secara jujur dan
tidak ada penyelewengan membuat semua alat-alat (bukti) dan akta-akta notaris,
serta mencatatnya dalam buku tertentu, selanjutnya berbuat segala sesuatu yang
baik yang patut diharapkan dari seoang notaris.
Saat itu terdapat 3 (tiga) golongan di Indonesia, yaitu:
1) Golongan Eropa;
2) Golongan Timur Asing; dan
3) Golongan Pribumi.
Sehingga, yang menggunakan lembaga notariat pada masa itu adalah golongan
Eropa dan Timur Asing, sedangkan golongan Pribumi tunduk kepada hukum adat
atau kepercayaan lainnya. Belanda juga memberi batasan bagi golongan Pribumi
kecuali pribadi pribumi tersebut sudah tunduk kepada hukum Eropa, oleh karena
itu notaris pada saat itu tidak berkembang pesat dikarenakan:
1) Hanya terbatas yang tunduk pada hukum Eropa.
2) Notaris tidak ada yang berasal dari golongan pribumi.
Lima tahun kemudian sesudah jabatan notaris publik dipisahkan dari “Secretarius
van den Gerechte” atau Sekretaris Pengadilan, maka pada tanggal 16 Juni 1625
ditetapkan “Instruksi untuk para notaris” yang pertama di Indonesia (Hindia

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 5


Belanda) dengan surat keputusan Gubernur Jenderal tanggal 12 Nopember 1620.
Instruksi ini yang hanya terdiri dari 10 (sepuluh) pasal, diantaranya ketentuan
bahwa para notaris terlebih dulu diuji dan diambil sumpahnya. Selain itu notaris
wajib merahasiakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak boleh
menyerahkan salinan-salinan dari akta-akta kepada orang-orang yang tidak
berkepentingan.
Dalam kenyataannya para Notaris pada waktu itu tidak mempunyai kebebasan di
dalam menjalabkan jabatannya, oleh karena pada masa itu mereka adalah
“pegawai” dari Oost Ind. Compagnie. Bahkan pada tahun 1632 dikeluarkan
plaktaat yang berisi ketentuan bahwa para Notaris, sekretaris dan pejabat lainnya
dilarang untuk membuat akta-akta transport, jual-beli, surat wasiat dan lain-lain
akta, jika tidak mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Gubernur Jenderal dan
‘Raden van Indie’, dengan ancaman akan kehilangan jabatannya. Tetapi dalam
prakteknya, ketentuan tersebut tidak dipatuhi oleh pejabat-pejabat yang
bersangkutan sehingga akhirnya ketentuan tersebut menjadi tidak terpakai lagi.
Sesudah pengangkatan notaris pertama oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon
Coen, jumlah notaris meningkat meskipun lambat. Tahun 1650, ditetapkan hanya
ada 2 notaris di Batavia dan untuk menunjukkan bahwa jumlah tersebut telah
mencukupi, dikeluarkanlah bersamaan dengan ketentuan tersebut bahwa para
procurer dilarang mencampuri urusan pekerjaan notaris, dengan maksud agar
dengan cara demikian masing-masing dapat secara adil memperoleh
penghasilannya masing-masing.
Kemudian pada tahun 1654 jumlah notaris di Batavia menjadi 3 (tiga), dan pada
tahun 1751 menjadi 5 (lima) notaris, dengan ditentukan bahwa 4 (empat) dari
notaris tersebut harus bertempat tinggal di dalam kota, yaitu 2 (dua) di bagian
barat dan 2 (dua) di bagian timur, dan satu menetap di luar kota.
Pada tahun 1822 (Stbl. No. 11) dengan Resolusi Gubernur Jenderal 7 Maret 1822
No. 8, diadakan Instruksi untuk Notaris (Instructie voor de Notarissen), yang
mengadakan pengaturan yang lebih luas dan terperinci mengenai jabatan notaris.
Dalam Pasal 1 Instruksi ini ditentukan bahwa Notaris adalah “publiek ambtenaar
(Pejabat Umum) yang bertugas untuk membuat akta-akta dan kontrak-kontrak
agar supaya diberikan kekuatan dan kebenaran kepadanya”, dan seterusnya.
Selanjutnya diadakan peratuan-peraturan yang sudah lebih terperinci, antara lain
tentang bentuk dari akta, harus adanya dua orang saksi instrumentair, tentang
larangan untuk membuat akta dimana notaris sendiri dan sanak keluarganya dan
lain sebagainya.
Sejak masuknya notariat di Indonesia sampai tahun 1822, notariat hanya diatur
oleh 2 (dua) Reglement, yaitu:
1) Reglement 1625.
2) Reglement 1765.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 6


Reglement-reglement tersebut sering mengalami perubahan, yang mana setiap
merasa dibutuhkan perubahan, maka peraturan yang ada dan yang sebenarnya
sudah tidak berlaku lagi (diperbaharui).
Meskipun Instruksi tahun 1822 masa berlakunya sampai 38 (tiga puluh delapan)
tahun lamanya, beberapa kali mengalami perubahan, namun berdasarkan atas
Instruksi itu, akta notaris hanya mempunyai kekuatan otentik, dan tidak
mempunyai kekuatan eksekusi. Hanya mengenai akta-akta notaris yang
merupakan surat utang dalam wilayah Indonesia, diadakan pengecualian seperti
dalam Pasal 440 Rechtsvordering (Hukum Acara Perdata). Menurut Pasal 440
ayat 2 Rechtsvordering tersebut Gubernur Jenderal diberi wewenang untuk jika
perlu-memberikan kekuatan eksekusi kepada semua akta otentik.
Berdasarkan Instruksi tahun 1822 mengenai kekuatan otentik dan kekuatan
eksekusi tersebut, sekarang masih berlaku berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris
tahun 1860. Hal ini berarti peraturan yang sekarang ini berlaku pun hanya
memberikan kekuatan otentik pada akta notaris, sedangkan kekuatan eksekusi
harus dicari dasarnya pada Pasal 440 Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering atau disingkat Rechtsvordering (Rv).
Akhirnya dengan berlakunya undang-undang baru di Belanda mengenai Notariat
ialah “De Wet op het Notarisambt” dari tahun 1842, maka Pemerintah Hindia
Belanda menganggap perlu mengadakan perundang-undangan baru mengenai
Notariat di Indonesia yang disesuaikan dengan perundang-undangan notariat di
Belanda. Maka pada tahun 1860 diundangkanlah Peraturan Jabatan Notaris
(Notaris Reglement) yang dikenal sekarang ini, pada tanggal 26 Januari 1860 (Stb.
No. 3) yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1860. Dengan diundangkannya
“Notaris Reglement” ini, maka diletakkanlah dasar yang kuat bagi pelembagaan
notariat di Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka, namun dengan merdekanya
Indonesia banyak terjadi kekosongan jabatan notaris di Indonesia, karena pada
saat itu notaris di Batavia kebanyakan adalah orang Belanda yang memilih
kembali ke negara asalnya. Setelah proklamasi, saat orang Belanda sudah pergi
dari Indonesia maka terjadi kekosongan jabatan notaris dan dengan tidak lagi
berlaku adanya 3 golongan penduduk, maka siapa pun dan dari golongan mana
pun bisa menjadi notaris.
Untuk mengisi kekosongan tersebut, maka lowongan-lowongan yang ada diisi
oleh wakil-wakil notaris dan pejabat yang ada, yaitu orang yang paham tentang
hukum atau berasal dari lingkungan peradilan. Selain itu, dibentuk kursus-kursus
kenotariatan, pada saat itu tidak harus seorang sarjana hukum, siapa pun yang
dianggap mengetahui dan memiliki kedekatan dengan hukum seperti orang-orang
kepaniteraan, hakim, pegawai kota praja yang mengetahui tentang tanah. Salah
satu contoh adalah suami dari Ibu Kartini Moeljadi yang saat itu berprofesi
sebagai hakim.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 7


Pada tahun 1950, dibuka pendidikan spesialis notaris (lanjutan setelah
memperoleh gelar kesarjanaan SH), pendidikan spesialis notaris didirikan pertama
di UI (di Jalan Teuku Umar).
Sebagaimana juga halnya dengan perkembangan sejarah notariat di negara-negara
lainnya, notariat di Indonesia juga mengenal masa kejayaan dan masa
kemerosotannya. Pada tahun 1954, terjadi kemorosotan di bidang kenotariatan di
Indonesia, kemudian pada tanggal 13 Nopember 1954 Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan UU No. 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil
Notaris Sementara. Dalam pasal 2 ayat (1) undang-undang tersebut menyatakan
bahwa :
“(1) Kalau notaris tidak ada, Menteri Kehakiman dapat menunjuk
seorang yang diwajibkan menjalankan pekerjaan-pekerjaan
Notaris itu;
(2) Sambil menunggu ketentuan menteri kehakiman itu, ketua
pengadilan dapat menunjuk seorang yang untuk sementara
diwajibkan menjalankan pekerjaan-pekerjaan Notaris yang
dimaksud dalam ayat (1).”
Kemudian pada tahun 1999, dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
1999, terjadi perubahan di bidang kependidikan notariat, yakni semua pendidikan
spesialisasi, D2, D3, dan sejenisnya tidak dikelola lagi oleh universitas melainkan
masuk dalam lingkungan pendidikan dari organisasi profesinya. Sehingga, terjadi
tarik-menarik antara lembaga universitas dengan organisasi notaris (INI).
Keduanya ingin menjadi penyelenggara dari pendidikan notaris.
Lalu setelah tahun 2000, dikeluarkan putusan dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang menyatakan bahwa pendidikan spesialis (notaris) masuk ke
dalam institusi pendidikan kenotariatan, maka dengan itu pendidikan kenotariatan
berubah menjadi magister bukan spesialisasi. Karena itu kurikulumnya merupakan
gabungan antara keahlian dan keilmuan.

