Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO.

2 AGUSTUS 2005 : 62 - 105

PENERAPAN KONSEP TRI HITA KARANA


DALAM PERENCANAAN PERUMAHAN DI BALI
Oleh
Dewa Nyoman Wastika
Dosen Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana
Email: dewas@yahoo.com

ABSTRAK
Tri Hita Karana suatu konsep yang diterapkan pada bangunan perumahan tradional Bali. Rumah
tradisional Bali mengintegrasikan diri dalam memanfaatkan lingkungannya baik lingkungan abiotik, biotik,
maupun sosial budaya. Dalam pembangunannya perumahan tradisional Bali memanfaatkan alam setempat
seoptimal mungkin sehingga bisa tercapai keadaan yang nyaman, hemat energi, ekonomis dalam
pemakaiannya.
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan meningkatnya pengaruh pariwisata serta
bertambahnya jumlah peduduk saat ini, konsep Tri Hita Karana ini berangsur-angsur diabaikan bahkan
dilupakan, diganti dengan konsep lain yang datangnya dari luar, yang belum tentu cocok digunakan di Bali.
Memang sangat sulit untuk membendung perubahan kehidupan ini. Namun demikian, perlu adanya
strategi untuk menjaring pengaruh positif yang datangnya dari luar untuk bisa dikembangkan. Sementara itu
pengaruh negatif bisa ditekan bahkan dihilangkan, dengan berusaha menterapkan konsep-konsep yang telah
ada di Bali semaksimal mungkin. Dengan demikian keajegan Bali dalam bidang perumahan mungkin masih
bisa dipertahankan lebih lama.
Kata kunci: penerapan, Tri Hita Karana, perencanaan perumahan

ABSTRACT
Tri Hita Karana is as a concept which be apparently used on Balinese traditional housing. Balinese
traditional house incorporate strongly on the use of environment such as non biotical, biotical and socio
culture as well. In developing the Balinese traditional housing, it utilizes optimally the local environment in
order that it is able to attain the situation and condition which is a very comfortable, efficiently energy and
cheaply use as well.
Through the development of science and technology, the rise of tourism influence and the growth of
population as well, the concept of Tri Hita Karana is steadily abandoned even forgotten and altered by other
concept which is actually come from outside of Bali and in fact, we recognize that it is not guarantee to be
applicable in Bali.
It is not painless to defeat those change in Bali. It seems that we require durably a strategy manner to
optimize the positive influence that come from out of Bali to be able to develop more efficient and effective. The
other hand, the negative influence will be minimized, even eliminated through such great efforts to employ
optimally the concepts that is still taking place nowadays in Bali. Hopefully, throughout the implementation of
Tri Hita Karana, the development of Balinese traditional housing can be sustainable.

Key Words : science, technology, Tri Hita Karana and housing planning

72
PENERAPAN KONSEP TRI HITA KARANA DALAM PERENCANAAN PERUMAHAN DI BALI
(DEWA NYOMAN WASTIKA)

pengembang cenderung menterapkan sistem


PENDAHULUAN perumahan kelompok atau perumahan bertingkat
banyak sering menimbulkan permasalahan teknis
Rumah dan perumahan yang layak maupun sosial.
merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan
merupakan faktor penting untuk meningkatkan Berbagai permasalahan yang dihadapi
harkat, martabat dan kesejahteraan. Selain itu dalam pembangunan rumah dan perumahan
rumah dan perumahan merupakan cerminan dari seperti di atas seiring dengan perkembangan
jati diri manusia baik perorangan maupun penduduk dan aktivitas manusia, akan
kelompok dan kebersamaan dalam masyarakat. berpengaruh pada kehancuran sosial budaya
pada masa yang akan datang.
Bali pada masa lalu mempunyai bentuk
rumah dan perumahan yang didasari oleh konsep Berkenaan dengan itu perlu adanya
Tri Hita Karana, dalam pengaturan ruang, tata suatu strategi untuk pembangunan disegala
letak, bentuk, serta penggunaan bahan, bidang termasuk perencanaan perumahan agar
berpedoman pada pemikiran, hubungan manusia memberikan hal yang positif baik terhadap
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan kehidupan sosial budaya, pariwisata dan
manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan kehidupan lainnya untuk masa kini dan masa
lingkungannya. yang akan datang

