KELOMPOK 5
A. LATAR BELAKANG
Penerimaan Negara (Government Receipt) adalah jumlah pendapatan suatu negara yang
berasal dari penerimaan negara dari pajak, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan
hibah dari dalam negeri dan luar negeri. Dalam hal ini tidak hanya meliputi penerimaan yang
menambah kekayaan negara saja tetapi seluruh uang yang masuk ke negara menjadi penerimaan
negara. Di Indonesia sendiri hingga saat ini belum memiliki sistem baku yang terintegrasi dalam
pengelolaan penerimaan negara. Namun saat ini sedang diupayakan suatu sistem dalam
penatausahaan penerimaan negara dengan menggunakan MPN (Modul Penerimaan Negara).
Modul Penerimaan Negara adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur
mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Secara umum penatausahaan penerimaan negara
melalui MPN diharapkan mampu untuk menciptakan suatu sistem penerimaan negara yang
terintegrasi dalam satu database sehingga memudahkan koordinasi dari masing-masing institusi
dan dapat diarahkan sesuai dengan apa yang diprioritaskan dan dituju oleh Pemerintah.
B. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan modul penerimaan negara dan bagaimana proses
bisnisnya.
2. Mengetahui gambaran sistem aplikasi dan arsitektur modul penerimaan negara.
3. Mengetahui keterkaitan modul penerimaan negara dengan modul atau sistem lain.
4. Mengetahui bagaimana pengendalian dan improvement terkait modul penerimaan negara.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan modul penerimaan negara dan bagaimana proses bisnisnya?
2. Bagaimana gambaran sistem aplikasi dan arsitektur modul penerimaan negara?
3. Bagaimana keterkaitan modul penerimaan negara dengan modul atau sistem lain?
4. Bagaimana bagaimana pengendalian dan improvement terkait modul penerimaan negara?
BAB II
DASAR HUKUM, KERANGKA TEORI, DAN BEST PRACTICE
A. DASAR HUKUM
Beberapa dasar hukum terkait dengan pedoman pelaksanaan penerimaan negara, yaitu:
B. KERANGKA TEORI
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN), sebagai salah satu unit eselon I Departemen
Keuangan yang harus melaksanakan ketentuan tersebut, telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Selain
penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan, direktorat jenderal ini juga telah
berhasil menyusun Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK-BUN) sejak 2008 lalu. Upaya
lainnya, direktorat jenderal ini juga berupaya melakukan penyempurnaan sistem penerimaan
negara.
Manajemen GR yang efektif adalah starting point untuk pengelolaan kas yang efektif. Salah
satu implementasi dari Government Receipt saat ini adalah MPN. Dalam perjalanannya MPN
masih mengalami beberapa permasalahan, di antaranya permasalahan wajib pajak/wajib
setor/wajib bayar belum terlayani dengan baik, adanya beberapa transaksi pada MPN masih
diragukan keakuratan datanya, juga belum diterapkannya accrual basis dalam sistem ini.
Penerapan accrual accounting dalam Government Receipt juga sudah menjadi keharusan
karena UU No.17 tahun 2003 yang merupakan salah satu paket UU Keuangan Negara
mengamanahkan demikian. Selain accrual accounting, penatausahaan penerimaan negara yang
lebih mudah, aman, cepat, akurat, dan efisien dalam rangka menghasilkan laporan yang dapat
dipertanggungjawabkan juga menjadi alasan perlunya pengembangan lebih lanjut terhadap MPN
ke depan.
Pelaksanaan MPN-G2 yang merupakan bagian dari Government Receipt merupakan salah
satu wujud pelaksanaan wewenang Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara
dalam mengelola penerimaan negara berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Melalui MPN-G2 pencatatan penerimaan negara sepenuhnya
menggunakan sistem switching dan billing.
Sebagai salah alat pengelolaan keuangan Negara, arah Government Receipt harus
mengacu pada penyelenggaraan pemerintahan yang berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara. Dalam lingkup yang lebih kecil, Government Receipt juga diarahkan
dapat menjadi sebuah subsistem yang mendukung bagi masing-masing eselon I dalam rangka
pembangunan sistem/project yang sedang dilaksanakan pada masing-masing eselon I tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari tugas dan fungsi masing-masing unit eselon I tersebut di atas terlihat jelas bahwa
Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas dan fungsi yang lebih spesifik dan
menyeluruh dalam rangka pelaksanaan sistem penerimaan negara terutama terkait dengan
penerimaan kas dibandingkan unit eselon I lainnya. Unit eselon I lainnya (DJP, DJBC, dan DJA)
dibatasi oleh ruang lingkup bidang tugas dan fungsi di mana sebagian besar tugas dan fungsi
tersebut adalah melakukan penyiapan perumusan kebijakan yang sekaligus melaksanakan dari
pada kebijakan tersebut sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing unit eselon I.