b. Sejarah Profesi Notaris Di Indonesia Setelah Berlakunya Undang-Undang 30


Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
Perubahan terhadap Peraturan Jabatan Notaris baru dapat terlaksana sejak
diundangkannya UU No. 30 Tahun 2004, tentang Jabatan Notaris pada tanggal 6
Oktober 2004 yang berlaku secara serta merta, maka Peraturan Jabatan Notaris di
Indonesia berdasarkan ord.stbl 1860 Nomor 3 yang berlaku sejak tanggal 1 Juli
1860 sudah tidak berlaku lagi. Sejak diundangkannya UU No. 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, pada tanggal 6 Oktober 2004 tersebut maka berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 91 telah mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi:
1) Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb 1860:3) sebagaimana telah
diubah terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1945 Nomor 101;
2) Ordonantie 16 September 1931 Tentang Honorarium Notaris;

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 8


3) UU No. 33 Tahun 1954 Tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara
(Lembaran Negara Tahun 1954 No. 101, Tambahan Lembaran Negara No.
700);
4) Pasal 54 UU No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 1986
Tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
No. 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4379); dan
5) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 Tentang Sumpah/Janji Jabatan
Notaris.
Ditegaskan dalam Penjelasan Umum UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (selanjutnya disebut UUJN), bahwa Undang-Undang Jabatan Notaris
merupakan pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam satu
undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris sehingga dapat tercipta
suatu unifikasi hukum yang berlaku untuk semua penduduk di wilayah Negara
Republik Indonesia. UUJN menjadi satu-satunya undang-undang yang mengatur
tentang Jabatan Notaris di Indonesia sejak diundangkan pada tanggal 6 Oktober
2004. Dalam Undang-undang ini diatur secara rinci tentang jabatan umum yang
dijabat oleh Notaris, sehingga diharapkan bahwa akta otentik yang dibuat oleh
atau di hadapan Notaris mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan
hukum. Mengingat Akta Notaris sebagai akta otentik merupakan alat bukti tertulis
yang terkuat dan terpenuh, maka Notaris tidak boleh semena-mena dalam
melakukan pembuatan akta otentik tersebut, semua harus mengacu pada peraturan
perundang-undangan yg berlaku. Oleh karena itu maka Undang-Undang Jabatan
Notaris juga mengatur tentang kewenangan, kewajiban serta larangan-larangan
bagi Notaris dalam hal melakukan tindakan dalam jabatannya.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 9


B. NOTARIS

1. PENGERTIAN NOTARIS
Kata Notaris berasal dari sebuah nama “notarius” yaitu nama seorang pengabdi dalam
suatu lembaga yang memiliki kemampuan untuk menulis cepat. Karakteristik ataupun
ciri-ciri dari lembaga ini yang kemudian tercermin dalam diri Notaris saat ini, yakni:
1) Diangkat oleh penguasa umum;
2) Untuk kepentingan masyarakat umum dan;
3) Menerima uang jasanya (honorarium) dari masyarakat umum. 7

Lembaga notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul dari kebutuhan


dalam pergaulan masyarakat berkenaan dengan hubungan hukum keperdataan antar
sesama individu yang menghendaki suatu alat bukti diantara mereka. Golongan orang
yang ahli melakukan pekerjaan tulis menulis tertentu dinamakan notarii yang berasal
dari perkataan nota literaria yang berarti tanda-tanda tulisan atau karakter yang
mereka pergunakan untuk menuliskan atau menggambarkan perkataan-perkataan.

Pasal 1 Staatsblad. 1860 Nomor 3 tentang Notaris Reglemen (PJN) mengatakan


bahwa Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat
akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan
untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya,
menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya
sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.

Pasal 1 ayat (1) UU No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mengatakan bahwa
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Berdasarkan ketentuan sebagaimana tersebut pada Pasal 1 ayat (1) jo. Pasal 15 ayat
(1) UUJN dapat diketahui:
1) Notaris adalah pejabat yang diberikan kepercayaan oleh pemerintah (Negara)
untuk melaksanakan sebagian fungsi pemerintahan;
2) Notaris adalah pejabat yang berwenang untuk membuat akta otentik;
3) Semua perbuatan yang berkaitan dengan perjanjian dan ketetapan diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepenyingan harus dinyatakan dalam akta otentik;
4) Sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan oleh pemerintah, notaris
berkewajiban untuk menjamin kepastian tanggal permbuatan akta, menyimpan
akta, memberikan grosse, salinan, kutipannya, dan

7
G.H.S. Lumban Tobing,, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal.3.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 10


5) Semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang.
Perbedaan pengertian notaris dalam Stbl. 1860 dan UUJN terletak pada kata “satu-
satunya” yang mana pada Staatsblad 1860 semua akta yang dibuat di dalam lingkup
hukum keperdataan hanya menjadi kewenangan notaris, sedangkan dalam UUJN kata
“satu-satunya” dihilangkan sehingga memungkinkan adanya pejabat lain yang
berwenang untuk membuat akta.

2. NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM


Yang dimaksud dengan pejabat umum yaitu orang yang dengan syarat-syarat tertentu
memperoleh kewenangan dari negara secara atributif untuk melaksanakan sebagian
fungsi publik dari negara khususnya dalam bidang hukum perdata untuk membuat alat
bukti otentik.
Adapun yang dimaksud dengan alat bukti berdasarkan Pasal 1866 KUHPerdata yaitu:
1) Bukti tulisan;
2) Bukti dengan saksi-saksi;
3) Persangkaan-persangkaan;
4) Pengakuan;
5) Sumpah;
Pasal 1867 KUHPerdata menyebutkan bahwa pembuktian dengan tulisan dilakukan
dengan tulisan-tulisan otentik dan tulisan-tulisan dibawah tangan. Akta otentik
merupakan suatu alat bukti yang sempurna, yaitu apabila akta otentik diajukan
sebagai alat bukti dalam suatu persidangan, maka tidak diperlukan bukti pendukung
lain yang menyatakan bahwa akta otentik tersebut benar. Hal ini dikarenakan suatu
akta otentik telah dapat dipastikan kebenarannya. Akta tersebut otentik setelah Notaris
menjadi pejabat umum yaitu berarti telah diangkat dan disumpah, barulah akta yang
dibuatnya otentik.
Notaris sebagai pejabat umum diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk
membuat akta otentik sebagaimana dimaksud pada Pasal 1868 KUHPerdata, yaitu
suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh
atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana
akta dibuatnya.
Notaris sebagai pejabat umum bukan berarti notaris adalah pegawai negeri. Walaupun
menurut definisi tersebut ditegaskan bahwa Notaris itu adalah pejabat umum
(openbare ambtenaar), ia bukan pegawai menurut undang-undang atau peraturan-
peraturan kepegawaian negeri. Ia tidak menerima gaji, bukan bezoldigd staatsambt,
tetapi menerima honorarium sebagai penghargaan atas jasa yang telah diberikan
kepada masyarakat. 8

8
Komar Andasasmita, Notaris I, (Bandung : Sumur Bandung, 1981), hal.45.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 11


Pasal 2 UUJN menyatakan notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Yang
dimaksud dalam pasal ini bukan menteri dalam kapasitasnya sebagai pembantu
presiden, melainkan menteri yang secara atributif mendapat perintah dari undang-
undang untuk melaksanakannya, jadi notaris bukan bagian dari pemerintahan.

3. JENIS NOTARIS
Terdapat 2 jenis notaris yaitu:
a) Notaris civil law
Notaris civil law yaitu lembaga notariat berasal dari Italia utara dan juga dianut
oleh Indonesia.
Karateristiknya, adalah:
 Diangkat oleh penguasa yang berwenang;
 Bertujuan melayani kepentingan masyarakat umum;
 Mendapatkan honorarium dari masyarakat umum.
b) Notaris common law
Notaris common law yaitu notaris yang ada di negara Inggris dan Skandinavia.
Karateristiknya, adalah:
Akta yang dibuat tidak dalam bentuk tertentu. Maksudnya adalah, akta yang
dibuat bentuknya tidak ditentukan secara khusus oleh UU seperti Notaris civil law
yang berlaku di Indonesia.

4. SYARAT UNTUK MENJADI NOTARIS


Syarat untuk menjadi Notaris dapat dilihat pada Pasal 3 UUJN, yaitu :
“ Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 adalah:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat
keterangan sehat dari dokter dan psikiater;
e. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;
f. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
karyawan Notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh
empat) bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa
sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus
strata dua kenotariatan;
g. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat,
atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-
undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris; dan

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 12


h. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.”

5. TUGAS DAN WEWENANG NOTARIS


Berdasarkan bunyi Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris (Staatsblad 1860 Nomor 3)
bahwa yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya
berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian
tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya,
semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan Akta Otentik sebagaimana yang diatur dalam pasal 1868 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu akta yang sedemikian, yang dibuat
dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang oleh atau di hadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu, di tempat di mana akta itu dibuat.

6. TUGAS UMUM JABATAN NOTARIS


Apabila secara umum, sesuai dengan perkembangan masyarakat, maka tugas dan
pekerjaan dari Notaris pada umumnya meliputi:
a. Membuat akta-akta otentik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata.
b. Mengesahkan surat-surat di bawah tangan (legaliseren), dan mendaftarkan surat-
surat di bawah tangan (waarmerken) berdasarkan Pasal 1874 dan 1874a Kitab
Undang-undang Hukum Perdata.
c. Memberikan penyuluhan hukum dan penjelasan mengenai peraturan peru ndang-
undangan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
Dalam menjalankan tugas tersebut di atas Notaris perlu dibekali dengan suatu
kewenangan jabatan. Notaris memperoleh kewenangannya langsung dari kekuasaan
eksekutif, artinya Notaris melakukan sebagian kekuasaan eksekutif. 9 Hal ini telah
tegas dinyatakan dalam Pasal 2 UU Jabatan Notaris yang menyebutkan bahwa Notaris
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Yang dimaksud dengan menteri di sini
adalah Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang
kenotariatan.

Notaris berwenang untuk membuat akta mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik. Dengan pernyataan ini dapat
diketahui bahwa wewenang Notaris adalah bersifat umum (regel), dan wewenang

9
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. 3, (Jakarta: Erlangga, 1999), hal.37.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 13


para pejabat lainnya adalah ‘pengecualian’, artinya wewenang dari para pejabat
lainnya untuk membuat akta sedemikian hanya ada apabila oleh Undang-undang
dinyatakan secara tegas.10 Dengan demikian secara umum wewenang Notaris meliputi
empat hal, yakni:
a. Sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya itu;
b. Sepanjang mengenai orang-orang, untuk kepentingan siapa akta itu dibuat;
c. Sepanjang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat;
d. Sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

7. KEWENANGAN NOTARIS

Pasal 15 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa Notaris berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-undang. Ketentuan ini
merupakan legalisasi terhadap akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang
perseorangan atau oleh para pihak di atas kertas yang bermaterai cukup dengan jalan
pendaftaran dalam buku khusus yang disediakan oleh Notaris.

Tentang kewenangan ini, kemudian dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN dinyatakan bahwa
Notaris berwenang pula:
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. Membuat akta risalah lelang.
Sebelum diterbitkannya Undang-Undang Jabatan Notaris, maka kewenangan Notaris
telah diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris, yang menyatakan bahwa ada empat
kewenangan Notaris sebagai pejabat umum, yaitu: 11
a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya.
Artinya adalah seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu
yakni yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

10
Ibid, hal.38.
11
Ibid., hal. 42-43.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 14


b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan siapa akta
itu dibuatnya. Pasal 20 PJN telah menetukan larangan bagi Notaris untuk
membuat akta-akta yang dimaksud dalam Pasal 20 PJN.
c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat dimana akta itu dibuatnya,
artinya Notaris hanya berwenang membuat akta di dalam daerah jabatan yang
ditentukan baginya.
d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu, artinya
selama cuti, Notaris dipecat dari jabatan dan sebelum diambil sumpahnya, Notaris
tidak boleh membuat akta.
Pelanggaran terhadap salah satu persyaratan atau lebih tersebut membawa dua akibat
hukum terhadap akta yang dibuatnya, yaitu:
a. Aktanya tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat
dibawah tangan apabila akta itu ditandatangani oleh para penghadap.
b. Aktanya tidak sah, jika oleh Undang-undang, perbuatan hukum tersebut
diharuskan dengan suatu akta otentik.

8. PEJABAT SEMENTARA NOTARIS


Merupakan orang yang sementara menjabat sebagai notaris untuk menjalankan
jabatan dari notaris yang meninggal. Orang yang menjadi pejabat sementara Notaris
adalah orang yang melakukan administratif/pegawai di kantor Notaris tersebut.

9. NOTARIS PENGGANTI
Merupakan orang yang sementara diangkat untuk menggantikan Notaris yang sedang
cuti, sakit dll yang syarat-syaratnya ditentukan oleh UUJN. Apabila Notaris
meninggal karena terlebih dahulu sakit, Notaris pengganti tersebut dapat menjadi
Pejabat Sementara Notaris.

10. PROSEDUR MENJADI NOTARIS


 Lulus Pendidikan Magister Kenotariatan  Mengikuti Magang selama 2 tahun 
Mengajukan permohonan pengangkatan kepada Menteri Hukum dan HAM 
Dikeluarkan SK untuk di sumpah yang berlaku selama 60 (enam puluh) hari
(Pasal 5) (Apabila dalam 60 (enam puluh) hari tidak disumpah maka
pengangkatan dapat dibatalkan oleh Menteri (Pasal 6))  kemudian dalam 60
(enam puluh) hari selanjutnya sudah disumpah harus melaksanakan tugas sebagai
Notaris secara nyata (Pasal 7).
 Pasal 7, menyatakan bahwa:
“ (1) Dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan Notaris, yang
bersangkutan wajib:
a. menjalankan jabatannya dengan nyata;

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 15


b. menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan Notaris
kepada Menteri, Organisasi
c. Notaris, dan Majelis Pengawas Daerah; dan
d. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf,
serta teraan cap atau stempel jabatan Notaris berwarna merah
kepada Menteri dan pejabat lain yang bertanggung jawab
dibidang pertanahan, Organisasi Notaris, Ketua Pengadilan
Negeri, Majelis Pengawas Daerah, serta Bupati/Walikota di
tempat Notaris diangkat.”
 Sumpah berarti berjanji pada negara dan berjanji kepada jabatan yang
diembannya.
 Kenapa Notaris harus disumpah? Karena Notaris sebagai pejabat Umum yang
berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-
Undang lainnya.
 Kaitan Pasal 4 ayat (1) UUJN dengan syarat bahwa Notaris harus warga negara
Indonesia adalah tidak mungkin ada WNA yang mau bersumpah untuk setia
kepada negara Indonesia.
 Dalam Pasal 4 ayat (2) UUJN menyebutkan isi sumpah jabatan Notaris tersebut.
Sebelum sumpah tersebut menyebutkan sumpah tersebut harus menurut
agamanya.
 Rahasia Jabatan Notaris yaitu mulai dari keterangan para pihak (menceritakan
kehendaknya/poin-poin terselubung yang tidak diceritakan dalam akta) sampai
dengan isi akta. Rahasia jabatan ini juga berkaitan dengan berkaitan dengan hak
ingkar (hak untuk tidak memberikan keterangan mengenai rahasia jabatan
biasanya terhadap pertanyaan penyidik/penyelidik atau dll, hanya boleh ditanya
mengenai tanda tangan atau semacamnya). Hak Ingkar itu sifatnya tidak tak
terbatas. Dalam hal ini dikecualikan yang berkaitan dengan hal-hal tertentu seperti
korupsi, TPPU dll.
 Fungsi Notaris : Melayani kepentingan masyarakat.
 Kewenangan Notaris : Melaksanakan tugas lain sesuai dengan yang
diperintahkan oleh UU.
 Tugas Notaris : Membuat alat bukti autentik (Pasal 1 ayat (7) UUJN).
 Notaris hanya mempunyai satu kantor, tidak boleh ada kantor perwakilan. Kantor
ini letaknya sesuai dengan SK yang didapatkan. Notaris ditentukan oleh UU
wilayah jabatannya. Notaris berwenang untuk membuat akta di dalam wilayah
jabatannya, dimana kantor Notaris itu terletak di tempat kedudukannya.
 Wilayah Jabatan yaitu Provinsi sedangkan Tempat Kedudukan, yaitu;
Kota/Kabupaten.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 16


 Notaris dalam Membuat dan membacakan akta harus dilakukan di kantor
Notaris, namun dimungkinkan melaksanakan penandatanganan akta masih di
dalam Tempat Kedudukan.
 Kode Etik melarang Notaris membuat dan membacakan akta diluar tempat
kedudukan notaris yang masih dalam wilayah jabatan provinsi, hal ini karena
Notaris harus berlaku baik terhadap rekan sesama notaris dalam hal ini di setiap
kab/kota juga terdapat Notaris lain. Akan tetapi apabila sewaktu-waktu memang
sangat diperlukan misalnya Notaris A yang tempat kedudukannya di Kab. Bogor
kemudian sedang ada keperluan pergi ke Bandung, tiba-tiba ada orang yang
sangat mendesak sangat membutuhkan jasa Notaris untuk membuat suatu akta, hal
ini tidak melanggar selama pihak-pihak yang berkaitan hadir dan lengkap, namun
perlu dicatat hal ini tidak boleh menjadi suatu kebiasaan.

11. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN NOTARIS


 Pasal 16 ayat (1a) UUJN, menyatakan bahwa:
“bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum”.
Maksud dari Pasal 16 ayat (1a) UUJN ini, adalah:
a) Sebagai Notaris harus amanah, karena menurut Pasal 15 menyatakan bahwa
membuat akta perjanjian dll itu dikehendaki oleh yang berkepentingan, yaitu
amanah dari pihak menginginkan dibuatnya dengan koridor Peraturan Jabatan
Notaris.
b) Jujur dengan apa yang diamanahkan orang dan dalam menjalankan profesi
jabatan.
c) Notaris harus seksama, lebih dari teliti. Dalam segala hal, termasuk
mengenai diri pihak yang datang kepada Notaris untuk minta dibuatkan akta.
d) Mandiri berrti harus mengetahui sendiri tentang hal apa yang akan dibuat,
berkewajiban untuk menentukan konstruksi hukum apa yang ada dalam Akta
yang dibuat, berikut ketentuan pasal-pasal yg terdapat dalam UU dan termasuk
kehendak dari pihak.
e) Notaris tidak berpihak
f) Notaris menjaga kepentingan pihak
 Kewajiban Notaris yaitu mencegah terjadinya sengketa (tidak memihak,
menyeleraskan keinginan para pihak) oleh karena itu, Notaris tidak dapat
dijadikan Turut Tergugat, karena Akta dibuat sesuai dengan keinginan para pihak.
Itulah sebabnya Notaris tidak boleh melayani pembuatan Akta kepada orang-
orang yang masih terkait dalam hubungan kekeluargaan. (Suami/Istri, Anak, Garis
Lurus ke Atas dan ke Bawah, dan garis ke samping sampai derajat ke-3)

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 17


 Akta harus dibuat dalam bentuk Minuta. Minuta adalah asli akta yang disimpan
sebagai bagian dari protokol Notaris, yang diikuti dengan adanya Salinan Akta.
Tetapi dalam hal ini ada penyimpangan apabila pihak menghendaki, Akta dapat
dibuat dalam bentuk In Originally (biasanya untuk Akta yang sekali pakai)
 Akta In Originally (Pasal 16 ayat (3) UUJN), adalah: Asli-nya langsung
diserahkan kepada pihak yang berkepentingan, tidak disimpan dalam bundel
Minuta Akta. (Sekali Pakai).
Akta In Originally dapat dibuat rangkap dua, tetapi nomornya sama dan
ditandatangani asli oleh para pihak. Satu sama lain mempunyai kekuatan
pembuktian yang sama. Berikut adalah contoh akta in originally:
a. Akta Pembayaran uang sewa, bunga dan pensiun;
b. Akta penawaran pembayaran tunai;
c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga;
d. Akta Kuasa;
e. Akta Keterangan Kepemilikan; dan
f. Akta lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pasal 16 ayat (1) huruf c UUJN menyatakan bahwa; “melekatkan surat dan
dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta”.
 Dalam membuat akta, orangnya pasti berkaitan dengan sesuatu hal yang
memerlukan dokumen yang berkaitan dengan peristiwa hukum tersebut, fotokopi
dokumen-dokumen tersebut dilekatkan pada Minuta Akta.
 AKTA OTENTIK MUTLAK HARUS DIBUBUHI TANDA TANGAN.
Apabila tidak dapat melakukan tanda tangan berarti melakukan Surrogate
(pengganti tanda tangan) yakni keterangan bahwa pihak menyatakan bahwa tidak
dapat melakukan tanda tangan karena alasan tertentu (cacat, buta huruf, dll).
Ditulis oleh Notaris pada akhir Akta. UU menentukan untuk membubuhkan cap
jempol. Surrogate untuk keotentikan Akta tersebut.
 Ditambah dengan ketentuan yaitu SIDIK JARI. Dalam Pasal 16 ayat (3) ini
terkait dengan alat pembuktian untuk melindungi diri Notaris itu sendiri, karena
sering terjadi pengingkaran tandatangan yang ada dalam Minuta Akta. Tidak ada
penjelasan atau peraturan pelaksanaan bagaimana cara melaksanakan dalam
pembuatan Akta tersebut yaitu misalnya Akta Jual Beli dibentuk dalam kolom-
kolom yang sudah diberikan titel para pihak untuk membubuhkan sidik jari
masing-masing pihak atau dilekatkan pada suatu lembaran baru yang dilekatkan
pada minuta akta. Sidik Jari yang ditentukan oleh pembuat peraturan ini adalah
sidik jari jempol.
 Kewajiban Notaris adalah melayani atau memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam hal ini Notaris tidak boleh menolak, karena kalau menolak
berarti melanggar UU, namun apabila melanggar kesusilaan, ketertiban umum dan
Undang-Undang maka Notaris boleh menolak. Contoh yang boleh ditolak seperti
Money Laundering, dll.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 18


 Kewajiban lain Notaris, menurut Pasal 16 ayat (1) huruf g UUJN, adalah:
 Menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari
satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya
pada sampul setiap buku.
 Minuta harus dikumpulkan dan dibundel dalam satu bundel yang ditulis pada
sisi bundel minuta Akta tersebut nomor akta dari berapa sampai berapa dan
Bulan keluarannya (harus sama Bulannya). Maksimal 50 (lima puluh) Minuta
Akta dalam 1 (satu) Bundel Akta tersebut, apabila 51 (lima puluh satu) maka
yang satu sisa tersebut dibuatkan dalam Bundel Minuta Akta tersendiri (tidak
digabung dengan Minuta Akta lainnya).
 Membuat Buku Daftar Akta (buku Reportorium) yaitu memuat berapa banyak
akta yang Notaris buat dalam setiap bulannya. Dulu dibuat sendiri, namun
sekarang dapat dibeli di kantor organisasi. Halaman pertama memuat terdiri
dari berapa banyak lembar buku itu, dibawahnya ditandatangani oleh Majelis
Pengawas Daerah Notaris, dimana setiap lembarnya diparaf oleh MPDN
(Ketua Pengadilan – dulu). Dalam lembaran-lembaran tersebut dibuat kolom
yang terdiri dari:
a. Nomor Urut (selama menjabat menjadi Notaris);
b. Nomor Bulanan;
c. Tanggal Akta;
d. Sifat Akta;
e. Para Penghadap;
f. Keterangan.
 Pasal 16 ayat 1 huruf J
Mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil
yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima)
hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
Buku Daftar Wasiat menyangkut kepentingan pihak ketiga, karena dalam hal ini
apabila tidak didaftarkan kepada Kemenkumham (sie. Pusat Daftar Wasiat) wasiat
tersebut berubah fungsinya menjadi akta dibawah tangan, sehingga dalam hal ini
menyangkut kepentingan pihak ketiga. Penerima wasiat tersebut akan menuntut
hal tersebut. Metodenya yaitu mengirimkan salinan Daftar Wasiat atau salinan
Daftar Nihil kepada Kemenkumham didaftarkan secara online. Setiap tanggal 5
(lima) setiap bulan berikutnya untuk semua pembuatan wasiat pada bulan ini,
(diberitahukan bahwa ada/tidaknya wasiat yang dibuat oleh Notaris). Setiap
bulannya harus dicatat dalam buku Reportorium tersebut telah mengirimkan
laporan wasiat bulan ini(ada/tidaknya).

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 19


 Kewajiban Notaris Pengganti sama dengan Notaris, menurut ketentuan Pasal 16
ayat (1) UUJN, adalah:
“ (1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:
a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan
hukum;
b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya
sebagai bagian dari Protokol Notaris;
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada
Minuta Akta;
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta
berdasarkan Minuta Akta;
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;
f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya
dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta
sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang
menentukan lain;
g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi
buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan
jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta
tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya
pada sampul setiap buku;
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau
tidak diterimanya surat berharga;
i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut
urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan;
j. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat
pada setiap akhir bulan;
k. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara
Republik Indonesia dan pada uang yang melingkarinya
dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang
bersangkutan;
l. membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi
khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan
ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan
Notaris; dan
m. menerima magang calon Notaris.”

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 20


C. AKTA

 Akta adalah Tulisan yang ditandatangani yang digunakan untuk alat bukti.
 Tulisan adalah kumpulan tanda baca yang mengandung arti yang menggambarkan
buah pikiran sesorang, siapa saja dapat menulis tanpa diketahui orangnya dan tanpa
tanda tangan.
 Akta terbagi dua, yaitu; akta dibawah tangan dan akta autentik.
 Akta merupakan bagian dari alat bukti tulisan: lihat Pasal 1824 KUHPerdata.
 Sebuah tulisan dapat dipertanggung jawabkan apabila terdapat tanda tangan.
 Akta dibawah tangan ditanda tangani oleh para pihak saja, sehingga kekuatan
pembuktiannya lemah, dapat menjadi kuat apabila para pihak mengakuinya,
sedangkan apabila membantah maka pembuktiannya lemah dan tidak dibuat
dihadapan pejabat umum/notaris.
 Akta Autentik, menurut Pasal 1868 KUHPerdata, memiliki karakteristik, sebagai
berikut:
a) bentuknya ditentukan oleh UU;
b) dibuat oleh pejabat umum yang berwenang;
c) dibuat ditempat yang dibacakan.
 KUHPer tidak mempunyai penjelaasan mengenai hal tersebut, penjelasannya dijawab
oleh Stbl. 1860 Pasal 1, sekarang menjadi UUJN yaitu; Notaris satu-satunya yang
berwenang, kecuali yang ditentukan lain oleh UU.
 Notaris berwenang untuk membuat akta autentik sepanjang didalam wilayah jabatannya,
jika tidak maka aktanya tersebut fungsinya berubah menjadi akta dibawah tangan,
dapat juga dikatakan sebagai pemalsuan.
 Fungsi akta berubah menjadi akta dibawah tangan apabila dibuat tidak sesuai dengan
UUJN, misalnya; tidak dibuat didalam wilayah jabatan Notaris. Jika akta tersebut
dalam perkara, maka Notaris bisa jadi ikut menjadi tergugat, ikut serta dan sebagainya
jika tidak sesuai dengan UUJN.

1. BENTUK AKTA
Dalam UUJN, bentuk akta dijelaskan dalam Pasal 38, yaitu terdiri dari :
a. Kepala akta; dahulu dalam Stbl. 1860 komparisi, identitas penghadap masuk ke
kepala akta, karena Notsris menjamin siapa pihak yang menghadap. Sekarang
Pasal 38 ayat (1) UUJN.
b. Badan akta; Pasal 38 ayat (2) berisi kemauan dan kehendak para pihak. Terdiri
dari premis, komparisi, dan saksi pengenal.
c. Akhir akta; Akta harus dibacakan oleh Notaris. Agar terpenuhinya syarat/unsure
verleden yaitu akta disusun, dibacakan dan ditandatangani oleh Notaris.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 21


Dalam membuat akta, notaris harus mengetahui judul dan konstruksi hukum apa yang
akan dibuatkan didalam akta tersebut.

2. JENIS AKTA
a. Akta Partij / Akta Pihak
Akta Partij menerangkan apa kehendak para pihak. Notaris hanya mengkonstantir
keterangan para pihak. Maka aktanya menerangkan keinginan dari para pihak.
Muai dari pihak tersebut menerangkan kehendaknya, maka sudah termasuk dalam
rahasia jabatan Notaris.
Akta Partij mulak harus dibacakan, agar apa yang diterapkan sesuai dengan
keterangan para pihak, dan untuk mnjamin kebenaran tersebut maka akta
ditandatangani para pihak, saksi dan Notaris.
Akta Partij ini mutlak harus ditandatangaini oleh para pihak dalam akta, serta
disusun dibacakan dan ditandatangani oleh Notaris dalam wilayah jabatannya.

b. Akta Relaas / Akta Pejabat


Notaris menghadiri RUPS, sebagai contoh Notaris sebagai pejabat umum
menyaksikan untuk membuat suatu alat bukti sesuai dengan yang Notaris lihat
saksikan dan Notaris dengar, dituangkan dalam berita acara rapat.
Awal akta berbunyi : “Saya, Andi, Sarjana Hukum, magister Kenotariatan
Notaris di Jakarta Selatan atas permintaan PT Andalas Sakti untuk membuat
berita acara rapat…….”
Akta Relaas akta tidak dapat digugat, karena Notaris sebagai pejabat, hanya dapat
dinyatakan palsu kalau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Akta Relaas boleh tidak dibacakan dan tidak ditandatangani oleh para pihak,
namun Notaris dan saksi harus tanda tangan, tetapi Notaris harus membacakannya
kepada saksi. Notaris wajib menandatangani akta tersebut karena kebenarannya
dijamin oleh Notaris.

3. HAL-HAL YANG TERKAIT DENGAN AKTA


 Dalam membuat akta Notaris harus sesuai dengan wilayah jabatannya.
 Ciri suatu akta merupakan akta otentik adalah disusun oleh ketentuan UU, dibuat
oleh pejabat umum dan dibuat di tempat dibacakan akta tersebut.
 Notaris menjadi pejabat umum jika ia sudah disumpah. Maka akta yang dibuat
oleh Notaris sebagai pejabat umum adalah menjadi otentik. Namun, jika Notaris
belum disumpah, maka akta yang dibuat oleh Notaris tersebut adalah tidak
otentik, sehingga akta tersebut hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang
dibuat di bawah tangan.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 22


 Orang-orang ingin membuat akta otentik karena akta otentik memiliki kekuatan
pembuktian yang sempurna, yaitu tidak memerlukan bukti-bukti lain karena harus
selalu dianggap benar. Berdasarkan perintah UU, Notaris diperintahkan untuk
diberi kewenangan oleh negara untuk menjalankan fungsi publik (kaitannya
dengan penggunaan lambang negara). Negara mempercayakan Notaris untuk
membuat akta otentik sebab Notaris dianggap memiliki moral dan integritas yang
tinggi. Maka, apa yang tercantum di dalam akta otentik itu dianggap selalu benar.

4. PENGHADAP DAN SAKSI PENGENAL PENGHADAP/ SAKSI ESTETEREN


 Notaris mengenal para penghadap. Pengertian kenal dalam Akta Notaris berbeda
dengan kenal yang dikenal oleh masyarakat secara umum. Kenal dalam Akta
Notaris adalah terkait dengan apakah penghadap yang menghadap kepada Notaris
tersebut berwenang atau berkompeten untuk menghadap atau melakukan
perbuatan hukum dalam akta yang akan dibuat oleh Notaris. Jadi Notaris mutlak
harus kenal, kenal dengan cara memang telah mengenal sebelumnya secara
pribadi dan dikenal melalui identitas para pihak yaitu; KTP, unttuk WNA dengan
Paspor. KTP dan Paspor tersebut harus dicocokkan fotonya dengan orangnya,
karena Notaris menjamin kebenaran identitas para pihak.
 Untuk mengenal penghadap Notaris juga dapat dikenalkan oleh saksi
pengenal/saksi esteteren adalah orang yang mengenalkan penghadap yaitu dua
orang teman penghadap lainnya dan/atau oranglain yang harus dikenal dengan
identitas KTP-nya juga (identitas dan kewenangannya) harus dinyatakan didalam
akta.
 Jika para penghadap tidak dikenal, saksi pengenal dan oranglain tidak kenal, maka
dalam PJN dapat diminta penetapan kepada pengadilan, tapi dalam UUJN Notaris
dalam kondisi seperti ini dapat menolak para pihak tersebut.
 Keterangan mengenai penghadap wajib ditulis dalam komparisi, yang
menerangkan uraian identitas dan kompetensinya atau kewenangan para pihak
tersebut untuk bertindak.
 Kewenangan bertindak sebagai penghadap dapat bertindak untuk diri
sendiri/kepentingan sendiri, sebagai kuasa, jabatan/kedudukannya seperti direksi,
komisaris, menteri BUMN, dll.
 Batasan penghadap ; dewasa minimal 18 (delapan belas) tahun untuk akta Notaris.
Untuk jual neli tanah harus melalui PPAT minimal 21 (dua puluh satu) tahun.
Sebelumnya pengikatan jual beli tanah (PPJB) dilakukan oleh Notaris jika
umurnya masih dalam 18 (delapan belas) tahun pada saat pengikatan terjadi. Jika
umurnya masih dalam 18 (delapan belas) tahun sewaktu pengikatan maka Notaris
memberikan penyuluhan hukum bahwa untuk membuat akta jual beli di PPAT
pihak yang masih dibawah umur 18 (delapan belas) tahun tidak dapat bertindak,
maka orang tua harus ikut dengan menjalankan kekuasaan orangtua.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 23


5. SAKSI AKTA / SAKSI INSTRUMENTER
 Dalam membuat akta diperlukan adanya saksi akta/saksi instrumenter. Saksi
diperlukan untuk otentiknya suatu akta, minimal terdapat dua orang saksi . akta
dibacakan harus dihadapan dua orang saksi tersebut.
 Syarat saksi minimal 18 (delapan belas) tahun, mengerti bahasa yang ditulis dalam
akta, cakap dan mampu, tidak terdapat hbungan antara Notaris dengan
saksi/penghadap dengan saksi lurus keatas dan kebawah sampai derajat ketiga.
 Saksi harus dikenal oleh Notaris. Oleh karena itu didalam akta identitas saksi
mutlak harus ditulis, dahulu dalam PJN tidak mutlak ditulis bisa langsung tanda
tangan. Sekarang jika tidak ditulis maka fungsi akta tersebut berubah menjadi akta
dibawah tangan.
 Saksi tidak dapat tidak dikenal. Saksi mutlak harus dikenal oleh Notaris. Biasanya
yang menjadi saksi adalah karyawan Notaris.
 Tugas saksi yaitu hanya menyaksikan berjalannya prosedur formal suatu akta
yaitu terpenuhinya unsur verleden disusun, dibaca dan ditandatangani. Jika tidak
sesuai dengan prosedur maka fungsi aktanya berubah menjadi akta dibawah
tangan. Saksi tidak perlu tahu isi akta, sakti tidak bisa dimintakan keterangan
mengenai isi/materi akta oleh penyidik.

6. PEMBACAAN AKTA
 Membacakan akta : Pasal 16 ayat (7) UUJN.
 Akta harus dibacakan oleh Notaris yang membuat akta itu sendiri, lihat Pasal 40
UUJN. Yang membacakan adalah Notaris yang namanya terdapat dalam SK.
Tidak boleh dibacakan oleh asisten/pegawai Notaris, karena akan menjadi akta
yang tidak otentik.
 Pengecualian akta boleh tidak dibacakan atas permintaan si penghadap, akan
tetapi penghadap harus paraf disetiap lembaran minuta. Paraf dilakukan diujung
kalimat.