Bertambahnya jumlah penduduk,


UNGKAPAN
berkembangnya ilmu pengetahuan dan
PERUMAHAN TRADISIONAL BALI
teknologi, dibarengi pengaruh pariwisata pada
masa ini memberi perubahan cara pandang Yang dimaksud dengan rumah dalam
dalam pengaturan perencanaan perumahan yang arsitektur tradisional Bali, adalah satu kompleks
akan menimbulkan baik dampak positif maupun rumah yang terdiri dari beberapa bangunan,
negatif. dikelilingi oleh tembok yang disebut tembok
penyengker.
Masyarakat Bali yang berkehidupan
agraris menciptakan suasana harmonis, berbeda Perumahan adalah kumpulan beberapa
dengan budaya pariwisata dengan kehidupan rumah di dalam kesatuan wilayah yang disebut
global dan ekonomi liberal. Kecanggihan banjar adat atau desa adat, juga merupakan
teknologi sering menimbulkan ekploitasi alam kesatuan keagamaan dengan pura kayangan tiga
dan budaya secara berlebihan. Dalam hal ini yakni; pura desa, pura puseh, pura dalem.
kehidupan budaya lokal banyak yang
Terwujudnya bentuk rumah dan
kontradiktif dengan kehidupan wisatawan global
perumahan ini, tidak terlepas dari dasar
yang cendrung berkembang saat ini
pemikiran yang dilandasi oleh tata kehidupan
Sebagian besar negara di dunia dengan masyarakat yang bersumber dari agama Hindu.
sedikit sekali perkecualiannya berkompetisi Dalam falsafah agama Hindu, manusia dan alam
dengan negara lain merebut sebanyak mungkin ini diyakini terbentuk oleh lima unsur yang sama
perolehan pendapatan dengan membangun yang yang disebut “ Panca Maha Bhuta”, yakni :
berkaitan dengan pariwisata, yang memerlukan apah (zat cair), bayu (angin), teja (sinar), akasa
fasilitas kehidupan termasuk perumahan. (ether), pertiwi (zat padat).
Tekanan kehidupan yang tinggi terhadap Manusia sebagai mikro cosmos dan alam
perumahan hampir selalu dikaitkan dengan sebagai makro cosmos yang tidak bisa lepas
kebutuhan akan lahan yang luas yang berdekatan keterkaitannya, dimana manusia dilahirkan oleh
dengan pusat kota dengan nilainya relatif mahal. alam ini, dan selalu akan tergantung dengan
Dalam upaya efisiensi penggunaan lahan, alam. Di dalam tatwa seperti Tutur Suksema,

73
JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 2 AGUSTUS 2005 : 62 - 105

Tutur Diatmika, Tatwa Jenana, Tatwa melakukan upacara adat dan aktivitas sosial
Pelepasan, Komoksan, senantiasa mengajarkan lainnya.
agar kita selalu mengharmoniskan diri dengan
3. Areal lebuh adalah untuk meletakkan bahan-
alam.
bahan yang tidak terpakai lagi dan lahan
Unsur-unsur bhuana alit dan bhuana peternakan, pertanian.
agung adalah sama, hanya dalam skala berbeda.
Bhuana agung sebagai wadah dan bhuana alit PRISIP-PRISIP DASAR
sebagai isi. Hubungan harmonis antara bhuana PERENCANAAN PERUMAHAN
agung dan bhuana alit, memberikan perlambang
manik ring cecupu, atau janin didalam rahim, Berdasarkan undang-undang Republik
merupakan hal yang mutlak dan harus Indonesia Nomer 4 Tahun 1992 tentang
dipertahankan untuk ketenangan dan kesetabilan perumahan dan pemukiman, disebutkn bahwa
alam. perumahan adalah bangunan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau
Hasil hubungan yang harmonis antara lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
wadah dan jiwa, akan menimbulkan tenaga prasarana dan sarana lingkungan
(kaya). Gabungan dari unsur jasmani, jiwa dan
tenaga merupakan sumber kehidupan yang baik Menurut Richard Utermann dan Robert
dan sempurna yang disebut ‘Tri Hita Karana” Small dalam bukunya Housing, alih bahasa Ir
(tiga unsur sumber kebaikan). Vincent M (1983) menyebutkan bahwa
lingkungan perumahan kelompok adalah
Jiwa dan jasmani yang digerakkan oleh merupakan bentuk yang paling fundamental dan
tenaga dapat diwujudkan pada suatu tempat. abadi dari pemukiman manusia. Secara
Dalam hubungannya dengan desa adat maka: sederhana dapat dilukiskan sebagai perumahan
1. Kayangan tiga merupakan jiwa pada karang yang saling dihubungkan sedemikian sehingga
desa, yang tidak dipisahkan dari seluruh unit-unit individualnya membagi bersama baik
kehidupan desa. dinding lantai maupun langit-langitnya. Yang
penting lagi unit-unit individual tersebut
2. Krama desa merupakan warga desa atau
membagi bersama pemakaian ruang-ruang
aparatur desa, merupakan penggerak atau
terbuka dan fasilitas yang ada. Pemukiman
tenaga yang menghidupi desa.
kelompok mengambarkan tidak hanya
3. Karang desa adalah teritorial tempat krama pengaturan fisik, tetapi juga pengaturan
desa melakukan aktivitas untuk menjaga sosialnya dalam sebuah kebudayaan yang bentuk
hubungan harmonis ketiga unsur di atas. pemukimannya telah mengalami penyempurnaan
selama ribuan tahun.
Hubungan hamonis di atas juga bisa
diidentikkan dengan ; Perencanaan lingkungan perumahan
1. Hubungan manusia dengan Tuhan memerlukan suatu pandangan yang luas,
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia mengenai lingkungan dan evolusi kehidupan
3. Hubungan manusia dengan lingkungannya. sosial yang berlangsung dari abad keabad.
Pengertian Tri Hita Karana ini tidak Faktor-faktor penting yang menentukan
hanya berlaku pada desa adat saja, tercermin dalam perencanaan perumahan adalah:
juga pada badan lainnya, misalnya pada satu unit
1. Bentuk bangunan direncanakan berdasarkan
rumah tradisional yang pada umumnya terdiri
fungsinya sehingga tidak menyulitkan dalam
dari sanggah, natah dan lebuh.
pemakaiannya.
1. Areal sanggah atau merajan adalah areal
2. Bentuk bangunan harus kuat menahan segala
persembahyangan untuk memuja Sang Yang
beban sehingga yang pemakai merasa
Widhi, dan leluhur setiap keluarga.
nyaman dan aman tinggal di dalamnya.
2. Areal natah atau halaman tengah adalah
3. Bentuk bangunan memenuhi syarat
untuk mendirikan rumah untuk tidur dan
keindahan dan mendukung fungsinya.

74
PENERAPAN KONSEP TRI HITA KARANA DALAM PERENCANAAN PERUMAHAN DI BALI
(DEWA NYOMAN WASTIKA)
1. Fungsi Untuk mengatasi keterbatasan lahan,
Rumah dan perumahan dikatakan perlu ada strategi di dalam perencanaan sehingga
berfungsi dengan baik bila dapat mencapai suatu memenuhi persyaratan perumahan yang sehat
tujuan dengan tidak mendapat hambatan yang dimana dicapai dengan terpenuhinya unsur-unsur
berarti. Yang dimaksud fungsi menurut Kenneth fisik, psikologi, dan sosial oleh penghuni dalam
Smithies dalam Prinsip-Prinsip Perancangan menggunakan perumahan tersebut.
Arsitektur, alih bahasa Ir Aris K Onggodiputro Dalam perencanaan perumahan dapat
mengatakan kriteria dasar mempengaruhi fungsi dicapai dari dua segi, menyesuaikan dengan
suatu rancangan adalah: pencahayaan, lingkungan dan memanfaatkan teknologi.
penghawaan, pendengaran, temperatur, Teknologi diciptakan karena ada kekurangan
kelembaban, pergerakan, dan keselamatan. dalam proses biologis, atau membutuhkan waktu
yang terlalu lama. Tetapi menggunakan
2. Kekuatan teknologi berlebihan, mengakibatkan keadaan
Bangunan rumah dan perumahan harus kritis pada lingkungannya. Faktor utama
kuat menahan segala beban yang terjadi pada penyebab pecemaran lingkungan adalah
bangunan tersebut baik beban dari dalam manusia. Oleh karena itu, untuk mengatasi
maupun beban dari luar bangunan. Struktur lingkungan di Bali diperlukan pendekatan
bangunan harus memenuhi persyaratan kultural dengan kearifan lokal yang telah
kestabilan, keseimbangan, kekuatan, estetika dan dimiliki, salah satunya “Tri Hita Karana” yaitu
ekonomis. hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia
3. Keindahan dengan lingkungannya.
Keindahan dalam arsitektur terdapat 1. Hubungan Manusia dengan Tuhan
pada elemen-elemen arsitektur yang
menyenangkan mata maupun pikiran. Nilai-nilai Untuk mencapai kedamaian dan
yang menyenangkan mata dan pikiran dapat keharmonisan dalam jiwa, setiap pemeluk agama
dinilai dari keindahan bentuk dan keindahan Hindu diajarkan lima prisip kepercayaan yang
ekspresi. disebut Panca Srada yaitu:

Keindahan bentuk adalah yang lebih a. Brahman percaya adanya Tuhan Yang Maha
nyata, yang dapat diukur dan dihitung, Esa,
sedangkan keindahan ekspresi lebih abstrak. b. Atman percaya adanya roh,
Keindahan bentuk menurut para ahli bisa dicapai
bila memenuhi syarat keseimbangan, penekanan/ c. Karma Pala percaya kepada segala
penonjolan, harmonis dan daya hidup. perbuatan pasti ada hasilnya,
Keindahan ekspresi, timbul dari pengamatan dan d. Reinkarnasi percaya adanya penitisan
penghayatan bukan saja dari luar bangunan kembali,
tetapi juga dari dalam bangunan sampai bisa
e. Moksah tujuan akhir pemeluk Hindu, yaitu
menilai dari fungsi bangunan. Keindahan jenis
ketenangan abadi atau bebas dari ikatan
ini dapat dinilai dari karakter, gaya, warna.
duniawi.

PENERAPAN TRI HITA KARANA PADA Dalam upaya untuk mengharmoniskan


PERENCANAAN PERUMAHAN DI BALI hidup ini dengan Tuhan dengan sesama manusia
dan lingkungan, pemeluk agama Hindu perlu
Dibukanya Pulau Bali sebagai daerah melaksanakan panca yadnya yakni dewa yadnya,
pariwisata memerlukan fasilitas pendukung pitra yadnya, resi yadnya, manusa yadnya, dan
lainnya, termasuk perumahan yang memerlukan buta yadnya. Agar bisa melakukan hubungan
lahan yang luas, sedangkan perumahan telah ada, antara atma dengan paratma atma untuk bisa
terutama di kota-kota sudah sangat padat, dan mencapai kesucian jiwa
lahan yang masih tersisa sangat terbatas.

75
JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 2 AGUSTUS 2005 : 62 - 105

Lebih lanjut, jika lahan yang tersedia 1. Lingkungan Abiotik; yaitu lingkungan
memungkinkan perlu dibangun fasilitas benda-benda mati seperti air, tanah, gas, api,
persembahyangan pada setiap rumah dan dan gas energi yang terkandung didalamnya.
perumahan yang memadai sesuai dengan desa
2. Lingkungan Biotik; yakni, flora, fauna, dan
kala patra dengan mempertimbangkan lahan
segala sesuatu yang memiliki zat hidup baik
yang tersedia.
yang hidup di darat maupun di air.
2. Hubungan Manusia dengan Manusia 3. Lingkungan cultural/kebudayaan yakni
Manusia tidak akan sempurna bila hidup mencakup seluruh aktivitas manusia yang
sendiri. Manusia akan menata hubungan dengan menempati dimensi ruang yang tidak
yang lainnya dengan bermasyarakat. Menurut terbatas.
Pudjiwati Sajogyo dalam Sosiologi Bangunan rumah dalam perumahan
Pembangunan, masyarakat pada umumnya dapat tradisional Bali perencanaanya memperhatikan
diklasifikasikan atas: lingkungan abiotik dengan menutup bangunan
1. Kesatuan budaya dan keagamaan dengan tembok penyengker (tembok keliling),
2. Kesatuan pekerjaan /ekonomi. sedangkan tiap bangunan yang ada di dalamnya
3. Kesatuan politik. dibiarkan terbuka agar bisa memanfaatkan
Dalam budaya Bali yang penduduknya cahaya, udara, dengan leluasa dengan membuka
kebanyakan agama Hindu memperhatikan ruang seluas mungkin yang bisa berorietasi
pembinaan keluarga mulai dari terbentuknya ketengah (natah). Satu areal pekarangan pada
janin sampai meninggal penuh dengan upacara rumah tradisional Bali pada umumnya dibagi
adat dan agama. atas tiga bagian yaitu bagian luan (atas)
digunakan untuk tempat persembahyangan,
Sedangkan hubungan yang lebih besar bagian tengah untuk tempat tinggal sedangkan
dibidang budaya, politik, ekonomi dilaksanakan bagian teben (rendah) untuk menyimpan bahan-
di atas kesatuan kelompok seperti banjar, bahan yang tidak berguna lagi dan memelihara
sekeha, subak. Dari kegiatan-kegiatan yang hewan. Pada setiap areal ini juga direncanakan
dilakukan dengan periode, sehari-hari, mingguan tempat-tempat untuk tumbuh-tumbuhan yang
maupun tahunan, dalam perencanaan agar bermanfaat untuk sarana upacara, kebutuhan
dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. rumah tangga maupun untuk obat-obatan. Dari
Sebagai contoh dalam perencanaan kurang segi kekuatan juga diperhatikan pemilihan bahan
dipikirkan adanya ruang terbuka untuk bangunan, juga disesuaikan dengan
menerima tamu pada saat pelaksanaan upacara lingkungannya sebagai akibat dari posisi pulau
pernikahan atau upacara besar lainya, maka Bali yang merupakan jalur gempa, maka bahan
upacara tersebut harus dilakukan di luar struktur lebih banyak dipertimbangkan
lingkungan perumahan yang biasanya menggunakan bahan-bahan yang lebih fleksibel,
membutuhkan dana yang lebih banyak. seperti kayu maupun bambu.

3. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Dari segi keindahan bahan-bahan yang


dipakai, bahan alamiah dengan warna aslinya,
Yang dimaksud dengan lingkungan penempatannya juga diatur sesuai dengan logika
mencakup sangat luas. Menurut Emil Salim seperti bahan yang memberi kesan yang ringan
dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan ditempatkan pada bagian atas sedangkan bahan
mengungkapkan bahwa lingkungan hidup dan yang kesannya berat ditempatkan pada bagian
pembangunan diartikan sebagai segala benda, bawah dengan proporsi yang telah terencana.
kondisi dan pengaruh yang terdapat dalam ruang Hal-hal tersebut dapat memberi gambaran dan
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang inspirasi untuk membantu perencanaan rumah
hidup termasuk kehidupan manusia. dan perumahan untuk masa kini dan yang akan
Secara umum, lingkungan sering di datang.
klasifikasikan dalam:

76
PENERAPAN KONSEP TRI HITA KARANA DALAM PERENCANAAN PERUMAHAN DI BALI
(DEWA NYOMAN WASTIKA)
SIMPULAN Kenneth Smithies. Alih bahasa Ir. Aris K.
Onggodiputro. 1982. Prinsip-Prinsip
Perumahan adalah bangunan yang
Perancangan dalam Arsitektur.
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
Bandung: Intermedia Group.
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet
dan Pembangunan. Jakarta :
Perumahan layak merupakan kebutuhan
Gramedia,.
dasar manusia dan merupakan faktor penting
untuk meningkatkan harkat dan kesejahteraan. Koentjaraningrat. 1979. Manusia dan
Selain itu rumah dan perumahan merupakan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
cerminan dari jati diri manusia baik perorangan Djambatan.
maupun kelompok dan kebersamaan dalam
Pudjiwati Sajogya. 1985. Sosiologi
masyarakat.
Pembangunan. Fakultas
Perencanaan suatu perumahan Pascasarjana IKIP Jakarta.
memerlukan pemikiran dengan pandangan yang
Richard Untermann & Cluster Housing Alih
luas dalam pengaturan fisik maupun pengaturan
bahasa Ir. Vincent M. 1983.
sosialnya dengan pertimbangan teknik dan
Perencanaan Tapak untuk
budaya yang berlangsung pada lingkungan
Perumahan.
setempat.
Sutjipta Nyoman. 2005. Pariwisata Revolusi di
Konsep Tri Hita Karana tentu masih
Pulau Dewata. Universitas Udayana
relefan diterapkan di Bali pada kini maupun
Denpasar.
untuk masa yang akan datang dengan tidak
mengabaikan perkembangan teknologi dan
budaya yang akan berlangsung. Tri Hita Karana
merupahkan konsep universal yang bisa berlaku
secara regional, nasional maupun internasional

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1967. UpadeÇa tentang Ajaran-
ajaran Agama Hindu. Yayasan
Hindu Dharma.
Anonimus. 1975. Laporan Penelitian Intarisasi
Pola-Pola Dasar Arsitektur
Tradisional Bali. Universitas
Udayana, Denpasar-Bali.
Anonimus. 1992. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor : 4 tahun 1992
tentang Permahan dan Permukiman.
Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Emil Salim. 1980. Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta: Mutiara.
Heinz Frick. 1992. Arsitektur dan Lingkungan.
Kanisius, Yogyakarta.
Jiwa Atmaja. 2003. Perempatan Agung.
Denpasar: CV. Bali Media
Adhikarsa.

77

Anda mungkin juga menyukai