Sudah sewajarnya jika sistem penerimaan negara secara keseluruhan haruslah dirancang dan
dikendalikan oleh DJPBN dan tentunya dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait termasuk
DJP, DJBC, DJA, bank/pos persepsi dan pihak lainnya.
Konsep pembangunan MPN pada awalnya adalah menciptakan suatu sistem penerimaan
negara yang terintegrasi dengan menggunakan satu data base, di mana sebelumnya sistem
penerimaan negara dikelola secara terpisah oleh masing-masing unit eselon I di lingkungan
Departemen Keuangan, yaitu Direktorat Jenderal Pajak dengan MP3-nya, Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai dengan EDI-nya dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan SISPEN-nya.
Dalam rangka menerapkan TSA sebagaimana diuraikan di atas, penerimaan yang berasal
dari wajib bayar/wajib pajak/harus disetorkan melalui bank/pos persepsi untuk segera
dilimpahkan ke Rekening KUN di Bank Indonesia. Adapun mekanisme penerapan TSA terkait
dengan penerimaan negara dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:
Adapun penerimaan negara sejalan dengan akan dilaksanakannya SPAN dan MPN G2
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu penerimaan negara melalui Bank Indonesia, Bank
Persepsi dan KPPN sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut:
a. Penatausahaan Penerimaan Melalui Setoran Pada Bank/Pos Persepsi.
Ruang lingkup Sistem Penerimaan Negara (MPN G1) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara
ini meliputi beberapa penerimaan negara sebagai berikut:
1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
3. Penerimaan Bea dan Cukai.
4. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
5. Penerimaan Non Anggaran (PFK)
6. Penerimaan Pengembalian Sisa UP
7. Penerimaan Pengembalian Belanja
Proses Bisnis Penerimaan Negara Yang Ditatausahakan Dalam MPN melalui Bank/Pos
Persepsi (MPN G1/Existing)
Gambar 2. Pengisian data Wajib Bayar, Wajib Setor maupun Wajib Pajak
1. Isikan semua data yang ada di halaman tersebut mulai dari tipe penyetor, NPWP, jenis
setoran, masa, tahun beserta jumlahnya.
2. Apabila sudah sesuai klik Simpan.
3. Data yang diisikan tersebut kemudian akan di proses lebih lanjut untuk mendapatkan Kode
Billing seperti Gambar 3.
Gambar 3. Proses pemerolehan Kode Billing dalam MPN G2/G3
Dalam modul ini, keterkaitannya dengan modul Government Receipt tentu sudah jelas
terkait dengan penjurnalan. Segala penerimaan yang diperoleh baik itu dari sisi kredit maupu
debit harus dijurnal ke dalam modul General Ledger dan Pelaporan untuk dibukukan dan
dibuat rekonsiliasi yang nantinya hasil rekonsiliasi tersebut akan ditujukan kepada Satker. Dan
tentunya Modul General Ledger dan Pelaporan ini akan melakukan tutup buku pada setiap
periode (tiap tahun) terkait dengan modul Government Receipt.
E. IMPROVEMENT
Sejalan dengan pembangunan sistem MPN-G2 terkait dengan setoran penerimaan melalui
bank persepsi telah disempurnakan dilakukan dengan pembangunan sistem billing dan switching
untuk mempermudah penyetoran maupun penatausahaan penerimaan negara. Dengan
konfigurasi sistem MPN-G2 sebagaimana digambarkan tersebut di atas, penyetoran penerimaan
negara dengan sistem biling dapat dilakukan di beberapa channel pembayaran antara lain: via
teller bank, internet-banking, phone-banking, sms-banking, ATM, dan lain-lain.
1. Modul Penerimaan Negara adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur
mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara.
2. Proses bisnis Modul Penerimaan Negara meliputi penatausahaan penerimaan melalui setoran
pada Bank/Pos Persepsi, penerimaan melalui KPPN, dan penerimaan melalui Bank Indonesia.
3. Dalam pelaksanaannya, modul penerimaan negara terkait dengan modul-modul lain, di
antaranya modul PM (Payment Management), Modul CM (Cash Management), serta Modul
GL (General ledger) dan Pelaporan.
4. Improvement dilakukan sejalan dengan pembangunan sistem MPN-G2, yaitu berupa
pembangunan sistem billing dan switching untuk mempermudah penyetoran maupun
penatausahaan penerimaan negara. Improvement atau penyempurnaan proses bisnis modul
penerimaan negara yang dilakukan meliputi beberapa pokok perubahan.
5. Arah penyempurnaan MPN G2 meliputi perubahan dari sistem manual ke billing system, dari
layanan over the counter (teller) ke layanan on line, dari single currency menjadi dapat
melayani dalam valas, dari terbatas pada beberapa jenis penerimaan menjadi mencakup
keseluruhan penerimaan.