Diktat PJN PDF
Diktat PJN PDF
SEJARAH NOTARIS
Nama Notariat sendiri berasal dari nama pengabdinya yaitu “Notarius”, yaitu
golongan orang-orang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tulis-menulis tertentu.
Dinamakan notarii karena berasal dari perkataan “Nota Literaria” yang berarti tanda-
tanda tulisan atau karakter yang mereka pergunakaan untuk menuliskan atau
menggambarkan perkataan-perkataan.
a. NOTARII
Pertama kalinya nama “Notarii” diberikan kepada orang-orang yang mencatat
atau menuliskan pidato yang diucapkan Cato dalam senaat Romawi. Kemudian
pada abad ke-5 yang diartikan Notarii adalah pejabat-pejabat istana yang
melakukan berbagai pekerjaan konselarij kaisar yang semata-mata merupakan
pekerjaan administratif.
Para pejabat istana tersebut menduduki berbagai macam tempat dalam
administratif yang bersangkutan sehingga terdapat perbedaan tingkat dikalangan
mereka. Tingkatan paling tinggi merupakan orang kedua dalam administrasi
kekaisaran tersebut, pekerjaan mereka terutama menuliskan sesuatu yang
dibicarakan dalam rapat-rapat dalam bidang kenegaraan. Para Notarii ini berbeda
dengan Notaris yang kita kenal sekarang.
b. TABELIONES
Selain Notarii yang dikenal pada abad ke-3 juga dikenal apa yang dinamakan
“Tabeliones” yang merupakan orang-orang yang tugasnya membuat akta-akta dan
lain-lain surat untuk kepentingan umum. Golongan orang-orang ini melakukan
tugas tersebut tidak diangkat ataupun ditunjuk oleh kekuasaan umum, melainkan
c. TABULARII
Kelompok lainnya yaitu “Tabularii” yang merupakan golongan orang-orang yang
menguasai tehnik menulis, yang mana tugasnya adalah memberikan bantuan
kepada masyarakat dalam pembuatan akta-akta atau surat-surat. Para “Tabularii”
ini merupakan pegawai-pegawai negeri yang bertugas mengadakan dan
memelihara pembukuan keuangan kota dan mengawasi arsip-arsip dari
masyarakat kota dibawah ressort dimana mereka berada.Tabulari, dalam soal
pembuatan akta-akta merupakan saingan berat bagi para Tabeliones pada masa
kekuasaan Justinianus (527 – 565).
d. COLLEGIUM
Setelah mengalami berbagai perkembangan, tabellionaat dan notariaat (golongan
notaris yang diangakat) bergabun dan menyatakun diri dalam suatu badan yang
dinamakan “Collegium”. Para notaries yang tergabung dalam “collegium” ini
dapat dipandang sebagai para pejabata yang satu-satunya berhak untuk membuat
akta-akta, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dari ketiga bentuk golongan keahlian tulis-menulis tersebut diatas, yaitu Notarii,
Tabeliones dan Tabulari, yang paling mendekati dengan Notaris saat ini adalah
Tabulari. Lembaga Notariat yang berasal dari Italia Utara tersebut kemudian
berkembang dan meluas sampai ke dataran Eropa melalui Spanyol kemudian ke
Amerika Tengah dan Selatan, kecuali Inggris dan Negara Skandinavia dan sampai
ke Indonesia pada abad ke-17 melalui Perancis yang saat itu menjajah Belanda.
e. FORMULARIUM TABELLIONUM
Adalah karya pertama yang bernilai bagi dunia kenotariatan, dipersembahkan oleh
Irnerius, penulis sekaligus pendiri Sekolah Hukum Universitas Bologna,
universitas tertua di dunia, pada peringatan delapan abad universitas tersebut di
tahun 1888.
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Notaris#Sejarah_Perkumpulan_Notaris_dan_Dasar_Hukum_Perkumpuln
_Notaris_di_Indonesia, diunduh tanggal 16 September 2015
2
E. Utrecht/ Moh Saleh Djindang. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indoensia. Cet.9 (Jakarta: PT Ichtiar
Baru, 1990). Hal. 155-179
3
https://riz4ldee.wordpress.com/ , diunduh tanggal 16 September 2015
4)
R. Soegondo Notodiserjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan. (CV. RAJAWALI: Jakarta, 1982).
hal 19.
