PROPOSAL
A. Latar Belakang
tingkat ketiga.1 Salah satu pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah klinik.
medik dasar baik umum maupun khusus; dan b. Klinik utama merupakan Klinik
dan spesialistik. Klinik juga dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang
dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus didirikan sesuai dengan
atau badan usaha. Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan
rawat inap harus didirikan oleh badan hukum.2 Tindakan kedokteran yang dapat
dilakukan di klinik salah satunya adalah Sunat atau khitan atau sirkumsisi.
atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan untuk
pada ujung penis yang masih ada preputiumnya. Secara medis dikatakan bahwa
kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit
papilloma virus.3 Data WHO tahun 2007 menyebutkan diperkirakan 30% laki-laki
berasal dari bahasa Latin circum berarti “memutar” dan caedere berarti
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis pada pria.
Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang
nomor 11 tahun 2012 tentang standar kompetensi dokter Indonesia khitan atau
sirkumsisi terdapat dalam daftar ketrampilan klinis sistem ginjal dan saluran
kemih dengan tingkat ketrampilan 4A (Keterampilan yang dicapai pada saat lulus
2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014 tentang klinik
3 Sumiardi 1994, Sirkumsisi, Hipocrates Jakarta
4 Manoaki adika, 2015. Ensiklopedi khitan,Yogyakarta
3
tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien. Apabila melihat pasal tersebut tindakan khitan
dapat dikategorikan merubah bentuk alat kelamin laki-laki. Sehingga perlu adanya
berbagai metode dan tehnik yang lebih inovatif dari yang sederhana yaitu tehnik
6
dorsumsisi, Guillotine, Electrocauter dan Flashcutter, Smart Clamp, Laser.
khitan dengan berbagai jenis nama diantaranya : istana khitan, pondok khitan,
khitan center, griya khitan dan lain-lain. Sebagai salah satu contoh adalah griya
khitan, pertama kali didirikan di Kota Cirebon Jawa Barat, menurut media
Cirebontrustcom :
dunia kedokteran yang dilakukan oleh tenaga profesional sesuai dengan bidang
dikota-kota besar seperti Surabaya, semarang, solo Yogyakarta dan lain-lain yang
dilakukan hanya oleh seorang perawat. Pendiri griya khitan tersebut tidak
bagi masyarakat. Yang pada akhirnnya timbul sengketa akibat dari kegagalan
tanun 2014 tentang tenaga kesehatan Pasal 78 “Dalam hal Tenaga Kesehatan
undangan.” Sebagian sengketa tentang khitan yang sempat muncul pada media
terjadi empat tahun lalu yang hingga saat ini tidak dilaporkan ke polisi
karena tersandera surat pernyataan yang dibuat sepihak oleh pelaku,”.8
Anak S putra mata wayang putra bungsu Abdul Satar (63). Tampaknya,
pasrah tapi tak rela. Kepala kemaluan Syahirin terpotong, akibat, kelalaian
AP, Amk .Berprofesi sebagai perawat tetap di RS Umum lapangan
Payalaman. Status PNS sebagai tersangka. 9
Dua contoh kasus diatas merupakan sebagian kecil kasus sengketa medis
akibat dari khitan. Dampak dari kesalahan khitan seperti kasus diatas akan
dirasakan sepanjang hidup anak tersebut. Mulai saat remaja anak tersebut
menginjak masa akil balik, dimana bentuk alat reproduksi tidak sama seperti yang
lain, akan membuat menjadi minder jika alat kelaminya mengalami cacat, bahkan
trauma psikologi yang timbul akan bertambah saat mulai mengenal pasangan
Sehingga perlu adanya perlindungan hukum dan penataan sarana kesehatan pada
yang diberikan kepada perawat baik secara atributif, delegatif, maupun mandat.
8
Korban salah khitan tempuh jalur hukum http://ajikotapurwokerto.or.id diakses tanggal 5 Pebruari 2016
pukul 17.00 WIB
9 Kasus dugaan malpraktek pihak keluarga http://www.radarnusantara.com/ diakses tanggal 16 Januari 2016
pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas
dan obat bebas terbatas.10 Jika melihat kewenangan yang diberikan oleh undang-
melakukan tindakan diluar kewenangannya, akan tetapi pada pasal 29 ayat (1)
kewenangan dokter kepada perawat tidak dijelaskan lebih tegas dalam Peraturan
perawat apabila ada pelimpahan kewenangan dari dokter dan dalam keadaan
10
Undang-undang 38 tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 30
11 Ibid pasal 29
12 Willa, (2001), Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung
7
yang diberikan dokter kepada perawat harus dilakukan secara tertulis. Dari sini
wadah yang bernama klinik untuk meminimalkan resiko baik dari perawat
maupun pasien.
jawab dan penegakan hukum bidang kesehatan. Menurut Leenen, 1972 Hukum
yurisprudensi.
hukum.
