Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putu Virga Nanta Nugraha

Nim : 1104505057

Perbedaan Bahasa Melayu dan Indonesia

Bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah dua bentuk baku dalam bahasa
Melayu modern. Selain keduanya, terdapat pula bentuk baku lain yang dipakai di Brunei,
namun karena penuturnya sedikit bentuk ini menjadi kurang signifikan. Sebenarnya tidak
banyak perbedaan antara kedua bahasa tersebut. Berbagai varian bahasa Melayu digunakan
di berbagai wilayah Indonesia dan semua mengakui bahwa bahasa yang digunakan di
Provinsi Riau dan sekitarnya adalah bahasa Melayu Standar (atau bahasa Melayu Tinggi,
bahasa Melayu Piawai). Perbedaan latar belakang sejarah, politik, dan perlakuan yang
berbeda menyebabkan munculnya perbedaan tata bahasa, peristilahan dan kosakata,
pengucapan, serta tekanan kata pada dua bentuk standar modern yang sekarang dipakai.
Bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu di Malaysia karena mempunyai lebih banyak
perkataan yang berasal daripada Jawa dan Belanda. Contohnya "pejabat pos" di Malaysia
dikenali sebagai"kantor pos" di Indonesia. "Kantor" ini berasal dari perkataan Belanda
kantoor untuk "pejabat". Ketika zaman penjajahan, bahasa Indonesia menggunakan "oe"
untuk bunyi "u", sama seperti bahasa Belanda, namun setelah penaklukan Jepang ejaan
tersebut ditukar kepada "u". Di Malaysia sebelum 1972, bunyi "ch" dieja dengan "ch" dan
bahasa Indonesia menggunakan "tj". Oleh itu, perkataan "cap" telah dieja sebagai "chap" di
Semenanjung Malaya dan "tjap" dalam Bahasa Indonesia. Setelah "Ejaan Yang
Disempurnakan" diperkenalkan pada 1972, kedua-dua bahasa menggunakan ejaan yang
sama, iaitu "cap". Contoh ejaan lain ialah "dj" (Indonesia) diganti dengan "j" seperti di
Malaysia. Ada beberapa ejaan yang masih dipertahankan atas sebab sejarah, contohnya
"wang" (Semenanjung Malaya) dan "uang" (Indonesia). Cara sebutan juga berbeda dengan
Indonesia dan Malaysia Timur bercakap dalam bahasa baku, yaitu perkataan-perkataan
disebut seperti dalam ejaan.
Perbedaan itu secara garis besar dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Dari latar belakang penjajahan asing bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia lebih
menyerap bahasa Belanda sedangkan bahasa Malaysia lebih menyerap bahasa
Inggris.
2. Dari segi perlakuan, kedua-dua bahasa tersebut diperlakukan sesuai dengan
kebijakan kebahasaan di negara masing-masing, namun ada perhimpunan yang
mengatur bahasa Melayu yang disebut dengan Majelis Bahasa Brunei Darussalam-
Indonesia-Malaysia (MABBIM).
3. Dari segi penyerapan kata di negara masing-masing, bahasa Indonesia yang
didasarkan dari bahasa Melayu berdialek Riau menyerap pula bahasa-bahasa
daerah di Indonesia seperti bahasa Jawa dll

Kata-kata yang berbeda maknanya


Selain perbedaan kosa kata, kedua bahasa juga memiliki perkataan-perkataan yang
sama tetapi berbeda maksudnya (homonim). Oleh karena perkataan-perkataan tersebut
seringkali digunakan dalam kedua bahasa tersebut, maka hal tersebut mudah menimbulkan
kesalahpahaman. Perbedaan makna ini terbentuk atas penuturan yang menjadi kelaziman
dari kedua negara, sedangkan dalam segi tertulis tidak terbentuk perbedaan yang ketara
sebab makna yang ada dalam bahasa Malaysia juga sebenarnya ada dalam bahasa Indonesia
(makna bahasa Melayu dalam tiap daerah di Indonesia beragam mengingat banyaknya
dialek bahasa Melayu di Indonesia).
Daftar Pustaka

 Adelaar, K.A. 1988. More on Proto-Malayic. Dalam: Mohd. Thani Ahmad dan Zaini
Mohammed Zain (peny.) Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa Melayu induk, pp.59-
77. Seri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
 Bellwood, P. 1993. Cultural and biological differentiation in peninsular Malaysia: the last
10,000 years. Asian Perspectives 32:37-60.
 Hudson, A.B. 1970. A note on Selako: Malayic Dayak and Land Dayak languages in West
Borneo. Sarawak Museum Journal 18:301-318.
 Anahidayat960.2012. Bahasa Indonesia & Bahasa Malaysia.
Internet. <http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=15137997>

Anda mungkin juga menyukai