Anda di halaman 1dari 8

REALITAS KEHIDUPAN DALAM PUISI HANYA PUISI OLEH A.M.

(Studi Analisis Teori Semiotika Michael Riffatere)

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Sastra Kontemporer

Dosen Pengampu :

Rohanda, M.Ag dan Khomisah, M.A

Disusun oleh :

Alvaigan 1175020018

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sekarang ini, banyak diantaranya yang memiliki
berbagai kehidupan yang berbeda-beda. Seseorang tidak selalu setiap saat merasa
senang. Begitu pun kesedihan, setiap orang tidak pula selalu merasakan
kesedihan dan kepahitan dalam menjalani hidup. Karena manusia adalah
makhluk yang memiliki akal pikiran dan perasaan maka tentu di sepanjang
hidupnya manusia pasti akan merasa senang, sedih, mencekam, kalut, gembira,
bahagia dan lain sebagainya.
Salah satu cara untuk mengetahui serta mengambil pelajaran dari apa yang
orang lain rasakan adalah dengan menelaah puisi. Menulis adalah kegiatan yang
umum dilakukan oleh orang untuk mencurahkan isi hati dan emosi. Dengan puisi
perasaan seseorang akan tergambar. Namun, untuk memahami ungkapan
seseorang dalam berpuisi tidaklah mudah, karena seseorang dalam
menumpahkan isi hatinya memiliki cara tersendiri. Oleh karenanya perlu
penelitian yang baik agar dapat mengungkap makna di balik apa yang
disampaikan oleh pengarang puisi

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah-
masalah sebagaimana berikut :
a. Bagaimana penjelasan puisi berjudul “Hanya Puisi” karya A.M.
berdasarkan teori semiotika Michael Riffatere?
b. Bagaimana solusi yang terkandung dalam puisi berjudul “Hanya Puisi”
karya A.M?
3. Tujuan Analisis
Terdapat beberapa tujuan dillakukannya analisis ini, yaitu:
a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Sastra Kontemporer
b. Mengaplikasikan teori semiotika Michael Reiffatere pada karya sastra
puisi.
c. Mencari solusi kehidupan dari hasil analisis karya sastra puisi
4. Manfaat Pembahasan

B. Objek Kajian
Berikut ini adalah puisi karya A.M. yang dijadikan oleh penulis sebagai objek
kajian:

Hanya Puisi

Oleh A.M

Hanya ada puisi,

di sela-sela jemariku

menuntun pulang kata-kata

tanpa sepasang matamu

Hanya ada puisi,

di belantara kepalaku

riuhkan bait-bait rumit

mengalir di antara

bibirmu

Hanya ada puisi,

Di pantai dan surut,

Di gunung dan kabut,

Di langit dan laut,

barangkali,

di kamu dan aku


C. Analisis Semiotika Michael Riffatere
1. Pembacaan Heuristik
Pembacaan Heristik ini adalah tahap awal yang mesti dilakukan oleh pembaca
dalam menganalisis suatu puisi. Pembacaan heuristik adalah pembacaan
berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan
konvensi sistem semiotik tingkat pertama1. Tahap pembacaan yang bergerak dari
awal ke akhir teks, dari atas ke bawah halaman, dan mengikuti pembentangan
sintagmatik2.
Pada pembacaan heuristik ini sistematika penulisannya akan disajikan berupa
penafsiran sementara yang berada dalam tanda kurung. Adapun penafsiran
tersebut adalah pengontrasan makna konotasi yang ada pada puisi “Hanya Puisi”
. Untuk lebih jelasnya pembacaan heuristik diterapkan sebagaimana berikut :
Bait ke-1
Hanya ada puisi (tinta yang hendak dituliskan menjadi puisi), di sela-sela jemari
(pena yang sedang dipegang oleh tangan) ku (pengarang), menuntun pulang
kata-kata (menuliskan puisi tentang kenangan masa lalu) tanpa sepasang matamu
(tanpa kehadiran seseorang yang berpengaruh bagi pengarang)