B. Rumusan Masalah.
8
Analisa “Griya Khitan” dalam melakukan tindakan khitan ditinjau dari hukum
Keperawatan.
maka dalam penelitian ini diperinci lebih lanjut kedalam rumusan masalah hukum
sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
9
kompetensinya.
pelayanan kesehatan sehingga ada kepastian hukum bagi pasien dan tenaga
kesehatan
E. Kajian Pustaka
Klinik adalah 1) (bagian) rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang
melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien; 2)balai
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia
10
dan/atau spesialistik.14 Jenis klinik terdiri atas Klinik pratama merupakan Klinik
yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus dan
cabang/disiplin ilmu atau sistem organ. Ketentuan lebih lanjut mengenai Klinik
dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan dapat didirikan oleh
perorangan atau badan usaha. Sedangkan klinik yang dimiliki oleh masyarakat
tenaga medis.17
14
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9/2014 tentang klinik psl 1
15
Ibid Bab II Pasal 2
16
Ibid pasal 4
17
Ibid pasal 5
11
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut. Jumlah tempat tidur
pasien pada Klinik rawat inap paling sedikit 5 (lima) buah dan paling banyak 10
obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan pelayanan farmasi; 5)
yang menyelenggarakan rawat inap; dan 5) sistem gas medis; 6) sistem tata udara;
7) sistem pencahayaan;
baik bagi pemberi maupun penerima jasa layanan kesehatan. Akibat hukum
timbul karena adanya perbuatan hukum terkait dengan pelaksanaan tugas, fungsi,
dan wewenang dari tenaga kesehatan.19 Setidaknya terdapat dua standar umum
undangan yang berlaku; dan (2) penggunaan wewenang tidak boleh merugikan
pihak/orang lain.
18
Ibid Bab III Pasal 6
19
Triwibowo, Cecep, Hukum Keperawatan Panduan Hukum dan Etika bagi Perawat, Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2010.
12
dan wewenang. Ada beberapa definisi delegasi secara umum, antara lain:21
jawab kepada pihak lain/orang lain atau kondisi atas tanggung jawab
tersebut diberikan);
Menurut Henc van Maarseveen dalam buku Philipus M. Hadjon, sebagai konsep
20
Santi dewi sartika, 2013 Pelimpahan wewenang dalam rancangan Undang-undang
Keperawatan.
21
Hadjon, Philipus M.. Kisi-kisi Hukum Admistrasi dalam Konteks Tindak Pidana Korupsi, dalam
buku Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Philipus M. Hadjon et.al, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2011.
13
mengendalikan perilaku subjek hukum, yang harus selalu dapat ditunjukkan dasar
adanya standar wewenang, baik standar umum untuk semua jenis wewenang
makna tanggung jawab sebagai rasa tanggung jawab terhadap penerimaan tugas,
dan wewenang sebagai pemberian hak dan kekuasaan penerima tugas limpah
adalah proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau terlegitimasi
aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak
wewenang dari pihak yang berhak kepada pihak yang tidak berhak dilakukan
melalui tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat, namun mandat bukan
22
Ibid hal 165
23
Suryanti, Reny, Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat Dalam Tindakan Medis Diruang
Rawat Inap Rsud Kabupaten Badung Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Kelalaian, Tesis,
Universitas Gadjah Mada, 2011.
24
Ibid hal 134
14
c. penerima wewenang bertanggung jawab mutlak atas akibat yang timbul dari
wewenang tersebut.
25
Hadjon, Philipus M.. Kisi-kisi Hukum Admistrasi dalam Konteks Tindak Pidana Korupsi, dalam
buku Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Philipus M. Hadjon et.al, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2011.
15
undangan;
yang diberikan secara delegasi dapat dicabut atau ditarik kembali jika terjadi
kepada delegaris. 26
26
Praptiningsih, Sri, Delegasi Wewenang dalam Pelayanan Kesehatan 2012
16
dari orang yang berkedudukan lebih tinggi kepada orang yang berkedudukan lebih
mempunyai tanggung jawab dan tanggung gugat yang berada pada pemberi
bersifat hubungan intern-hierarkis antara atasan dengan bawahan dan tunduk pada
norma hukum tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tidak perlu diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
suatu keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan
menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain
27
Ibid hal 46
28
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,2005
29
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010
17
sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk
memberi pertanggungjawabannya.30
dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung jawab mutlak (strick
karena merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah
melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu :32
30
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta,
2010, hlm 48
31
Ibid. hlm. 49
32
Abdul kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010
18
(concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah
perbuatannya.
keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari para
penegak hukum yang sudah di kenal secara konvensional , tetapi menjadi tugas
dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik
33
Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32
34
Ibid hal.34
19
Dalam arti luas, proses penegakkan hukum melibatkan semua subjek hukum
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
yaitu dari segi hukumnya: Dalam arti luas, penegakkan hukum yang
perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat
oleh nilai-nilai actual di dalam masyarakat beradab. Sebagai proses kegiatan yang
adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum pidana sebagai suatu sistem
peradilan pidana.
20
yaitu:35
of crime). Penegakan hukum pidana secara total ini tidak mungkin dilakukan
sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana
maksimal.
35
Ibid hlm 39
21
Sebagai suatu proses yang bersifat sistemik, maka penegakan hukum pidana
lembaga penasehat hukum. Dalam hal ini penerapan hukum haruslah dipandang
dari 3 dimensi:
Negara Indonesia adalah negara hukum (recht staats), maka setiap orang
pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, di mana
larangan tersebut disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu
legalitas, yang mana tiada suatu perbuatan dapat dipidana melainkan telah diatur
dalam undangundang, maka bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut
22
dan larangan tersebut sudah di atur dalam undang-undang, maka bagi para pelaku
kepada orang yang menimbulkan kejadian itu, ada hubungan yang erat pula.36
Indonesia Tahun 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia
hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan serta memberikan rasa aman dan
tentram.
dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang
telah diancamkan;
tersebut.37
36
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 15
37
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara,
Yogyakarta, 2002, hlm. 1
23
a. Faktor Hukum
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar
proses penyerasian antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan
memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas
kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam
perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan. Pendidikan
38
Soerjono Soekanto. 2004,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan
Kelima.Jakarta : Raja Grafindo Persada hal 42
24
yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang praktis
tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan wewenang kepada jaksa,
hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum
siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas yang harus diemban oleh polisi begitu
d. Faktor Masyarakat
kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang.
e. Faktor Kebudayaan
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu
dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan
menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.
F. Metode Penelitian
25
1. Tipe Penelitian
(Law in book) atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang
sesungguhnya hukum juga dapat dikonsepkan sebagai apa yang ada dalam
2. Pendekatan
untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang
sedang dicoba untuk dicari jawabannya. oleh karena itu, pendekatan yang
(comparative approach).
39
Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. hlm 35
40
Mukti Fajar dan Yulianto Achnmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum. Normatif dan Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 153
26
hukum perdata, dan hukum pidana dan regulasi yang berlaku di Indonesia.
informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari
jawabnya”.
hipotesis. Sehingga dalam penelitian hukum ini tidak dikenal adanya hipotesis.
Kesehatan,
Doktrin, jurnal, majalah, serta sumber lain yang berkaitan dengan hukum
kesehatan
4. Pertanggungjawaban sistimatika
Sistematika penulisan tesis ini disusun dalam empat bab, dimulai Bab I Bab
ini menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
27
dan manfaat penelitian, serta metode penelitian. Uraian dalam bab I merupakan
dasar bagi peneliti dan sekaligus pengantar dalam pembahasan bab berikutnya.
pelayanan kesehatan “Griya Khitan”. Akan dibahas tentang sejarah khitan, dasar
khitan yang dilakukan oleh perawat, akan dibahas tentang kompetensi kedokteran
hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana yang berlaku di Indonesia.
Bab V merupakan penutup rangkaian telaah dalam tesis ini. Bab ini berisi
simpulan dan saran terhadap hasil analisis yang dilakukan. Simpulan merupakan
simpulan.