7. CARA MENYUSUN SUATU AKTA


 Akta maksimal terdiri dari 30 (tiga puluh) baris dalam satu halaman, boleh 28
(dua puluh delapan) baris, untuk trik agar mencerminkan diri seorang Notaris dan
harus konsisten.
 Pada awal akta, kata berhadapan, menghadap, hadir dihadapan saya, boleh bebas
menentukan, tetapi harus konsisten selama jadi Notaris.
 Dalam akta Notaris, tidak boleh ada ruang kosong. Harus digaris. Lihat contoh
Akta Notaris.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 24


 Yang dimuat dalam akta adalah kehendak para pihak dan dibuat harus dalam
Bahasa Indonesia. Jika pihak menginginkan dalam bahasa asing (tidak boleh pake
bahasa daerah) asalkan Notaris dan saksi mengerti bahasa yang digunakan.
 Untuk Akta Pendirian PT mutlak harus pake Bahasa Indonesia, walaupun para
pihak minta bahasa lain bias dibuatkan translatenya/menerangkan dengan bahasa
yang dikehendaki oleh para piak, jika Notaris tidak bisa menerangkan dalam
bahasa tersebut maka Notaris harus memakai penerjemah yang telah disumpah
dan harus diterangkan dalam akta.
 Untuk Akta yang memakai bahasa asing harus tetap dibuat akta yang Bahasa
Indonesianya/bilingual. Akta yang dianggap benar adalah akta yang berbahasa
Indonesia. Notaris tetap harus membacakan akta dengan bahasa yang dimengerti
oleh penghadap atau dengan bantuan penerjemah tersumpah lihat Pasal 43 ayat (3)
UUJN.
 Renvoi, dilakukan pada saat membaca, pihak minta dirubah, dihapus/diganti,
dilakukan sebelum atau pada saat penandatanganan. Setelah akta ditandatangani
tidak boleh direnvoi.
 Saksi pengenal kepentingannya hanya unuk mengenalkan penghadap, setelah itu
jika ingin meninggalkan tempat boleh pergi.
 Kesalahan penulisan dapat dirubah/salah ketik jika minuta akta telah
ditandatangani. Lihat pasal 51 UUJN. Yang dirubah bukan materi/isi akta. Notaris
dapat juga merubah dengan akta berita acara perubahan, UU No. 30 Tahun 2004
penghadap tidak dipanggil tapi cukup berita acaranya dikirimkan. Sedangkan pada
UU No. 2/2014 pembetulan kesalahan penulisan dilakukan dengan membuat
berita acara dengan memanggil para penghadap. Tidak dijelaskan apakahikut
menanda tangani atau tidak, tetapi lebih baik ditandatangani.
 Pasal 54 UUJN. Terkait dengan pemberitahuan/memberikan, memperlihatkan isi
akta, grosse akta, salinan akta, hanya dapat diberikan kepada orang yng
berkepentingan langsung dalam akta, ahli waris, orang yang yang memperoleh
hak.
 Orang yang berkepentingan langsung tidak selalu yang namanye terdapat dalam
akta, karena belum tentu masih berwenang, hal ini terkait dengan jabatan seperti
direksi fll. Jadi harus memperlihatkan susunan direksi terakhir.
 Penerima hak harus memperlihatkan dasar alas haknya. Misal jual beli saham
maka harus memperlihatkan sertifikst sahamnya, Notaris harus meneliti terlebih
dahulu apakah memang orang tersebut sebagai penerim hak.
 Minuta akta tidak boleh difotokopi, ftokopi minuta hanya diberikan jika diminta
oleh pengadilan.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 25


D. MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS (PASAL 66A UUJN)

Sesuai dengan Pasal 66A UUJN Mentri dalam melaksanaan pembinaan terhadap Notaris
membentuk sebuah Majelis Kehormatan Notaris. Majelis kehormatan Notaris berjumlah 7
(tujuh) orang, terdiri atas unsure Notaris sebanyak 3 (tiga) orang, Pemerintah sebanyak 2
(dua) orang dan ahli atau akademisi sebanyak 2 (dua) orang.

E. PENGAWASAN NOTARIS (PASAL 67 UUJN)

Pengawas Notaris terdiri dari Majelis Pengawas Daerah Notaris (MPDN), Wilayah
(MPWN) dan Pusat (MPPN). Yang terdiri dari tiga instansi yang mengawasi yatu
Kemenkumham, Notaris dan Akademisi.

F. PENGAMBILAN AKTA NOTARIS

Minuta Akta Notaris difotokopi dan dokumen-dokumen yang melekat digunakan untuk
pendidikan, denga sebelumnya mendapatkan persetujuan/izin oleh Majelis kehormatan
Notaris, termasuk juga untuk menjadi saksi di pengadilan. Izin dari MKN tersebut berlaku
30 (tiga puluh) hari, jika MKN tidak memberikan jawaban maka dianggap MKN
memberikan persetujuan.

G. PEMANGGILAN NOTARIS DAN HAK INGKAR

 Notaris mempunyai Hak Ingkar, yaitu hak untuk tidak mengikuti perintah undang-
undang, karena termasuk dalam rahasia jabatan Notaris, rahasia masyarakat yang
disimpan oleh Notaris. Notaris menjaga kepentingan individu dan dampaknya terhdap
masyarakat, hak yang merupakan sekaligus menjadi kewajiban bagi Notaris untuk
melindungi rahasia jabatan.
 Hak ingkar dapat keseluruhan atau sebagaian. yang dpat diberikan keterangan adalah
mengenai identitas, apakah akta dibacakan, ditandatangani dll yang berkaitan dengan
prosedural. Sedangkan yang dirahasiakan adalah isi materi akta.
 Hak Ingkar tidak tak terbatas, artinya jika berkaitan dengan kepentingan Negara yang
lebih besar, missal Notaris membuat kontrak antara pemerintah dan PT Freeport,
karena Notaris juga mendapatkan kepercayaan dari Negara dan juga masyarakat. Oleh
karenanya kepercayaan tersebut yang menyebabkan lahirnya hak ingkar.
 Teori Van Berlen mengenai Hak Ingkar, yaitu :
 Hubungan keluarga yang sangat dekat.
 Hal yang akan diceritakan akan menimbulkan pidana.
 Menyimpan rahasia jabatan. Jenis yang ketiga ini yang digunakan oleh Notaris.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 26


Notaris merupakan jabatan yang bermartabat, karena Notaris mendapat kepercayaan
dari Negara sekaligus masyarakat, karena rahasia mereka yang dititipkan kepada
Notaris.

H. CUTI NOTARIS

Dalam hal Notaris sedang cuti dapat digantikan oleh Notaris pengganti. Jika Notaris
meninggal dunia, bagaimana dengan protokol notaris? Maka ahli waris dari Notaris harus
memberitahukan maksimal 7 (tujuh) hari kepada MPDN, MPDN kemudian memberikan
surat penunjukan kepada pengganti notaris untuk diangkat sebagai Pejabat Sementara
Notaris. Pejabat Sementara Notaris mempunyai protokol sendiri dengan bagian-
bagiannya sendiri walaupun hanya 30 (tiga puluh) hari.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 27


DAFTAR PUSTAKA

Kuliah Peraturan Jabatan Notaris oleh Ibu Chairunissa S. Selenggang, SH., MKn. di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok.

G.H.S. Lumban Tobing, Buku Peraturan Jabatan Notaris,(Jakarta : Erlangga, 1996) Cetskan
keempat.

R. Soegondo Notodiserjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan. (CV.


RAJAWALI: Jakarta, 1982).

Komar Andasasmita, Notaris I, (Bandung : Sumur Bandung, 1981).

E. Utrecht/ Moh Saleh Djindang. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indoensia. Cet.9
(Jakarta: PT Ichtiar Baru, 1990).

Wikipedia, Encylopedia Bebas - https://id.wikipedia.org/wiki/Notaris - diakses pada Kamis,


17 September 2015, pukul 11.39.

https://riz4ldee.wordpress.com/2009/03/04/sejarah-notaris - diakses pada hari Jum’at, 18


September 2015, pukul 10.58.

https://id.wikipedia.org/wiki/Notaris#Sejarah_Perkumpulan_Notaris_dan_Dasar_Hukum_Per
kumpuln_Notaris_di_Indonesia, diunduh tanggal 16 September 2015.

https://riz4ldee.wordpress.com/ , diunduh tanggal 16 September 2015.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 28


RANGKUMAN PERKULIAHAN PERATURAN JABATAN NOTARIS

 Pertama kali Notariat berkembang di Italia Utara. Notaris yang timbul dari Italia
Utara dikenal dengan nama Latijnse Notariat.
 Notariat dibentuk untuk kepentingan masyarakat umum dan penghasilannya bukan
digaji oleh penguasa (pemerintah), namun memperoleh penghasilan dari hasil
kerjanya (honorarium).
 Notariat berasal dari nama pengabdinya yaitu Notarius, yang artinya golongan
orang-orang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tulis-menulis tertentu.
 Lembaga dari Italia Utara ini berkembang masuk ke Eropa melalui Spanyol, sampai
ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun tidak lewat Skandinavia (Inggris).
 Pada tahun 1888, terjadi peringatan 8 abad berdirinya Universitas Bologna di Italia
(Sekolah Hukum Bologna). Hal ini menjadi salah satu pembuktian bahwa Notariat
berasal dari Italia. Universitas Bologna didirikan oleh Irnerius, bahwa sekolah dari
Irnerius berasal dari suatu sekolah notariat. Salah satu karya Irnerius adalah
Formularium Tabellionum, yang merupakan karya pertama yang bernilai bagi dunia
kenotariatan.
 Nama Notaris mengalami perubahan, yakni dari Notarius, melalui Pidato Cato
yang menyebut “Nota literia” atau yang dikenal dengan “ Notarii”.
 Pada masa kekaisaran, Notarii ini adalah penulis-penulis pribadi Kaisar untuk
menyelenggarakanadministrasi dari kekaisaran. Tulisan-tulisan mereka menjadi alat
bukti namun fungsinya belum otentik dibawah tangan.
 Tabeliones: adalah segolongan orang yang ditugaskan untuk tulis-menulis membuat
tulisan bentuk tertentu yang dikehendako dalam masyarakat, namun mereka tidak
diangkat oleh penguasa umum. Produk atau tulisan-tulisan mereka masih akta
dibawah tangan (tidak otentik).
 Tabulari: adalah sama seperti Tabeliones, hanya saja para penulis ini merupakan
personil dari pemerintah untuk membuat akta atau surat-surat lain. Namun, timbul
keirian antara tabiliones, sehingga beberapa tabiliones diangkat menjadi tabilionat.
Sehingga lambat laun, “Tabellionat & Tabularii bergabung dan menyatukan diri
menjadi suatu badan, yaitu “ Collegium”.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 29


 Notaris masuk ke Perancis dari Italia : Lembaga kemasyarakatan mulai diatur oleh
Pemerintah, maka di Perancis oleh Raja Lodewijk de Heilige, diundangkan Undang-
Undang bidang Notariat pada tanggal 06 Oktober 1791 yang kemudian diganti lagi
dengan Undang-undang Nomor 25 Ventose tahun 1803, dan sejak itu mereka berada
di bawah penguasaan dari “ Chambre des Notaries”.
 Notaris masuk ke Belanda dari Perancis: bahwa notaris diangkat oleh seorang
Raja, melalui Gubernur Jenderal, karena melaksanakan fungsi publik dalam negara.
Peraturan-peraturan dari Perancis berlaku di negeri Belanda sampai pada tahun 1842.
Pada tanggal 19 Juli 1842, Belanda mengeluarkan Undang-Undang tentang Jabatan
Notaris, yaitu yang dikenal dengan nama NotarisWet.
 Perbedaan antara peratuan notaris di Belanda dengan di Perancis : 1) Di
Perancis, dikenal ada 3 (tiga) Notaris yaitu Hofnotarissen, Amandisementnotarisen,
dan Kantonotarissen, sedangkan di Belanda hanya mengenal 1 (satu) Notaris saja; 2)
Pengawasan Notaris di Perancis ada dibawah pengawasan “Chambre des Notaries”,
sedangkan di Belanda, pengawasan diserahkan pada Badan Peradilan; 3) di Perancis,
para calon notaris diharuskan magang selama 6 bulan, sedangkan di Belanda magang
dihapus dan diganti dengan Ujian Negara; 4) di Perancis, akta notaris bisa dibuat
dihadapan 2 (dua) orang notaris tanpa saksi, sedangkan di Belanda, akta notaris dibuat
dihadapan Notaris dengan 2 (dua) orang saksi.
 Notaris di Indonesia: mulai masuk di Indonesia pada abad ke-17 melalui VOC.
dengan Staatsblad Nomor 3 Tahun 1860. Lalu, di Undang-Undangkan UU No 30
Tahun 2004. Notaris pertama di Indonesia adalah Melchior Kerchem, yang
merupakan Sekretaris dari “College van Scherpen”. Peraturan Notaris di era
kemerdekaan masih belum pesat/ kurang berkembang, karena 1) Indonesia masih
cenderung primordialisme; 2) Ditujukan bukan ke pribumi tetapi ke orang Belanda; 3)
Notaris yang diangkat berkebangsaan Belanda; 4) Masyarakat Indonesia cenderung
memakai Hukum Adat; 5) Banyak orang Indonesia pergi meninggalkan negeri,
sehingga terjadi kekosongan orang Indonesia, sehingga minimnyajumlah notaris
Indoneisa; 6) orang yang mengerti hukum saja yang bisa diangkat sebagai notaris.
 Siapa itu Notaris? Notaris adalah lembaga kemasyarakatan dimana ada sekelompok
orang yang timbul karena kebutuhan masyarakat akan alat bukti yang mengatur oleh
suatu peraturan, dalam hubungan hukum keperdataan para pihak. Baik yang
diperintahkan oleh Undang-undang ataupun permintaan dari yang bersangkutan.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 30


 Ciri-ciri Notaris: 1) segolongan orang yang mempunyai keahlian dalam membuat
tulisan bentuk-bentuk tertentu, untuk sesbagai alat bukti; 2) orang-orang ini diberi
kewenangan untuk berkuasa dalam mebuat tulisan bentuk tertentu; 3) ditugaskan oleh
penguasa umum untuk melakukan pekerjaan tulis-menulis tersebut; 4) hasil tulis-
menulis yang dibuatnya mempunyai kekuatan alat bukti yang sempurna, karena diberi
oleh penguasa.
 Pengertian Notaris dalam peraturan Jabatan Notaris/ Staatsblaad 1860:
berdasarkan Paal 1 PJN, Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang
untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan
yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian
tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya,
semua sepanjgang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.
 Pengertian Notaris dalam UUJN, Pasal 1 UUJN : Notaris adalah pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam UU ini.
 Perbedaan pengertian Notaris dalam Staatsblaad 1860 dengan UUJ N, bahwa
pada Staatsblaad 1860 ada kata “satu-satunya”, sedangkan dalam UUJN, kata “satu-
satunya” dihilangkan. Sehingga memungkingkan adanya pejabat lain yang berwenang
untuk membuat akta.
 Hubungan antara Pasal 1868 KUHPerdata dengan Pasal 1 UUJN, bahwa Pasal 1
UUJN menjadi penjabaran pelaksanaan dari Pasal 1868 KUHPerdata, yaitu “suatu
akta otentuk ialah suatu akta yang bentuknya ditentukan dalam UU, dibuat oleh atau
dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta
dibuatnya.
 Tujuan utama lembaga notariat: adalah untuk memberikan jaminan yang lebih baik
bagi kepentingan masyarakat, sehingga noatariat mempunyai fungsi yang harus
diabadikan bagi kepentingan masyarakat.
 Apa yang dimaksud dengan Notaris sebagai pejabat umum? yaitu orang dengan
syarat-syarat tertentu yang mempunyai atribut dari negara untuk melaksanakan
kewenangan pejabat umum yaitu fungsi publik dari negara, khususnya dalam bidang
hukum perdata untuk membuat alat bukti otentik.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 31


 Notaris menjadi pejabat umum pada saat “ disumpah”, sudah bisa membuat akta
otentik. Namun, apabila hanya baru berdasarkan SK saja, maka belum dinyatakan
sebagai pejabat umum, hanya baru dinyatakan sebagai notaris saja.
 Notaris harus WNI karena notaris mendapatkan kewenangan dari negara untuk
melaksanakan sebagian fungsi publik dari negara, dan disumpah yakni sumpah setia
pada negara, dan ia menggunakan lambang negara. Jadi, tidak bisa notaris dari WNA
menjadi notaris di Indonesia, harus WNI untuk menjadi notaris di Indonesia.
 Tugas-tugas Notaris, meliputi: 1) Membuat akta-akta otentik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1868 KUHPerdata; 2) Mengesahkan surat-surat dibawah tangan, dan
mendaftarkan surat di bawah tangan, sesuai Pasal 1874 dan 1874 huruf a
KUHPerdata; 3) Memberikan penyuluhan hukum dan penjelasan mengenai peraturan
perundang-undangan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
 Kewenangan notaris diatur dalam Pasal 15 UUJN, yaitu bahwa notaris berwenang
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, “menjamin” kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-
undang.
 Wewenang notaris diatur dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN: 1) Mengesahkan tanda
tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar
dalam buku khusus (legalisasi); 2) Mendaftarkan/ meregister (waarmerking) ke dalam
buku khusus; 3) Membuat copy dari surat di bawah tangan (copy collasione); 4)
Melakukan pengesahan kecocokan foto copy dengan surat aslinya; 5) Membuat
penyuluhan hukum tentang pembuatan akta; 6) Membuat akta yang berkaitan dengan
pertanahan; 7) Membuat akta risalah ulang.
 Wilayah jabatan notaris diatur dalam Pasal 18 ayat (2) UUJN, bahwa notaris
mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat
kedudukannya.
 Tempat kedudukan notaris diatur dalam Pasal 18 ayat (1) UUJN, bahwa notaris
mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota.
 Kewajiban notaris diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN, yaitu amanah, jujur,
seksama, mandiri, notaris tidak pernah berpihak, dan menjaga kepentingan pihak.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 32


 Akta minuta adalah asli akta yang disimpan sebagai bagian dari protokol notaris,
yang disertakan juga dengan salinan akta.
 Akta in originally adalah aslinya langsung diserahkan kepada pihak yang
berkepentingan (tidak disimpan dalam bundel Minuta Akta). Diatur dalam Pasal 16
ayat (3) UUJN.
 Tulisan adalah kumpulan tanda baca yang mengandung arti yang menggambarkan
pikiran seseorang. Suatu tulisan baru mempunyai makna fungsi yuridis kalau ada
tanda tangan.
 Tulisan yang ada tanda tangan disebut sebagai “akta” dan dapat dijadikan sebagai
alat bukti, sedangkan tulisan yang tidak ditanda tangan berarti tidak mengikat
siapapun.
 Macam-macam akta ada 2 (dua) yaitu; Akta di bawah tangan dan Akta otentik.
 Akta dibawah tangan adalah akta yang dibuat tanpa campur tangan dengan pejabat
umum dan mempunyai kekuatan pembuktian yang lemah. Kecuali tanda tangannya
dilegalisasi oleh pejabat umum.
 Akta otentik adalah akta yang dibuat sesuai dengan bentuk yang ditentukan oleh
Undang-Undang; dibuat oleh pejabat umum yang berwenang; dan dibuat ditempat
yang dibacakan. (Pasal 1868 KUHPerdata)
 Perbedaan antara Pasal 1868 KUHPerdata tentang asal-usul lahirnya akta
otentik dengan Pasal 38 UUJN: Bahwa Pasal 1868 KUHPerdata tidak menjelaskan
bentuknya seperti apa; pejabat umum yang seperti apa; dan wilayah jabatannya
dimana. Namun, ketiga hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 38 UUJN
tentang bentuk dan sifat aktanya.
 Syarat verleden: bahwa akta sudah disusun, dibacakan, dan ditanda tangani
sehingga saat itu juga lahirlah akta tersebut.
 Akta otentik harus dilekatkan sidik jari para pihak dan tanda tangan para pihak.
 Akta otentik harus dibubuhi tanda tangan, apabila tidak dapat melakukan tanda
tangan maka bisa melakukan “surrogate” (pengganti tanda tangan). Hal ini
sebagaimana datur dalam Pasal 44 UUJN yaitu keterangan bahwa pihak mencatatkan
bahwa tidak dapat melakukan tanda tangan karena alasan tertentu (cacat, buta huruf,
dan lain-lain). Kemudian keterangan tersebut ditulis oleh notaris pada akhir akta.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 33


 Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, yaitu: 1) bisa
menunjukkan dirinya (bentuk) sebagaimana diatur dalam Pasal 38 UUJN; 2)
Kekuatan formil (pembuatnya jelas) ; 3) Kekuatan materil (isinya dijamin, wilayah
dimana dibuatnya jelas, penghadap jelas dikomparisi, saksinya jelas diuraikan
diakhir akta).
 Fungsi akta otentik bisa berubah menjadi akta di bawah tangan apabila dibuat
tidak sesuai dengan karakteristik sebagaimana diatur Pasal 1868 KUHPerdata.
 Syarat-syarat penghadap diatur dalam Pasal 39 UUJN yaitu harus minimal 18
(delapan belas) tahun; dan cakap dalam melakukan perbuatan hukum; penghadap
harus dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi
pengenal yang berumur minimal 18 (delapan belas) tahun.
 Hak cuti notaris diatur dalam Pasal 25 UUJN. Yaitu notaris punya hak cuti dalam
total 12 (dua belas) tahun; mengambil percutinya tidak bisa lebih dari 5 (lima) tahun;
cuti 1 bulan – 6 bulan meminta ijin dari MPDN, cuti 6 bulan – 1 tahun meminta ijin
dari MPWN, dan untuk cuti lebih dari 1 tahun meminta ijin dari MPPN. Kemudian
setiap notaris yang cuti, mempunyai sertifikat cuti, dan selama notaris sedang cuti,
kantor pelayanan tidak boleh kosong maka harus ada notaris pengganti.
 Notaris pengganti (Pasal 33 UUJN), syaratnya: WNI yang berijazah SH, dan telah
bekerja sebagai karyawan di kantor notaris minimal 2 (dua) tahun. Dan saat hendak
mulai menggantikan sementara notarisnya, harus ada serah terima protokol dari
notaris yang mau cuti dan selama notaris cuti, notaris pengganti harus menulis SK-
nya dalam setiap akta yang dibuatnya.
 Dalam hal Notaris yang digantikan sementara oleh Notaris pengganti ternyata
meninggal dunia, maka Notaris pengganti harus memberitahukan ke MPPN. Lalu,
Notaris pengganti diangkat menjadi Notaris Pejabat Sementara, dan diberi waktu 60
(enam puluh) hari untuk menyerahkan seluruh protokolnya ke Notaris baru yang
ditunjuk MPDN.
 Saksi, ada 2 (dua) jenis saksi, yaitu Saksi Eksteren (saksi pengenal penghadap) dan
Saksi Akta (saksi Instrumenter).
 Saksi Eksteren (saksi pengenal penghadap) adalah orang yang mengenalkan
penghadap kepada notaris, dan bisa disertakan melalui identitas KTP penghadap.
 Saksi Akta (saksi Instrumenter) adalah saksi yang menyaksikan apakah Notaris
dalam melaksanakan penyusunan aktanya sudah tersusun dengan rapih, dan sudah di
tanda tangan, serta harus dikenal oleh Notaris (biasanya karyawan notaris). Fungsi

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 34


saksi akta adalah untuk melihat apakah syarat verleden sudah terpenuhi atau belum.
Dan tanggung jawab menjadi seorang saksi akta adalah untuk memastikan
penyusunan akta tersebut sudah sesuai syarat verelden, dan dilakukan di wilayah
jabatan Notaris yang bersangkutan.
 Syarat untuk menjadi saksi akta dan saksi eksteren : tidak mempunyai hubungan
darah dengan Notaris, lurus keatas dan kebawah sampai derajat ketiga.
 Protokol Notaris dalam Pasal 1 angka 13 UUJN, yaitu kumpulan dokumen yang
merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.
 Bahasa dalam Akta: diatur dalam pasal 43 UUJN. Yaitu, bahwa dalam akta harus
dibuat dalam Bahasa Indonesia. Namun, dalam Pasal 43 ayat (4) UUJN,
memperbolehkan akta untuk dibuat dalam bahasa lain, akan tetapi harus dalam bahasa
yang dipahami Notaris dan saksi, serta bisa dibantu dengan penerjemah yang
bersumpah. Dengan catatan, hanya akta-akta lain saja yang bisa dibuat dalam bahasa
asing, yaitu akta-akta yang tidak harus dilaporkan ke Kemenkumham.
 Apa yang harus dilakukan oleh seorang Notaris apabila ia tidak dapat mengenal
penghadap? dalam hal ini, Notaris dapa meminta penetapan kepada Pengadilan (hal
ini sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Jabatan Notaris (“PJN”). Tetapi, dalam
UUJN menyatakan untuk kondisi seperti itu dapat menolak para pihak tersebut.
 Minuta Akta: adalah asli akta. (Pasal 1 angka 8 UUJN).
 Grosse Akta: adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan hutang dengan kepala
akta “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”,
yang mempunyai kekuatan eksekutorial. (Pasal 1 angka 11 UUJN)
 Salinan Akta: adalah salinan kata demi kata dari seluruh akta, dan pada bagian
bawah salinan akta tercantum frasa “ diberikan sebagai salinan yang sama bunyinya.”
 Kutipan Akta: adalah kutipan kata demi kata dari satu atau beberapa bagian dari
akta, dan pada bagian bawah kutipan akta tercantum frasa “diberikan sebagai
kutipan.”
 Pihak dalam akta dengan kehadiran sendiri : artinya bahwa dia/ orang tersebut
datang sendiri menghadap kepada notaris.
 Pihak dalam akta melalui kuasa: artinya bahwa dia atau orang tersebut berhalangan
hadir, namun dia perlu akta tersebut, sehingga bisa diwakilkan melalui kuasa.
 Pihak dalam akta dalam jabatan/kedudukan: artinya bahwa dia/ orang tersebut
hadir sebagai penghadap, namun sebagai pelaksanaan kekuasaan atau jabatan.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 35


 Para pembuat akta-akta pencatatan sipil bukanlah sebagai pejabat umum, melainkan
“ex-officio”, yaitu karena jabatan.
 Bentuk Akta: 1) Kepala Akta: memuat Judul, nomor Akta, Komparisi, Jam-Hari-
Tanggal- Bulan-Tahun, dan Identitas Notaris. ; 2) Badan Akta: memuat Identitas para
pihak, isi akta, identitas, saksi pengenal. ; 3)Akhir Akta: uraian akta, uraian tentang
tanda tangan, Identitas saksi akta, uraian tentang ada atau tidaknya perubahan yang
terjadi dalam pembuatan akta. (Pasal 38 UUJN)
 Hak Ingkar Notaris: Bahwa Notaris mempunyai hak untuk mengingkarkan diri dari
suatu kesaksian. Bentuk pengecualian dari Pasal 1902 KUHPerdata, karena
dikhawatirkan timbulnya suatu tindak pidana ataupun karena rahasia jabatan Notaris
sebagai suatu jabatan kepercayaaan masyarakat/pemegang kepercayaan dari Negara
sekaligus masyarakat.
 Dalam proses penyidikan-persidangan, 1) Notaris dapat mempergunakan Hak
Ingkarnya, namun bisa juga sebagian saja, sepanjang tidak substansif.; 2)
Dikarenakan minuta akta adalah arsip negara (rahasia negara), maka tidak bisa
semena-mena meminta fotokopinya, melainkan harus ada izin dari Majelis
Kehormatan Notaris, sehingga baik penyidik pun harus meminta izin dari Majelis
Kehormatan Notaris untuk memperoleh fotokopi minuta akta dan protokol notaris.
Lalu, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan izin diajukan,
keluarlah keputusan Majelis Kehormatan Notaris terkait diperbolehkan atau tidaknya.
 Apakah Hak ingkar tidak tak terbatas? Iya. Hak ingkar boleh diterobos dalam hal
menyangkut kepentingan negara. Karena Notaris mendapat kepercayaan dari Negara
dan masyarakat.
 Notaris tidak dapat dipidana? Notaris tidak bisa digugat, sepanjang Notaris tidak
terlibat langsung. Notaris membuat akta berdasarkan atas kehendak orang lain. Dan
Notaris bukan sebagai para pihak. (Pasal 15 UUJN).
 Notaris hanya menjamin kebenaran formal bukan materiil: Yaitu 1) Notaris
menjamin tanggal; 2) Notaris menjamin tanda tangan dari para penghadap; 3) Notaris
menjamin penghadapnya.
 Pengawasan Notaris diawasi oleh Majelis yang dibentuk oleh Menteri, yaitu
Majelis Kehormatan Notaris, yang fungsinya untuk membina Notaris dalam
menjalankan profesi.

Peraturan Jabatan Notaris | IMMK – UI 2017/2018 36

Anda mungkin juga menyukai