Bait ke-2
Hanya ada puisi (kenangan yang hendak dituliskan menjadi puisi), di belantara
kepalaku (di pikiran pengarang yang sangat luas) riuhkan bait-bait rumit
(kenangan pelik yang muncul bertubi-tubi di ingatan) mengalir di antara bibirmu
(kata-kata yang pernah terucap oleh seseorang yang berpengaruh bagi
pengarang)

Bait ke-3

1
Ghaluh Syafethi, Skripsi: Semiotika Riffaterre: Kasih Sayang Pada Puisi An Die Freude Karya Johann
Christoph Friedrich Von Schiller, (Yogyakarta: UNY, 2016), hlm. 12
2
Jafar Lantowa, dkk., Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 10
Hanya ada puisi, (ide yang hendak dituliskan menjadi puisi)
Di pantai dan surut,
Di gunung dan kabut,
Di langit dan laut,

Bait ke-4
Barangkali, di kamu dan aku (kisah antara pengarang dengan seseorang yang
memiliki pengaruh)

2. Pembacaan Hermeunetik
Setelah melalui pembacaan tahap pertama yaitu pembacaan secara heuristik,
maka selanjutnya adalah pembacaan secara retroaktif yang mana pembacaan
tahap kedua dalam mengungkap makna dalam suatu karya sastra. Pembacaan
hermeunetik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik
dengan memberi konvensi sastranya3. Adapun dalam pembacaan hermeunetik ini
puisi dimaknai secara keseluruhan dan tanda-tanda yang telah ditemukan dalam
pembacaan heuristik dapat ditemukan makna yang sebenarnya.
Judul puisi “Hanya Puisi” jika ditelaah, merupakan frase yang
menggambarkan keadaan sederhana, seakan jika orang mendengar ungkapan
tersebut pasti menyadari apa yang disampaikan hanya terpaut pada puisi, tidakla
lebih. Adapun secara leksikal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata “Hanya” bermakna tidak lebih dari, atau tidak lain dari. Lalu kata “Puisi”
adalah sajak atau ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan larik dan bait. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa
pengarang “Hanya Puisi” akan menceritakan hal-hal yang tidak lebih dari dari
sekedar puisi. Namun hal itu belum cukup untuk mengungkap apa maksud A.M
menulis puisi “Hanya Puisi”. Maka, puisi tersebut mesti di analisis secara
hermeunetik sebagaimana berikut.

3
Ghaluh Syafethi, Loc.Cit.
a. Bait ke-1
Berdasarkan pembacaan secara heuristik sebelumnya, bisa dikatakan
secara umum bahwa bait pertama menggambarkan keadaan seseorang
yang sedang menuliskan sebuah puisi tanpa kehadiran orang lain yang
memiliki pengaruh terhadapnya. Hal tersebut diungkapkan dalam kata-
kata yang seolah menyerah menghadapi kepergian orang lain itu, oleh
karena itu kenangan-kenangannya hendak ia tuliskan hanya dalam sebuah
puisi.
Ungkapan “hanya ada puisi” sebagaimana disinggung sebelumnya
bahwa kata “hanya” mengandung makna secara leksikal adalah tidak lain
dari atau tidak lebih dari. Jika di tautkan dengan frase “ada puisi” secara
langsung dapat dipahami bahwa pengarang bertujuan untuk
mengungkapkan tidak lain daripada apa pun hanya ada puisi. Adapun
ungkapan “di sela-sela jemari” adalah bentuk gaya bahasa hiperbola.
Hiperbola adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang melebih-lebihkan
dari kenyataan aslinya4. Adapun maknanya adalah menggambarkan
bahwa pengarang akan menulis sebuah puisi menggunakan tangannya.
Ungkapan “menuntun pulang kata-kata” bukanlah makna yang
sebenarnya. Karena “menuntun” secara leksikal adalah membimbing
dengan menggandeng tangan. Kata menuntun tidaklah tepat jika
disandingkan dengan kata-kata, karena yang dapat menuntun dan
dituntun adalah makhluk hidup. Sedangkan “kata-kata” adalah sesuatu
yang wujudnya abstrak. Oleh karenanya makna daripada ungkapan
tersebut adalah pengarang hendak menuliskan puisi tentang kenangannya
yang seolah-olah jemari-jemari itu menuntun kata-kata supaya menjadi
puisi. Lalu ungkapan “tanpa sepasang matamu” adalah ungkapan yang
mengandung gaya bahasa sinekdoke pars pro tato. Sinekdoke pars pro