5)
Ibid. hal. 20
Akta Notaris dapat dibuat dengan : Akta Notaris dibuat dihadapan seorang
1. dihadapan 2 (dua) orang notaris notaris dengan 2 (dua) orang saksi,
tanpa saksi-saksi kecuali akta superskripsi (akta penjelas)
2. dihadapan 1 (satu) orang notaris dan surat wasiat rahasia.
dengan 2 (dua) saksi
6)
Ibid. hal. 21
1. PENGERTIAN NOTARIS
Kata Notaris berasal dari sebuah nama “notarius” yaitu nama seorang pengabdi dalam
suatu lembaga yang memiliki kemampuan untuk menulis cepat. Karakteristik ataupun
ciri-ciri dari lembaga ini yang kemudian tercermin dalam diri Notaris saat ini, yakni:
1) Diangkat oleh penguasa umum;
2) Untuk kepentingan masyarakat umum dan;
3) Menerima uang jasanya (honorarium) dari masyarakat umum. 7
Pasal 1 ayat (1) UU No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mengatakan bahwa
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Berdasarkan ketentuan sebagaimana tersebut pada Pasal 1 ayat (1) jo. Pasal 15 ayat
(1) UUJN dapat diketahui:
1) Notaris adalah pejabat yang diberikan kepercayaan oleh pemerintah (Negara)
untuk melaksanakan sebagian fungsi pemerintahan;
2) Notaris adalah pejabat yang berwenang untuk membuat akta otentik;
3) Semua perbuatan yang berkaitan dengan perjanjian dan ketetapan diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepenyingan harus dinyatakan dalam akta otentik;
4) Sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan oleh pemerintah, notaris
berkewajiban untuk menjamin kepastian tanggal permbuatan akta, menyimpan
akta, memberikan grosse, salinan, kutipannya, dan
7
G.H.S. Lumban Tobing,, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal.3.
8
Komar Andasasmita, Notaris I, (Bandung : Sumur Bandung, 1981), hal.45.
3. JENIS NOTARIS
Terdapat 2 jenis notaris yaitu:
a) Notaris civil law
Notaris civil law yaitu lembaga notariat berasal dari Italia utara dan juga dianut
oleh Indonesia.
Karateristiknya, adalah:
Diangkat oleh penguasa yang berwenang;
Bertujuan melayani kepentingan masyarakat umum;
Mendapatkan honorarium dari masyarakat umum.
b) Notaris common law
Notaris common law yaitu notaris yang ada di negara Inggris dan Skandinavia.
Karateristiknya, adalah:
Akta yang dibuat tidak dalam bentuk tertentu. Maksudnya adalah, akta yang
dibuat bentuknya tidak ditentukan secara khusus oleh UU seperti Notaris civil law
yang berlaku di Indonesia.
Notaris berwenang untuk membuat akta mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik. Dengan pernyataan ini dapat
diketahui bahwa wewenang Notaris adalah bersifat umum (regel), dan wewenang
9
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. 3, (Jakarta: Erlangga, 1999), hal.37.
7. KEWENANGAN NOTARIS
Pasal 15 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa Notaris berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-undang. Ketentuan ini
merupakan legalisasi terhadap akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang
perseorangan atau oleh para pihak di atas kertas yang bermaterai cukup dengan jalan
pendaftaran dalam buku khusus yang disediakan oleh Notaris.
Tentang kewenangan ini, kemudian dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN dinyatakan bahwa
Notaris berwenang pula:
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. Membuat akta risalah lelang.
Sebelum diterbitkannya Undang-Undang Jabatan Notaris, maka kewenangan Notaris
telah diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris, yang menyatakan bahwa ada empat
kewenangan Notaris sebagai pejabat umum, yaitu: 11
a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya.
Artinya adalah seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu
yakni yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
10
Ibid, hal.38.
11
Ibid., hal. 42-43.
9. NOTARIS PENGGANTI
Merupakan orang yang sementara diangkat untuk menggantikan Notaris yang sedang
cuti, sakit dll yang syarat-syaratnya ditentukan oleh UUJN. Apabila Notaris
meninggal karena terlebih dahulu sakit, Notaris pengganti tersebut dapat menjadi
Pejabat Sementara Notaris.
Akta adalah Tulisan yang ditandatangani yang digunakan untuk alat bukti.
Tulisan adalah kumpulan tanda baca yang mengandung arti yang menggambarkan
buah pikiran sesorang, siapa saja dapat menulis tanpa diketahui orangnya dan tanpa
tanda tangan.
Akta terbagi dua, yaitu; akta dibawah tangan dan akta autentik.
Akta merupakan bagian dari alat bukti tulisan: lihat Pasal 1824 KUHPerdata.
Sebuah tulisan dapat dipertanggung jawabkan apabila terdapat tanda tangan.
Akta dibawah tangan ditanda tangani oleh para pihak saja, sehingga kekuatan
pembuktiannya lemah, dapat menjadi kuat apabila para pihak mengakuinya,
sedangkan apabila membantah maka pembuktiannya lemah dan tidak dibuat
dihadapan pejabat umum/notaris.
Akta Autentik, menurut Pasal 1868 KUHPerdata, memiliki karakteristik, sebagai
berikut:
a) bentuknya ditentukan oleh UU;
b) dibuat oleh pejabat umum yang berwenang;
c) dibuat ditempat yang dibacakan.
KUHPer tidak mempunyai penjelaasan mengenai hal tersebut, penjelasannya dijawab
oleh Stbl. 1860 Pasal 1, sekarang menjadi UUJN yaitu; Notaris satu-satunya yang
berwenang, kecuali yang ditentukan lain oleh UU.
Notaris berwenang untuk membuat akta autentik sepanjang didalam wilayah jabatannya,
jika tidak maka aktanya tersebut fungsinya berubah menjadi akta dibawah tangan,
dapat juga dikatakan sebagai pemalsuan.
Fungsi akta berubah menjadi akta dibawah tangan apabila dibuat tidak sesuai dengan
UUJN, misalnya; tidak dibuat didalam wilayah jabatan Notaris. Jika akta tersebut
dalam perkara, maka Notaris bisa jadi ikut menjadi tergugat, ikut serta dan sebagainya
jika tidak sesuai dengan UUJN.
1. BENTUK AKTA
Dalam UUJN, bentuk akta dijelaskan dalam Pasal 38, yaitu terdiri dari :
a. Kepala akta; dahulu dalam Stbl. 1860 komparisi, identitas penghadap masuk ke
kepala akta, karena Notsris menjamin siapa pihak yang menghadap. Sekarang
Pasal 38 ayat (1) UUJN.
b. Badan akta; Pasal 38 ayat (2) berisi kemauan dan kehendak para pihak. Terdiri
dari premis, komparisi, dan saksi pengenal.
c. Akhir akta; Akta harus dibacakan oleh Notaris. Agar terpenuhinya syarat/unsure
verleden yaitu akta disusun, dibacakan dan ditandatangani oleh Notaris.
2. JENIS AKTA
a. Akta Partij / Akta Pihak
Akta Partij menerangkan apa kehendak para pihak. Notaris hanya mengkonstantir
keterangan para pihak. Maka aktanya menerangkan keinginan dari para pihak.
Muai dari pihak tersebut menerangkan kehendaknya, maka sudah termasuk dalam
rahasia jabatan Notaris.
Akta Partij mulak harus dibacakan, agar apa yang diterapkan sesuai dengan
keterangan para pihak, dan untuk mnjamin kebenaran tersebut maka akta
ditandatangani para pihak, saksi dan Notaris.
Akta Partij ini mutlak harus ditandatangaini oleh para pihak dalam akta, serta
disusun dibacakan dan ditandatangani oleh Notaris dalam wilayah jabatannya.
6. PEMBACAAN AKTA
Membacakan akta : Pasal 16 ayat (7) UUJN.
Akta harus dibacakan oleh Notaris yang membuat akta itu sendiri, lihat Pasal 40
UUJN. Yang membacakan adalah Notaris yang namanya terdapat dalam SK.
Tidak boleh dibacakan oleh asisten/pegawai Notaris, karena akan menjadi akta
yang tidak otentik.
Pengecualian akta boleh tidak dibacakan atas permintaan si penghadap, akan
tetapi penghadap harus paraf disetiap lembaran minuta. Paraf dilakukan diujung
kalimat.
Sesuai dengan Pasal 66A UUJN Mentri dalam melaksanaan pembinaan terhadap Notaris
membentuk sebuah Majelis Kehormatan Notaris. Majelis kehormatan Notaris berjumlah 7
(tujuh) orang, terdiri atas unsure Notaris sebanyak 3 (tiga) orang, Pemerintah sebanyak 2
(dua) orang dan ahli atau akademisi sebanyak 2 (dua) orang.
Pengawas Notaris terdiri dari Majelis Pengawas Daerah Notaris (MPDN), Wilayah
(MPWN) dan Pusat (MPPN). Yang terdiri dari tiga instansi yang mengawasi yatu
Kemenkumham, Notaris dan Akademisi.
Minuta Akta Notaris difotokopi dan dokumen-dokumen yang melekat digunakan untuk
pendidikan, denga sebelumnya mendapatkan persetujuan/izin oleh Majelis kehormatan
Notaris, termasuk juga untuk menjadi saksi di pengadilan. Izin dari MKN tersebut berlaku
30 (tiga puluh) hari, jika MKN tidak memberikan jawaban maka dianggap MKN
memberikan persetujuan.
Notaris mempunyai Hak Ingkar, yaitu hak untuk tidak mengikuti perintah undang-
undang, karena termasuk dalam rahasia jabatan Notaris, rahasia masyarakat yang
disimpan oleh Notaris. Notaris menjaga kepentingan individu dan dampaknya terhdap
masyarakat, hak yang merupakan sekaligus menjadi kewajiban bagi Notaris untuk
melindungi rahasia jabatan.
Hak ingkar dapat keseluruhan atau sebagaian. yang dpat diberikan keterangan adalah
mengenai identitas, apakah akta dibacakan, ditandatangani dll yang berkaitan dengan
prosedural. Sedangkan yang dirahasiakan adalah isi materi akta.
Hak Ingkar tidak tak terbatas, artinya jika berkaitan dengan kepentingan Negara yang
lebih besar, missal Notaris membuat kontrak antara pemerintah dan PT Freeport,
karena Notaris juga mendapatkan kepercayaan dari Negara dan juga masyarakat. Oleh
karenanya kepercayaan tersebut yang menyebabkan lahirnya hak ingkar.
Teori Van Berlen mengenai Hak Ingkar, yaitu :
Hubungan keluarga yang sangat dekat.
Hal yang akan diceritakan akan menimbulkan pidana.
Menyimpan rahasia jabatan. Jenis yang ketiga ini yang digunakan oleh Notaris.
H. CUTI NOTARIS
Dalam hal Notaris sedang cuti dapat digantikan oleh Notaris pengganti. Jika Notaris
meninggal dunia, bagaimana dengan protokol notaris? Maka ahli waris dari Notaris harus
memberitahukan maksimal 7 (tujuh) hari kepada MPDN, MPDN kemudian memberikan
surat penunjukan kepada pengganti notaris untuk diangkat sebagai Pejabat Sementara
Notaris. Pejabat Sementara Notaris mempunyai protokol sendiri dengan bagian-
bagiannya sendiri walaupun hanya 30 (tiga puluh) hari.
Kuliah Peraturan Jabatan Notaris oleh Ibu Chairunissa S. Selenggang, SH., MKn. di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok.
G.H.S. Lumban Tobing, Buku Peraturan Jabatan Notaris,(Jakarta : Erlangga, 1996) Cetskan
keempat.
E. Utrecht/ Moh Saleh Djindang. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indoensia. Cet.9
(Jakarta: PT Ichtiar Baru, 1990).
https://id.wikipedia.org/wiki/Notaris#Sejarah_Perkumpulan_Notaris_dan_Dasar_Hukum_Per
kumpuln_Notaris_di_Indonesia, diunduh tanggal 16 September 2015.
Pertama kali Notariat berkembang di Italia Utara. Notaris yang timbul dari Italia
Utara dikenal dengan nama Latijnse Notariat.
Notariat dibentuk untuk kepentingan masyarakat umum dan penghasilannya bukan
digaji oleh penguasa (pemerintah), namun memperoleh penghasilan dari hasil
kerjanya (honorarium).
Notariat berasal dari nama pengabdinya yaitu Notarius, yang artinya golongan
orang-orang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tulis-menulis tertentu.
Lembaga dari Italia Utara ini berkembang masuk ke Eropa melalui Spanyol, sampai
ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun tidak lewat Skandinavia (Inggris).
Pada tahun 1888, terjadi peringatan 8 abad berdirinya Universitas Bologna di Italia
(Sekolah Hukum Bologna). Hal ini menjadi salah satu pembuktian bahwa Notariat
berasal dari Italia. Universitas Bologna didirikan oleh Irnerius, bahwa sekolah dari
Irnerius berasal dari suatu sekolah notariat. Salah satu karya Irnerius adalah
Formularium Tabellionum, yang merupakan karya pertama yang bernilai bagi dunia
kenotariatan.
Nama Notaris mengalami perubahan, yakni dari Notarius, melalui Pidato Cato
yang menyebut “Nota literia” atau yang dikenal dengan “ Notarii”.
Pada masa kekaisaran, Notarii ini adalah penulis-penulis pribadi Kaisar untuk
menyelenggarakanadministrasi dari kekaisaran. Tulisan-tulisan mereka menjadi alat
bukti namun fungsinya belum otentik dibawah tangan.
Tabeliones: adalah segolongan orang yang ditugaskan untuk tulis-menulis membuat
tulisan bentuk tertentu yang dikehendako dalam masyarakat, namun mereka tidak
diangkat oleh penguasa umum. Produk atau tulisan-tulisan mereka masih akta
dibawah tangan (tidak otentik).
Tabulari: adalah sama seperti Tabeliones, hanya saja para penulis ini merupakan
personil dari pemerintah untuk membuat akta atau surat-surat lain. Namun, timbul
keirian antara tabiliones, sehingga beberapa tabiliones diangkat menjadi tabilionat.
Sehingga lambat laun, “Tabellionat & Tabularii bergabung dan menyatukan diri
menjadi suatu badan, yaitu “ Collegium”.