4
Nanangri, Macam-Macam Majas Lengkap Beserta Contoh Kalimatnya, https://jempolkaki.com/macam-
macam-majas/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2019
tato adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian hal untuk
menyatakan keseluruhan5. Pada ungkapan “tanpa sepasang matamu”
berarti tanpa kehadiran orang lain yang biasa memperhatikan pengarang.

b. Bait ke-2
Ungkapan “hanya ada puisi” pada bait kedua ini sama dengan halnya
pada bait pertama, namun secara makna berbeda. Hal tersebut demikian,
karena pada bait kedua pengarang bermaksud untuk menceritakan sesuatu
yang lain, yang mana diungkapkan oleh beberapa baris selajutnya.
Ungkapan “di belantara kepalaku” bukanlah makna sebenarnya dalam
puisi tersebut, melainkan makna laing yang mana terdapat metafor dalam
ungkapan tersebut. Belantara jika disandingkan dengan kepala sangatlah
tidak mungkin karena belantara lebih cocok disandingkan dengan hutan
dan yang lainnya. Melalui ungkapan tersebut pengarang bermaksud untuk
menegaskan bahwa terdapat ingatan-ingatan berupa kenangan yang
tersimpan di alam pikirnya untuk ia curahkan pada sebuah puisi.
Ungkapan “riuhkan bait-bait rumit” berarti ingatan-ingatan tersebut
bermunculan secara bertubi-tubi sebagaimana riuhan yang bergaduh.
Adapun bait-bait rumit mengacu pada berbagai macam perkataan yang
menimbulkan masalah orang yang memiliki pengaruh bagi si pengarang.
Lalu “mengalir di antara bibirmu” merupakan ungkapan yang
menggambarkan seakan si pengarang ingat betul terhadap apa yang
disampaikan oleh seseorang itu sehingga seakan mengali di bibirnya.

c. Bait ke-3
Bait ketiga menggambarkan keadaan dimana si pengarang dalam
keadaan yang memaksakan keadaanya menjadi orang tertekan dengan
perasaannya yang kemudian ia tuangkan pada puisi. Si pengarang

5
Op.Cit
menggambarkan alam seperti pantai, hutan, dan langit sebagai hal yang
diadopsi kepada puisi. sehingga ia menegaskan bahwa di pantai, di hutan
di langit, dan di laut hanya ada puisi.

d. Bait ke-4
Pada bait keempat di pengarang berasumsi bahwa puisi pun ada pada
antara dirinya dengan orang yang memiliki pengaruh baginya hal tersebut
dibuktikan oleh ungkapannya yaitu “Barangkali, di kamu dan aku”.

D. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan bahwa puisi
yang bejudul “Hanya Puisi” menceritakan seseorang yang menjadikan realitas
kehidupannya baik kehidupan di masa lampau maupun di masa sekarang hanya
sebagai puisi. Mengenai apa yang ia rasakan, yang pernah ia alami dicurahkan hanya
pada puisi. Adapun dalam puisi tersebut terkandung nilai yang sangat penting, yaitu
mencari ide atau gagasan berdasarkan apa yang dialami.

E. Sumber Pustaka

Jafar Lantowa, d. (2017). Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Deepublish.

Nanangri. (2018, Januari 13). Macam-Macam Majas Lengkap Beserta Contoh


Kalimatnya. Retrieved from Jempolkaki: https://jempolkaki.com/macam-macam-
majas/

Syafethi, G. (2016). Skripsi: Semiotika Riffatere: Kasih Sayang Pada Puisi An Die Freude
Karya Johann. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai